BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Bersama dengan berkembangnya dunia bisnis, banyak perusahaan yang terus
mencoba menghasilkan produk yang berkualitas yang mengakibatkan timbulnya persaingan antar perusahaan. Dikutip dari artikel penelitian lain menyatakan bahwa perusahaan harus beradaptasi dengan perubahan “Dengan adanya persaingan tersebut, maka perusahaan harus mampu mempertahankan keberadaannya dalam lingkungan masyarakat, selain itu perkembangan dunia yang begitu cepat di bidang Pengetahuan dan teknologi juga menuntut perusahaan untuk dapat berjalan dengan cepat dan tepat mengikuti perubahan yang terjadi.” (http.success.org/AP/in/15.shtml) Menurut Peraturan Menteri Perindustrian RI, menyatakan bahwa industri furniture telah lama diakui sebagai industri yang padat karya dan banyak menyerap lapangan
kerja.
Pengembangan
industri
diarahkan
kepada
industri
yang
menghasilkan produk bernilai tambah tinggi, berdaya saing global dan berwawasan lingkungan. Industri furniture merupakan salah satu yang memenuhi kriteria tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa industri ini juga merupakan industri prioritas penghasil devisa negara mengingat begitu besarnya sumber bahan baku yang kita miliki. Daya saing furniture dan kerajinan Indonesia terletak pada sumber bahan baku alami yang melimpah dan berkelanjutan, keragaman corak desain yang berciri khas lokal serta didukung oleh sumber daya manusia yang melimpah. Menurut data indeks produksi industri furniture pada Badan Pusat Statistik, menyatakan bahwa industri furniture di Indonesia selalu mengalami peningkatan pada setiap tahunnya sejak tahun 2011 hingga 2013, seperti tabel dibawah ini:
Tabel 1.1 Data Indeks Produksi Industri Manufaktur 2011, 2012, dan 2013 Tahun
Semester I
Semester II
Rata-rata
2011
108.39 %
111.645 %
110.02 %
2012
105.31 %
101.23 %
103.27 %
2013
106.15 %
107.53 %
106.84 %
Sumber: bps.go.id 1
2
PT Karya Mentari Seraya merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak pada bidang usaha furniture. PT Karya Mentari Seraya belum menerapkan strategi manajemen biaya pada perusahaannya. Selain harus mengikuti perkembangan kondisi Indonesia, baik mengenai masyarakat maupun hal-hal yang berkaitan dengan sosial, ekonomi, dan politik, PT Karya Mentari Seraya juga harus siap dalam mengahadapi para pesaingnya yaitu perusahaan furniture lain yang telah menjalankan bisnisnya di Indonesia lebih dahulu maupun yang akan datang
Tabel 1.2 Perusahaan Pesaing PT. Karya Mentari Seraya No.
Nama Perusahaan
1.
PT. Indovickers Furnitama
2.
PT. Vinotindo Graha Sarana
3.
PT. Vivere Collection
4.
PT. Datascrip
5.
PT. Morelli Mitra Mandiri
Sumber : Data Intern Perusahaan
Di bawah ini merupakan grafik mengenai perkembangan tingkat penjualan dan keuntungan yang diperoleh PT Karya Mentari Seraya, pada tahun 2011, 2012, dan 2013, sebagai berikut:
Gambar 1.1 Pertumbuhan Penjualan dan Profit pada PT Karya
Mentari
Seraya Sumber: Data internal PT Karya Mentari Seraya tahun 2011, 2012, dan 2013
3
Gambar diatas menunjukkan bahwa adanya peningkatan presentase penjualan PT Karya Mentari Seraya pada tahun 2012 sebesar 18.75%, 2013 sebesar 36.14%, sedangkan untuk profit yang diperoleh PT Karya Mentari Seraya pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 40.44%, namun pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 7.45%. Dari data tersebut, maka dapat dilihat adanya permasalahan diantara penjualan dan profit antara tahun 2011 hingga 2013 yang dialami perusahaan, yaitu tingkat penjualan perusahaan yang selalu meningkat, namun untuk profit yang diperoleh mengalami penurunan pada tahun 2013. Oleh karena itu, hal tersebut terjadi karena terdapat permasalahan dalam pengalokasian biaya peruasahaan. Berdasarkan data laporan keuangan yang diperoleh dari PT Karya Mentari Seraya pada tahun 2011, 2012, dan 2013, adanya beberapa peningkatan biaya yang terjadi dalam kegiatan perusahaan terutama pada beban pokok pendapatan pada tahun 2013 yang memiliki peningkatan yang cukup drastis dibandingkan dengan beban lainnya, selain itu adanya peningkatan pajak pada tahun 2013. Oleh karena itu, dengan adanya peningkatan pajak yang merupakan kebijakan yang tidak dapat diubah, maka dapat disesuaikan dengan pengolakasian biaya yang baik pada aktivitas lainnya. Menurut permasalahan diatas, perusahaan harus memiliki strategi bisnis yang tepat agar dapat bertahan dalam persaingan industri yang semakin ketat, yang digunakan sebagai arahan bagaimana organisasi bertindak agar tujuan organisasi dapat dicapai, PT Karya Mentari Seraya harus siap dalam menghadapi para pesaing di dalam industri furniture di Indonesia, selalu berusaha untuk menjadi lebih diantara pesaing-pesaing tersebut untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar di Indonesia. Oleh karena itu, strategi bersaing merupakan keputusan untuk mengarahkan agar perusahaan dapat mempertahankan dan meningkatkan posisi bersaingnya,
dengan
terus
berupaya
melakukan
perbaikan
efisiensi,
dan
mengembangkan teknologinya. Menurut Hitt, Ireland, dan Hoskisson (2011:4), ketika memilih strategi, perusahaan membuat pilihan antara alternatif bersaing sebagai jalur untuk memutuskan bagaimana mereka akan mengejar daya saing strategis. Menurut Assuari (2011), menyatakan bahwa keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan, hanya dimungkinkan bila perusahaan itu mempunyai keunggulan bersaing. Suatu perusahaan baru dapat memiliki keunggulan bersaing
4
bila perusahaan tersebut berhasil merancang dan mengimplementasikan strategi penciptaan nilai atau value. Maka dari itu, untuk dapat menyaingi perusahaan furniture lainnya, PT Karya Mentari Seraya perlu menerapkan Value Chain Analysis, dimana perusahaan dapat mengindentifikan keunggulan (advantage) dan kelemahan (disadvantage) yang terdapat pada setiap tahap rantai nilai (Value Chain). Dengan menggunakan Value Chain Analysis, perusahaan dapat menciptakan keunggulan kompetitif (competitive advantage) dan mengatur aktivitas-aktivitas tersebut lebih baik dari perusahaan lain dalam industri. Menurut rantai nilai menunjukkan bagaimana sebuah produk bergerak dari tahap bahan baku sampai dengan pelanggan akhir. Dalam Value Chain Analysis, terdapat dua tipe aktivitas nilai yang luas yaitu aktivitas utama dan aktivitas pendukung. Pertama, aktivitas utama meliputi Inbound logistic (logistik ke dalam), Operation (kegiatan operasi), Outbound logistic (logistic ke luar), Marketing and Sales (pemasaran dan penjualan), dan Service (pelayanan), yang memberikan kontribusi pada penciptaan fisik dari produk dan jasa, penjualan dan pengirimannya kepada pembeli dan pelayanan setelah penjualan. Kedua, aktivitas pendukung meliputi Procurement (pengadaan), Technology Development (pengembangan teknologi), Human Resource Management (manajemen sumber daya manusia) dan Firm Infrastructure (infrastruktur perusahaan), sebagai proses menambah nilai baik oleh PT Karya Mentari Seraya sendiri atau menambah nilai dengan membuat hubungan antara aktivitas utama dan pendukung. Model
rantai
nilai
merupakan
alat
analisis
yang
berguna
untuk
mendefinisikan kompetensi inti perusahaan dimana perusahaan dapat mengejar keunggulan kompetitif sebagai berikut: 1) Keunggulan Biaya: dengan lebih baik memahami biaya dan menekannya keluar dari aktivitas penambahan nilai. 2) Diferensiasi: dengan fokus pada aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan kompetensi inti dan kemampuan untuk melakukannya lebih baik daripada pesaing. Singkatnya analisis Value Chain mendukung strategi keunggulan kompetitif pada perusahaan dengan membantu menemukan peluang untuk menambah nilai bagi pelanggan dengan cara menurunkan biaya produk atau jasa, sehingga perusahaan dapat lebih meningkatkan profitabilitas.
5
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka mendorong penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan topik strategi bersaing pada PT Karya Mentari Seraya, perusahaan manufaktur yang bergerak pada bidang usaha furniture dengan
judul
“USULAN
PENENTUAN
STRATEGI
GENERIK
DENGAN
PENDEKATAN PERHITUNGAN ANALISIS VALUE CHAIN (STUDI KASUS: PT KARYA MENTARI SERAYA”
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasi perumusan
masalah adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana cara mengalokasikan biaya-biaya PT Karya Mentari Seraya ke dalam aktivitas –aktivitas Value Chain ? 2. Bagaimana penerapan analisis Value Chain sebagai alat analisa untuk menghitung nilai margin pada PT Karya Mentari Seraya ? 3. Strategi generik apa yang tepat untuk PT Karya Mentari Seraya dalam menyikapi persaingan saat ini?
1.3
Tujuan Penelitian
1. Untuk dapat mengalokasikan biaya-biaya PT Karya Mentari Seraya ke dalam aktivitas-aktivitas Value Chain. 2. Untuk mengetahui penerapan analisis Value Chain dalam menghitung nilai margin pada PT Karya Mentari Seraya. 3. Untuk mengidentifikasi strategi generik yang tepat untuk PT Karya Mentari Seraya dalam menyikapi persaingan saat ini.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai penerapan dan tujuan dari analisis Value Chain, serta menambah wawasan atas pemahaman secara praktik dari teori-teori yang diperoleh selama di perkuliahan dengan kenyataan yang sebenarnya.
6
2. Bagi Perusahaan Diharapkan mampu membantu perusahaan dalam mengenal model rantai nilainya dan cara mengembangkan keunggulan bersaing melalui penerapan analisis Value Chain, memberi masukan dalam memilih alternative tindakan korektif yang diperlukan untuk masa yang akan datang. 3. Bagi Pembaca Sebagai sumber informasi dan pengetahuan mengenai penarapan analisis Value Chain, diharapkan dapat menjadi referensi penelitian dalam pengembangan penelitian lebih lanjut, serta memberi pengetahuan mengenai Value Chain bagi berbagai pihak yang memerlukan..
1.5
State of The Art State of the art (penelitian terdahulu) merupakan suatu penelitian yang
dilakukan oleh peneliti mengenai suatu informasi atau data fakta yang berasal dari sumber aslinya. Beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan telaah pustaka bagi penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1.3 State of The Art Penulis/tahun
Judul
Hubungan dengan
Hasil Penelitian
Penelitian WU Yanfang
Research on Cost Meningkatkan
(2012)
Strategies in
konstruksi perusahaan kereta sama mengeksplorasi
Railway
api dan menurunkan biaya konsep Value Chain
Construction
proyek serta pengembangan Analysis.
Business Based
strategi.
on Value Chain
mendapatkan
keuntungan
Analysis
kompetisi
masuk
analisis Penelitian ini sama-
Perusahaan
dan
akan
ke
pembangunan jangka panjang, jika
perusahaan
melakukan
peningkatan
upaya
dalam
manajemen
biaya
dan
7
pengendalian perusahaan, serta menerapkan
manajemen
strategi biaya Sang Chul
The Analysis of
Untuk mengeksplorasi kasus Penelitian ini sama-
Jung (2014)
Strategic
sukses Samsung perusahaan sama mengeksplorasi
Management of
elektronik seperti menerapkan konsep Value Chain
Samsung
generik model rantai nilai. Analysis
Electronics
Samsung
Company
menggunakan sejumlah model
through the
rantai
Generic Value
menciptakan
Chain Model
membangun sistem manajemen
elektronik
nilai
personalia
generik visi
bersama,
berbasis
pengembangan logistik,
dalam
kinerja, teknologi,
pemasaran
penjualan,
dan
dan
prosedur
pengendalian biaya. Samsung telah
mencangkok
praktik
bisnis Barat ke sistem pada dasarnya
di
Jepang,
menggabungkan keterampilan manufaktur berbiaya rendah tradisional dengan kemampuan untuk membawa berkualitas tinggi, margin tinggi produk bermerk dengan cepat ke pasar. Ritika Tanwar
Porter’s Generic Strategi
generik
dapat Penelitian ini sama-
(2013)
Competitive
organisasi
untuk sama mengeksplorasi
membantu
8
Strategies
mengatasi
lima
kekuatan Competitive Strategy/
kompetitif dalam industri dan Porter’s Generic melakukan lebih baik daripada organisasi lain dalam industri. Hasil
dari
menunjukan
penelitian
ini
bahwa
strategi
tidak
lebih
diferensiasi
mungkin untuk menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan rendah
strategi
karena
menciptakan
biaya
diferensiasi
entry
barrier
yang lebih baik. Strategi fokus untuk
peningkatan
pasar
dan
pangsa
cocok
untuk
perusahaan-perusahaan
yang
relatif
dapat
kecil
digunakan
tapi oleh
perusahaan. perusahaan
Ada
setiap beberapa
yang
hanya
menerapkan salah satu strategi generik tersebut, namun ada juga
beberapa
yang
menerapkan lebih daru satu strategi generik. Mas Bambang
Hybrid Strategy : Kedua
peneliti
manajemen Penelitian ini sama-
Baroto,
A New Strategy strategis dan praktisi telah sama mengeksplorasi
Muhammad
for
Competitive menyadari pentingnya strategi Competitive
9
Madi Bin
Advantage
biaya dan diferensiasi untuk Advantage Strategy
Abdullah, dan
efektif dan keunggulan kinerja
Hooi Lai Wan
suatu organisasi. Baru-baru ini
(2012)
banyak perusahaan besar / korporasi
telah
menerapkan
kedua
strategi
secara
bersamaan, bukan menerapkan strategi
tunggal
pada
satu
periode waktu. Tujuan utama dari artikel ini adalah untuk memberikan
bukti
bahwa
strategi hybrid (baik biaya kepemimpinan
dan
strategi
diferensiasi) telah dilaksanakan oleh beberapa perusahaan di seluruh dunia. Oktavima
Analisis Rantai
Analisis
Wisdaningrum
Nilai (Value
merupakan alat analisis yang sama mengeksplorasi
(2013)
Chain) Dalam
berguna
Lingkungan
posisi perubahan dalam suatu Analysis.
Internal
rantai yang membentuk nilai
Perusahaan
suatu produk. Analisis Value Chain
Value
untuk
Chain Penelitian ini sama-
memahami konsep Value Chain
merupakan
aktivitas-aktivitas
analisis yang
menghasilkan nilai, baik yang berasal dari dalam dan luar perusahaan. Perusahaan harus mampu mengenali posisinya
10
pada
rantai
nilai
yang
membentuk produk atau jasa tersebut. Hal ini sangat penting untuk
mengidentifikasi
kesempatan dari persaingan. Setelah posisinya, mengenali
mengidentifikasi maka
perusahaan
aktifitas-aktifitas
yang membentuk nilai tersebut. Sumber : Penulis (2015)