BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Otonomi daerah memberikan kesempatan bagi daerah untuk mengatur dan mengurus pemerintahan dan pengelolaan sumberdaya wilayah secara mandiri. Kebijakan tersebut membuka peluang bagi daerah untuk mengembangkan daerahnya
sesuai
dengan
kemampuan
masing
–
masing.
Sehingga
penyelenggaraan pembangunan nasional merupakan bagian internal yang dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumberdaya nasional yang memberikan
kontribusi terhadap peluang kesempatan kerja,
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan perkembangan wilayah. Pengembangan ekonomi lokal merupakan salah satu proses yang menekankan pada penggunaan sumberdaya yang ada di wilayah untuk membangun kesempatan kerja dan menciptakan kesejahteraan melalui lokalitas. Namun keberhasilan pengembangan ekonomi lokal ini sangat bergantung pada peran masing – masing stakeholder dalam mengembangkan potensi lokal yang tersedia. Pengembangan perekonomian lokal merupakan salah satu kesepakatan yang disampaikan dalam Konferensi Tingkat Tinggi negara-negara kerja sama ekonomi Asia Pasifik (KTT APEC) dilaksanakan di Nusa Dua, Bali pada tanggal 7 sampai 8 Oktober 2013. Keputusan yang mendorong pengembangan ekonomi lokal ini tercantum dalam butir keputusan KTT. Keputusan tersebut terdapat dalam butir keempat dan keenam. Butir kesepakatan keempat menjelaskan adanya dukungan pertumbuhan ekonomi yang kuat,inklusif dan berkelanjutan melalui kegiatan memfasilitasi dan memperkuat usaha mikro kecil dan menengah, pelaku usaha perempuan dan pelaku usaha muda.Sedangkan butir keputusan ketujuh berisi bahwa untuk mencapai free and open trade investment dapat dilakukan dengan meningkatkan keikutsertaan UKM, pelaku usaha perempuan dan pelaku
1
usahamuda (kompas.com ,2013). Sehingga melalui KTT tersebut semakin menguatkan keberadaan usaha kecil menengah yang akan menyokong perekonomian masyarakat. Pengembangan ekonomi lokal merupakan salah satu agenda pembangunan ekonomi di Indonesia. Berbagai model dan program pengembangan ekonomi lokal di selenggarakan hampir di seluruh provinsi di Indonesia yang dikuatkan dengan
surat
edaran
Kemedagri
No
500/1404/V/
BANGDA
tentang
Pengembangan Produk Unggulan Daerah berbasis Klaster.Salah satunya Propinsi Jawa Tengah melalui SK Gubernur Jawa Tengah No. 500.05/ 30 / 2003 mengenai pendirian Forum Pengembangan Ekonomi dan Sumberdaya Daerah (FPESD) dan di perbarui lagi dengan SK Gubernur Jawa Tengah No 500.05/ 34 / 2008 yang berlaku dari tahun 2008 sampai 2013. Menyikapi SK tersebut maka dipilih beberapa UKM yang akan mampu bersaing sehingga akan mendukung penyerapan tenaga kerja dan pengembangan ekonomi lokal. Visi yang dicanangkan pemerintah Kabupaten Boyolali tahun 2010-2015 adalah pro investasi, meningkatakan kesejahteraan dan daya saing. Berbagai upaya untuk mencapai masing- masing visi tersebut telah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Boyolali.Salah satu misi yang dilakukan oleh pemerintah dalam
meningkatkan
daya
saing
wilayah
adalah
dengan
mewujudkan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi melalui keunggulan daerah salah satunya melalui optimalisasi pemberdayaan Koperasi dan UKM. Pemberdayaan UKM dilakukan melalui peningkatan penyaluran modal kepada UKM, meningkatkan produktivitas dan skala usaha UKM, meningkatkan kelembagaan dan kualitas lembaga keuangan mikro, meningkatkan pertumbuhan sektor industri manufaktur dan perdagangan yang diikuti dengan terciptanya lapangan kerja, serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita. Kabupaten Boyolali terletak diantara jalur segitiga emas Semarang, Solo dan Daerah Istimewa Yogyakarta seharusnya menjadi daerah yang potensial, maju dan berkembang.Namun pada kenyataanya Kabupaten Boyolali masih belum berkembang diantara kabupaten eks Karesidenan Surakarta seperti Kabupaten Klaten, Kabupaten Sragen, Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sukoharjo.
2
Pengembangan UKM melalui pendekatan klaster kemudian dikembangkan di beberapa daerah di Jawa Tengah dan salah satunya adalah Kabupaten Boyolali. Klaster merupakan keberadaan industri dalam satu konsentrasi geografis yang saling terkait dan berhubungan dalam fungsi tertentu yang homogeny dan saling melengkapi. Pengembangan ekonomi lokal dalam rangka meningkatkan daya saing wilayah di Kabupaten Boyolali dilakukan melalui inovasi yang dilakukan terhadap produk unggulan daerah. Produk unggulan yang memiliki kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Boyolali. Pembentukan klaster UKM merupakan pengembangan ekonomi baru yang sedang aktif dibentuk oleh pemerintah Indonesia di masing – masing daerah sebagai upaya pendekatan perbaikan perekonomian masyarakat. Pengembangan klaster memberikan suatu peluang maupun tantangan dalam mengembangkan wilayah melalui ekonomi lokalnya. Salah satu tujuan pembentukan klaster ini dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan daya saing wilayah. Pengembangan klaster industri yang dilakukan di Kabupaten Boyolali yang menjadi salah satu pengembangan klaster industri di Jawa Tengah yang berada dalam binaan Forum Pengembangan Ekonomi dan Sumberdaya Daerah (FPESD) melalui Forum Economic Developmnet and Employment Promotion (FEDEP) di industri kerajinan logam Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo. Sehingga melalui pembentukan klaster tersebut diharapkan akan memberikan kontribusi dalam rangka peningkatan daya saing. Efektivitas keberadaan klaster UKM dalam rangka meningkatkan daya saing merupakan salah satu objek formal dalam ilmu pembangunan wilayah dan menekankan pada kontribusi UKM melalui pendekatan keruangan dan kompleks wilayah. Klaster industri logam Desa Cepogo memiliki potensi yang bagus. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pelaku usaha yang masih memeprtahankan usaha kerajinan logam mereka hingga saat ini selain itu sudah adanya perkembangan pemasaran ekspor yang dilakukan oleh pelaku usaha dan tenaga kerja yang terserap dalam kegiatan usaha ini kurang lebih 600 tenaga kerja lokal. Sehingga memberikan kontribusi terhadap perkembangan perekonomian daerah maupun
3
perekonomian nasional. Keberhasilan atau kegagalan klaster UKM dalam rangka meningkatkan daya saing disebabkan karena kurang optimalnya kemampuan pelaku usaha kerajinan logam dalam mengupayakan berbagai keuntungan yang didapatkan dari keberadaan klaster baik secara lokasional maupun hubungan hulu dengan hilir yang saling terkait. 1.2
Perumusan Masalah UKM merupakan salah satu alat penggerak perekonomian wilayah yang memiliki kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kabupaten Boyolali merupakan salah satu kabupaten yang sedang aktif melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan daya saing wilayah khususnya melalui Usaha Kecil Menengah (UKM). Peningkatan daya saing UKM di Kabupaten Boyolali diupayakan melalui peningkatan penyaluran modal kepada UKM, meningkatkan produktivitas dan skala usaha UKM, meningkatkan lelembagaan dan kualitas lembaga keuangan mikro, meningkatkan pertumbuhan sektor industri manufaktur dan perdagangan yang diikuti dengan terciptanya lapangan kerja, serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita. Pengembangan ekonomi lokal yang telah banyak dilakukan adalah melalui klaster.Klaster ini merupakan pengelompokan suatu kegiatan yang akan memberikan keuntungan aglomerasi bagi masing – masing pelaku kegiatan yang didukung adanya keterlibatan hubungan interaksi antar komponen dalam klaster. Kabupaten Boyolali juga mengembangkan berbagai kegiatan usaha lokal yang berada dalam satu lingkup area yang berupa sentra industri maupun klaster UKM. Adanya klaster UKM ini memberikan pilihan penilaian efektivitas UKM secara menyeluruh maupun pengembangan UKM secara parsial dalam mendukung maupun melemahkan upaya terciptanya daya saing usaha. Sehingga memunculkan pertanyaan penelitian: 1. Bagaimana karakter pelaku UKM dalam klaster kerajinan logam di Desa Cepogo? 2. Bagaimana komponen dalam klaster kerajinan logam di Desa Cepogo ?
4
3. Bagaimana efektivitas pembentukan klaster UKM tersebut dalam rangka meningkatkan daya saing? 4. Faktor apa
yang mendukung pembentukan klaster dalam rangka
meningkatkan daya saing? 1.3
Tujuan Penelitian 1. Mengetahui karakter pelaku usaha kecil menengah (UKM) dalam klaster kerajinan logam di Desa Cepogo 2. Mendiskripsikan komponen yang ada dalam dalam klaster kerajinan logam di Desa Cepogo 3. Menilai efektivitas keberadaan klaster UKM tersebut dalam rangka meningkatkan daya saing 4. Menganalisis faktor yang mendukung pembentukan klaster dalam rangka meningkatkan daya saing
1.4
Kegunaan Penelitian 1. Sebagai salah satu syarat akademik dalam menyelesaikan program Strata-1 Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. 2. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintah Kabupaten Boyolali dalam mempertimbangkan kembali efektivitas pembentukan klaster UKM dalam rangka meningkatkan daya saing. Sehingga akan mengupayakan strategi pengembangan klaster UKM yang tepat sesuai dengan lokasi geografis dan kemampuan masyarakat di wilayah tersebut.
5