BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara yang berbentuk kepulauan. Indonesia memiliki ribuan pulau yang mencapai 17.499 pulau dengan luas wilayah perairan mencapai 5,8 juta km2 dan garis pantai adalah 81.900 km2. Sebagian besar pulau di Indonesia atau sekitar 87,64% merupakan pulau-pulau kecil dan tidak atau belum berpenghuni. Bentuk negara kepulauan yang juga stategis ini menjadi tantangan sendiri dalam penataan ruangnya untuk dapat memeratakan perkembangan setiap daerah pulaunya. Potensi yang dimiliki akan sangat beragam karena setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda. Perkembangan pulau-pulau kecil berkaitan dengan perkembangan pulau yang lebih berpotensi atau pulau yang lebih besar, khususnya pulau yang berada di sekitarnya. Kepulauan yang strategis ini perlu dikaji sebagai penelitian pada keruangan di Indonesia untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan pada daerah kepulauan. Kota Batam merupakan salah satu Kota Kepulauan di Indonesia yang berada di Provinsi Kepulauan Riau. Kota Batam juga merupakan kota yang strategis dari lokasinya karena berbatasan langsung dengan Negara Singapura dan berada pada jalur perdagangan yang berpotensial untuk dikembangkan. Menurut perencanaannya, Kota Batam termasuk Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan juga sebagai Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yang ditetapkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Kawasan Batam khususnya juga merupakan Kawasan Stategis Nasional (KSN) yang dikembangkan dari sudut ekonomi serta dengan pengembangan atau peningkatan kualitas kawasan. Kawasan Batam terdiri dari pulau-pulau dengan ukuran atau luasan yang berbeda-beda dengan pulau pusat pertumbuhan yang berada di Pulau Batam. Kota Batam memiliki satu pulau besar, yaitu Pulau Batam dan 329 pulau berpenghuni yang berada di wilayah Kota Batam. Perkembangan pusat
1
pertumbuhan pada suatu mainland seharusnya dapat memengaruhi perkembangan pada daerah sekitarnya. Peran yang dilaksanakan oleh pusat pertumbuhan dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan daerah latarnya atau hinterland. Perkembangan dan pertumbuhan mainland juga dapat dipengaruhi dari adanya hubungan dengan daerah latarnya karena terciptanya saling memengaruhi antar wilayah untuk perkembangan dan kemajuan masing-masing kawasan. Daerah pusat kota merupakan pusat fasilitas transportasi dan terdapat distrik spesialisasi pelayanan, walaupun masih terdapat penduduk yang kota yang tinggal pada beberapa bagian CBD (Yunus, 2012). Pusat kota menjalankan fungsi dan perannya sama seperti kota. Fungsi memiliki arti pelayanan internal pada pusat kota, sedangkan pusat kota juga menjalankan tugas dalam pelayanan untuk skala kawasan yang lebih luas. Fungsi dan peran pusat kota menjadi tugas yang dilaksanakan dengan skala pelayanan yang berbeda dan memengaruhi perkembangan kota dan rencana selanjutnya dari karakteristik kota. Pusat Kota Batam sebelumnya berada di pulau hinterland Pulau Batam, yaitu berada di Pulau Belakang Padang pada saat Batam masih termasuk kecamatan di Kabupaten Kepualuan Riau. Kota Batam terbentuk menjadi Kotamadya Batam dalam Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1983. Pada perkembangan wilayahnya, pusat kegiatan tidak dilanjutkan di pulau Belakang Padang karena terkendala luas pulau, sehingga berpindah ke Pulau Batam. Pulau Batam berpotensi untuk dikembangkan dan dibentuklah Otorita Batam (sekarang Badan Pengusahaan Batam) yang memiliki wewenang dalam mengembangkan hanya khusus pulau Batam. Pulau-pulau sekitar mainland menjadi daerah hinterland bagi pusat pulau yang pada dasarnya akan mendapatkan pengaruh dari pusat kota, meskipun di pulau yang berbeda.
2
Gambar 1.1. Peta Administrasi Kota Batam Sumber : Bappeda Kota Batam, 2008
Kota Batam terbagi menjadi 12 kecamatan, tiga kecamatan diantaranya merupakan kecamatan yang terletak di luar Pulau Batam dan terdiri terdiri dari pulau-pulau kecil, yaitu Kecamatan Belakang Padang, Kecamatan Bulang, dan Kecamatan Galang. Tiga kecamatan ini disebut sebagai kecamatan hinterland. Pulau-pulau yang membentuk Kota Batam ini menjadi perlu diperhatikan untuk mengetahui perkembanganya karena secara administratif masih masuk dalam kawasan Kota Batam sebagai Kawasan Stategis Nasional. Pusat Kota Batam yang berada pada mainland, Pulau Batam, menjadi titik pertumbuhan dan perkembangan serta menjadi aktor penting untuk kemajuan Kota Batam secara keseluruhan.
3
Kecamatan Belakang Padang merupakan kecamatan yang unik diantara dua kecamatan hinterland pusat Kota Batam lainnya. Kecamatan Belakang Padang menjadi kecamatan tertua dan sempat menjadi pusat kota dan setelah adanya perubahan wilayah administratif, sehingga pusat kota berpindah ke Pulau Batam. Berbeda dengan dua kecamatan lainnya, Kecamatan Bulang dan Kecamatan Galang, beberapa pulau dihubungkan melalui pembangunan Jembatan Barelang (Batam-Rempang-Galang) semenjak tahun 1998. Aktivitas di pusat kota terbentuk dari adanya fasilitas pelayanan yang tersedia. Masyarakat membutuhkan fasilitas atau sarana untuk berkehidupan. Kebutuhan masyarakat dalam menjalankan aktivitas kehidupan terbagi menjadi tiga, yaitu kebutuhan primer,sekunder, dan tersier. Pada dasarnya, pusat kota memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dan nantinya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pelayanan yang diberikan oleh pusat kota tidak hanya sesuai dengan fungsi kota untuk pelayanan internal, namun peran kota juga sangat diperlukan. Daerah sekitar pusat kota (hinterland) membutuhkan peran dari pusat kota untuk memenuhi kebutuhan dari masyarakat eksternal. Perbedaan kondisi pada kecamatan hinteland kepulauan di Kota Batam menjadikan adanya perbedaan yang menghubungkan pusat kota dengan pusat kecamatan. Dua kecamatan hinterland lainnya telah dihubungkan dengan adanya jembatan sehingga pergerakan menuju pusat kota dapat ditempuh melalui transportasi darat, sedangkan untuk Kecamatan Belakang Padang hanya dapat ditempuh melalui transportasi laut untuk melakukan pergerakan dari atau ke pulau pusat kota. Perbedaan ini secara langsung membuat adanya perbedaan pergerakan penduduk Kecamatan Belakang Padang dalam beraktivitas dan memenuhi kebutuhan yang seharusnya dapat melakukan pergerakan langsung menuju pusat kota. Pergerakan penduduk dari daerah hinterlandnya ke pusat kota adalah untuk memenuhi kebutuhan penduduk sehari-hari. Pemenuhan kebutuhan ini adalah pendorong manusia agar mendapatkan kepuasan dan meningkatkan kesejahteraannya. Pergerakan penduduk berkaitan dengan tugas kota
4
menjalankan perannya sebagai penyedia pelayanan eksternal. Peran suatu daerah pusat pertumbuhan memberikan peluang untuk menjadi lokasi pergerakan penduduk untuk melakukan aktivitas dan pemenuhian kebutuhan. Pergerakan penduduk berkaitan dengan lokasi asal dan tujuannya, sehingga adanya unsur spasial atau keruangan antara kedua lokasi. Pergerakan penduduk Kecamatan Belakang Padang juga dapat berkaitan dengan pola pergerakan dalam melakukan kegiatan pemenuhan kebutuhan. Pusat kota yang berada pada mainland Kota Batam (Pulau Batam) memiliki daerah hinterland yang berbentuk kepulauan. Karakteristik hinterland yang unik, khususnya pada Kecamatan Belakang padang ini menjadi ciri khas dan menarik untuk diteliti. Pusat kota memiliki tugas untuk memberikan
peran
terhadap
kawasan
Belakang
Padang
hinterlandnya dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat
sebagai
hinterland.
Kecamatan Belakang Padang memiliki karaktersitik yang unik menjadikan pergerakan penduduk ke pusat kota dan daerah lainnya akan memiliki tantangan yang lebih besar untuk berpindah dalam tujuan memenuhi kebutuhan penduduk. Tantangan tersebut berupa adanya laut sebagai pemisah antar kedua daerah tanpa adanya jembatan yang menghubungkan kedua lokasi ini. Keterkaitan wilayah dari pergerakan penduduk pada penelitian ini akan menghubungkan dengan pergerakan spasial penduduk.
1.2. Pertanyaan Penelitian Berangkat dari latar belakang dan keunikan Kecamatan Belakang Padang dan bentuk kepulauan Kota Batam yang berkaitan dengan pergerakan penduduk, maka muncul pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1.
Bagaimana pola pergerakan spasial penduduk Kecamatan Belakang Padang yang dulu pernah menjadi pusat kegiatan ?
2.
Mengapa pola pergerakan spasial penduduk di Kecamatan Belakang Padang seperti itu ?
5
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Menemukan pola pergerakan spasial penduduk Kecamatan Belakang Padang yang dulunya pernah menjadi pusat kegiatan
2.
Mengidentifikasi faktor yang memengaruhi pola pergerakan spasial penduduk Kecamatan Belakang Padang tersebut
1.4. Batasan Penelitian Peneliti menetapkan batasan-batasan agar penelitian yang dilakukan lebih terfokus dengan arahan yang jelas. Batasan-batasan tersebut adalah: 1.4.1. Ruang Lingkup Ruang lingkup merupakan batasan ruang yang ditetapkan untuk penelitian sebagai batasan lokasi amatan peneliti. Lokasi penelitian Kecamatan Belakang Padnag dengan batasan lingkup kelurahan karena kurangnya data mengenai pulau-pulau. Batasan ruang lingkup juga pada pusat Kota Batam, yaitu Kecamatan Batam Kota dan Kecamatan Lubuk Baja berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 87 Tahun 2011 tentang RTR Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun, yang menetapkan kedua kecamatan ini masuk pada sistem pusat kegiatan primer. Area luar penelitian merupakan area yang tidak diteliti dan tidak masuk dalam analisis penelitian nantinya sehingga menjadi batasan untuk penelitian ini. 1.4.2. Temporal Penelitian ini dilakukan dengan menghitung pergerakan penduduk Kecamatan Belakang Padang dalam beraktivitas dan untuk memenuhi kebutuhannya. Waktu yang digunakan bersifat cross section atau data yang menunjukkan pada waktu tertentu.
6
1.4.3. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini adalah pergerakan penduduk Kecamatan Belakang Padang untuk memenuhi kebutuhannya. Pergerakan penduduk yang diamati adalah pergerakan penduduk dari setiap kelurahan di Kecamatan Belakang Padang menuju ke lokasi tujuan pergerakan. Penelitian ini juga fokus pada faktor-faktor yang memengaruhi pergerakan penduduk Kecamatan Belakang Padang.
1.5. Manfaat Penelitian Penelitian mengenai pergerakan penduduk ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Memberikan pengetahuan dalam pengembangan kota yang lebih sesuai dengan daerah penelitian 2. Memberikan referensi kepada pemerintah dalam penentuan kebijakan, arahan, dan perencanaan serta implikasi program yang lebih sesuai juga dengan daerah hinterland dan berkaitan dengan pergerakan penduduk
1.6. Keaslian Penelitian Menurut penulis, terdapat penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terkait dengan peran kota, pusat kota, dan hinterland, serta lokasi yang sama baik dalam skala kawasan maupun wilayah dengan fokus arahan penelitian dan fokus lokasi yang berbeda. Berikut adalah penelitian yang berkaitan: 1.
Tesis yang ditulis oleh Imam Setiyohadi, mahasiswa S2 Magister Teknik Sipil Universitas Dipenegoro (2008) dengan Judul Karaktersitik dan Pola Pergerakan Penduduk Kota Batam dan Hubungan dengan Perkembangan Wilayah Hinterland. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui alasan pemilihan hunian di daerah pinggiran dan untuk mengathui kataktersitik pola pergerakan penduduk di Pulau Batam. Metode yang digunakan adalah deduktif kuantitatif melalui sampel yang ambil secara sample random proporsional. Lokasi penelitian berada di kecamatan pinggiran Pulau Batam. Hasil penelitian ini
7
menunjukkan bahwa orang memilih di daerah pinggiran dikarenakan daerah industri yang dekat dengan tempat kerja. Tujuan Perjalanan penduduk di daerah pinggiran sebagian besar di wilayahnya masingmasing karena hampir meratanya sektor industri di Pulau Batam. Moda yang digunakan untuk perjalan lebih menggunakan kendaraan pribadi, baik daerat hingga laut. Pada daerah pusat kota (Lubuk Baja) moda yang digunakan sebagian besar menggunakan mobil. 2.
Skripsi yang ditulis oleh Intan Kurniasari, mahasiswa S1 Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota UGM (2012) dengan judul Evaluasi Perkembangan Pelaksanaan Peran Pusat Kota (Studi Kasus : BWK I Kota Ngawi). Skripsi ini mengenai Evaluasi Perkembangan Pelaksaan Peran Pusat Kota yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana peran BWK I yang tertuang dalam rencana tata ruang, serta menduga faktorfaktor yang memengaruhi peran dari BWK I tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deduktif kuantitatif untuk mencapai tujuan penelitian melalui analisis statistika deskriptif dengan dukungan data sekunder dan hasil wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tolok ukur keberhasilan dari implementasi suatu rencana dapat dilihat salah satunya dari tingkat efektivitas implementasi tersebut. Dilihat dari hasil evaluasi Rencana Detail Tata Ruang Kota Ngawi tahun 2004-2014, fasilitas pelayanan yang disediakan di BWK I tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan waktu perencanaan tersebut berlangsung. Faktor yang memengaruhi keefektifan peran BWK I Kota Ngawi salah satunya karena para pemegang kekuasaan yang kurang memperhatikan implementasi dari rencana tersebut sehingga kurang ditindaklanjutinya rencana untuk diimplementasikan.
1.7. Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini untuk mengetahui pergerakan dan faktor yang memengaruhi oleh penduduk di Kecamatan Belakang Padang sebagai daerah hinterland. Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut.
8
BAB I
PENDAHULUAN Pendahuluan berisi penjelasan mengenai tugas pusat kota berupa peran terhadap daerah sekitarnya (hinterlandnya) dan berkaitan berkaitan dengan pergerakan penduduk. Pusat Kota Batam yang berada di pulau yang berbeda dengan kecamatan kepulauan lain, yaitu Belakang Padang menjadikan peneliti ingin mengetahui pergerakan penduduk untuk memenuhi kebutuhannya. Bab ini juga terdapat keaslian penulisan yang berkaitan dengan tema penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka berisikan teori-teori yang mendukung penelitian mengenai definisi pergerakan, terminologi kota dan pusat kota, untuk mendapatkan variabel sebagai pedoman untuk penelitian. Konsep, teori, dan informasi yang telah ada selanjutnya dibuat dalam bentuk kerangka teori sebagai pedoman untuk menganalisis pada kondisi eksisting di lapangan. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian berisikan tentang pendekatan metode yang digunakan
untuk
melakukan
penelitian.
Pemilihan
metode
disesuaikan dengan tema yang akan diangkat untuk mendapatkan perhitungan
pergerakan
penduduk
dan
faktor-faktor
yang
memengaruhi yang berkatian dengan unit amatan dan unit analisis, sehingga mempermudah penelitian sesuai dengan kerangka teori yang telah dibuat. BAB IV DESKRIPSI LOKASI AMATAN Deskripsi lokasi amatan merupakan gambaran mengenai lokasi pusat Kota Batam dan Kecamatan Belakang Padang, baik secara umum, maupun secara khusus dan langsung berkaitan dengan topik penelitian yang dilakukan. Aspek-aspek penting lokasi dijelaskan sebagai gambaran untuk penelitian dalam mengenal pusat Kota dan Kecamatan Belakang Padang serta dapat mendukung pada bab selanjutnya mengenai pembahasan.
9
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dan pembahasan berisikan tentang hasil dan temuantemuan penelitian yang didapatkan melalui teknik penelitian. Hasil yang diperoleh dari penelitian pergerakan penduduk Kecamatan Belakang Padang selanjutnya dibahas dengan sedemikian rinci berdasarkan data yang didapat dari hasil penelitian untuk mengetahui pola pergerakan spasial dan faktor-faktor yang memengaruhi. Hasil penelitian dibahas berdasarkan tujuan dari penelitian untuk menjawab tujuan dari penelitian BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dan saran akan menjelaskan melalui ringkasan jawaban dari pertanyaan peneliti mengenai pola pergerakan spasial penduduk Kecamatan Belakang Padang dan faktor yang memengaruhi pergerakan tersebut. Rekomendasi yang diberikan akan berkaitan dengan arahan yang dapat ditetapkan ataupun tidak untuk mendukung arahan dari temuan penelitian dapat menjadi salah satu rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.
10