BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Ruang bersama/ ruang komunal/ ruang publik menyediakan fasilitas bagi masyarakat untuk beraktivitas secara personal maupun berkelompok. Ruang publik dapat berupa ruang terbuka dan tertutup. Museum, gedung pertunjukan dan galeri seni contoh ruang terbuka di area tertutup, sedangkan hutan kota, pedestrian dan alun-alun merupakan contoh ruang publik di area terbuka (ruang terbuka publik). Ruang terbuka publik memiliki keunggulan dari sisi keragaman jenis aktivitas, pengguna dan waktu pemanfaatan. Setiap orang dapat masuk/mengakses ruang terbuka publik tanpa harus membayar uang masuk atau biaya lainnya (Siahaan, 2010). Sedangkan menurut Carr (1992:19), ruang publik harus responsive, democratic dan meaningful. Responsive berarti ruang publik dapat mengakomodasi semua jenis kegiatan masyarakat dan kepentingan luas. Democratic berarti dapat digunakan oleh semua kalangan dan meaningful berarti ruang publik memiliki hubungan dan dapat memberikan makna kepada penggunanya. Menurut Moughtin (1992:87), secara fungsional, beberapa ruang publik merupakan pusat utama kegiatan kota sedangkan bagian-bagian lainnya menjadi wadah kegiatan dengan fungsi yang beragam dan kadang kala tumpang tindih antara satu dan lainnya. Ruang publik tidak hanya didominasi oleh satu kegiatan saja melainkan oleh berbagai jenis kegiatan.
Gambar 1.1 Perubahan kawasan Benteng Vastenburg (Sumber : Google image, 2012)
Kawasan Benteng Vastenburg atau lebih
dikenal
dengan
kawasan
Gladak
merupakan kawasan yang dibangun oleh pemerintahan kolonial Belanda. Kawasan ini terpengaruh
oleh
keberadaan
Keraton
Kasunanan dan Mangkunegaran di kota Surakarta. Kawasan Benteng Vastenburg dipengaruhi
oleh
keberadaan
pusat
komersial Pasar Klewer, Pasar Gedhe, Poros utama
Solo-Semarang
serta
kampung
Pecinan yang berada di sekitar kawasan ini. Gambar 1.2 Kawasan Benteng Vastenburg dan kawasan sekitarnya (Sumber : Google maps & Analisis Penulis, 2012)
Sejarah kawasan Benteng Vastenburg secara fungsi berhubungan dengan kepemilikan area benteng Vastenburg tersebut. Sejak dibangun Belanda pada tahun 1745, benteng ini merupakan tempat pasukan Belanda untuk "mengawasi" Keraton Kasunanan Surakarta sejak pemerintahan Paku Buwono III. Fungsi terakhir bangunan Benteng adalah markas Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Gambar 1.3 Denah Kawasan Benteng Vastenburg (Sumber : google maps dan analisis, Desember 2012)
Di halaman luar Benteng Vastenburg, pengaturan fungsi lahan belum direncanakan secara baik. Terdapat beberapa area kosong yang digunakan sebagai area parkir dan pedagang kaki lima (PKL), tentu saja dengan harga tertentu yang harus
2
dibayar. Kondisi tersebut dapat dilihat pada area kosong di sisi barat dan selatan Benteng.
Gambar 1.4 Area sebelah utara Benteng Vastenburg yang berfungsi sebagai tempat parkir (Sumber : Dokumentasi penulis, Desember 2012)
Gambar 1.5 Area sebelah barat Benteng Vastenburg yang berfungsi sebagai tempat parkir dan lokasi sementara PKL (Sumber : Dokumentasi penulis, Desember 2012)
Kawasan Benteng Vastenburg merupakan sentra bisnis, dimana banyak bangunan komersial berdiri di area ini, antara lain : hotel bintang lima, Bank Indonesia Solo, Kantor Pos Solo, BNI dan Balaikota Solo. Selain pusat bisnis, terdapat pula fasilitas perbelanjaan souvenir khas Solo, seperti pasar Klewer, Pusat Grosir Solo dan Beteng Trade Centre yang menjadi contoh betapa kawasan ini menarik banyak investor untuk menginvestasikan modalnya di kawasan ini. Keberadaan berbagai pusat komersial tersebut, menyebabkan masyarakat membutuhkan ruang publik yang cukup untuk beraktivitas. Kebijakan Pemerintah Surakarta untuk membuka/meruntuhkan pagar bangunan di penggal jalan Sudirman menjadi indikasi kurangnya ruang berkumpul. Sehingga dengan kebijakan tersebut diharapkan ruang-ruang privat milik bangunan sekitar dapat berubah secara perlahan menjadi ruang yang dapat diakses publik. Bangunan terbaru yang berdiri di kawasan ini adalah gedung baru Bank Indonesia Solo yang dibangun tepat di sebelah selatan gedung BI lama. Bangunan ini memberikan ruang lantai bawahnya terutama bagian depan, sebagai ruang publik.
3
Gambar 1.6 Pelataran Gedung baru BI Solo dengan ruang publik (Sumber : Dokumentasi, Desember 2012)
Kondisi kawasan Benteng Vastenburg dikelilingi jalan-jalan utama yang mengakibatkan kendaraan bermotor mendominasi kawasan,sehingga pejalan kaki, pengendara sepeda maupun penyandang disabilitas tidak nyaman dan tidak memiliki ruang yang cukup untuk beraktivitas. Ruang pedestrian yang sempit terutama di sisi selatan (Jl. Mayor Kusmanto, area GALABO) dan sisi timur (Jl. Kapten Mulyadi), kurangnya area penyeberangan serta sulitnya akses dari area pedestrian ke tempat penyeberangan membuat pengguna jalan merasa tidak nyaman. Bagi pengguna kendaraan umum, keberadaan halte yang sulit dijangkau membuat kendaraan umum berhenti di tempat yang tidak seharusnya.
Gambar 1.7 Dominasi kendaraan bermotor (Sumber : Dokumentasi penulis, Desember 2012)
Selain ruang luar Benteng Vastenburg, area dalam Benteng digunakan pada event-event khusus seperti saat pementasan festival musik, Solo International Ethnic Music (SIEM) 2008. Penggunaan ruang dalam Benteng membutuhkan akses dan informasi yang baik sehingga pengguna dapat menggunakan area tersebut dengan nyaman. Sedangkan pada waktu di luar event, masyarakat sulit untuk mengakses area ini.
4
Gambar 1.8 Aktivitas event di area dalam Benteng Vastenburg (Sumber : www.fotografer.net dan siemfestival.files.wordpress.com, 2012)
Area yang paling sering digunakan pada kawasan ini adalah area patung Jendral Sudirman dan penggal jalan Mayor Sunaryo, yang merupakan area pusat kuliner Galabo (Gadak Langen Bogan). Area patung Jenderal Sudirman, dapat diakses baik pada siang hari maupun pada malam hari. Area ini dapat digunakan sebagai area beraktivitas masyarakat baik siang maupun malam hari. Baik itu bersifat pribadi maupun sebagai tempat pemberhentian sementara bus wisata Werkudara. Sedangkan saat event, area ini digunakan sebagai spot aktivitas khusus yang dapat menjadi media hiburan masyarakat.
Kondisi siang hari
Kondisi malam hari saat event Gambar 1.9 Spot Patung Jenderal Sudirman sebagai landamark kawasan (Sumber : Dokumentasi penulis, Desember 2012)
Penggal jalan Mayor Sunaryo, yang merupakan area pusat kuliner Galabo (Gadak Langen Bogan) digunakan hampir setiap hari. Saat siang hari digunakan sebagai area berjualan, area lalu lintas kendaraan. Sedangkan pada malam hari, berubah menjadi non-motorized area. Dengan tambahan jalan sebagai ruang bersama/tempat beraktivitas maupun wisata kuliner. Dengan menjadikan area ini sebagai area kuliner, aktivitas yang dilakukan sangat terbatas. Jika dilihat dari pengguna, area dengan tempat 5
duduk misalnya, hanya dapat dinikmati dengan membeli makanan yang disajikan. Masyarakat yang tidak melakukan transaksi jual beli tidak dapat mengakses fasilitas ini.
Kondisi saat siang hari
Kondisi saat malam hari Gambar 1.10 Spot Gladak Langen Bogan (Sumber : Dokumentasi penulis, Desember 2012)
Tingkatan intensitas aktivitas di dalam Kawasan ini berbeda-beda. Terdapat beberapa spot dengan intensitas sangat tinggi, sedangkan pada beberapa spot, intensitas sedang bahkan sangat rendah. Pemanfaatan ruang terbuka publik yang berbeda-beda antara satu spot dengan spot lainnya di dalam kawasan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor fisik maupun non fisik. Faktor fisik meliputi sarana, prasarana, regulasi, maupun fasilitas publik yang tersedia. Sedangkan faktor non fisik dapat berupa perilaku masyarakat, aktivitas dominan, maupun waktu penggunaan. Pemanfaatan ruang pada kawasan Benteng Vastenburg saat ini belum maksimal. Hanya pada beberapa spot tertentu dari keseluruhan kawasan yang dipergunakan sebagai area ruang terbuka publik. Masyarakat memanfaatkan ruang di kawasan ini secara tidak teratur, sesuai dengan kebutuhan pengguna dan ketersediaan ruang dan akses yang terbatas. Kondisi eksisting kawasan Benteng Vastenburg menunjukan ketidaksesuaian dengan kondisi ideal/seharusnya sebuah ruang terbuka publik. Ruang-ruang kosong yang tidak termanfaatkan, akses yang tidak baik, dan fasilitas pendukung yang tidak memenuhi syarat serta terbatasnya aktivitas masyarakat merupakan beberapa gejala/indikasi dari kesenjangan yang tercipta di kawasan amatan terhadap kondisi ideal sebuah ruang terbuka publik. Kesenjangan tersebut, secara singkat, dapat menunjukan bahwa terdapat berbagai permasalahan pada area amatan. Secara umum
6
permasalahan tersebut adalah kualitas ruang terbuka publik kawasan Benteng Vastenburg yang belum mendukung kegiatan masyarakat. Dari sinilah timbul pemikiran bahwa diperlukan suatu penelitian mengenai tingkat kualitas ruang terbuka publik di Kawasan vastenburg untuk mengetahui kualitas ruang terbuka publik kawasan sebagai dasar dalam arah pengembangan ruang-ruang terbuka publik Kawasan Vastenburg Surakarta pada masa yang akan datang.
1.2 Rumusan Permasalahan Dari latar belakang tersebut di atas, maka rumusan permasalahan yang terjadi di kawasan studi sebagai berikut : 1. Kualitas ruang tebuka publik Kawasan Benteng Vastenburg belum maksimal mendukung kegiatan masyarakat. 2. Intensitas penggunaan ruang publik yang berbeda-beda antar spot di dalam Kawasan Benteng Vastenburg
1.3 Pertanyaan Penelitian Dari rumusan permasalahan tersebut di atas, maka pertanyaan penelitian yang perlu dijawab dalam penelitian ini, yaitu : 1. Seperti apakah kondisi kualitas ruang terbuka publik Kawasan Benteng Vastenburg? 2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kualitas ruang terbuka publik di Kawasan Benteng Vastenburg?
1.4 Tujuan Penelitian Penelitian mengenai kualitas ruang terbuka publik yang terjadi akibat kualitas ruang terbuka kawasan Benteng Vastenburg. Dengan mengambil studi kasus di empat koridor jalan dan ruang terbuka yang ada di kawasan Benteng Vastenburg mempunya tujuan : 1. Mengidentifikasi tingkat kualitas ruang terbuka publik kawasan Benteng Vastenburg khususnya area koridor Jl Sudirman, Jl. Mayor Sunaryo, Jl. Kapten Mulyadi, Jl. Mayor Kusmanto dan area ruang terbuka yang terbentuk lainnya. 2. Menyusun arahan perancangan area kawasan Benteng Vastenburg berdasarkan hasil penelitian.
7
1.5 Keaslian Penelitian Penelitian dengan tema umum ruang terbuka Publik telah banyak dilakukan sebelumnya. Kajian ruang terbuka publik dapat dijumpai pada Carr(1973), Gosling (1984), Lynch (1960), Siahaan (2010), Juliarthana (2012), Moughtin (2003), dan Haryanti (2008). Sedangkan fokus kajian dengan sub tema kualitas ruang terbuka publik di kawasan Benteng Vastenburg, penulis tidak menemukan kajian dengan fokus dan lokus yang sama. Kajian lain yang berhubungan dengan tema ruang terbuka publik dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No.
Peneliti
Judul
1.
Merry
Faktor-faktor
yg
Konsep Lingkungan dan Perilaku menjadi
Morfosa
Berpengaruh
pada
dasar penelitian RTP. Kajian ini akan
5459/PS/DK
Pemanfaatan
Ruang
B/99
Terbuka Publik Kawasan
menghasilkan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pemanfaatan ruang.
Pusat Kota. Ditinjau dari konsep
2.
Lingkungan-
Konsep ini berbeda dari yang diangkat
Perilaku.
penulis,
Kasus : Ruang Terbuka
berdasarkan
Kawasan Simpang Empat
pemanfaatan.
Senisono YK.
Lokus penelitian juga berbeda.
Yupensius
Studi Prilaku Pengguna
Studi perilaku menjadi dasar penelitian
Rodi
Ruang
Publik
RTP.
7069/PS/DK
Tepi
Sungai
Pusat
Khusus mengamati RTP tepi sungai di
B/00
Kota.
Studi
Terbuka Di
Kawasan
Kasus
:
Alun-alun
Kapuas Pontianak.
dimana
kualitas
elemen
yang
dikaji
spatial
dan
pusat kota. Konsep ini berbeda dari yang diangkat penulis,
dimana
berdasarkan
kualitas
elemen
yang
dikaji
spatial
dan
pemanfaatan. Lokus penelitian juga berbeda. 3.
Hariswan
Faktor-faktor
7662/PS/DK
mempengaruhi
B/01
pemanfaatan terbuka
yang
ruang terbuka publik dam mengetahui ruang
publik
Mengidentifikasi pola perilaku pengguna
pada
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pemanfaatan ruang terbuka publik.
kawasan
pusat
kota
ditinjau
dari
teori
Lokus penelitian di ruang terbuka publik
hubungan
perilaku
dan
Imam Bonjol- Padang
lingkungan
pada
ruang
8
terbuka
Imam
Bonjol-
Padang 3.
Endi Hasary
Perubahan
10801/PS/DK
Kawasan
B/02
Klaten
Identitas Alun-Alun
Sebagai
Perubahan tipologi/identitas RTP menjadi fokus penelitian.
Ruang
Terbuka Publik
Fokus dan lokus berbeda dari yang diangkat penulis.
4.
Hanifa
Komplik
Antara
Rosalia
Peruntukan
14045/PS/DK
Pemanfaatan
B/05
Terbuka
Dengan
ada saat ini.
di
Menemukan
Alun-Alun
Pekalongan. 5.
yang seharusnya dengan kondisi
Ruang
Publik
Kawasan
Studi perbedaan antara peruntukan RTP
komplik
pada
faktor-faktor kasus
RTP
yang
terjadinya alun-alun
Pekalongan.
Rais D. HI.
Faktor
faktor
Yusup
Mempengaruhi
yang seharusnya dengan kondisi
08/281805/P
Konflik Pemanfaatan
ada saat ini.
TK/5736
Ruang
Menemukan faktor-faktor terjadinya konflik
Terbuka
Yang
Publik
Ditinjau dari Pendekatan
Studi perbedaan antara peruntukan RTP yang
dengan pendekatan teoritik
Aspek Teritori 6.
SEPTY
Hubungan Antara Kondisi
Studi hubungan antara peruntukan RTP
KARMAWAN
Ruang Terbuka
yang seharusnya dengan kondisi
08/274889/P
Publik Dengan Kegiatan
ada saat ini.
TK/04987
Yang Terjadi
Menemukan
Studi kasus Pada Ruang
menyebabkan terjadinya kegiatan.
faktor-faktor
yang
yang
Terbuka Publik Tepi Laut Kota Tanjungpinang
Konsep ini berbeda dari yang diangkat penulis, dimana peneliti mengkaji kualitas RTP karena ditemukan indikasi buruknya kualitas RTP
7.
Dwi
Utomo
Kualitas Ruang Terbuka
Sahid
Publik, Pola Pemanfaatan
11/325999/P
Ruang KawasanBenteng
TK/07844
Vastenburg Surakarta
9