BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Produktivitas sangat penting bagi perusahaan dalam rangka persaingan bisnis
yang
kompetitif
sehingga
setiap
perusahaan
dituntut
untuk
meningkatkan kinerjanya agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain. Produktivitas diartikan sebagai perbandingan antara nilai yang dihasilkan suatu kegiatan terhadap nilai semua masukan yang digunakan dalam melakukan kegiatan tersebut (Wignjosoebroto, 1995). Oleh karena itu, pengukuran produktivitas dilakukan sebagai cara peningkatan dan perbaikan produktivitas. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertras) mencatat tingkat produktivitas tenaga kerja Indonesia masih rendah. Berdasarkan analisis International Labour Organization (ILO) pada tahun 2009 menempatkan Indonesia berada di posisi 83 dari 124 negara (Pusat Humas Kemenakertrans, 2013). Indonesia mempersiapkan daya saing pada tahun 2015 untuk bergabung dalam masyarakat ekonomi ASEAN (Probowo, 2013). Presiden menganjurkan bagi kalangan pekerja dan buruh wajib memelihara produktivitas sehingga mendorong peningkatan daya saing perusahaan. Hal ini mempengaruhi daya saing perusahaan Indonesia dalam peningkatan ekonomi sehingga mendorong kesejahteraan rakyat. Bila ekonomi bertumbuh maka pendapatan negara meningkat dan sejahtera (Prabowo, 2013). Industri tekstil dan produk tekstil atau lebih dikenal dengan Industri TPT adalah salah satu industri perintis dan tulang punggung manufaktur Indonesia. Posisi strategis industri ini semakin tampak nyata jika ditinjau dari sisi kontribusinya terhadap perekonomian khususnya dalam bentuk pendapatan ekspor dan penyerapan tenaga kerja. Bahkan jika mencermati periode sekitar 20 tahun yang lalu perkembangan kinerja industri tekstil menunjukkan masa keemasannya, dimana pada saat itu industri ini mampu menyumbang lebih dari 35% dari total ekspor manufaktur dan penciptaan lapangan kerja terbesar di sektor manufaktur (BKPM, 2011). Perkembangan ekspor garmen ke AS dan 1
2
Uni Eropa pada tahun 2006 sampai 2010 menunjukkan peningkatan tiap tahunnya seperti terlihat dalam grafik pada Lampiran 1. Namun demikian menurut Asosiasi Pertekstilan Indonesia, para eksportir TPT Indonesia dilaporkan mengalami penurunan produksi pada bulan November 2011, dikarenakan AS dan Eropa membatalkan permintaan barang seperti terlihat dalam grafik pada Lampiran 2. Pesanan dari AS yang dibatalkan mencapai dua persen hingga tiga persen sementara dari kawasan Eropa sebesar lima persen. Sampai saat ini tidak ada lagi pasar ekspor negara lain sebesar Amerika Serikat dan Uni Eropa sehingga pasar tersebut sulit untuk dialihkan lagi. Rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja Indonesia yang masih rendah bila dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya yang lebih maju tentu saja melahirkan kekhawatiran, mengingat Indonesia makin dituntut untuk mampu melakukan kompetisi di pasar internasional akibat makin kuatnya sistem perdagangan bebas. Produktivitas tenaga kerja yang tinggi merupakan salah satu variabel penting dalam keunggulan persaingan (Sutrisno, 2007). PT. Dan Liris Surakarta adalah salah satu perusahaan tekstil di Indonesia. Perusahaan ini memproduksi pakaian jadi yang dieksport ke beberapa negara, diantaranya Eropa dan Amerika. Spinning, Weaving, Garment dan Textile adalah 4 divisi yang ada di perusahaan ini. Divisi Garment memiliki 3 unit. Unit 3 adalah unit bagian perusahaan yang mengerjakan permintaan dari satu pembeli (buyer) yaitu Mark & Spencer. Di unit ini memiliki 5 (lima) departemen,
diantaranya:
Departemen
Cutting,
Departemen
Sample,
Departemen Sewing, Departemen Finishing dan Departemen Gudang. Masingmasing departemen memiliki fungsi dan tugas masing-masing. Tingkat produktivitas setiap departemen dilihat dari berapa banyak tingkat error yang terjadi. Di setiap departemen memiliki istilah untuk jenis error yang terjadi, pada Departemen Cutting diberi nama recut cutting, Departemen Sewing diberi nama rework sewing dan Departemen Finishing diberi nama reject finishing. Gambar 1.1. merupakan tabulasi recut cutting, rework sewing dan reject finishing pada tahun 2012 sampai 2014.
3
3.50
Presentase (% )
3.00
2.50 2.00
RECUT CUTTING
1.50
REWORK SEWING
1.00
REJECT FINISHING
0.50
TARGET REWORK
0.00
TARGET RECUT
Waktu
Gambar 1.1. Tingkat Error di Departemen Cutting, Sewing dan Finishing pada Tahun 2012 sampai 2014 Pada gambar di atas terlihat bahwa Departemen Sewing memiliki tingkat error (rework sewing) yang cukup tinggi dibandingkan dengan departemen yang lain. Target rework pada Departemen Sewing adalah 1,5% sedangkan target recut untuk Departemen Cutting sekitar 1,6%. Departemen Sewing memiliki 18 line dalam proses produksinya. Ada 2 (dua) jenis line yang mengerjakan proses produksinya berdasarkan model atau style nya yaitu similiar model dan variety model. Line dengan variety model artinya adalah line yang mengerjakan proses produksi dengan berbeda model atau style setiap ordernya sedangkan untuk similiar model memiliki tingkat kesaamaan model atau sytle dalam proses produksinya seperti terlihat dalam Lampiran 3. Line yang khusus mengerjakan similiar model adalah Line A1 dan A7. Proses yang terjadi di sini adalah continuous process. Setiap order memiliki model (style) yang sama sehingga operator sewing akan mengerjakan proses yang sama dan menggunakaan mesin yang sama secara berulang-ulang. Operator sewing memiliki target per jam dalam melakukan tugasnya (task) dan apabila kurang dari target mereka akan mendapatkan sanksi baik itu secara individu maupun pada satu line kerja. Di samping itu, setiap pengambilan keputusan dalam pekerjaan (cognitive) juga mempengaruhi produksi operator perjamnya baik operator sewing itu sendiri maupun supervisornya. Proses berulang-ulang (continuous process) inilah yang membuat beberapa operator sewing mengalami kemunduran hasil kerja
4
setiap jamnya sehingga mempengaruhi hasil produksi dan membuat penumpukan di beberapa bagian. Pada Gambar 1.2. menunjukkan grafik produktivitas operator
100 80
60 40
Line A1
20
Line A7
0 1/1/2013 4/1/2013 8/1/2013 11/1/2013 15/1/2013 18/1/2013 23/1/2013 30/1/2013 2/2/2013 6/2/2013 9/2/2013 13/2/2013 21/2/2013 25/2/2013 28/2/2013 4/3/2013 7/3/2013 11/3/2013 14/3/2013 18/3/2013 21/3/2013 25/3/2013 28/3/2013 3/4/2013 6/4/2013 10/4/2013 13/4/2013 17/4/2013 20/4/2013 24/4/2013 29/4/2013 2/5/2013 6/5/2013 9/5/2013 14/5/2013 17/5/2013 21/5/2013 24/5/2013 30/5/2013 3/6/2013 6/6/2013
Kuantitas Produks i
sewing setiap harinya pada Bulan Oktober 2012 sampai Juni 2013.
Waktu
Gambar 1.2. Produktivitas Operator Sewing pada Line A1 dan A7 Perhari pada Unit 3 PT. Dan Liris Produktivitas Operator Sewing Line Perhari pada Bulan Oktober 2012 sampai Juni 2013 untuk Line A1 dan A7 adalah 22,86 % dari total produktivitas yang berada di bawah control limit. Hal ini berarti produktivitas untuk Line A1 dan A7 yang mengerjakan continuous process rata-rata hanya mencapai 77,14% dari persentase minimum 80% yang diinginkan oleh perusahaan. Pengaruh signifikan terhadap pengurangan hasil produksi yang ditargetkan oleh perusahaan. Penurunan produktivitas ini dipengaruhi oleh faktor pekerjaan (task) yang berulang-ulang (continuous process) dan pengambilan keputusan secara kognitif (cognitive) yang tidak tepat dilakukan oleh operator sewing sehingga mempengaruhi produktivitas pekerja. Hal ini dipengaruhi oleh error yang dilakukan operator dengan melakukan rework sewing seperti terlihat pada Lampiran 4. Tenaga kerja yang handal merupakan salah satu sumber daya penting bagi PT. Dan Liris Surakarta karena dengan tenaga kerja yang handal akan memberi kontribusi yang besar bagi perusahaan terutama dalam menghasilkan produk sesuai dengan standar dan kualitas yang baik. Dengan permasalahan di atas maka penelitian ini mengangkat bagaimana penerapan Metode HRA dalam mengidentifikasi faktor task dan cognitive yang mempengaruhi produktivitas
LCL
5
pekerja. Penelitian ini berjudul Analisis Keandalan Operator Sewing pada Industri Garment.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah berapa nilai keandalan operator sewing pada Industri Garment?
1.3. Batasan Masalah Dalam penelitian ini dilakukan pembatasan masalah agar pelaksaan serta hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan pelaksanaannya. Adapun batasan masalahnya adalah sebagai berikut: a. Penelitian ini dilakukan pada Unit 3 PT. Dan Liris Surakarta. b. Penelitian ini meneliti operator sewing yang mengerjakan continuous process pada Line produksi A1 dan A7 dengan kuantitas order yang bervariasi. c. Jenis model pakaian yang dikerjakan oleh operator sewing berdasarkan jumlah operator, mesin dan proses kerja adalah sama dan tetap.
1.4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai keandalan operator sewing sehingga dapat dipakai sebagai landasan untuk mengidentifikasi peningkatan produktivitas kerja operator sewing pada Departemen Sewing PT. Dan Liris Surakarta.
1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat untuk memperdalam pengetahuan mengenai metode keandalan manusia (Human Reliability Assessment) pada continuous process di Industri Garment dan menjadi bahan pertimbangan atas masukan-masukan pengendaliannya.
tentang
keandalan
operator
sewing
beserta
cara