BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terdiri dari 17.504 pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dengan beraneka ragam sumber daya, suku bangsa, bahasa, dan budaya. Oleh karena itu, kebutuhan akan sarana transportasi untuk menunjang aktivitas perekonomian, politik, social, ataupun budaya sangatlah tinggi. Berkaitan dengan hal tersebut, maka banyak bermunculan penyedia layanan jasa transportasi, baik itu transportasi darat, laut, maupun udara. Jika dikaitkan dengan kebutuhan akan waktu tempuh yang singkat, transportasi udara mempunyai peran yang dominan dalam mobilitas antar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengingat 2/3 luas Negara Kesatuan Republik Indonesia berupa perairan. Permintaan akan jasa angkutan udara kian tinggi seiring dengan jumlah penduduk yang relatif banyak dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Menurut Kepala Badan Pusat Statistik, Suryamin, pada Kementrian Perhubungan (2015), semester I – 2015 jumlah penumpang angkutan udara domestik mencapai 32,3 juta orang, naik 14,06% dibandingkan periode yang sama tahun 2014 sebanyak 28,3 juta orang. Pada periode Januari - Desember 2014 pun jumlah penumpang angkutan udara domestic
mencapai 58,9 juta orang, meningkat
5,81% dari tahun 2013 sebanyak 55,7 juta orang. Kementrian Perhubungan (2015) juga menyatakan bahwa pada operasi angkutan lebaran tahun 2015 yang dilaksanakan mulai H-15 sampai dengan H+8 tercatat ada kenaikan jumlah penumpang pada moda transportasi udara dan kereta api, untuk moda angkutan jalan dan penyeberangan jumlah penumpang justru menurun. Dibandingkan dengan penyelenggaraan operasi angkutan lebaran tahun 2014, pada tahun 2015 jumlah penumpang transportasi udara khususnya penumpang domestik meningkat di atas 8% yaitu dari 3.461.023 penumpang menjadi 3.766.139 penumpang. Angka tersebut diluar prediksi Kementerian Perhubungan yang memprediksi pertumbuhan jumlah penumpang hanya sekitar 3%. 1
Pada pelaksanaan aktifitas angkutan udara, ada dua subsistem yang perlu digaris bawahi, yaitu bandar udara sebagai pengelola sarana dan prasarana pendukung serta perusahaan penerbangan yang mengoperasikan pesawat terbang sebagai armadanya. Bandar udara atau lebih sering kita sebut bandara merupakan bagian yang sangat vital dari transportasi udara. Hal ini sedikit berbeda dengan pelabuhan laut yang berfungsi sebagai pendukung angkutan laut, ataupun terminal dan stasiun pada angkutan darat karena setiap penerbangan maupun pendaratan menuntut kecermatan dengan akurasi tinggi. Tanpa bandara, aktifitas angkutan udara tidak akan dapat dilaksanakan khususnya yang menggunakan jenis pesawat terbang bersayap tetap yang harus membutuhkan landasan pendaratan yang memenuhi syarat (BPS, 2014). Bandara Internasional Adi Soemarmo merupakan salah satu bandara yang berada di bawah naungan PT Angkasa Pura I (Persero), salah satu Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang bergerak dalam bidang jasa kebandarudaraan. Bandara Internasional Adi Soemarmo mulai resmi dikelola oleh Perusahaan Umum Angkasa Pura I pada tanggal 1 Januari 1992. Selanjutnya pada tanggal 1 Januari 1993 Perusahaan Umum Angkasa Pura I berubah status menjadi Perseroan Terbatas Angkasa Pura I sampai dengan sekarang. Menurut Sekretaris Perusahaan PT Angkasa Pura I (Persero), Farid Indra Nugraha (Warta Ekonomi, 2015) dari tiga belas bandara yang dikelola PT Angkasa Pura I (Persero), terdapat enam bandara yang merugi pada tahun 2014, dan Bandara Internasional Adi Soemarmo Surakarta merupakan salah satu dari enam bandara yang merugi tersebut. Pada tahun 2014 Bandara Internasional Adi Soemarmo Surakarta merugi 20 miliar Rupiah. Kerugian tersebut meningkat 17% dari kerugian tahun 2013 sebesar 17 miliar Rupiah. Ada kemungkinan kerugian suatu perusahaan disebabkan oleh adanya kinerja yang kurang baik dari satu atau lebih komponen manajemen perusahaan. Kinerja yang kurang baik bisa jadi disebabkan oleh lemahnya sistem pengendalian manajemen perusahaan. Tidak bisa dipungkiri, dewasa ini iklim persaingan usaha dalam meraub laba dan memberi kepuasan konsumen yang semakin tinggi mengakibatkan pengendalian manajemen perusahaan menjadi hal yang sangat penting untuk melakukan evaluasi terhadap performa di masa lalu dan 2
menetapkan tujuan di masa mendatang. Dalam pengendalian manajemen, seorang pimpinan diharapkan mampu memantau seluruh kegiatan operasi maupun non operasi perusahaan secara langsung. Namun, semakin kompleksnya kegiatan suatu perusahaan menyebabkan pimpinan tidak lagi mampu memantau seluruh kegiatan perusahaan secara langsung. Oleh karena itu, diperlukan adanya pendelegasian wewenang kepada masing-masing manajer ataupun unit-unit di bawahnya. Akuntansi pertanggungjawaban muncul sebagai akibat dari adanya pendelegasian
wewenang
tersebut.
Dapat
dikatakan,
akuntansi
pertanggungjawaban merupakan kewajiban pertanggungjawaban terstruktur dari bawahan kepada atasannya, atas wewenang yang telah diberikan atasan kepada bawahan tersebut. “With great power comes great responsibility” (Spiderman, 2002). Pada film Spiderman, kalimat tersebut adalah petuah yang disampaikan Paman Ben kepada Peter Parker sebelum meninggal. Begitu juga dengan akuntansi pertanggungjawaban, Makin besar wewenang yang dimiliki seorang manajer pusat pertanggungjawaban, maka makin besar pula tanggung jawab yang dipikul oleh manajer pusat pertanggungjawaban tersebut. pertanggungjawaban,
atasan
akan
lebih
mudah dalam
Dengan akuntansi mengawasi dan
mengoordinasi bawahannya. Mulyadi (2015), mengatakan bahwa secara keuangan kemungkinan penyebab kerugian ada dua, yaitu biaya yang terlampau besar dan/atau pendapatan yang kurang mencukupi. Akuntansi pertanggungjawaban juga merupakan suatu sistem pengendalian yang berfungsi untuk menelusuri ketidaksesuaian biaya ataupun pendapatan dengan cara membandingkan selisih atau biasa kita sebut variansi, antara anggaran dengan realisasi. Di sisi lain, variansi merupakan indikator kinerja yang menggambarkan tercapai tidaknya target yang telah dicanangkan manajemen di awal periode. Sebagai pelengkap sistem akuntansi pertanggungjawaban dalam konteks laba ataupun rugi, rasio profitabilitas menjadi alternatif indikator kinerja perusahaan dalam rangka pengendalian manajemen. Analisis rasio profitabilitas diperlukan untuk menilai besar kecilnya produktifitas usaha sebuah perusahaan. Profitabilitas merupakan hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan (Handayani, et all, 2013). Tingkat profitabilitas perusahaan yang tinggi akan meningkatkan daya saing perusahaan. Perusahaan yang memiliki profitabilitas 3
yang tinggi akan mempunyai kecenderungan melakukan ekspansi usaha sehingga akan membuka kesempatan investasi yang baru. Berdasarkan uraian di atas, di dalam benak penulis muncul hasrat ingin tahu yang menggebu-gebu tentang penerapan akuntansi pertanggungjawaban, variansi, dan profitabilitas PT Angkasa Pura I (Persero) Kantor Cabang Bandara Internasional Adi Soemarmo. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Analisis Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban PT Angkasa Pura I (Persero) Kantor Cabang Bandara Internasional Adi Soemarmo Dengan Variansi dan Rasio Profitabilitas Sebagai Indikator Kinerja”.
1.2 Rumusan Masalah Suatu pengendalian manajemen dibutuhkan untuk menjamin proses dalam pencapaian tujuan organisasi dapat berjalan secara efektif dan efisien. Salah satu aktivitas dalam pengendalian manajemen adalah pengukuran kinerja. Akuntansi pertanggungjawaban merupakan sebuah system dalam pengendalian manajemen yang menggunakan variansi sebagai indikator kinerja dalam pengukuran kinerja manajemen. Karena objek penelitian mengalami kerugian, maka penulis menggunakan variansi dalam laporan realisasi anggaran
laba rugi dan
menambahkan profitabilitas sebagai indikator kinerja. Penelitian ini dilakukan dengan
harapan
dapat
mengetahui
sejauh
mana
penerapan
akuntansi
pertanggungjawaban pada PT Angkasa Pura I (Persero) Kantor Cabang Bandara Internasional Adi Soemarmo serta bagaimana kinerja keuangan perusahaan dari sisi variansi anggaran laba rugi dan profitabilitasnya. Berdasarkan pemaparan di atas, maka pokok masalah yang akan dibahas adalah: 1. Apakah PT Angkasa Pura I (Persero) Kantor Cabang Bandara Internasional Adi Soemarmo menerapkan akuntansi pertanggungjawaban? Apabila telah menerapkan, sudah memadai kah penerapan tersebut? 2. Bagaimanakah kinerja perusahaan dari sisi keuangan menurut indikator variansi
dan profitabiltas?
Bagaimanakah sebaiknya manajemen
menyikapi hal tersebut? 4
1.3Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Memberikan penjelasan tentang penerapan akuntansi pertanggungjawaban PT Angkasa Pura I (Persero)
Kantor Cabang Bandara Internasional
Adisoemarmo. 2. Menilai kinerja perusahaan dari sisi keuangan berdasarkan variansi laporan realisasi laba rugi dan profitabilitas.
1.4 Manfaat Penelitian Penulis melakukan penelitian pada PT Angkasa Pura I (Persero) Bandara Internasional Adi Soemarmo dengan harapan agar penelitian dapat bermanfaat bagi semua pihak, antara lain: a. Bagi perusahaan:
Sebagai bahan masukan ataupun evaluasi guna perbaikan dan sumbangan pemikiran
kepada
manajemen
mengenai
sistem
akuntansi
pertanggungjawaban dan kinerja keuangan perusahaan kedepannya. b. Bagi penulis:
Sebagai bahan perbandingan antara teori yang didapat dari bangku kuliah dengan praktik yang terjadi di lapangan tentang penerapan akuntansi pertanggungjawaban dan pengukuran kinerja keuangan suatu perusahaan.
c. Bagi pembaca:
Dapat menambah khasanah keilmuan dan wawasan tentang penerapan akuntansi pertanggungjawaban dan keadaan kinerja perusaan yang bersangkutan.
1.5 Sistematika Penulisan Untuk mempermudah memperoleh pemahaman mengenai penulisan skripsi ini, maka penulis membagi skripsi ini menjadi menjadi lima bab, dengan rincian sebagai berikut:
5
BAB I Pendahuluan Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian. serta sistematika penulisan. BAB II Telaah Pustaka Bab ini menjelaskan tentang dasar-dasar teori yang menyangkut penelitian ini yaitu mengenai pengertian akuntansi pertanggungjawaban, syarat akuntansi pertanggungjawaban, karakteristik akuntansi pertanggungjawaban, penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran. BAB III Metode Penelitian Bab ini menjelaskan tentang variabel penelitian, definisi operasional, objek penelitian, jenis dan sumber data, metode dalam pengumpulan data serta analisis data.
BAB IV Hasil dan Pembahasan Bab ini berisi tentang deskripsi dari objek yang diteliti, analisis, serta pembahasan. BAB V Penutup Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
6