BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Sebagai individu yang memiliki kekurangan maka mereka pada umumnya sering dianggap kurang memiliki rasa percaya diri dan cenderung menutup diri dari lingkungannya. Pandangan masyarakat yang kurang positif juga justru menambah beban permasalahan bagi para penyandang cacat. Sebenarnya dengan keterbatasan-keterbatasan yang ada pada mereka harus disikapi secara positif agar mereka dapat dikembangkan seoptimal mungkin potensinya dan diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi keluarga, lingkungan, masyarakat, serta pembangunan bangsa. Dalam rangka memberdayakan dan memenuhi hak-hak bagi anak berkebutuhan khusus, pengelolaan pendidikan luar biasa dituntut untuk dapat memotivasi dan mengembangkan potensi mereka dalam segala aspek kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana
yang
ada
dalam
program-program
sekolah
pengembangan potensi peserta didik merupakan hal yang penting dari pelaksanaan proses pembelajaran, guna membekali siswa kelak dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga dapat hidup mandiri, mampu berkompetisi, dan berani mempertahankan kebenaran, serta eksis dalam kehidupan bermasyarakat minimal mempunyai kemampuan untuk menolong dirinya sendiri. Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B Singaraja Bali adalah sekolah khusus untuk anak-anak Tunarungu. Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Di Sekolah ini
1
terdapat siswa Sekolah Dasar 51 orang, Sekolah Menengah Pertama 15 orang dan Sekolah Menengah Atas 17 orang. Berbagai upaya telah banyak dan tak pernah berhenti dilakukan mulai dari tingkat pusat hinggga di tingkat sekolah untuk mengembangkan pendidikan bagi ABK di SLB B yang semakin bermutu, namun realita yang ada masih menunjukkan belum tercapainya apa yang dicita-citakan. Mutu ABK selama masih dalam proses hingga setelah lulus dari SLB masih diragukan untuk mampu hidup bermasyarakat secara wajar. Hal ini merupakan tantangan dan kewajiban bagi Universitas Pendidikan Ganesha, melalui Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) merencanakan dan melaksanakan pendidikan ketrampilan bagi anak-anak SLB. Dipandang perlu untuk memberdayakan anak-anak SLB Bagian B untuk meningkatkan ketrampilan di bidang busana (kerajinan tangan). Mengingat mereka sudah memiliki ketrampilan dasar menjahit, membuat ketrampilan dan tersedianya alat-alat menjahit di sekolah. Menurut pendapat Sutrisno (1997) hal yang dapat kita lakukan dalam pembinaan anak-anak cacat adalah melakukan pendampingan pada mereka dalam upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia, sehingga pada waktunya nanti mereka bisa memasuki atau justru dapat menciptakan lapangan kerja. Di masa pembangunan sekarang nilai ekonomi semakin berperan, maka kerajinan dipandang sebagai aset yang menguntungkan untuk dikembangkan. Dengan kata lain, kerajinan dipandang memiliki potensi ekonomi dalam perdagangan dan dunia pariwisata. Oleh karena itu, kegiatan kerajinan ini digalakkan dan diharapkan mampu meningkatkan devisa negara, sekaligus dapat memperluas lapangan kerja dan dapat meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan siswa SLB Bagian B ketika sudah lulus. Adapun program pelatihan yang akan diberikan adalah membuat kreasi benda fungsional dengan menggunakan tali tambang. Dipilihnya tali tambang sebagai bahan utama pembuatan produk kerajinan karena mudah didapat dan harganya tidak terlalu mahal, sedangkan kreasi fungsional yang akan dibuat adalah berupa benda-benda berupa hiasan yang memiliki fungsi bagi kehidupan
2
sehari-hari. Kreasi benda fungsional yang akan dibuat adalah gantungan pot, ikat pinggang, dll. Universitas Pendidikan Ganesha, membawahi Fakultas Teknik dan Kejuruan (FTK) yang memiliki jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. Pada sub program tata Busana 65% kurikulumnya mengajarkan praktikum aneka jenis ketrampilan. Oleh karena itu kegiatan dalam bentuk Pengabdian Masyarakat ini sangat relevan untuk memecahkan permasalahan yang ada Sekolah Luar Biasa Bagian B Singaraja. 1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian analisis situasi, dapat dikemukanan bahwa anak-anak Sekolah Luar Biasa memiliki kekurangan, maka mereka pada umumnya sering dianggap kurang memiliki rasa percaya diri dan cenderung menutup diri dari lingkungannya. Mereka perlu bekal ketrampilan untuk kelangsungan hidupnya setelah lulus dari sekolah. Kurangnya ketrampilan dalam membuat kreasi produk fungsional dengan menggunakan tali tambang yang berorientasi pasar (siap jual), sedangkan peralatan yang tersedia cukup memadai untuk menunjang bidang tersebut. Selain itu anak-anak Sekolah Luar Biasa Bagian B Singaraja sangat membutuhkan ketrampilan tersebut, karena diharapkan setelah tamat nanti siap terjun ke masyarakat sudah mempunyai bekal ketrampilam yang memadai, sehingga mereka merupakan aset bangsa yang diperhitungkan, bukan sebaliknya dianggap beban bangsa. Oleh sebab itu untuk dapat memiliki sejumlah ketrampilam maka diperlukan sejumlah pelatihan ketrampilan yaitu: (a) mengidentifikasi bahan berupa tali tambang yang dibuat menjadi kreasi benda fungsioal yang siap jual, menghitung kebutuhan bahan utuk terwujudnya hasil, (b) mempersiapkan bahan untuk membuat bahan, (c) mengolah bahan menjadi kreasi benda fungsioal, mengemas hasil untuk siap dijual. Permasalahan ini harus segera ditangani secara komprehensif melalui strategi dan program yang terpadu agar dapat memberdayakan sumber daya manusia dan sumber daya selebihnya (peralatan/fasilitas) yang ada Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B Singaraja.
3
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: a. Bagaimanakah pelaksanaan pelatihan pembuatan kreasi benda fungsional
dari tali tambang dengan menggunakan teknik makrame yang siap jual yang mampu menumbuhkan jiwa wirausaha pada anak-anak Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B Singaraja yang sedang mengenyam pendidikan tingkat SMP dan SMA? b. Bagaimana tanggapan anak-anak Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B
Singaraja (Siswa SMP dan SMA) terhadap pelatihan pembuatan kreasi benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame? 1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan di depan, maka tujuan yang inggin dicapai dalam kegiatan pengabdian ini adalah : a. Untuk memberikan pelatihan pembuatan kreasi benda fungsional dari tali
tambang dengan teknik makrame yang siap jual yang mampu menumbuhkan jiwa wirausaha pada anak-anak Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B Singaraja yang sedang mengenyam pendidikan tingkat SMP dan SMA. b. Untuk mengetahui tanggapan anak-anak Sekolah Luar Biasa Negeri
Bagian B Singaraja (Siswa SMP dan SMA) terhadap pelatihan pembuatan kreasi benda dari tali tambang dengan menggunakan teknik makrame. 1.4 Manfaat Penelitian
Jika tujuan di atas dapat tercapai diharapkan dapat bermanfaat pada : a. Lembaga Universitas Pendidikan Ganesha yaitu merupakan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat sebagai salah satu Tri Darma Perguruan Tinggi b. Bagi Dosen, melalui kegiatan ini dapat mengembangkan wawasan
kemasyarakatan kalangan dosen dan mahasiswa, sehingga nantinya terjalin komunikasi yang efektif dan produktif antara perguruan tinggi dengan masyarakat, bagi peningkatan peran serta kalangan kampus dalam pemberdayaan masyarakat luas.
4
c.
Hasil kegiatan pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan pengetahuan, ketrampilan dan jiwa wirausaha pada anak-anak Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B Singaraja yang sedang mengenyam pendidikan tingkat SMP dan SMA.
5
BAB II METODE PELAKSANAAN
2.1 Kerangka Pemecahaan Masalah
Gambar 2.1 Kerangka Pemecahan Masalah Kondisi riil yang dijumpai pada Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B Singaraja Bali adalah sekolah khusus untuk anak-anak tuli bisu. Mereka pada umumnya sering dianggap kurang memiliki rasa percaya diri dan cenderung menutup diri dari lingkungannya. Mereka perlu bekal keterampilan
untuk
kelangsungan hidunya setelah lulus dari sekolah. Selama ini para guru keterampilan yang ada di SLB banyak memiliki waktu luang di luar jam mengajar, mereka juga belum terampil membuat suatu keterampilan yang bisa dilatihkan kepada para siswa. Sementara di sisi lain, siswa khususnya SMP dan SMA sangat membutuhkan berbagai keterampilan khususnya bidang
busana
(kerajinan tangan) mengingat sebagian besar siswanya adalah perempuan. Sejalan dengan hal tersebut, penelitian tentang peltihan membuat kreasi benda fungsional dari tali tambang dengan teknik Makrame dapat meningkatkan
6
jiwa wirausaha siswa. Berangkat dari kondisi riil dan hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka dipandang perlu untuk melakukan pelatihan membuat kreasi benda fungsional dari tali tambang dengan teknik Makrame di Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B Singgaraja. Oleh karena itu, sudah seharusnya perguruan tinggi melalui penerapan Dharma ke 3 yaitu Pengabdian Pada Masyarakat memberikan kontribusi untuk memecahkan persoalan tersebut. Realisasi pemecahan masalah terhadap kerangka pemecahan masalah dilakukan melalui pemberian pelatihan membuat kreasi benda fungsional dengan teknik makrame. Dengan harapan guru dapat trampil dan siswa memiliki jiwa wirausaha, sehingga dapat hidup mandiri, mampu berkompetisi, dan berani mempertahankan kebenaran, serta eksis dalam kehidupan bermasyarakat minimal mempunyai kemampuan untuk menolong dirinya sendiri Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan selama 8 bulan yang terbagi dalam tiga tahap yaitu: (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap evaluasi. Tahap perencanaan telah ditetapkan hal-hal sebagai berikut: tempat/lokasi kegiatan dipilih di Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B Singaraja Bali. Jenis kegiatan berupa pelatihan membuat kreasi benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame. Tahap pelaksanaan berupa penyajian materi secara teori selama 1 kali pertemuan dan dilanjutkan dengan 1 kali pelatihan membuat kreasi benda fungsional dari tali tambang
beserta teknik pembuatan dengan teknik
Makrame dan 1 kali pelaksanaan pendampingan ke sekolah, serta tahap terakhir adalah evaluasi akhir dan pelaporan. 2.2 Metode Pemecahan Masalah
Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) menggunakan metode dalam bentuk pelatihan membuat kreasi benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame melalui ceramah, diskusi, praktek pembuatan benda fungsional dan tanya jawab. Kegiatan ini direncanakan selama 8 bulan. Adapun tahapan-tahapan dalam pelaksanaan kegiatannya : 1. Ceramah digunakan untuk menyampaikan pengetahuan secara umum
tentang langkah-langkah pembuatan benda fungsional dengan teknik makrame dan manfaat yang mampu menumbukan jiwa wirausaha pada siswa.
7
2. Diskusi digunakan untuk memberikan kesempatan kepada guru dan siswa
untuk saling bertukar pendapat, guna menambah pengetahuannya tentang keterampilan membuat kreasi benda fungsional dengan teknik makrame. 3. Tanya
jawab digunakan untuk melengkapi hal-hal yang belum
terakomodasi oleh kedua metode di atas. 4. Tugas latihan pembuatan benda fungsional dari tali tambang dengan teknik
makrame digunakan untuk menciptakan kreatifitas guru beserta siswa dalam menggolah bahan dan mengemas hasil untuk siap dijual. 5. Evaluasi hasil akhir.
Pelatihan ini melibatkan dosen Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (Tata Busana) yang mengampu mata kuliah Busana dan bekerja sama dengan SLB Negeri Bagian B yang melibatkat 30 guru dan siswa sebagai subyek sasaran. Pengabdian ini dilakukan dalam upaya mengadakan hubungan yang erat melalui pererapan disiplin ilmu khususnya dibidang Tata Busana. Guru dan siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan tentang membuat kreasi benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame yang lebih berkualitas dan dapat digunakan dikalangan sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B Singaraja. 2.3 Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran yang strategis untuk masalah ini adalah siswa SLB Negeri Bagian B Singaraja sebanyak 30 siswa. Dipilihnya siswa SLB Bagian B bertujuannya untuk meninkatkan kualitas sumber daya manusia dan memberikan bekal hidup kelak bila siswa tersebut sudah lulus, sehinggaa pada waktunya nanti mereka bisa memasuki atau justru dapat menciptakan lapangan kerja. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa hasil kegiatan pelatihan tersebut sangat posistif dan antusias. Hal ini ditunjukkan dengan keaktifan siswa dalam mengikuti pelatihan dan mereka mengharapkan bisa kembali diberikan pelatihan yang sejenis. 2.4 Evaluasi dan Kriteria Keberhasilan
Tingkat keberhasilan pelatihan ini dilakukan melalui pengamatan langsung melalui penilaian kinerja dan hasil produk pada peserta dalam proses persiapan,
8
pelaksanaan, dan evaluasi dalam pembuatan kreasi produk fungsional dari bahan kain flantali tambang dilakukan oleh instruktur dengan mengacu pada indikator yang tercantun dalam rubrik yang telah disiapkan. Adapun model rubrik yang digunakan adalah rubrik untuk menilai ketrampilan proses sebagai berikut: Tabel 2.3.1 Check list proses pembuatan benda fungsional No 1
Ketrampilan yang diamati
5
Skala Nilai 4 3 2
1
Persiapan (Pemilihan bahan, pengukuran, penyiapan alat) Penggunaan Peralatan yang benar Ketepatan langkah-langkah membuat kreasi produk fungsional Kesesuaian hasil akhir yang dipresentasikan menurut kreteria yang diharapkan Menata peralatan setelah selesai kegiatan Kreatifitas produk Kerapian produk Kombinasi warna 5=sangat baik, 4=baik, 3=cukup, 2=kurang, 1= sangat kurang
2 3 4 5 6 7 8
Selanjutnya hasil akhir penilaian kinerja dirata-ratakan dan dikonversi menggunakan pedoman konversi sebagai berikut: Tabel 2.3.2 Pedoman Hasil Evaluasi No 1 2 3 4 5
9
Rentangan 85 – 100 70 – 84 55 – 69 35 – 54 0 – 34
Nilai 5 4 3 2 1
Katagori Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Sejarah Tali Tambang Seni pembuatan tali adalah salah satu kemahiran rahasia milik serikat pekerja di Abad Pertengahan. Begitu rahasinya sehingga sampai saat inipun hanya ada sedikit bukti tertulis tentang seni tersebut. Tali tambang adalah tali yang dipilin dan digunakan untuk berbagai aplikasi. Teknik pembuatan tali tambang di masa prasejarah tidak pernah tercatat, tetapi banyak bukti yang ditemukan menunjukkan kalau pembuatan tali telah dilakukan sejak 17.000 SM (Sebelum Masehi). Tali kuno ini dibuat dengan teknik plintir atau dikepang. Petunujuk awal dari pembuatan tali tambang berdasarkan fungsinya sendiri datang dari jaman Mesir Kuno, bersamaan dengan bukti hasil karya mereka. Tali tambang pada jaman dahulu dibuat dari bahan alami yaitu serabut kelapa. Dengan perkembangan jaman yang sangat pesat, dan kegunaan tali tambang sangat bervariasi, maka dibuatlah kain tambang dari bahan sintetis. Saat ini bahan untuk membuat tali tambang menjadi 2 yaitu bahan alami (natural fiber) dan bahan buiatan (synthetic fiber). Yang termasuk bahan alami untuk tali adalah serat yang diambil dari tumbuhan, kebanyakan tumbuhan abacca dan sisal. Tali tambang dari bahan alami contohnya tali jute, tali sisal, dan tali manila. Tali tambang dari serat synthetic biasanya terbuat dari bahan baku plastik seperti polypropylene, polyethylene, nylon, dan polyester. 3.2 Kegunaan Tali Tambang Tali tambang yang terbuat dari bahan alami seperti manila dan sisal mempunyai keuntungan yaitu harga jualnya murah dan seratnya kasar. Keuntungan yang kedua alah tali tambang dari bahan alami ini banyak digunakan untuk membuat tangga di kapal. Selain memiliki keuntungan, tali alami inipun memiliki kelemahan yaitu tidak tahan lembab, sehingga lambat laun diciptakanlah tali tambang dari bahan
10
synthetic. Tali tambang dari bahan sintetik memiliki keuntungan yaitu tahan air, oli, dan bahan kimia, kekuatan yang lebih tinggi, dan tahan gentakan sehingga banyak dipakai di kapal untuk aplikasi yang butuh kekuatan yang lebih tinggi. Berkembangnya tali tambang di pasaran, semakin mudah orang untuk mendapatkan dan mengkreasikan tali tambang ini menjadi produk yang memiliki nilai fungsi yang berbeda. Salah satunya adalah mengolah tali tambang ini menjadi benda seni yang memiliki nilai jual lebih. 3.3 Alat dan Bahan A.
Alat-alat 1) Gunting
Gunanya untuk menggunting tali tambang dan menggunting benang 2) Meteran
Untuk mengukur panjang resluitingtali tambang yang akan dipakai 3) Penggaris
membantu membuat pola 4) Cutter
untuk memotong tali tambang 5) Jarum pentul
Memegang ujung tali pada bantalan pasir 6) Bantalan pasir
Untuk menyangga benang yang akan dijalin B.
Bahan-bahan 1) Tali Tambang
sebagai bahan utama dalam membuat kreasi fungsional 2) Pot Bunga
Sebagai wadah untuk tanaman hias yang diletakkan digantungan pot 3) Manik-manik
untuk menghias gantungan kunci, gelang, bando, dan jepit rambut
11
3.4 Teknik Macrame Seni Kerjainan Makrame adalah seni kerajinan yang memanfaatkan tali dan benang untuk menciptakan aneka ragam aksesoris dan produk. Seni ini juga maerupakan salah satu contoh seni rupa terapan. Secara umum bisa disimpulkan seni kerajinan Makrame adalah suatu bentuk seni kerajinan simpul-menyimpul yang pembuiatannya dengan cara digarap menggunakan rangkaian benang awal dan akhir sebuah hasil tenunan, dengan menciptakan banyak simpul pada rantai benang itu sehinga terbentuk berbagai jumbai dan rumbai. Namun hal yang harus diperhatikan, hasil akhir dari rangkaian itu dapat berbeda-beda. Hasil dari teknik seni ini bermacam-macam, diantaranya gelang tangan, tali ikat pinggang, gantungan pot, gantungan kunci, bando, dan jepit rambut . Teknik dasar simpul macramé adalah sebagai berikut.
12
1. Simpul Kepala
2. Simpul Rantai
3. Simpul Mati
4. Simpul Tunggal
5. Simpul Ganda 1
6. Simpul Ganda 2
3.5 Kreasi Benda Fungsional
Produk fungsional menurut pandangan seni rupa ialah merupakan karya seni yang mempunyai fungsi tertentu dalam keseharian. Benda tersebut hasilnya bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan sehari-hari (Sulastiano, Harry, 2008) Benda fungsional merupakan benda yang dilihat dari aspek fungsi atau manfaat. Sedangkan benda fungsional lebih mengedepankan kegunaannya, seperti meja dan kursi. Namun terkadang batasan antara keduanya menjadi kabur. Banyak benda yang selain fungsional, juga estetis. Hal ini bertujuan selain menambah daya tariknya, juga untuk meningkatkan nilai komersilnya. Sedangkan benda Fungsional,menitik beratkan pada fungsi benda tersebut, misalkan Baju, Sepatu, Tas,Mobil,Motor,dll,dll. Karya kerajinan adalah sebagai suatu produk yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan praktis. Penciptaan tersebut memiliki beberapa tujuan yang penting antara lain, kegiatan membuat kerajinan sebagai mata pencaharian yang dapat memenuhi kebutuhan ekonomi. Kerajinan sebagai wahana penciptaan barang-barang fungsional yang memiliki nilai estetik. Nilai estetik pada karya kerajinan dapat diwujudkan dalam aspek bentuk, warna, dan ragam hiasnya, sedangkan nilai praktisnya dapat diwujudkan dalam bentuk yang ergonomik dan sesuai dengan anatomi tubuh manusia. Sebagai benda fungsional praktis harns dapat menjawab akan keamanan, kepuasan, dan kenyamanan digunakan. Pertimbangan ergonom i karya fungsional adalah kriteria utamanya, bukan estetiknya, estetik adalah sebagai eleman pelengkap yang memberikan nilai keindahan dan kesenangan. Nilai estetik dalam karya kerajinan dapat menambah daya tarik atau pemikat para konsumen dan memberikan kepuasan rasa indah tersendiri. Terciptanya sebuah karya kerajinan didasarkan atas pemikiran akan perpaduan
13
bahan, ide, teknik perwujudan, sehingga lahirlah kerajinan bentuk dua dan tiga demensi. Bentuk kerajinan itu dilahirkan dengan perpaduan komposisi, proporsi, harmoni, keseimbangan, nuansa, simbolik, dan Pemilihan bahan sangat penting karena bahan memilik1ikekuatan, bentuk yang bervariasi, tekstur, serat, pori-pori, yang semua ini dapat dimanfaatkan untuk menunjang kualitas bentuk dan estetik karya kerajinan. Teknik penciptaan yang baik dapat menentukan kesempumaan bentuk karya. Sedangkan aspek fungsi dapat menambah kenyamanan dan keamanan penggunaan produk kerajinan (ergonomi). Nilai estetik karya kerajinan dapat menambah kepuasan rasa indah bagi pemilik atau pemakai. Kerajinan mempunyai fungsi ganda selain fungsi praktis sekaliguis juga memiliki fungsi keindahan. Kreasi benda fungsional dalam pelatihan ini adalah berupa benda-benda yang diperlukan sehari-hari yang selain untuk menambah keindahan juga memiliki fungsi yang lain, adapun benda-benda tersebut adalah, gantungan pot, ikat pinggang, gelang dan lain-lain. 3.6 Kewirausahaan untuk Siswa SLB Bagian B Wirausaha merupakan terjemahan dan merupakan istilah Perancis yaitu’Entrepreneur” yang mengandung arti seseorang yang memimpin suatu perusahaan, disamping itu seseorang yang berani mengambil inisiatif guna memajukan usahanya dengan menciptakan lapangan kerja baru (Wahjoetomo, dalam Musdaliffah, 2007). Wirausaha bukanlah sekedar pengusaha, melainkan pengusaha yang sukses karena memiliki ciri-ciri serta kemampuan tertentu untuk menciptakan sesuatu yang baru. Berbagai definisi yang menjelaskan tentang peranaan seorang wirausaha telah ditegaskan oleh ilmuwan maupun pengamat ekonomi, bahwa seorang wirausaha adalah: a.
Orang yang memutuskan untuk mengambil resiko memperkenalkan jasa-jasa baru serta menciptakan teknologi baru untuk memajukan perekonomian dan berbagai tujuan-tujuannya, (Schumpeter dalam Musdaliffah, 2007).
b.
Orang yang mengorganisir, mengelola, serta menanggung resiko atas keputusan bisnisnya.
14
c.
Orang yang imajinatif yang ditandaii oleh kemampuannya dalam menetapkan sasaran, serta dapat mencapai sasaran itu, juga kesadaran tinggi untuk menemukan peluang-peluang. Karakteristik yang harus dimiliki oleh seseorang wirausaha diantaranya:
a.
Memiliki tanggung jawab pribadi
b.
Dinamis dan mampu memimpin
c.
Mempunyai sikap Optimis atas suatu peluang
d.
mampu mengantisipasi resiko
e.
Ulet, gigih, mempunyai tekad yang kuat
f.
Energik dan cerdas
g.
mampu melihat peluang
h.
Kreatif dan Inovatif
i.
Mampu mempengaruhi orang lain
j.
Tidak tergantung pada orang lain
k.
Bersikap positif terhadap perubahan
l.
Terbuka atas saran dan kritik yang membangun
m. Selalu mengarahkan orientasinya ke masa depan
Kemadirian dengan jalur kewirausahaan bagi masyarakat kecil pada saat ini merupakan landasan yang sangat mendasar, yang mau tidak mau harus dikembangkan. Kewirausahaan untuk masyarakat kecil penerapannya dilakukan secara sistematis dan diarahkan secara riil sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Bentuk pendekatan pengembangan kelompok usaha produktif warga sekolah luar biasa bagian B juga mempunyai prospek yang baik, karena pola pendekatan ini sesuai dengan lingkungan mereka dan akan membawa tranfer nilai karena adanya kesamaan keadaan diantara mereka. Di samping itu bentuk pendekatan partisipasif dan emansipatori juga mampu menyamakan langkah masyarakat kecil dalam meningkatkan kemampuan ekonominya.
15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Pelatihan Membuat Kreasi Benda Fungsional dari Tali Tambang dengan Teknik
Makrame
untuk
Menumbuhkan
Jiwa
Wirausaha di Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B Singaraja Kegiatan pelatihan membuat kreasi benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame untuk menumbuhkan jiwa wirausaha di sekolah luar biasa negeri bagian b singaraja dilaksanakan selama 2 hari yaitu, pada hari kamis 28 April 2016 dan hari jumat 29 April 2016. Kegiatan dimulai pukul 08.00 wita sampai dengan pukul 12.30 wita. Kegiatan diawali dengan mengumpulkan peserta di aula SLB Negeri bagian B Singaraja sekaligus sebagai tempat pelatihan. Target peserta 30 orang dan yang hadir sebanyak 30 orang siswa (100%) yang terdiri dari siswa yang berjenis kelamin Laki-laki dan perempuan. Selanjutnya peserta dibagi menjadi 5 kelompok dimasing-masing kelompok mengerjakan pembuatan tali tambang dengan teknik makrame berupa kreasi benda fungsional, diantaranya: gantungan pot, gelang, jepit rambut, gantungan kunci, dan bando. a.
Pelatihan membuat Kreasi Benda fungsionl dari Tali Tambang dengan Teknik Makrame. Acara selanjutnya instruktur (Dr. Ni Ketut Widiartini, S.Pd.,M.Pd) dibantu
oleh anggota menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan pembuatan benda bungsional dari tali tambang dengan metode ceramah. Peserta terlihat antusias menggikuti kegiatan ini, dan merekaa sangat tertarik untuk mencoba. Selanjutnya instruktur membagi lima kelompok. Kelompok tersebut adalah kelompok yang akan membuat benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrme dengan berbagai bentuk, diantaranya bentuk gantungan pot, gelang, jepit rambut, gantungan kunci, dan bando. Kegiatan perkelompok dalam pembuatan benda fungsional dari tali tambang dengan menggunakan teknik makrame disesuaikan dengan bentuk benda fungsional yang akan dikerjakan dan masing-masing kelompok berjumlah enam orang. Adapun kegitan yang dilakukan pada proses pembuatan benda fungsional
16
dari tali tambang dengan teknik makrame pada dasarnya sama, yaitu peserta diberi kesempaatan untuk memilih bentuk benda, disain, dan warna tali yang akan dibuat dengan teknik makrame. Setiap kelompok peserta yang sudah memilih disain dan dan menetapkan pemilihan warna diberi kesempatan untuk bertanya. Langkah-langkah atau prosedur yang harus dilakukan oleh siswa-siswa sebelum membuat benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame adalah : 1) pemilihan bahan 2) penggunaan peralatan yang benar, 3) ketepatan langkah kerja , 4) kerapian produk, dan 5) kombinasi warna. Hasil kegitan pelatihan membuat kreasi benda fungsionl dari tali tambang dengan teknik makrame secara umum dapat dikatakan berhasil. Hal ini dapat dilihat dari presentase kehadiran peserta mencapai 100%. Poses dan hasil pelatihan selama pendampingan ke sekolah dapat dijabarkan sebagai berikut: Tabel 4.1. Rekapitulasi Data Hasil Kegiatan Pelatihan Memuat Kreasi Benda Fungsional dengan Teknik Makrame No Peserta 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
17
1 4 4 4 5 4 4 5 3 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5
2 4 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 4 3 4 5 4
3 4 5 5 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5
4 5 5 4 5 4 5 5 5 3 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 4 5
5 4 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5
6 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4
7 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4
8 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4
Total 35 38 38 37 37 36 38 35 34 37 32 39 36 37 36 39 34 38 35 37 35 38 36
No Peserta 24 25 26 27 28 29 30 Total
1
2
3
4
5
6
7
8
4 5 5 4 5 5 5 134 89,3 3
5 4 4 5 4 4 5 133 88,67
4 5 5 4 5 5 5 138 92,00
4 4 5 4 5 5 4 136 90,6 7
4 5 5 5 5 4 5 139 92,67
5 5 5 5 5 4 5 140 93,3 3
5 5 5 5 5 4 5 141 94,00
5 4 4 5 4 5 5 137 91,33
Total 36 37 38 37 38 36 39 1098 91,50
Skor maksimal = 150 Keterangan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Persiapan pemilihan bahan, pengukuran, dan penyiapan alat, Pengunaan peralatan yang benar Ketepatan langkah-langkah membuat kreasi produk fungsional Kesesuaian hasil akhir yang dipresentasikan menurut kriteria yang diharapkan Menata peralalatan setelah selesai kegiatan Kreatifitas produk Kerapian produk Kombinasi warna Berdasarkan pada data Tabel 3.1 dapat dikatakan bahwa pelatihan
membuat kreasi benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame untuk pemilihan bahan, pengukuran, dan penyiapan alat memperoleh presentase 89,33% dalam kategori sangat baik, pengunaan peralatan yang benar memperoleh presentase 88,67% dalam kategori sangat baik, ketepatan langkah-langkah membuat kreasi produk fungsional memperoleh presentase 92,00% dalam kategori sangat baik, Kesesuaian hasil akhir yang dipresentasikan menurut kriteria yang diharapkan memperoleh presentase 90,67% dalam kategori sangat baik, menata peralalatan setelah selesai kegiatan memperoleh presentase 92,67% dalam kategori sangat baik, Kreatifitas produk memperoleh presentase 93,33% dalam kategori sangat baik, kerapian produk memperoleh presentase 91,33% dalam kategori sangat baik, dan pemilihan kombinasi warna memperoleh presentase 91,50% dalam kategori sangat baik.
18
b.
Tanggapan Guru-guru terhadap Pelatihan membuat Kreasi Benda fungsionl dari Tali Tambang dengan Teknik Makrame Berdasarkan hasil kegiatan P2M bahwa kegiatan pengabdian ini mendapat
respon yang positif dari para guru dan kepala sekolah SLB Negeri Bagian B. Dimana para peserta sangat antuias mengikuti kegiatan dan hasilnya juga sangat baik. 4.2 Pembahasan Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B Singaraja yang menitik beratkan pada keterampilan sebagai bekal untuk berwirausaha. Untuk mencapai keberhasilan tersebut peserta didik dituntut meningkatkan sumber dayanya agar lebih kreatif dalam menciptakan suatu produk. Salah satu hal yang dipandang perlu untuk mendapatkan penangganan sedini mungkin adalah keterampilan pembuatan benda fungsional dari tambang dengan teknik makrame untuk menumbuhkan jiwa wirausaha siswa SLB Negeri Bagian B. Berdasarkan hasil kegiatan P2M yang dipaparkan pada hasil, dapat dinyatakan bahwa kegiatan pelatihan membuat kreasi benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame untuk menumbuhkan jiwa wirausaha berjalan dengan lancar dan mendapat respon yang positif dari peserta, guru-guru, dan kepala sekolah SLB Negeri Bagian B, dimana para peserta sangat antusias mengikuti kegiatan dan hasilnya pun sangat baik. Hasil pengamatan para instruktur menunjukkan bahwa peserta pelatihan menunjukkan kinerja yang sangat baik mulai dari persiapan sampai akhir pelaksanaan kegiatan, dan sebagian besar mampu membuat produk sesuai dengan yang diharapkan. Pada tahap persiapan peserta pelatihan P2M mampu mempersiapkan dengan cekatan dan rapi segala keperluan yang dibutuhkan untuk kegiatan baik berupa bahan maupun alat. Pada tahap pelaksanaan (proses kerja) peserta mampu bekerja dengan terampil dan kreatif sehingga mampu menghasilkan produkproduk benda fungsional dari tambang dengan teknik makrame dalam bentuk gantungan pot, gantungan kunci, jepit, bando, dan gelang. Hasil produk dalam
19
pelatihan ini memenuhi kriteria yang diharapka, diakhir kegiatan para peserta juga bertanggungjawab untuk membereskan semua perlengkapan baik alat maupun bahan yang sudah selesai digunakan. Kegiatan P2M yang dilaksanakan di SLB Negeri bagian B dalam pelatihan membuat benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame para peserta juga sangat antusias dan aktif dalam mengikuti kegiatan pelatihan dari awal sampai akhir. Hal ini nampak melalui interaksi intensif yang terjadi antara peserta dengan instruktur, serta semua peserta menyatakan senang dengan pelaksanaan kegiatan pelatihan yang diberikan. Hal ini menunjukkan respon peserta terhadap kegiatan pelatihan sangat positif. Dari metode ceramah dan demontrasi yang diterapkan pada kegiatan pelatihan tersebut, nampaknya peserta memahami materi pelatihan ini dengan baik dan dapat menggikuti kegiatan dengan senang hati. Hal ini terlihat dari kemampuan peserta membuat produk yang dapat menghasilkan produk sesuai kriteria yang diharapkan. Para peserta sangat tertarik untuk terus mencoba dengan model-model yang berbeda dan siswa mampu mengembangkan dengan kreatifitas masing-masing. Hal ini dapat menjadi peluang usaha bagi siswa-siswi dan siswa-siswi SLB Negeri Bagian B memiliki bekal keterampilan. Dengan demikian ke depannya peserta pelatihan mampu menjadi insan yang mandiri dan membantu meningkatkan pendapatan keluarga. Adapun contoh pelatihan membuat kreasi benda fungsional dari tali tambang dengaan teknik makrame untuk menumbuhkan jiwa wirausaha siswa SLB Negeri Bagian B yang akan di buat adalah bando, jepit rambut, gelang, dan gantungan pot. Untuk teknik pembuatan (terlampir). Salah satu contoh adalah membuat bando 1.
Bahan a. Benang Nilon b. Tali Kur c. Manik-manik d. Bando
2.
Alat a. Lilin
20
b. Gunting c. Lem Tembak
3.
Langkah Kerja Langkah awal persiapkan tali kur 4 buah. 2 buah tali kur atau benang nilon dengan ukuran panjang ± 1,5 meter dan
2
buah tali kur dengan ukuran sesuai dengan panjang bando
yang
dipergunakan. Rapikan dan tata tali kur atau benang nilon dengan ukuran
panjang
1,5 meter diletakan pada sisi kiri dan sisi kanan, sedangkan
ukuran
tali kur dengan panjang sesuai dengan ukuran bando
diletakan pada bagian tengah. Selanjutnya tai kur atau benang nilon yang berada pada tangan sebelah kiri di bawa ke sebelah kanan melewati bagian atas tali kur atau benang nilon pada bagian tengah dengan berbentuk setengah lingkar. Sebaliknya tali kur pada bagian kanan di bawa kesebelah kiri melewati bagian bawah tali kur atau benang nilon dengan membentuk setengah lingkar. Tarik tali kur atau benang nilon dengan kuat. Selanjutnya tai kur atau benang nilon yang berada pada tangan sebelah kiri di bawa ke sebelah kanan melewati bagian bawah tali kur atau benang nilon pada bagian tengah dengan berbentuk setengah lingkar. Sebaliknya tali kur bagian kanan di bawa kesebelah kiri melewati bagian atas tali kur atau benang nilon dengan membentuk setengah lingkar. Tarik tali kur atau benang nilon dengan kuat.
21
Selanjutnya ulat tali kur atau benang nilon dengan panjang yang diinginkan dengan mengulang pada langkah ke dua dan ketiga dengan silih berganti. Tarik dengan kuat dan rapi agar dapat terlihat bentuk seperti gambar disamping.
Untuk variasi pada bagian bando bisa menggunakan manik-manik dengan berbagai bahan baik yang berbahan kayu, plastik maupun batu-batuan. Untuk variasi ini bebas berdasarkan selera masing-masing maupun kreatifitas. Setelah memberikan manik-manik ulat kembali dengan bentuk awal dengan bentuk ulatan pada langkah dua, tiga, dan emapat. Jika sudah sesuai dengan panjang yang diinginkan, gunting tali kur atau benang nilon. Sisa pengguntingan, bakar tali kur atau benang nilon dengan api dan rekatkan langsung pada bagian sisi-sisinya. Jika sudah rapi siapkan bando dan lem tembak, lalu rekatkan pada bagian atas bando
4.
22
Hasil produk benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame berupa bentuk bando menggunakan variasi manik-manik
Kegiatan P2M dapat dinyatakan bahwa kegiatan pelatihan membuat kreasi benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame untuk menumbuhkan jiwa wirausaha berjalan dengan lancar dan mendapat respon yang positif dari peserta, guru-guru, dan kepala sekolah SLB Negeri Bagian B, dimana para peserta sangat antusias mengikuti kegiatan dan hasilnya sangat baik. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa peserta pelatihan menunjukkan kinerja yang sangat baik mulai dari persiapan sampai akhir pelaksanaan kegiatan, dan sebagian besar mampu membuat produk sesuai dengan yang diharapkan. Hasil produk dari pelaihan P2m adalah sebagai berikut :
23
BAB V PENUTUP
5.1 SIMPULAN Berdasarkan uraian pada hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.
Pelaksanaan kegiatan pelatihan pembuatan kreasi benda fungsional dari tali tambang
dengan teknik makrame yang mampu menumbuhkan jiwa
wirausaha dalam kategori sangat baik. Proses pembuatan benda fungsional dapat diterapkan menjadi lima benda fungsional dalam bentuk gantungan pot, bando, gantungan kunci, gelang, dan jepit rambut. 2.
Tanggapan anak-anak di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri
Bagian B
Singaraja terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan membuat produk kreasi benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame ini sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari indikator kehadiran anak-anak mencapai 100%, dan
24
selama kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini berjalan dengan lancar, selain itu peserta sangat antusias dan aktif dalam mengikuti pelatihan dari awal sampai akhir. Hal ini nampak melalui interaksi intensif yang terjadi antara peserta dengan instruktur. Dari metode ceramah dan demonstrasi yang dilakukan secara langsung, nampaknya peserta memahami materi pelatihan dengan baik, hal ini terbukti para peserta mampu membuat produk kreasi benda dan dijadikan sebagai peluang usaha sehingga nantinya siswa-siswi mampu menjadi insan yang lebih mandiri. 5.2 Saran 1.
Disarankan untuk menggunakan manik-manik dalam proses pembuatan benda fungsional agar dipilih lubang manik-manik dengan ukuran yang besar, agar pada saat memasukan tali tambang tidak mengalami kesulitan.
2.
Sebelum mengalami proses bembuat benda fungsional, hendaknya dilakukan proses pemilihan teknik macrame terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya kesalahan.
DAFTAR PUTAKA Angendari, Diah, 2012. Pelatihan Membuat Kreasi Benda Fungsional dari Kain Flanel untuk Menumbuhkan Jiwa Wirausaha di Sekolah Luar Biasa B Singaraja. Laporan Pengabdian Pada Masyarakat Undiksha.
Imawati, Emi Risna. 2006. Aksesori & Perengkaan Anak Dari kain Felt. PT Gramnedia Pustaka Utama: Jakarta. Lunaya art. 15 April 2010.Petunjuk dasar Berkresai dengan Tali Tambang. http://LunayaArtflanel.htm. Diakses 10 Oktober 2015. Mira.
9
September 2009. Tali Tambang dan Kreasinya. http://Kainflanel/sejarahflanel.htm. Diakses 10 Oktober 2015.
Musdalifah. 2009. Pemberdayaan anak Jalanan Melalui program Life Skill Bidang Busana. Artikel pada Prosiding Seminar Nasional Akselerasi Peningkatan Kualitas Sumber Daya manusia melalui Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. UPI Bandung, 30 Oktober 2007.
25
Sulastiano, Harry. Seni dan Budaya. 2008. Grafindo Media Pratama. Jakarta. http://www.qolbunhadi.com/inilah-pengertian-seni-kerajinan-makrame-dancaramembuatnya. http://id.wikihow.com/Membuat-Makrame
26