BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia, wilayah Provinsi Bali terdiri atas tiga pulau yaitu Pulau Bali, Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa Ceningan, dan Pulau Serangan. Bali terletak diantara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota provinsinya ialah Denpasar. Mayoritas penduduk Bali merupakan pemeluk Agama Hindu dan Provinsi Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni-budayanya. Menurut hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk di Bali adalah 3.890.757 orang yang tersebar di masingmasing kabupaten dan kota di Provinsi Bali. Serupa dengan provinsi lain di Indonesia, Bali juga mengalami permasalahan kemiskinan. Menurut BPS Provinsi Bali, jumlah penduduk miskin mengalami peningkatan dalam tiga tahun terakhir. Adapun persentase keluarga miskin di Provinsi Bali pada tahun 2013 sebanyak 4,49 %
yang tersebar di sembilan
kabupaten dan kota. Kabupaten Klungkung mempunyai presentase penduduk miskin terbesar yaitu, 7,01 % dan yang terendah adalah Kota Denpasar yaitu 2,07 %. Jumlah total penduduk miskin di Provinsi Bali adalah 1.828.000 penduduk (Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2014) Pemerintah Provinsi Bali secara bertahap telah berupaya untuk mengurangi jumlah penduduk miskin melalui strategi yang dilakukan dengan pelaksanaan program pro-rakyat Secara umum program pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah memiliki 2 tujuan yaitu 1) mengurangi pengeluaran masyarakat miskin, yang dibebankan kepada pihak lain seperti ke pemerintah atau masyarakat lainnya; 2) meningkatkan pendapatan penduduk miskin sehingga dapat keluar dari jurang kemiskinan. Salah satu program unggulan pada program Bali Mandara jilid II adalah program Bedah Rumah Bali Mandara yang berada pada program-program kluster 1 yang merupakan program-program yang bersifat konsumtif bersama dengan program Askescat, JKBM, Jamkesmas, Sembako, dan Raskin (Sudibia & Marhaeni, 2012). 1
2
Di Provinsi Bali terdapat rumah tangga miskin (RTM) yang belum memiliki rumah layak huni di Denpasar terdapat 77 RTS, Badung (365 RTS), Karangasem (6000 RTS), Klungkung (765 RTS), Bangli (1.177 RTS), Gianyar (524 RTS), Tabanan (1.156 RTS), Jembrana (681 RTS), dan Buleleng (5.037 RTS), Klungkung (565 RTS). Rumah yang tidak layak huni memiliki kriteria rumah dengan luas bangunan kurang dari 8 m2, bahan lantai rumah berupa tanah/bambu/rumbia/kayu kualitas rendah, bahan dinding berupa bambu/rumbia/kayu kualitas rendah, bahan atap berupa bambu/rumbia/kayu kualitas rendah, bahan bakar memasak dengan kayu bakar/arang, memakai penerangan bukan listrik, sumber air minum sumur/sungai/air hujan dan tidak memiliki kamar mandi/jamban/kakus (Biro Humas Setda Bali, 2014). Dalam prosedur pengusulan dan pelaksanaan program bantuan bedah rumah, program ini dihadapkan pada keterbatasan anggaran yang ditentukan oleh pemerintah. Jumlah proposal yang telah diverifikasi oleh petugas dan diajukan oleh dinas sosial seringkali lebih banyak dari jumlah yang dapat diterima sesuai dengan anggaran. Sehingga setelah jumlah yang dapat diterima terpenuhi sebagian proposal pemohon akan ditolak dan penolakan pemohon bantuan yang telah diverifikasi tidak menggunakan suatu metode untuk menilai pemohon yang lebih layak diterima ataupun yang dapat ditunda. Akibatnya, seringkali diantara pemohon yang ditunda pemberian bantuannya merupakan rumah tangga yang membutuhkan bantuan dengan segera. Dari pengamatan masalah tersebut, maka peneliti berkeinginan untuk membangun sistem yang mampu meranking pemohon bantuan dari yang paling membutuhkan bantuan, sehingga program bantuan pemerintah ini menyasar masyarakat yang tepat mendapatkan bantuan dengan cepat dan sesuai dengan anggaran. Untuk melakukan proses perankingan pemohon bantuan, maka dibuatlah sistem penentuan penerima bantuan bedah rumah sesuai dengan kriteria-kriteria rumah yang layak mendapatkan bantuan bedah rumah. Sistem penentuan penerima bantuan program bedah rumah Bali Mandara menggunakan metode pengambilan keputusan Multi Attribute Decision Making (MADM). Metode MADM biasanya
3
digunakan untuk melakukan penilaian atau seleksi agar mendapatkan alternative terbaik dari sejumlah alternative. Dalam hal ini alternative yang dimaksud adalah pemohon bantuan atau rumah tangga yang mengajukan proposal yang paling memenuhi kriteria-kriteria yang ditentukan untuk mendapatkan bantuan program bedah rumah Bali Mandara ini. Metode MADM yang akan digunakan adalah Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS). TOPSIS didasarkan pada konsep alternatif terpilih tidak hanya memiliki jarak terpendek dari solusi ideal positif, namun juga memiliki jarak terpanjang dari solusi ideal negative (Jamila & Hartati, 2011) sehingga menurut peneliti metode tepat digunakan dalam permasalahan ini. Namun, dalam penelitian ini kriteria yang dipakai memiliki jenis data yang berbeda yang terdiri dari data yang berjenis numerik dan kategorik. Untuk itu dibutuhkan sebuah mekanisme pengukuran jarak untuk berbagai jenis data yang dimasukan kedalam prosedur TOPSIS, Sehingga penulis menggunakan metode TOPSIS yang dimodifikasi pada perhitungan jaraknya menggunakan metode generalized distance measure yang memungkinkan perhitungan jarak dengan jenis data numerik dan kategorikal (Wachowicz, 2011). Hampir di semua metode dan permasalahan MADM memerlukan bobot kriteria. Bobot kriteria dapat diberikan secara subjektif. Dengan melihat hal tersebut dalam penelitian ini digunakan metode entropy menghitung bobot untuk kriteria. Metode entropy digunakan untuk menghitung secara objektif bobot relative informasi (Shanon, 1948). Selain itu, metode Entropy sangat fleksibel, jika bobot yang dihasilkan dari metode Entropy sebelumnya belum dapat digunakan dalam bobot kriteria, maka subyektifitas dari pengambil keputusan dapat diberikan bersama-sama dengan bobot Entropy. Hasil penggabungan bobot awal dan bobot entropy akan menghasilkan bobot kriteria yang sebenarnya (Wiryastuti & Hartati, 2012). Pada tugas akhir ini, akan dibuat suatu system penentuan penerima bantuan menggunakan metode Entropy dan TOPSIS yang dapat membantu pemerintah Provinsi Bali untuk pengambilan keputusan dalam penerimaan pemohon yang layak mendapatkan bantuan program Bedah Rumah Bali Mandara. Berdasarkan kegunaannya, akan dikembangkan dengan Bahasa pemrograman PHP berorientasi
4
objek. Sistem penentuan penerima bantuan bedah ini diharapkan dapat memberikan perhitungan yang tepat bagi petugas pemerintahan, sehingga Sistem penentuan penerima bantuan bedah ini diharapkan dapat menawarkan solusi yang tepat bagi petugas pemerintahan, sistem ini hanya terbatas pada pemberian saran yang terbaik sedangkan keputusan akhir tetap diputuskan oleh petugas pemerintahan terkait di lingkungan Provinsi Bali dan dengan menggunakan metode analisis, perancangan, dan implementasi berorientasi objek sehingga sistem yang akan dibangun akan memiliki sifat reusability program, maintenance yang tidak rumit, dan mudah untuk dikembangkan kembali. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana menganalisis dan merancang sistem penentuan penerima bantuan dengan menggunakan metode analisis dan perancangan berorientasi objek ? 2. Bagaimana menerapkan Metode Entropy dan Metode Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) untuk meranking data pemohon bantuan program Bedah Rumah Bali Mandara ? 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan permasalah yang ada serta untuk menghindari perluasan pembahasan, maka penulis membatasi permasalah sebagai berikut : 1. Data Pemohon didapatkan di Dinas Sosial Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali 2. Kriteria yang dipakai pada sistem ini adalah Kriteria Luas Bangunan (K1), Kriteria Bahan Lantai (K2), Kriteria Bahan Dinding (K3), Kriteria Bahan Atap (K4), Kriteria Jenis Penerangan (K5), Kriteria Sumber Air Minum (K6), Kriteria Bahan Bakar Memasak (K7), Kriteria Ketersediaan Tempat MCK (K8), Kriteria
Kepemilikan Aset/Tabungan/Barang
berharga
(K9),
Kriteria
Penghasilan Per Bulan (K10), Kriteria Kesanggupan Membeli Pakaian Per Tahun (K11), dan Kriteria Tempat Berobat (K12). Dan setiap kriteria bersifat kriteria benefit, yang berarti sistem penentuan penerima bantuan bedah rumah menginginkan nilai maksimum diantara seluruh kriteria.
5
1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas maka dapat disusun tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Membangun sebuah sistem penentuan penerima bantuan bedah rumah yang dianalisis dan dirancang dengan menggunakan metode analisis dan perancangan berorientasi objek. 2. Sistem mampu menerapkan Metode Entropy dan Metode Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) untuk meranking data pemohon bantuan bedah rumah untuk menentukan penerima bantuan program Bedah Rumah Bali Mandara. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sistem penentuan penerima bantuan bedah rumah Bali Mandara dengan Metode Entropy dan Metode TOPSIS ini menawarkan solusi yang tepat bagi petugas pemerintahan agar program bantuan ini tepat sasaran dengan memprioritaskan pemohon bantuan yang lebih membutuhkan per periodenya dilihat kriteria-kriteria kelayakan penerima program bedah rumah. 1.6 Metodologi Penelitian Pada bagian ini dijelaskan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian “Analisis dan Perancangan Sistem Penentuan Penerima Bantuan Bedah Rumah Bali Mandara dengan Metode Entropy dan Metode Technique For Order Preference By Similarity To Ideal Solution (TOPSIS) Berorientasi Objek” seperti dijelaskan dibawah ini : 1.6.1 Desain Penelitian Penelitian ini mengambil judul “Analisis dan Perancangan Sistem Penentuan Penerima Bantuan Bedah Rumah Bali Mandara dengan Metode Entropy dan Metode Technique For Order Preference By Similarity To Ideal Solution (TOPSIS) Berorientasi Objek
6
Pada permasalahan yang diambil, akan ada 12 kriteria yang digunakan sebagai acuan dalam penentuan penerima bantuan bedah rumah Kriteria Luas Bangunan (K1), Kriteria Bahan Lantai (K2), Kriteria Bahan Dinding (K3), Kriteria Bahan Atap (K4), Kriteria Jenis Penerangan (K5), Kriteria Sumber Air Minum (K6), Kriteria Bahan Bakar Memasak (K7), Kriteria Ketersediaan Tempat MCK (K8), Kriteria Kepemilikan Aset/Tabungan/Barang berharga (K9), Kriteria Penghasilan Per Bulan (K10), Kriteria Kesanggupan Membeli Pakaian Per Tahun (K11), dan Kriteria Tempat Berobat (K12). Permasalahan yang ingin diselesaikan sistem untuk membantu pemerintah meranking pemohon yang akan diajukan ke gubernur sehingga yang mendapatkan bantuan merupakan pemohon yang paling membutuhkan bantuan tersebut dengan segera, di mana sistem ini berfungsi untuk melakukan proses perankingan penerima bantuan berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan. Sistem yang dibangun menggunakan Metode Entropy dan Metode TOPSIS untuk proses perankingannya. 1.6.2 Pengumpulan Data Terdapat dua jenis data dalam penelitian ini, yaitu data rumah tangga sasaran program bantuan bedah rumah Bali Mandara data calon penerima atau pemohon merupakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang tidak didapatkan secara langsung dari objek penelitian, melainkan data yang berasal dari sumber yang telah dikumpulkan oleh pihak lain (Hasibuan, 2007). Untuk memperoleh informasi mengenai kriteria-kriteria rumah yang layak mendapatkan bantuan bedah rumah Bali Mandara dan bobot awal untuk masingmasing kriteria peneliti melakukan wawancara kepada verifikator program Bedah Rumah di Bagian Pemberdayaan Sosial Dinas Sosial Provinsi Bali. 1.6.3 Metode Yang Digunakan Pada penelitian ini dalam membangun perancangan dan implementasi sistem penetuan penerima bantuan Bedah Rumah Bali Mandara dengan metode entropy dan TOPSIS, digunakan metode pengembangan perangkat lunak yakni model proses Waterfall. Model proses ini terdiri dari 5 fase yaitu Requirements Analysis and Definition, System and Software Design, Implementation and Unit Testing, Integration and System Testing . Pada tiap fasenya akan dilakukan evaluasi
7
dan dokumentasi apakah fase tersebut sudah dilakukan dengan benar sebelum melanjutkan ke fase berikutnya. Pengujian sistem akan dilakukan teknik pengujian sistem yaitu Static Testing, White Box Testing, dan Black Box Testing. Hal ini bertujuan agar perangkat lunak yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pengguna dan dapat berjalan sebagaimana mesitnya.