BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Perkembangan ruang perkotaan merupakan suatu proses perubahan perkotaan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain dalam waktu yang berbeda. Dalam hal ini pengertiannya dapat menyangkut suatu proses yang berjalan secara alami atau dapat menyangkut suatu proses perubahan yang berjalan artifasial dengan campur tangan manusia yang mengatur arah perubahan tersebut (Elliot Michael, 1974). Berkembangnya suatu kota, pasti berpengaruh terhadap pola kehidupan masyarakat dari berbagai bidang atau aspek kehidupan.Kebijakan tata ruang sangat erat kaitannya dengan kebijakan transportasi, ruang merupakan kegiatan yang ditempatkan di atas lahan kota, sedangkan transportasi merupakan jaringan yang secara fisik menghubungkan satu ruang dengan ruang kegiatan yang lainnya (Tamin, 1997). Bila akses transportasi ke suatu ruang (lahan) dibentuk atau diperbaiki maka ruang kegiatan tersebut akan menjadi menarik dan menjadi lebih berkembang. Perkembangan kota yang ditunjukkan oleh pertumbuhan penduduk dan aktivitas kota menuntut pula kebutuhan lahan yang semakin besar. Hal ini ditunjukan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman, seiring dengan semakin tinggi tingkat pertumbuhan penduduk baik secara alami maupun migrasi, dan beragamnya tuntutan kebutuhan akan sarana dan prasarana. Disisi lain luas lahan dan potensi lahan adalah tetap (statis) yang dibatasi oleh wilayah kepemilikan baik secara administratif maupun fungsional, yang sebenarnya tidak semua bagian wilayah tersebut dapat dimanfaatkan secara ideal sebagai lahan terbangun. Intervensi penggunaan lahan kawasan pada kawasan lain yang dilakukan tanpa pertimbangan atau perencanaan yang baik akan mengganggu atau mengurangi keseimbangan kegiatan sektor-sektor pembangunan secara keseluruhan. Keterbatasan luas lahan yang ada di kota menyebabkan kota akan mengalami perkembangan ke daerah pinggiran kota. Daerah pinggiran kota
1
merupakan daerah yang mengalami dinamika dalam perkembangannya, terutama dinamika dalam penggunaan lahan. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan kebutuhan lahan untuk permukiman dan menampung fungsifungsi atau prasarana kegiatan yang ada. Pada dasarnya, perkembangan fisik kota mengandung dua macam konsekuensi, yaitu adanya intensifikasi penggunaan tanah dalam kota dan ekstensifikasi penggunaan lahan ke pinggiran kota (Sujarto, 1976). Ekstensifikasi perkembangan fisik Kota Yogyakarta inilah yang menjadi pokok penelitian dalam studi ini. Laju perkembangan fisik kota yang terjadi saat ini, sangat dipengaruhi oleh laju perkembangan kota yang mengalami proses pergeseran penggunaan lahan dari pusat ke pinggiran. Hal tersebut timbul sebagai akibat dari keterbatasan lahan dan tingkat kompetisi penggunaan lahan di pusat kota. Sehingga mengakibatkan bergesernya penggunaan lahan permukiman ke daerah pinggiran. Keterbatasan lahan di pusat kota besar (seperti Kota Yogyakarta) dan pertambahan penduduk yang sangat pesat serta adanya konsep pengembangan kota baru mengakibatkan kota besar mengalami perluasan dan melebar serta mendesak daerah perdesaan di pinggiran kota hingga melewati batas administratif kota besar tersebut (Tjahjati, 1994). Dilihat dari morfologi kota, penampakan kekotaan tersebut dapat teridentifikasi melalui perubahan penggunaan lahan dari non terbangun menjadi terbangun, terintegrasinya bangunan-bangunan (architectural building) dan pola jaringan jalan (Smailes dan Conzen dalam Yunus, 2004). Dilihat
dari
faktor-faktor
penyebabnya,
proses
perkembangan
penggunaan lahan kota-kota di Indonesia secara umum dipengaruhi faktor penentu dari segi ekonomi (economic determinants). Menurut Santoso dalam Pangarso (2001: 1), secara rasional penggunaan lahan oleh masyarakat biasanya ditentukan berdasarkan pendapatan atau produktifitas yang bisa dicapai oleh lahan, sehingga muncul konsep highest and best use, artinya adalah penggunaan lahan terbaik adalah penggunaan yang dapat memberikan pendapatan tertinggi. Lahan dengan nilai lahan rendah, seperti lahan-lahan pertanian, berubah menjadi aktivitas kota dengan nilai lahan yang lebih tinggi. Dan selanjutnya aktivitas kota ini berubah menjadi aktivitas kota lainnya dengan diikuti peningkatan nilai lahan.
2
Dari uraian diatas, perubahan penggunaan lahan dapat diartikan sebagai perubahan suatu jenis penggunaan lahan ke penggunaan lainnya, dengan kata lain merupakan tindak lanjut penyesuaian penggunaan lahan dalam fungsinya sebagai ruang kota, terhadap peningkatan kebutuhan ruang untuk kegiatan ekonomi dan sosial berikut sarana dan prasarana penunjang, serta penduduk kota itu sendiri. Kota Yogyakarta telah berkembang cukup pesat dalam pengertian intensitas aktivitas sosio ekonomi dan luas wilayah suatu kota seiring dengan kemajuan ekonomi yang terjadi. Transportasi menjadi faktor perkembangan kota di kota Yogyakarta. Tingginya pertumbuhan penduduk Kota Yogyakarta yang disertai dengan semakin berkembangnya kegiatan perekonomian yang ada akan meningkatkan kebutuhan ruang kota. Yunus (1994:83) mengatakan bahwa oleh karena ketersediaan ruang di dalam kota tetap dan terbatas maka meningkatnya kebutuhan ruang tempat tinggal dan kedudukan fungsi-fungsi lainnya selalu akan mengambil ruang di daerah pinggiran kota, selanjutnya proses perembetan kenampakan fisik kekotaan kearah luar disebut sebagai urban sprawl. Kenampakan fisik yang bersifat kekotaan di daerah luar atau pinggiran kota ini dapat berupa kampus, perumahan, terminal, pusat perbelanjaan dan sebagainya. Keberadaan dari fungsi-fungsi kekotaan tersebut yang pada akhirnya akan menjadikan daerah pinggiran berubah dari bersifat kedesaan menjadi kekotaan. Sistem transportasi yang baik merupakan salah satu kebutuhan yang penting dalam menunjang perkembangan dan kelancaran aktivitas sosial ekonomi suatu kota, transportasi yang aman dan lancar, selain mencerminkan keteraturan kota juga mencerminkan kelancaran kegiatan perekonomian kota. Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand) akibat aktifitas ekonomi, sosial, dan budaya. Dalam kerangka makro-ekonomi, sistem transportasi memiliki sifat sistem jaringan dimana kinerja pelayanan transportasi sangat dipengaruhi oleh integrasi dan keterpaduan jaringan (Zulfaiar, 2010). Transportasi menjadi faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan aktifitas penggunaan lahan, atau sebaliknya penggunaan lahan menjadi faktor yang mempengaruhi aktifitas transportasi.
3
Keberadaan terminal di daerah pinggiran tersebut tentunya akan membawa perubahan pemanfaatan ruang. Perubahan pemanfaatan ruang yang terjadi diantaranya adalah timbulnya kegiatan pelayanan yang berkaitan dengan kegiatan terminal maupun kegiatan pelayanan lainnya. Hal ini menyebabkan daerah pinggiran kota dengan ciri kedesaan yang masih dominan yaitu penggunaan lahan untuk kegiatan primer atau pertanian pada akhirnya akan berangsur-angsur terjadi perubahan penggunaan lahan menjadi areal terbangun dengan dominasi
pemanfaatan ruang untuk kegiatan
pelayanan sehingga daerah di sekitar terminal tersebut mengalami urbanisasi spasial. Berangkat dari konsep yang telah dikemukakan sebelumnya, menarik untuk dilakukan studi untuk mengkaji lebih lanjut mengenai peranan terminal sebagai pemicu perubahan fungsi kawasan dan kegiatan pelayanan di sekitarnya (Imam Setianto, 2004). Terminal Giwangan menjadi obyek yang diteliti untuk mengetahui perubahan apa saja yang terjadi di sekitar terminal akibat keberadaan Terminal Giwangan tersebut. Lokasi Terminal Giwangan yang berada di daerah pinggiran kota menjadi pusat pelayanan jasa transportasi sebagaimana kita mengetahui bahwa Terminal penumpang mengemban tugas menyelenggarakan keamanan dan keselamatan perjalanan penumpang dalam rangka memperlancar arus barang dan penumpang. Untuk memenuhi tugas tersebut maka terminal penumpang harus dapat memenuhi tuntutan pelayanan sebaik-baiknya (M. Baiquni, 2004). Terminal Giwangan ini merupakan Terminal tipe A yang ditandai dengan melayani angkutan umum Antar Kota Antar Propinsi (AKAP), angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKPD) dari wilayah Kabupaten yang menuju terminal pusat yakni terminal giwangan, angkutan kota dan angkutan pedesaan. Penelitian yang lebih akurat perlu dilakukan sebagai langkah kelanjutan dari observasi awal yang telah dilakukan sebelumya untuk menyusun fakta yang dapay memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai bagaimana kegiatan pelayanan yang timbul dan perubahan fungsi kawasan yang terjadi dengan adanya terminal di pinggiran kota. Kemudian dilanjutkan dengan fakta mengenai faktor-faktor yang diperkirakan memicu timbulnya kegiatan pelayanan dan terjadinya perubahan fungsi kawasan.
4
Selain itu, penelitian ini kerap memberikan gambaran mengenai dampak terminal sebagai pemicu perubahan terhadap masyarakat sekitarnya dilihat perubahan mata pencaharian dan pendapatan yang diperoleh masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari demi kelangsungan hidup mereka. Mata pencaharian, pendapatan dan munculnya pusat-pusat pelayanan ketiganya saling berhubungan. Keberadaaan terminal dirasa cukup memberikan dampak, terlebih melihat daerah tempat lokasi terminal tersebut sudah termasuk daerah perbatasan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul biasanya sering disebut dengan daerah pinggiran kota membuat daerah tersebut mejadi lebih ramai dikarenakan banyaknya terjadi mobilitas yang memasuki atau keluar daerah terminal giwangan. Melihat peluang semakin tingginya mobilitas kendaraan di daerah menuju terminal menjadikan banyak orang yang memulai membangun usaha di daerah pinggir jalan di sepanjang jalan menuju terminal. Semakin banyaknya bangunan-bangunan baru yang dibangun dan beberapa banyak beralih fungsi menjadi bisnis yang berpeluang tinggi memperoleh keuntungan dari adanya keberadaan terminal giwangan di daerah tersebut. Tidak hanya itu juga, masyarakat di sekitar terminal juga merasakan dampak keberadaan terminal kian menguntungkan masyarakat sekitar dari sisi ekonomi. Terjadinya perubahan mata pencaharian masyarakat sebelum adanya terminal dan sesudah adanya terminal yang mempengaruhi terjadinya perubahan pendapatan masyarakat di sekitar terminal.
1.2. Perumusan Masalah Daerah perkotaan berkembang secara cepat, terutama perkembangan penduduk, aktivitas, dan fisik kota. Perkembangan ini akan memunculkan sejumlah persoalan ketika dihadapkan pada kenyataaan luas wilayah kota yang terbatas (Ralfi Koester, 1997). Dalam hal ini yang menjadi permasalahan yakni pertumbuhan penduduknya. Untuk itu diperlukannya fungsi perkotaan untuk mengatasi terjadinya permasalahan kota yang meliputi urbanisasi. Fungsi perkotaan ini kelak yang membantu bagaimana mengatasi masalah mobilitas penduduk dan barang sangat membutuhkan dukungan sarana trasnportasi untuk berpindah dari daerah yang satu ke daerah yang lain. Dalam
5
hal ini sarana transportasi tersebut membutuhkan keberadaan terminal dan sub terminal dalam suatu wilayah. Selanjutnya akan dilihat bagaimana pengaruh keberadaan
terminal
sebagai
prasarana
transportasi
yang
mampu
meningkatkan pergerakan antar kawasan dan antarwilayah sehingga perlu ditingkatkan karena perkembangan suatu kawasan akan seiring dengan majunya moda angkutan transportasi. Untuk itu dibutuhkan suatu penelitian yang mampu memperlihatkan peranan terminal sebagai pemicu timbulnya kegiatan pelayanan dan perubahan fungsi kawasan sekitarnya yang dalam hal ini Terminal Giwangan yang berlokasi di Kecamatan Umbulharjo, Desa Giwangan ini dengan melihat sejarah atau keadaan kawasan yang dijadikan alasan dibangunnya terminal yang menunjukkan sinergi kawasan terhadap perkembangan kawasan di sekitar Terminal Giwangan (Desa Giwangan). Ada juga memperlihatkan peranan terminal yang tidak hanya memicu timbulnya kegiatan-kegiatan pelayanan tetapi juga memperlihatkan peranan terminal sebagai pemicu perubahan dari masyarakatnya yakni terjadi perubahan mata pencaharian dan perubahan pendapatan masyarakat sekitar terminal. .
Pada penelitian terminal sebagai pemicu timbulnya kegiatan pelayanan dan perubahan fungsi kawasan di sekitarnya yang akan dilakukan ini ditetapkan empat permasalahan penting, yakni : 1.
Bagaimana perubahan mata pencaharian masyarakat di sekitar terminal
2.
Bagaimana perubahan fungsi kawasan yang terjadi di sekitar terminal.
1.3.Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi perubahan mata pencaharian dan pendapatan masyarakat di sekitar terminal 2. Mengetahui perubahan fungsi kawasan di sekitar terminal
1.4.Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini adalah :
6
1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, dapat dijadikan sebagai bahan acuan, tambahan wawasan serta pembanding dengan studi yang dilakukan di tempat lainnya. 2. Bagi pemerintah daerah setempat, dapat dijadikan sebagai masukan dalam pengambilan kebijakan-kebijakan pembangunan daerah khususnya dalam penataan dan pengelolaan lebih lanjut daerah tersebut.
1.5.Tinjauan Pustaka 1.5.1. Teori Tempat Sentral Teori tempat sentral dikemukakan oleh Walter Christaller (1933), seorang ahli geografi dari Jerman. Teori ini didasarkan pada lokasi dan pola persebaran permukiman dalam ruang. Dalam suatu ruang kadang ditemukan persebaran pola permukiman desa dan kota yang berbeda ukuran luasnya. Teori pusat pertumbuhan dari Christaller ini diperkuat oleh pendapat August Losch (1945) seorang ahli ekonomi Jerman. 1.5.2. Geografi Transportasi Pengembangan transportasi harus berdasarkan perencanaan jangka panjang yang komprehensif dan berwawasan lingkungan. Disinilah dibutuhkan peran serta geografi dalam menganalisis secara komprehensif dan pendekatan secara sistematik (Elliot Michael, 1974). Geografi Transportasi
merupakan
segala
sesuatu
yang
berkaitan
dengan
transportasi yang akan dianalisis berdasarkan pendekatan geografi yakni pendekatan keruangan, pendekatan ekologi, pendekatan kompleks wilayah (Gauthier, 1996). Penelitian relevan dengan geografi transportasi dikarenakan penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan keberadaan transportasi yang dimaksud terminal yang dianalisis dengan menggunakan ketiga pendekatan.
1.5.3. Fungsi Kawasan Fungsi kawasan merupakan pengklasifikasian lahan berdasarkan karakteristik fisiknya berupa lereng, jenis tanah dan curah hujan harian rata-rata menjadi kawasan lindung, penyangga, budidaya tanaman tahunan
7
dan budidaya tanaman semusim, dimana setiap kawasan mempunyai fungsi utama yang spesifik (Retnani, 2005).
1.5.4. Penggunaan Lahan Perubahan penggunaan lahan merupakan suatu keadaan yang berubah dikarenakan oleh faktor yang mempengaruhinya yang meliputi adanya pengaruh muncul bangunan-bangunan yang memicu munculnya kegiatan-kegiatan pelayanan yang baru sehingga mempengaruhi perubahan di sekitarnya. Sebagai contoh lahan pertanian berubah menjadi lahan terbangun berupa permukiman, swalayan, hotel, toko, ruko, warung, penginapan kendaraan, tempat penjualan tiket, tempat kos dan sebagainya (Amler, 1999). Penggunaan lahan merupakan suatu bentuk atau alternatif kegiatan usaha atau pemanfaatan lahan sebagai contoh pertanian, perkebunan (Su Ritohardoyo, 2013). Penelitian yang dilakukan relevan dengan penggunaan lahan
sebagaimana penggunaan lahan ini sebagai
bentuk dari kegiatan usaha atau pemanfaatan lahan yang disebabkan keberadaan terminal.
1.5.5. Tata Ruang Tata ruang merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak (Lutfi Muta’ali, 2013). Adapun yang dimaksud dengan struktur pemanfaatan ruang adalah susunansusunan unsur-unsur pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan buatan secara hirarki dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya, sedangkan yang dimaksud dengan pola pemanfaatan ruang adalah tata guna tanah, air, udara, dan sumber daya alam lainnya dalam wujud penguasaan, penggunaan, dan pemanfatan tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya (Mulyono, 2008). Pedoman atau kaidah penataan ruang terdiri atas perencanaan tata ruang, pemanfaatan rencana tata ruang, pengendalian pemanfaatan ruang. ). Penelitian yang dilakukan relevan dengan tata ruang sebagaimana tata ruang ini sebagai bentuk dari struktur dan pola pemanfaatan ruang dalam suatu wilayah. Tata ruang disini menjelaskan bagaimana suatu wilayah mampu tertata dengan baik berdasarkan struktur dan pola pemanfaatan bangunannya.
8
1.5.6. Pemanfaatan Bangunan Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagain atau seluruhnya berada di atas dan/ atau di dalam tanah dan/ ataua air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. Pemanfaatan bangunan tersebut adalah kegiatan memanfaatkan bangunan gedung seseuai dengan fungsi yang telah ditetapkan, termasuk kegiatan pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara berkala (Undang-Undang RI No 28 tahun 2002, tentang Bangunan Gedung).
1.5.7. Pelayanan Transportasi Transportasi
merupakan
sebuah
pengetahuan
yang
telah
dikembangkan oleh manusia sejak mereka mengenal hidup menetap. Transportasi pada hakekatnya merupakan kegiatan pergerakan atau perpindahan barang dan manusia pada ruang dan suatu waktu melalui moda tertentu (Rosyidi, 2005). Transportasi pada umumnya merupakan suatu sarana yang menghubungkan antara suatu wilayah dengan wilayah lainya. Transportasi itu memiliki peranan dan fungsi yang sangat penting, yaitu memberikan pelayanan bagi pengembangan kegiatan sector-sektor lain, dan memberikan manfaat ekonomi, social dan politik. Dengan kemajuan di sector transportasi, maka dapat mengatasi hambatan waktu dan ruang, sehingga seluruh baik regional dan nasional maupun global dapat dijangkau oleh pelayanan transportasi. Paul Mees (1995) berpendapat: a. Kebijakan transportasi bukan sekadar masalah pemindahan barang dan manusia. b. Transportasi sangat berpengaruh dalam pembentukan kota. c. Transportasi juga berperan sebagai akses bagi semua penduduk karena masih banyak orang tidak memiliki kendaraan pribadi.
9
Kegiatan pergerakan atau perpindahan barang, manusia dan informasi pada ruang dan waktu, tidak dapat terlepas dari ilmu geografi. Kegiatan perpindahan ini menggunakan sarana dan prasarana yang selalu berubah-ubah, dalam geografi disebut sebagai network. Tempat asal dan tempat tujuan perpindahan, berubah sesuai permintaan. Pandangan ilmu geografi menyebutnya sebagai titik (nodes). Manusia, barang dan informasi merupakan objek dari perpindahan ini. Ketiga hal tersebut merupakan wujud dari permintaan perpindahan ini. Begitu perpindahan terjadi, maka hal tersebut nampak nyata sebagai fungsi dari gerakan (flows). Untuk mengetahui sistem transportasi dari segi organisasi keruangan, yang perlu diketahui adalah struktur dari jaringan. Unsur jaringan yang utama adalah keterkaitan (linkages) yaitu jaringan jalan dan titik (nodes) yaitu pusat kegiatan. Jaringan jalan dapat berbentuk berbagai fasilitas seperti jalan raya, jalan kereta, jalur angkutan udara, jalur perjalanan laut dan sungai, atau dapat juga pergerakan (flows) di atas jaringan tersebut, seperti jumlah kendaraan, jumlah penumpang, perpindahan barang dalam satuan waktu tertentu. Sementara nodes adalah simpul-simpul yang menghubungkan tempat asal dan tempat tujuan, seperti pusat kegaitan ekonomi, kota, terminal penumpang, terminal komunikasi elektronik dan sebagainya. Sistem transportasi dipengaruhi pada tata ruang, lingkungan alam (darat, udara dan laut), sosial, ekonomi dan politik sehingga harus dikelola dengan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan manusia. Permasalahannya, fasilitas-fasilitas transportasi di Indonesia saat ini masih jauh dari cukup. Sebagai contoh, pada awal tahun 1999/2000, sekitar 13 % jalan nasional, 29 % jalan provinsi, dan 58 % jalan kabupaten berada dalam kondisi rusak ringan dan berat. Ini berarti dari sekitar 256.951 km total panjang jaringan jalan sekitar separuhnya berada dalam keadaan rusak ringan dan berat. Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia guna mencapai tujuan di atas adalah bagaimana meningkatkan penyediaan jaringan prasarana dan sarana transportasi yang dapat menjamin
10
kelancaraan arus barang dan jasa serta penyebaran aliran investasi secara merata di seluruh daerah serta bagaimana meningkatkan keterkaitan ekonomi antar daerah secara menguntungkan dan meningkatkan percepatan pertumbuhan ekonomi daerah dengan pengembangan sentra kegiatan ekonomi pendorong pertumbuhan wilayah sekitarnya (Bappeda, 2012). Pelayanan transportasi merupakan upaya yang dilakukan oleh penduduk dalam menggunakan jasa transportasi untuk mencapai tempat yang dituju. Dalam hal ini terdapat beberapa hal yang dikaji terkait hal yang mempengaruhi pemanfaatan layanan transportasi seperti tingkat pendidikan, mata pencaharian, pendapatan, kepemilikan kendaraan pribadi dan jenis kegiatan masyarakat. Pemanfaatan transportasi umum yang banyak digunakan oleh masyarakat tidak luput dari berbagai alasan. Alasan tersebut diantaranya yakni murah, cepat, nyaman, aman, tidak memiliki kendaraan dan lainnya. Berbagai macam alasan ini didasarkan pada bagaimana si pengguna transportasi lebih merasakan kemudahan dalam menggunakan transportasi tersebut. Pada penelitian ini, pelayanan transportasi merupakan suatu penyediaan fasilitas yang mendukung transportasi. Pelayanan transportasi yang dimaksudkan yakni terminal. Terminal menjadi sarana dan prasarana transportasi dalam melayani masyarakat untuk berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain melalui adanya transportasi publik yang berkumpul di satu titik kumpul yang dinamakan dengan terminal.
Melalui adanya
pelayanan transportasi tersebut masyarakat akan dilayani tanpa melihat latar belakang masyarakat tersebut apakah dari kalangan berada maupun tidak (Abbas Salim, 2012).
1.5.8. Terminal dan Fungsi Terminal Menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Darat 1995, terminal angkutan penumpang merupakan salah satu bagian dari sistem transportasi, tempat kendaraan umum mengambil dan menurunkan penumpang dari satu moda ke moda transportasi lainnya, juga merupakan prasarana angkutan
11
penumpang dan menjadi unsur ruang yang mempunyai peran penting bagi efisiensi kehidupan wilayah. Keputusan Menteri Perhubungan No. 31 Tahun 1995 tentang Prasarana Lalulintas Jalan mengatakan bahwa terminal penumpang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra/atau antar-moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan penumpang umum. Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 dan Keputusan Menteri Perhubungan No. 31 Tahun 1995 menyatakan bahwa penentuan lokasi terminal penumpang dan barang dilakukan dengan mempertimbangkan rencana kebutuhan lokasi simpul yang merupakan bagian dari rencana umum tata ruang, kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan di sekitar terminal, keterpaduan moda transportasi baik intra maupun antar-moda, kondisi topografi lokasi terminal, dan kelestarian lingkungan. Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana Lalulintas Jalan mengklasifikasikan terminal penumpang menjadi 3 (tiga) yaitu Terminal penumpang tipe A berfungsi melayani angkutan antarkota antarprovinsi (AKAP), dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antarkota dalam provinsi (AKDP), angkutan kota (AK) dan angkutan perdesaan (ADES). Terminal penumpang tipe B berfungsi melayani angkutan antarkota dalam provinsi (AKDP), angkutan kota (AK) dan angkutan perdesaan (ADES) dan Terminal penumpang tipe C berfungsi melayani angkutan perdesaan (ADES). Menurut Warpani S. (1990) sebuah terminal mempunyai 4 (empat) fungsi pokok, yaitu menyediakan akses ke kendaraan yang bergerak pada jalur khusus, menyediakan tempat dan kemudahan perpindahan moda angkutan dari yang bergerak pada jalur khusus ke moda angkutan lain, menyediakan tempat menyimpan kendaraan, dan menyediakan sarana simpul lalulintas, tempat konsolidasi lalu lintas. Wright dan Ashford (1989) menyebutkan bahwa terdapat 4 (empat) fungsi terminal yaitu titik konsentrasi (traffic concentration) lalu lintas, titik dispersi, titik tempat berganti moda angkutan (traffic interchange) dan pusat layanan penumpang(service availability).
12
Morlok (1985) menyatakan bahwa fungsi terminal transportasi antara lain memuat penumpang/barang ke atas kendaraan transportasi serta membongkar dan menurunkannya, menampung penumpang/barang dari waktu tiba sampai waktu berangkat, kemungkinan untuk memproses barang,
membungkus
untuk
diangkut,
menyediakan
kenyamanan
penumpang (misal pelayanan makanan), menyiapkan dokumen perjalanan, menimbang muatan, menyiapkan rekening, memilih rute, menjual tiket penumpang, memeriksa pesanan tempat, menyimpan kendaraan (dan komponen lainnya), memelihara dan menentukan tugas selanjutnya, mengumpulkan penumpang dan barang di dalam grup-grup berukuran ekonomis untuk diangkut (misalnya untuk memenuhi kereta api/pesawat udara) dan menurunkan mereka sesudah tiba di tempat tujuan. Menurut Direktorat Bina Sistem Prasarana (1998), fungsi utama terminal
antara
penyortiran,
lain
bongkar
ketersediaan
sebagaikonsentrasilalu muat,
layanan,
lintas,klasifikasidan
penyimpanan,pertukaranlalu
cepatnya
perawatan,
lintas,
pelayanan
dandarurat(trafficconcentration, prosessing, classification andsorting, loading and unloading, storage, trafficinterchange, service availability, dan maintenance, servicing and emergency). Menurut
Direktorat
Jenderal
Perhubungan
Darat
1995,
penyelenggaraan terminal penumpang meliputi kegiatan pengelolaan yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pengoperasian terminal, kegiatan pemeliharaan yaitu kegiatan yang menjamin agar terminal tetap bersih, teratur, tertib, rapi serta berfungsi sebagaimana mestinya, dan penertiban terminal yaitu penertiban terhadap penumpang, penggunaan fasilitas terminal sesuai peruntukannya, penertiban terhadap gangguan pedagang asongan, pengemis, dan calo serta penertiban terminal dari gangguan keamanan.
1.5.9. Mata Pencaharian Mata pencaharian merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau masyarakat guna untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pekerjaan yang menjadi pokok penghidupan (sumbu
13
atau pokok), pekerjaan/pencaharian utama yang dikerjakan untuk biaya sehari-hari. Mata pencaharian adalah pekerjaan pokok yang dilakukan manusia untuk hidup dan sumber daya yang tersedia untuk membangun kehidupan yang memuaskan (peningkatan taraf hidup), dengan memperhatikan faktor seperti mengawasi penggunaan sumber daya, lembaga dan hubungan politik. Dalam perkembangannya, mata pencaharian seseorang kerapkali berubah baik karena faktor internal, eksternal, maupun kombinasi dari keduanya (Supriyadi, 2007:20). Dari penjelasan diatas maka dapat diartikan bahwa perubahan mata pencaharian atau biasa disebut transformasi pekerjaan adalah pergeseran atau perubahan dalam pekerjaan pokok yang dilakukan manusia untuk hidup dan sumber daya yang tersedia untuk membangun kehidupan yang memuaskan (peningkatan taraf hidup). Perubahan mata pencaharian itu ditandai dengan adanya perubahan orientasi masyarakat mengenai mata pencaharian. Perubahan orientasi disini diartikan sebagai perubahan pemikiran masyarakat yang akan menentukan dan mempengaruhi tindakannya di kemudian hari, dari pekerjaan-pekerjaan pokok masyarakat yang dahulunya di sektor agraris bergeser atau berubah ke sektor non-agraris. Penelitian ini akan melihat bagaimana pemikiran (ide) yang menurut Hegel menentukan tindakan manusia. Meskipun dalam taraf pemikiran gejala pergeseran atau perubahan tersebut sudah terjadi dalam realitas di masyarakat (Fajar, 2003:37). Dalam penelitian ini, mata pencaharian sektor agraris adalah pekerjaan pokok yang berhubungan dengan pertanian, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan untuk mata pencaharian sektor non-agraris adalah pekerjaan pokok yang berhubungan dengan perdagangan dan jasa, baik secara langsung maupun secara tidak langsung (Rahardjo, 1984).
1.5.10. Pendapatan Menurut Sukirno (2006:47) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan. Beberapa
14
klasifikasi pendapatan antara lain: 1) Pendapatan pribadi, yaitu; semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu Negara. 2) Pendapatan disposibel, yaitu; pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel. 3) Pendapatan nasional, yaitu; nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksikan oleh suatu Negara dalam satu tahun.
15
Peneliti
Sukasti (2001)
No.
1
sekitar
penduduk di wilayah
sarana
polusi,
terhadap
(Persepsi
- Keresahan
2. Akses Sosial
Metode
sosial
yang kualitatif yaitu berupa
deskriptif
tolak
ini
negatif keamanan terhadap semua aspek
dan
dampak
penduduk memberikan kebisingan, positif
terminal
bagaimana
menjadi
ekstensi
Masyarakat keberadaan
ukur
yang
dimana
terminal frekuensi
16
mempengaruhi ekstensi tabel silang dan tabel
dan
Adanya faktor ekonomi Analisis
Intisari
dan keberadaan
prasarana transportasi
- Akses
- Distribusi pendapatan
terhadap kondisi sosial ekonomi
- Jumlah Pendapatan
1. Akses ekonomi
Variabel
terminal Giwangan
Pengaruh ekstensi
Judul
Tabel 1.6. Tabel Penelitian Sebelumnya
variabel yang digunakan dan metode yang digunakan dengan merujuk tabel 1.6 mengenai tabel penelitian sebelumnya :
sebelumnya. Untuk membedakan penelitian yang dilakukan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya dapat dilihat melalui
diteliti atau kesamaan metode yang digunakan sehingga mampu menghasilkan penelitian yang berbeda dari penelitian yang
Dalam melakukan penelitian ini dibutuhkan acuan penelitian sebelumnya untuk melihat adanya kesamaan objek yang
1.6. Penelitian Sebelumnya
2
Terjadinya
penitipan
di kawasan sekitarnya
tempat terhadap
hotel, yang sangat berpengaruh kualitatif
Jalan
2. Parameter Ekonomi
manusia
di
faktor
ekonomi
dan
terhadap
jelas
bangunan
perubahan
dalamnya.
terlihat dampaknya
(Jalan tersebut
pemanfaatan
(Fungsi Bentuk
kolektor dan jalan arteri)
- Prasarana
Bangunan)
- Bangunan
tempat penjualan tiket)
kendaraan, aktivitas/kegiatan
swalayan,
ruko,
pemanfaatan bangunan
toko,kios,
bangunan kajian
17
deskriptif
perubahan Survey dengan model
setelah yang ada di dalamnya.
- Lahan (Penggunaan Lahan pemanfaatan seperti
Giwangan Yogyakarta
(2005)
1. Parameter Fisik
terhadap perubahan
Pengaruh terminal
Keke
adanya terminal)
lingkungan
4
3
di
sekitar
menggunakan kajian perbandingan (berupa tabel silang dan table frekuensi )
giwangan sebagai pemicu perubahan di sekitarnya. Dalam hal ini meliputi perubahan penggunaan lahan dan pemanfaatan bangunan yang
(Penggunaan Lahan dan Pemanfaatan Bangunan) 2. Perubahan Ekonomi a. Mata Pencaharian dan Pendapatan Masyarakat (terhadap manusia)
sebagai pemicu perubahan mata pencaharian dan fungsi kawasan sekitarnya
(2010)
18
kuantitatif dengan pengaruh terminal
a. Fungsi Kawasan
giwangan Yogyakarta
Simanjuntak
merumuskan terhadap
Analisis deskriptif Melihat seberapa besar
1. Perubahan fisik
Pengaruh terminal
Try Mariance
Surakarta
Yogyakarta dan
Surakarta
perkembangan di kota
dan
dan pola perkembangan
5. Kebijakan pelayanan
trans) oleh pengaruh
Yogyakarta
dipengaruhi oleh struktur
4. Pelayanan bus rapid transit
jogja dengan batik solo
kota
batik solo trans yang perbandingan
3. Fungsi kawasan
bus rapid transit (trans
(2009)
struktur dan pola
antara trans jogja dengan kualitatif dengan kajian
2. Pola Kota
mengenai pelayanan
Widyasmara
deskriptif
Perbandingan pelayanan Analisis
1. Struktur kota
kendaaraan
dan
Kajian komparatif
umum.
kepulangan
keberangkatan
terminal sebagai pusat
aktivitas lingkungan
Cesar
ekonomi
- Perubahan
masyarakat tersebut.
yang diperoleh
terhadap pendapatan
yang akan berpengaruh
pencaharian masyarakat
perubahan mata
dari sisi ekonomi yakni
perubahan yang terjadi
itu untuk melihat
(sekitar terminal). Selain
Kelurahan Giwangan
fungsi kawasan daerah
19
1.7. Kerangka Pemikiran Melihat
perkembangan
kota
sebagaimana
diketahui
bahwa
permasalahan berada pada peningkatan pertumbuhan penduduk. Dalam permasalahan
peningkatan
pertumbuhan
penduduk,
pastinya
terjadi
peningkatan kegiatan penduduk maka manusia melakukan mobilitas atau perpindahan dari suatu tempat/kota ke tempat/kota lain. Untuk itu dibutuhkannya peningkatan kebutuhan ruang/lahan melihat peningkatan penduduk yang terjadi dan membutuhkan transportasi untuk melakukan mobilitas. Melihat hal tersebut adanya kebijakan Pemerintah Daerah untuk melayani masyarakatnya dalam hal memenuhi kebutuhan hidupnya salah satunya
kebutuhan
untuk
berpindah/mobilitas
sehingga
pemerintah
mengeluarkan kebijakan tentang transportasi dalam bentuk mendirikan fasilitas umum berupa terminal sebagai prasarana angkutan darat. Terminal inilah yang memberikan pengaruh memicu terjadinya perubahan fungsi kawasan yang diukur melalui munculnya pemanfaatan-pemanfaatan bangunan yang berubah sebagai contoh Bank, Pasar, Swalayan, Warung, Tempat Makan, Toko, Ruko,Hotel, Tempat Penjualan Tiket, Tempat Penginapan Kendaraan, Indekost) yang memicu kegiatan pelayanan seperti perdagangan dan jasa yang kemudian akan memberikan dampak dari kegiatan pelayanan tersebut
berupa
perubahan
pemanfaatan
bangunan
di
sekitar
terminal.Terminal menjadi suatu titik bangkitan yang memicu terjadinya perubahan tersebut. Pengaruh terminal tidak hanya memberi dampak fisik di daerah sekitarnya
namun
memberi
dampak
terhadap
masyarakatnya
yang
mempengaruhi mata pencaharian dan jumlah pendapatan yang diperoleh masyarakat sekitar terminal. Adanya perubahan yang terlihat seperti perubahan mata pencaharian baik sebelum maupun sesudah dibangunnya terminal dan pendapatan yang diperoleh masyarakat dari mata pencaharian yang dilakoni/ dikerjakan dalam sehari-harinya baik sebelum maupun sesudah adanya terminal. Disini terlihat perkembangan daerah sekitar terminal menjadi lebih cepat meningkat dengan keberadaan terminal di daerah tersebut. Kini daerah pinggiran yakni daerah Kelurahan Giwangan menjadi sangat ramai dan padat dikarenakan adanya keberadaan terminal di daerah tersebut.
25
Faktor Fisik (Pemanfaatan Bangunan dan Fungsi Kawasan) maupun manusia (Mata Pencaharian dan Pendapatan) ini akan saling berpadu dan menciptakan suatu perubahan baik terhadap perubahan pemanfaatan bangunannya maupun perubahan mata pencaharian yang akan berdampak juga terhadap pendapatan masyarakat di sekitar terminal. Perubahan-perubahan tersebut kelak akan mendorong terjadinya perkembangan wilayah pinggiran kota menjadi lebih meningkat dengan adanya bangkitan yang berupa terminal sebagai pemicu perubahan baik dari faktor fisik maupun faktor manusianya. Kedua faktor ini yang diidentifikasi bagaimana peranan keberadaan terminal terhadap aspek-aspek di sekitarnya. Kerangka pemikiran memberikan penjelasan langkah-langkah dari awal hingga akhir suatu penelitian untuk menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat direkomendasikan (Gambar 1.7. Diagram alir kerangka pemikiran).
26
Kebijakan Pemerintah Daerah
Kebijakan Transportasi
Peningkatan Jumlah penduduk
Peningkatan Kegiatan Penduduk
Peningkatan Kebutuhan Ruang
Peningkatan Kebutuhan Transportasi
Terminal Giwangan
Perubahan Ekonomi
Mata Pencaharian
Pendapatan
Perubahan Fisik/Spasial
Penggunaan Lahan
Pemanfaatan Bangunan
Gambar 1.7. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Penelitian
27
1.8. Pertanyaan Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan maka munculnya hipotesis mengenai permasalahan tersebut. Berikut hipotesis yang diperoleh adalah : 1. Bagaimana dampak dari perubahan ekonomi yang terjadi di sekitar terminal? 2. Bagaimana dampak dari perubahan fisik yang terjadi di sekitar terminal?
1.9. Batasan Operasional - Transportasi pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan pergerakan atau perpindahan barang dan manusia pada ruang dan suatu waktu melalui moda tertentu. -Geografi Transportasi merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan transportasi yang akan dianalisis berdasarkan pendekatan geografi yakni pendekatan keruangan, pendekatan ekologi, pendekata kompleks wilayah. -Mata Pencaharian merupakan suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk kelangsungan hidup. - Fungsi
kawasan merupakan pengklasifikasian
lahan berdasarkan
karakteristik fisiknyadimana setiap kawasan mempunyai fungsi utama yang spesifik. Dalam penelitian ini dibatasi bahwa fungsi kawasan disini menyangkut penggunaan lahan, pemanfaatan bangunan. - Tata Ruang merupakan wujud dari struktur dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak direncanakan. -Penggunaan Lahan merupakan keadaan dimana suatu daerah atau wilayah yang terdiri dari gabungan beberapa bangunan-bangunan yang muncul yang mendukung munculnya kegiatan-kegiatan pelayanan yang baru yang dikelompok-kelompokan berdasarkan klasifikasi penggunaan lahannya. - Pemanfaatan Bangunan merupakan kegiatan memanfaatkan bangunan gedung seseuai dengan fungsi yang telah ditetapkan, termasuk kegiatan pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara berkala. -Pengaruh merupakan suatu daya yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain atau suatu keadaan ada hubungan timbal balik, atau
28
hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi. -Perubahan merupakan suatu keadaaatau situasi dimana kita mempunyai pilihan untuk tujuan tertentu yang membuat kita mempunyai pikiran melakukan hal yang belum pernah dipikirkan sebelumnya. - Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat dan menurunkan orang dan/atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum, yang merupakan salah satu wujud simpul jaringan transportasi. - Terminal penumpang tipe A merupakan prasarana transportasi yang berfungsi melayani angkutan antarkota antarprovinsi (AKAP), dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antarkota dalam provinsi (AKDP), angkutan kota (AK) dan angkutan perdesaan (ADES). - Fungsi terminal yaitu titik konsentrasi (traffic concentration) lalu lintas, titik dispersi, titik tempat berganti moda angkutan (traffic interchange) dan pusat layanan penumpang (service availability). - Kegiatan Pelayanan merupakan kegiatan usaha yang menyediakan fasilitas dan jasa yang orientasinya pada pelayanan ekonomi.
29