BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, dengan jumlah pulau
yang tercatat sampai sekarang lebih kurang 13.466 pulau (menurut Badan Informasi Geospasial) dari Sabang sampai Merauke. Kondisi geografis, geologis dan topografi Indonesia sangat beragam di setiap pulaunya. Letak geografis Indonesia sangat strategis, yaitu berada di antara 2 benua yaitu benua Australia dan benua Asia, 2 samudera yaitu samudera Hindia dan samudera Pasifik dan juga terletak diatas 2 lempeng bumi yaitu sirkum pasifik dan sirkum mediterania. Letak geografis yang sangat strategis ini sangat membantu dari segi perekonomian. Namun di sisi lain, letak geografis ini mengakibatkan Indonesia menjadi negara yang sangat rentan terkena bencana alam. Setiap tempat di Indonesia mempunyai potensi bencana alam yang berbeda-beda. Oleh karena itu diperlukan mitigasi bencana yang menyeluruh dan lintas sektoral (Buletin Online Tata Ruang, 2011). Letak geografis yang sangat strategis ini, tidak hanya membawa dampak yang baik, namun juga buruk, yaitu Indonesia rentan mengalami bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir, letusan gunung berapi, angin puting beliung, tanah longsor. Dalam 10 tahun terakhir, tercatat beberapa bencana alam besar yang terjadi di Indonesia diantaranya : Tsunami Aceh (26 Desember 2004), Letusan Gunung Merapi (8 Juni 2006 dan 5 November 2010), Gempa Bumi Yogyakarta (27 Mei 2006), Gempa Bumi Sumatera Barat (30 September 2009), Gempa Bumi Tasikmalaya (02 September 2009), Banjir Wasior (4 Oktober 2010), Gempa Bumi dan Tsunami Mentawai (25 Oktober 2010), Gempa Bumi Cilacap (04 April 2011), Gempa Bumi Bali (13 Oktober 2011), Banjir Jakarta (2013), Letusan Gunung Sinabung (15 September 2013), Letusan Gunung Kelud (13 Februari 2014). Bencana-bencana alam diatas tentu memakan korban yang tidak sedikit. Banyak korban bencana alam yang kehilangan harta benda termasuk berbagai keperluan hidup sehari-hari dalam upaya menyelamatkan diri dari bencana tersebut. 1
Sehingga untuk menyambung hidup, para korban bencana alam memerlukan berbagai bantuan untuk keperluan sehari-hari selama berada di pengungsian. Dalam kurun waktu kurang dari 1 minggu pada setiap bencana alam yang terjadi, bantuan dari pemerintah maupun masyarakat luas langsung mengalir. Namun dari sekian banyak bantuan yang telah diberikan kepada korban bencana ini masih terdapat beberapa item kebutuhan yang ternyata tidak terdapat di dalam bantuan namun dibutuhkan oleh korban bencana alam gempa bumi maupun gunung meletus. Dalam memberikan bantuan sering kali para dermawan dan pemberi bantuan memberikan bantuan berdasarkan data historis yang sebelum-sebelumnya. Padahal kebutuhannya belum tentu sama. Kebutuhan untuk korban bencana wanita, pria dan anak-anak pasti berbeda. Pemberian bantuan ini juga harus disesuaikan dengan jenis bencananya, bantuan untuk korban bencana gunung meletus tentu memiliki perbedaan dengan korban bencana tsunami. Kebutuhan untuk korban bencana alam luar negeri dan Indonesia tentu berbeda juga. Seperti pada saat bencana Tsunami Aceh 2004 silam, beberapa bantuan dari luar negeri terpaksa tidak dapat dipergunakan karena tidak tepat sasaran. Misalnya saja untuk keperluan wanita, pada saat menstruasi wanita luar negeri terbiasa menggunakan tampon sedangkan wanita Indonesia terbiasa menggunakan pembalut. Selain itu ada baju winter yang tidak terpakai karena budaya di Indonesia apabila kedinginan yang dipakai adalah selimut. Perbedaan budaya ini menjadi salah satu landasan untuk membuat penelitian tentang kebutuhan untuk korban bencana alam Indonesia. Kebutuhan korban bencana alam pada H+1 hari dan H+14 hari pasca bencana berbeda, demikian juga dengan kebutuhan H+1 bulan. Contoh pada H+1 setelah bencana, korban bencana bisa saja membutuhkan peralatan P3K dan makanan jadi, namun pada H+1 bulan setelah bencana kebutuhan korban bencana mungkin sudah berbeda. Pada H+1 bulan bisa saja korban bencana membutuhkan peralatan untuk membersihkan dan menata kembali rumah mereka dan bahan makanan bukan makanan siap saji lagi. Selain itu perlu diketahui sampai kurun waktu berapa lama para korban bencana alam ini diberi bantuan oleh orang lain. 2
Hal ini juga bertujuan agar bantuan yang diberikan tidak mubajir dan juga tidak kurang. Berikut beberapa contoh perlengkapan kebencanaan yang ada di luar negeri dan kebutuhan yang digunakan untuk keperluan camping:
Gambar 1.1 Contoh Kebutuhan Korban Bencana Alam 1
Gambar 1.2 Contoh Kebutuhan Korban Bencana 2
1.2.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka perlu dilakukan
identifikasi dan perbandingan antara pendapat masyarakat yang pernah mengalami bencana tentang daftar kebutuhan yang dibutuhkan selama minggu pertama dan kedua, perbedaan antara kebutuhan untuk korban gunung meletus dan gempa bumi, 3
perbedaan kebutuhan untuk keluarga yang memiliki dan tidak memiliki bayi, perbedaan kebutuhan untuk keluarga yang memiliki dan tidak memiliki ternak dengan daftar kebutuhan yang telah ada dari literature review sebelumnya.
1.3.
Asumsi dan Batasan Masalah Asumsi dan batasan masalah yang ada pada penelitian ini adalah:
1. Subyek penelitian adalah penduduk Yogyakarta yang pernah menjadi korban bencana alam letusan gunung merapi dan gempa bumi. 2. Penelitian ini dilakukan hanya untuk mengidentifikasi kebutuhan selama H+7 hari dan selama H+14 hari setelah bencana. 3. Penelitian ini dilakukan hanya untuk mengidentifikasi kebutuhan pokok menurut responden korban bencana.
1.4.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi kebutuhan bagi korban bencana: a. Selama minggu pertama secara keseluruhan b. Gempa bumi & gunung meletus selama minggu pertama, dan perbandingan antara kebutuhan gempa bumi & gunung meletus minggu pertama. c. Untuk mengetahui apakah terdapat kebutuhan khusus yang berbeda signifikan bagi korban bencana yang mempunyai dan tidak mempunyai bayi pada minggu pertama. d. Untuk mengetahui apakah terdapat kebutuhan khusus yang berbeda signifikan bagi korban bencana yang mempunyai dan tidak mempunyai ternak pada minggu pertama.
2. Mengidentifikasi kebutuhan bagi korban bencana: a. Selama minggu kedua secara keseluruhan
4
b. Gempa bumi & gunung meletus selama minggu kedua, dan perbandingan antara kebutuhan gempa bumi & gunung meletus minggu kedua. c. Untuk mengetahui apakah terdapat kebutuhan khusus yang berbeda signifikan bagi korban bencana yang mempunyai dan tidak mempunyai bayi pada minggu kedua. d. Untuk mengetahui apakah terdapat kebutuhan khusus yang berbeda signifikan bagi korban bencana yang mempunyai dan tidak mempunyai ternak pada minggu kedua. 3. Untuk mengetahui perbandingan antara kebutuhan minggu pertama dan minggu kedua. 4. Untuk mengetahui kurun waktu lamanya korban bencana alam butuh untuk dibantu oleh orang lain dan mengidentifikasi kebutuhan lain diluar kebutuhan kehidupan sehari-hari yang dibutuhkan korban bencana alam selama di pengungsian.
1.5.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat melengkapi daftar kebutuhan
korban bencana alam yang belum ada pada daftar kebutuhan sebelumnya. Daftar kebutuhan ini diharapkan dapat menjadi acuan yang baru dan lebih komprehensif dalam pemberian bantuan bagi korban bencana alam baik gempa bumi maupun gunung meletus, sehingga semua kebutuhan korban bencana alam dapat terpenuhi dengan baik. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat memberi gambaran apakah korban bencana alam yang mempunyai dan tidak mempunyai bayi dan ternak mempunyai kebutuhan yang berbeda signifikan dengan korban bencana pada umumnya.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Penelitian Tentang Persiapan Kebencanaan Penelitian
tentang
pengaruh
adanya
pelatihan/training
untuk
mempersiapkan kebutuhan pada korban bencana pernah dilakukan oleh Jassempour dkk (2014) yaitu dengan cara mengaplikasikan tindakan pencegahan yang diadopsi dari process model. Penelitian ini bertujuan untuk mendorong masyarakat untuk mempersiapkan kebutuhan. Hasil penelitian ini menunjukkan kemajuan yang positif dan signifikan dalam mempersiapkan kebutuhan bencana pada orang yang diberikan pelatihan atau pengetahuan tentang kebutuhan. Menurut Baker dan Cormier (2012) dalam jurnal yang berjudul Disaster Preparedness and Families of Children with Special Needs: A Geographic Comparison yang membahas tentang perbedaan persiapan menghadapi bencana bagi keluarga yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus berdasarkan kondisi geografis negara tempat keluarga tersebut tinggal dan apakah dengan adanya pelatihan singkat tentang persiapan kebencanaan dapat meningkatkan tingkat kesiapan dasar populasi yang diberi pelatihan tentang kebencanaan tersebut. Berdasarkan penelitian ini kondisi geografis kedua negara populasi yang menjadi subjek penelitian tidak memberi pengaruh yang signifikan dalam tingkat kesiapan menghadapi bencana, namun dengan adanya pelatihan singkat tentang persiapan kebencanaan bagi keluarga yang mempunyai anak dengan kebutuhan khusus dapat meningkatkan kesiapan keluarga dalam mempersiapkan kebutuhan pasca bencana.
2.2.
Skala Likert Budiaji (2013) menjelaskan apabila kategori respon pada skala likert
mempunyai tingkatan namun jarak diantara kategori respon tersebut tidak dapat dianggap sama, maka kelas skala tersebut adalah skala ordinal. Pada skala ordinal, statistik yang dapat digunakan adalah median atau modus, sedangkan variasi dapat dilihat menggunakan frekuensi dari jawaban responden. Oleh karena itu statistik parametrik tidak cocok digunakan dalam kelas skala ordinal ini. 6
Menurut Suliyanto (2011) skala likert adalah skala yang telah memiliki tingkatan namun belum memiliki jarak yang jelas. Skala ordinal ini dapat ditransformasi menjadi skala interval dengan menggunakan metode successive interval. Namun antara kesimpulan analisis baik dari data yang telah ditransformasi maupun yang belum ditransformasi tidak terdapat perbedaan yang berarti.
7