BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan memaparkan mengenai latar belakang munculnya ide proyek Museum dan Café Kopi di Kintamani, permasalahan yang timbul dalam perencanaannya, tujuan penulisan landasan konsepsual, pembuatan Museum dan Café Kopi serta metode yang digunakan dalam memperoleh data-data yang diperlukan dalam menjawab semua permasalahan yang ada. 1.1
Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang terkenal dengan kekayaan alamnya baik
hasil pertanian, perkebunan hingga hasil pertambangan. Indonesia merupakan Negara tropis dimana tanaman kopi dapat dengan mudah tumbuh. Tanaman kopi pertama kali dibawa masuk ke Indonesia oleh bangsa Belanda pada masa zaman penjajahan sekitar tahun 1696. Tanaman kopi kemudian dikembangkan oleh Belanda, hingga kini hampir setiap daerah di Indonesia dapat ditemukan tanaman kopi. Mudahnya tanaman kopi tumbuh di Indonesia membuat tanaman kopi
menjadi salah satu komuditi hasil perkebudan andalan Indonesia yang merambah dunia ekspor. Hasil perkebunan kopi membawa Indonesia menduduki peringkat ke-4 terbesar sebagai Negara penghasil kopi, dengan angka produksi kopi sebesar kurang lebih 650.000 ton per tahun. Jumlah tersebut mendapat kontribusi terbesar dari perkebunan rakyat sebesar 96,2%, sisanya merupakan hasil dari sektor perkebunan swasta lebih kurang sebesar 10.000 ton atau 1,5% dan dari sektor perkebunan negara menghasilkan rata-rata 15.000 ton atau 2,3% per tahun (utama-karya.com). Indonesia memiliki beberapa jenis kopi yang kualitasnya telah dikenal hingga ke mancanegara diantaranya; Kopi Sumatera, Kopi Sulawesi, Kopi Aceh Gayo, Kopi Bali Kintamani, Kopi Papua Wamena, Kopi Flores Bajawa dan Kopi Jawa. Banyaknya jenis kopi yang tersebar di Indonesia dengan karakteristik yang berbeda-beda menyebabkan Indonesia menyandang predikat Negara nomer 1 di dunia dengan keanekaragaman biji kopi. Bali merupakan salah satu provinsi penghasil kopi di Indonesia dengan daerah penghasil kopi di Kabupaten Tabanan, Kabupaten Jembrana, Kabupaten Singaraja, Kabupaten Bangli dan Kabupaten Badung. Kecamatan Kintamani merupakan daerah di Kabupaten Bangli yang terkenal akan daya tarik wisata berupa Kaldera Gunung Batur dan anjing ras yang khas yaitu Anjing Kintamani, ternyata memiliki kualitas hasil kopi yang terkenal hingga ke mancanegara. Kopi Kintamani memiliki merk tersendiri yang memiliki pasar ekspor. Potensi dari Kopi Kintamani tersebut mendorong Pemerintah Daerah mengeluarkan kebijakan yang mendukung perkebunan kopi dan industri kopi di Kintamani, diantaranya: Pada RTRW Bangli Pasal 13 huruf c yang menyebutkan: meningkatkan daya saing komoditas unggulan kopi arabika yang telah mendapatkan pengakuan sertifikat indikasi geografis, komoditas jeruk, budidaya perikanan, hasil perkebunan dan hortikultura lainnya. Pada RTRW Bangli Pasal 50 ayat 2 menyebutkan Pemantapan dan perluasan perkebunan rakyat dengan komoditas unggulan yang berdaya saing nasional atau
internasional, meliputi komoditas kopi arabika di Kawasan Kintamani dan sebagian Kecamatan Bangli; dan komoditas jeruk di Kawasan Kintamani. Pada RTRW Bangli Pasal 52 huruf b menyebutkan mengembangkan industri terkait pengolahan bahan makanan potensi sumber daya perkebunan yang ada seperti kopi, jeruk, buah-buahan lainnya. Kopi Kintamani tumbuh subur dengan baik di udara Kintamani yang sejuk. Cita rasa Kopi Bali Kintamani berbeda dengan kopi lainnya di Indonesia dengan sedikit cita rasa buah-buahan yang asam dan segar. Rasa tersebut didapat dari cara penanaman tumpang tanaman kopi dengan aneka sayuran dan tanaman buahbuahan di satu lokasi yang membuat rasa buah meresap ke biji kopi. Masyarakat Bali sendiri belum banyak yang mengenal kulitas dari Kopi Kintamani dikarenakan pasar Kopi Kintamani yang banyak menyasar pasar ekspor dan menengah ke atas. Masyarakat di Kecamatan Kintamani sendiri belum banyak yang memanfaatkan kopi kintamani sebagai daya tarik wisata yang dikomersialkan. Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin mengangkat Kopi Kintamani agar lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia dan mancanegara. Mengacu pada kebiasaan masyarakat Indonesia yang gemar meminum kopi dari dulu hingga saat ini kopi sudah menjadi gaya hidup masyarakat modern yang selalu menjadi minuman pilihan di waktu-waktu santai maupun resmi. Berdasarkan hal tersebut penulis memilih “Museum dan Café Kopi di Kintamani” sebagai Judul Seminar Tugas Akhir. Keberadaan Museum dan Café kopi ini diharapkan dapat memperkenalkan kopi kintamani pada masyarakat Indonesia dan mancanegara, serta mengangkat kopi kintamani sebagai ikon baru pariwisata di Kecamatan Kintamani. Perpaduan Museum dan Café Kopi di Kintamani ini diharapkan dapat memberi suasana museum dan café yang unik, dan menyenangkan serta menimulkan suasana santai, tidak seperti museum pada umumnya. Dengan keunikan yang dimiliki diharapkan kehadiran Museum dan Café Kopi ini dapat menarik pengunjung dan menjadi salah satu tujuan wisata edukasi bagi masyarakat.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan yang
dapat dirumuskan terkait dengan proyek perencanaan Museum dan Café Kopi di Kintamani, antara lain: a. Bagaimana perencanaan untuk mewujudkan suatu Museum dan Café Kopi di Kintamani yang dapat memberi edukasi sekaligus rekreasi bagi pengunjungnya? b. Bagaimana kriteria yang cocok untuk tempat dibangun proyek Museum dan Café Kopi di Kintamani dan dimana lokasi yang cocok untuk tempat dibangunnya proyek tersebut? c. Apa saja benda-benda yang akan dipajang pada Museum Kopi ini dan bagaimana pentaannya agar tidak menimbulkan rasa bosan? d. Bagaimana penataan dan peletakan ruang-ruang pada Museum dan Café Kopi di Kintamani ini agar kedua fungsi tersebut dapat berjalan dengan baik dan pengunjung juga tertarik untuk mengunjungi museumnya? e. Apakah tema dan konsep yang cocok diterapkan dalam mendesain proyek Museum dan Café Kopi di Kintamani ini agar tercipta desain yang inovatif? 1.3
Tujuan Adapun tujuan dari penulisan konsep perancangan dan perencanaan proyek
museum dan café ini sebagai acuan desain proyek perencanaan Museum dan Café Kopi di Kintamani adalah sebagai berikut: a. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menyusun landasan secara konsepsual sebuah bangunan dengan fungsi Museum yang memajang segala informasi dan hal-hal yang berkaitan dengan kopi yang mengedukasi dan fungsi Café yang rekreatif, menyenangkan dan santai. b. Tujuan Perencanaan Tujuan dari perencanaan ini adalah untuk menyusun dan mewujudkan
suatu rancangan bangunan dengan fungsi Museum dan Café Kopi. Rancangan nantinya diharapkan dapat mewadahi dan menggambarkan berbagai informasi mengenai dunia perkopian di Indonesia sehingga dapat memberi edukasi mengenai kopi kepada masyarakat luas hingga proses pengolahannya menjadi secangkir minuman. Keberadaan museum ini disandingkan dengan café untuk menarik minat masyarakat untuk berkunjung ke museum dengan suasana yang santai dan menyenangkan. 1.4
Metode Penelitian Teknik yang dipergunakan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan
guna merancang dan menjawab berbagai permasalahan yang timbul dalam proses perencanaan Museum Kopi di Kintamani adalah: 1.4.1 Teknik Pengumpulan Data Ditinjau dari segi sumber data dan cara memperolehnya data dapat diagi menjadi dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. a) Data Primer Data primer adalah data yang secara langsung dikumpulkan oleh penulis dan didapat dari sumbernya (Suryabrata, 2003: 39). Data primer dapat diperoleh melalui proses sebagai berikut: Observasi Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis secara sistematis dan sengaja, yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang diselidiki (Sukardi, 1985). Dalam hal ini subjek yang diteliti adalah kajian objek sejenis berupa mseum untuk mendalami karateristik museum dan pengelolaan museum, data yang dicari mengenai fasilitas museum, jadwal operasional museum, cara memperoleh koleksi museum, perawatan koleksi museum dan jumlah pengunjung museum serta struktur organisasi museum. Seain itu observasi juga dilakukan pada lokasi dan site dimana akan didirikan Museum dan Café Kopi untuk mengetahui karakteristik lokasi.
Wawancara dan Diskusi Wawancara adalah suatu proses yang mengharuskan penafsiran dan penyesuaian terus-menerus. Wawancara adalah salah satu cara untuk mencari fakta dengan mengingat dan merekonstruksi sebuah peristiwa, mengutip pendapat dan opini narasumber (Shandang: 2004). Wawancara merupakan teknik mengumpulkan data dengan menggali informasi langsung dari narasumber yang terkait dengan proyek Museum dan Café Kopi di Kintamani, dalam hal ini kepala dan staff pada objek sejenis. b) Data Sekunder Data sekunder adalah data yang telah tersusun sebelumnya dan berentuk dokumen-dokumen (Suryabrata, 2003: 39). Dengan kata lain data sekunder merupakan data yang dikumpulkan oleh pihak lain, dalam hal ini peneliti hanya bertindak sebagai pemakai data karena tidak langsung berhubungan untuk menggali data dengan narasumber. Data sekunder dapat berupa: Studi Kepustakaan Studi
kepustakaan
adalah
teknik
pengumpulan
data
dengan
mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 1988: 111). Dengan kata lain metode ini merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mencari reori-teori yang diperlukan berkaitan dengan judul proyek seminar. Studi literatur dapat dilakukan dengan mencari informasi di dalam buku, media cetak serta media elektronik berupa internet.