BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan industri televisi Indonesia berkembang pesat beberapa tahun belakangan ini. Hal ini membuat persaingan industri ini semakin ketat. Menurut Morrisan (2004: 3) media televisi merupakan industri yang padat modal, padat teknologi, dan padat sumber daya manusia. Seiring dengan itu, kebutuhan masyarakat terhadap informasi juga semakin bertambah. Dalam mempertahankan perkembangan perusahaan, para petinggi perusahaan dituntut untuk selalu membuat strategi dan inovasi baru dalam setiap tayangan yang diberikan. Dilihat dari salah satu fungsi televisi yaitu memberikan hiburan, banyak stasiun televisi yang mengemas program acaranya se-kreatif mungkin untuk menarik penonton. Program acara yang diberikan pun lebih bervariasi, seperti tayangan momentum seperti YKS (Yuk Keep Smile) yaitu program Ramadhan unggulan Trans TV sampai tayangan eksklusif pernikahan dan persalinan selebriti kini dapat dijual pada penonton. Salah satu tayangan momentum yang mendapat sorotan masyarakat yaitu program eksklusif pernikahan Raffi Ahmad dan Nagita Slavina. Program ini ditayangkan oleh dua stasiun TV swasta yaitu Trans TV dan RCTI secara berturutturut. Namun diantara kedua stasiun televisi swasta ini Trans TV yang paling dominan dalam menayangkan program pernikahan Raffi-Nagita. Dimulai dari persiapan pernikahan, upacara adat, akad nikah hingga resepsi penikahan. Oleh karena itu, program ini dianggap tidak memiliki manfaat bagi penonton sehingga menimbulkan pro dan kontra. Selain permasalahan isi tayangan, program ini juga menyalahgunakan frekuensi publik dilihat dari waktu tayang yang berlebihan. Trans tv menayangkan segmen live eksklusif bertajuk “Menuju Janji Suci” pada tanggal 615 oktober 2014 di dua program regulernya yaitu Insert dan Show Imah. Setelah itu Trans TV menayangkan program special “Janji Suci Raffi-Nagita” yang tayang 1
selama dua hari berturut-turut 14 jam dan 10 jam non-stop. Sedangkan tayangan serupa kembali ditayangkan Trans TV pada tanggal 14 Juni 2015 bertajuk “Janji Suci Tujuh Bulanan Raffi-Nagita” yang telah menggunakan durasi selama 7,5 jam waktu siaran. Melihat tayangan program ini, pihak Komisi Penyiaran Indonesia memberikan teguran atas pelanggaran penyiaran berdasarkan, Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS). Kesalahan penayangan program Raffi-Nagita karena tayangan tersebut tidak memiliki manfaat untuk publik dan tidak sesuai dengan Pedoman Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 pasal 11 ayat 1 yang berisi tentang perlindungan kepentingan publik, pertama: Lembaga penyiaran wajib memperhatikan kemanfaatan dan perlindungan untuk kepentingan publik. Kedua, lembaga penyiaran wajib menjaga independensi dan netralitas isi siaran dalam setiap program siaran. Dan pasal 13 ayat 2 yang menyatakan bahwa program siaran tentang permasalahan kehidupan pribadi tidak boleh menjadi materi yang ditampilkan dan/ atau disajikan dalam seluruh isi mata acara. Televisi sebagai media audio visual memiliki dampak yang cukup besar bila dibandingkan
dengan media lainnya. Hal ini dikarenakan penonton dapat melihat dan
mendengar secara langsung peristiwa yang ditayangkan pada televisi. Hermin Indah Wahyuni dalam telaahnya tentang Televisi dan Intervensi Negara (2000) menyebutkan, seperti halnya media massa lainnya, televisi terlahir sebagai entitas yang mengakar pada lingkungan sosialnya. Media massa merupakan entitas bisnis, entitas sosial, entitas budaya sekaligus merupakan entitas politik. Sebagai sebuah entitas bisnis, penyelenggaraan operasional televisi dapat dikatakan sangat mahal. Untuk satu jam penyiarannya dibutuhkan dana kurang lebih Rp 17- Rp 20 juta sehari, sehingga untuk setiap bulan pembiayaannya bisa mencapai 400 juta. Didalam industri penyiaran televisi
harus mendapatkan dukungan dari
masyarakatnya, sebagai sebuah entitas sosial. Yaitu dengan cara mendapatkan dukungan dari masyarakat sebagai penonton melalui program-program yang ditayangkan. Jika tayangan penyiaran televisi sudah tidak ditonton lagi, dapat
2
dikatakan keberadaan televisi tidak mendapat dukungan dari masyarakat dan keberadaan televisi sebagai entitas sosial dapat mempengaruhi bisnis penyiaran tersebut. Sebagai entitas budaya, televisi turut berperan dalam mewujudkan majunya sebuah budaya. Sebagai contoh yaitu program acara infotaiment yang ditayangkan televisi sering digugat karena kurang sesuai dengan budaya sebuah masyarakat Indonesia. Isi dari tayangan infotaiment tersebut banyak menampilkan konflik selebritis yang dinilai tidak sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia. Oleh karena itu diharapkan televisi dapat menghadirkan tayangan yang dapat mengedukasi dan memberi manfaat kepada masyarakat sebagai penonton. Selanjutnya media televisi sebagai entitas politik, harus memiliki kemampuan yang kuat untuk mempengaruhi masyarakat dan membentuk opini publik. Setiap program acara di televisi tentu harus memiliki izin siaran. Jika keberadaan izin dimanfaatkan optimal, maka televisi bisa menjadi sarana untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam sebuah masyarakat. . Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif sesuai dengan definisi Ghoni dan Almansyur (2012:89), penelitian kualitatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi dan pemikiran orang secara individu maupun secara kelompok. Peneliti memilih menggunakan pasal 11 ayat 1 dan 2 karena isi pasal 13 ayat 2 sudah terangkum dalam pasal 11 ayat 2 dalam Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) yaitu mengenai netralitas isi siaran. Maka dalam pasal 11 ayat 1 dan 2 P3 dianggap peneliti sudah menggambarkan pelanggaran yang telah dilakukan oleh Trans TV. Selain itu, peneliti ini juga didukung melalui pendekatan studi kasus yaitu peneliti mencoba memahami bagaimana analisis pasal 11 ayat 1 dan 2 pada pelanggaran yang telah dilakukan Trans TV dalam penayangan program Raffi-Nagita berdasarkan P3 SPS yang berlaku. Maka dari itu penulis, menetapkan sebuah penelitian yang berjudul “Pelanggaran Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar
3
Program Siaran (P3 SPS) Pasal 11 Ayat 1 dan 2 Pada Tayangan Momentum (Studi Analisis Kasus Raffi-Nagita di Trans TV).
1.2 Fokus Penelitian Berdasarkan pemaparan
latar belakang masalah
yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka dalam perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Pelanggaran Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 SPS) Televisi Pada Tayangan Momentum (Studi Kasus Raffi-Nagita di Trans TV)”. Dari rumusan masalah tersebut , maka peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana analisis pasal 11 ayat 1 dan 2 P3 pada pelanggaran yang telah dilakukan Trans TV dalam tayangan momentum Raffi-Nagita? 2. Bagaimana analisis pasal 11 ayat 1 dan 2 SPS pada pelanggaran yang telah dilakukan Trans TV dalam tayangan momentum Raffi-Nagita?
1.3 Tujuan Penelitian
Dari identifikasi masalah yang telah disebutkan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menjelaskan bagaimana analisis pasal 11 ayat 1 dan 2 P3 dan bagaimana kaitannya dengan permasalahan kasus tayangan Raffi-Nagita di Trans TV. 2. Untuk menjelaskan bagaimana analisis pasal 11 ayat 1 dan 2 SPS dan bagaimana kaitannya dengan permasalahan kasus tayangan Raffi-Nagita di Trans TV.
4
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan perumusan mengenai seberapa jauh penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan suatu ilmu. Dihubungkan dengan tema penelitian maka kegunaan penelitian diarahkan pada aspek teoritis dan aspek praktis.
1. Aspek Praktis Secara praktis, hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi contoh kasus untuk mengingatkan kembali
peran media massa
televisi sebagai produk dari penyiaran. 2. Aspek Teoritis Secara teoritis, hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian ilmiah di bidang penyiaran media televisi. Disamping itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk penelitian sejenis
1.5 Tahapan Penelitian Menurut Moleong dalam buku “Metodologi Penelitian Kualitatif “ , Ghoni & Almansyur (2012:144-157) tahapan penelitian kualitatif terdiri dari tahap pralapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data. 1.5.1 Tahap Pra-lapangan Dalam tahap pra-lapangan ada enam kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti, yang mana dalam tahapan ini ditambah satu pertimbangan yang perlu dipahami yaitu etika penelitian lapangan. Berikut adalah pemaparan enam tahapan kegiatan pralapangan:
5
a. Menyusun Rancangan Penelitian Rancangan penelitian perlu dijabarkan secara detail agar mempermudah pembaca memahami isi penelitian dan selanjutnya dapat dijadikan patokan oleh peneliti kualitatif. b. Memilih Lokasi Penelitian Peneliti memilih lokasi penelitian di kantor pusat Komisi Penyiaran Indonesia, Jl Gajah Mada No 8 Jakarta Pusat. c. Mengurus Perizinan Penelitian Pada tahap ini peneliti harus mengetahui telebih dahulu siapa saja yang berwenang memberikan izin pelaksanaan penelitian tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti mengurus surat perizinan penelitian pada Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Telkom, setelah itu peneliti mengajukan surat penelitian ke kantor pusat Komisi Penyiaran Indonesia untuk perizinan wawancara penelitian dan mengambil data yang dibutuhkan. d. Menjajaki dan Menilai Lokasi Penelitian Pada tahap ini peneliti melakukan orientasi lapangan yaitu penjajakan dan penilaia terkait situasi dan kondisi tempat penelitian. Hal ini dilakukan agar pada saat melakukan wawancara, peneliti tidak canggung dan terbiasa dengan lingkungan lapangan. e. Memilih dan Memanfaatkan Informan Kegunaan informan bagi peneliti kualitatif adalah membantu agar cepat dan teliti dalam melakukan analisis. Untuk menemukan informan, dapat dilakukan dengan cara: 1. Melalui keterangan orang yang berwenang, baik secara informal dari pihak pemerintah maupun secara informal. 2. Melalui wawancara pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, penelitian ini, peneliti memperoleh informan melalui keterangan orang yang berwenang yaitu pihak Komisi Penyiaran Indonesia.
6
f. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian Sebelum melakukan penelitian, peneliti memerlukan izin penelitian melalui surat atau melalui orang yang dikenal sebagai penghubung ataupun secara resmi dengan surat melalui jalur instansi pemerintahan. Selain itu hal yang perlu dipersiapkan ialah pengaturan perjalanan terutama apabila lapangan penelitian memiliki letak yang jauh. g. Persoalan Etika Penelitian Dalam persoalan etika, peneliti harus menghormati, mematuhi serta menyesuaikan terhadap norma-norma etika yang berlaku pada lapangan penelitian.
1.5.2 Tahap Pekerjaan lapangan Dalam tahapan pekerjaan lapangan, Ghoni dan Almansyur (2012:150) membagi ke dalam tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri Dalam hal ini, peneliti perlu mempersiapkan diri baik secara fisik dan mental ketika terjun langsung ke lapangan penelitian. Selain itu peneliti juga harus tahu menempatkan diri apakah sebagai peneliti yang dikenal atau tidak dikenal. Hal tersebut agar proses komunikasi antara orangorang dilapangan dan peneliti dapat berlangsung dengan baik. b. Penampilan Peneliti Peneliti hendaknya menyesuaikan penampilannya dengan kebiasaan, adat, tata cara, dan kultur penelitian. Penampilan fisik seperti cara berpakaian pun hendaknya diberi perhatian khusus oleh peneliti, agar mempermudah hubungan dengan subjek dan diharapkan memudahkan dalam pengumpulan data. c. Memasuki Lokasi Penelitian
7
Pada saat memasuki lapangan, peneliti harus bisa menjalin keakraban dengan subjek penelitian. Hal tersebut dilakukan agar informan dapat merasa nyaman pada saat melakukan wawancara penelitian. d. Berperan-Serta dalam Mengumpulkan Data Pada tahap ini, peneliti akan melakukan pengamatan, wawancara, atau menyaksikan suatu kejadian tertentu. Untuk itu peneliti biasanya membuat catatan lapangan yang dibuat dalam bentuk kata-kata kunci, singkatan, pokok utama, kemudian disempurnakan setelah pulang dari lapangan penelitian.
1.5.3 Analisis Data Dalam melakukan analisis data, peneliti mencocokkan hasil setelah mengambil data lapangan dan hipotesis
kerja yang telah dirumuskan sewaktu pertama kali
berada di lapangan. Data yang di analisis berupa data hasil wawancara dan juga data dokumen yang diberikan dari informan.
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian untuk skripsi ini berlangsung pada pada bulan Januari 2015 s.d selesai dan dilakukan di kantor pusat Komisi Penyiaran Indonesia Jl Gajah Mada No 8 Jakarta.
8
Tabel 1.1 Waktu Penelitian
Bulan Kegiatan Desember
Januari
Februari
Pencarian ide penelitian. Kajian penelitian terdahulu. Mengumpulkan data dan pengajuan penelitian kepada pihak terkait dan pencarian literatur. Penyusunan dan melengkapi proposal penelitian skripsi (Bab 1-3). Mengumpulkan data primer berupa observasi dan wawancara. Analisis data Penyelesaian data dan
9
Maret
April
Mei
Juni
pengolahan hasil penelitian hingga kesimpulan.
10