BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Sumberdaya perikanan Indonesia termasuk dalam kategori terbesar di dunia
karena memiliki wilayah yang sebagian besar berupa perairan. Indonesia memiliki potensi lahan untuk budidaya di perairan umum sebanyak 158.125 Ha sedangkan yang baru dimanfaatkan hanya 1.390 Ha (KKP 2011). Menurut laporan FAO (2010) Indonesia menduduki peringkat 4 dunia dengan hasil budidaya setiap tahun meningkat dengan kenaikan hasil rata-rata 12,36 %. Budidaya laut merupakan salah satu usaha dari kegiatan perikanan untuk meningkatkan produksi dari organisme laut yang memiliki nilai ekonomis penting dengan cara memanipulasi laju pertumbuhan, mortalitas, dan juga reproduksi dari organisme tersebut. Kegiatan budidaya laut memiliki banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilannya. Salah satu yang sangat berpengaruh terhadap kegiatan budidaya laut ini adalah pemilihan lokasi yang tepat karena merupakan langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan dari budidaya yang akan dilaksanakan (Martoyo dkk. 2007). Menurut Ghufron dan Kordi (2005) terdapat dua aspek dalam penentuan lokasi budidaya laut yaitu aspek teknis dan aspek non-teknis. Aspek teknis merupakan aspek yang sangat perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi, salah satu faktor yang termasuk ke dalam aspek teknis adalah data kondisi perairan. Dengan mengetahui kondisi dari perairan, maka bisa ditentukan spesies apa yang dapat berkembang dengan baik untuk dibudidayakan. Pada umumnya dalam kegiatan budidaya hal pertama yang dilakukan adalah menentukan spesies apa yang akan dikembangkan kemudian menentukan lokasi budidaya. Dalam hal ini urutan tersebut dibalik dengan
menentukan lokasi terlebih dahulu kemudian
menetukan spesies apa yang cocok untuk dikembangkan. Selain itu banyak pembudidaya dalam menentukan lokasi dengan perkiraan tanpa memperhatikan kualitas dari perairannya. Menurut Hartoko dan Helmi (2004) dalam Kangkan
1
2
(2006) menyatakan bahwa banyak pembudidaya dalam menentukan lokasi untuk budidaya berdasarkan percobaan atau metode yang turun temurun (tradisional). Pulau Biawak merupakan salah satu pulau kecil yang secara administratif termasuk kedalam wilayah Kabupaten Indramayu. Pulau Biawak adalah Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) seperti yang telah ditetapkan dalam SK Bupati Indramayu No.556/ kep.528 Diskanla/ 2004. Pengelolaan Pulau Biawak dibagi atas tiga zonasi seperti tercantum dalam Perda Kabupaten Indramayu No. 14 tahun 2006 yaitu zona inti, zona penyangga, dan zona budidaya terbatas. Pada zona penyangga dan zona budidaya terbatas dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk kegiatan budidaya laut sebagaimana telah dijelaskan dalam pasal 17 dan pasal 18. Potensi untuk melaksanakan kegiatan budidaya laut di Pulau Biawak sangatlah besar. Dalam data kawasan konservasi yang dikeluarkan oleh Dirjen Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K) KKP Pulau Biawak memiliki 1.500 Ha luasan untuk perikanan laut. Dengan potensi yang begitu besar terdapat di Pulau Biawak sangat tidak sesuai dengan pemanfaatannya karena belum ada yang melakukan kegiatan budidaya laut di daerah tersebut. Maka sangat perlu dilakukan kajian untuk menentukan lokasi yang tepat untuk budidaya laut. 1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi perairan Pulau Biawak berdasarkan parameter oseanografi fisika, oseanografi kimia, dan oseanografi biologi pada zona penyangga dan zona budidaya terbatas. 2. Jenis komoditas apakah yang layak di budidayakan pada zona penyangga dan zona budidaya terbatas Pulau Biawak.
3
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kondisi perairan berdasarkan pada parameter oseanografi baik fisika, kimia, dan biologi yang terdapat di zona penyangga dan zona budidaya terbatas Pulau Biawak. 2. Mengetahui jenis komoditas apa yang layak dibudidaya pada zona penyangga dan zona budidaya terbatas Pulau Biawak berdasarkan parameter fisika, kimia, dan biologi. 1.4
Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
pembaca dan pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi Pulau Biawak, seperti pengembangan kawasan Pulau Biawak untuk budidaya laut. 1.5
Pendekatan Masalah Penentuan lokasi untuk budidaya terdiri dari dua aspek yaitu aspek teknis
dan nonteknis. Dari aspek teknis ini terdapat aspek bioteknis yang meliputi pengukuran parameter lingkungan yang berperan dalam mendukung usaha budidaya. Parameter yang diukur dalam penelitian ini berupa parameter fisika, kimia, dan biologi. Berikut ini adalah parameter perairan yang diukur : a) Parameter Fisika 1. Kedalaman perairan 2. Suhu perairan 3. Material dasar perairan 4. Arus 5. Kecerahan perairan 6. Gelombang laut 7. Pasang Surut b) Parameter Kimia 1. pH 2. DO 3. Fosfat
4
4. Nitrat 5. Salinitas perairan c) Parameter Biologi 1. Kepadatan plankton 2. Klorofil-a Keberhasilan dari suatu usaha budidaya laut ditentukan dari awal saat penentuan lokasi budidaya dan jenis kultivan yang akan dibudidaya, oleh karena itu pengukuran kualitas perairan sangat diperlukan. Data hasil pengukuran kualitas air tersebut dapat dianalisis menggunakan pendekatan secara spasial dan kesesuaian lahan menggunakan metode skoring. Angka kesesuaian lahan didapat dari hasil perhitungan menggunakan matriks kesesuaian lahan yang telah dibuat. Pengukuran parameter ini dilakukan di zona penyangga dan zona budidaya terbatas yang tercantum dalam pasal 17 dan 18 Perda Kabupaten Indramayu No 14 tahun 2006 yaitu disebelah barat, barat laut, dan selatan Pulau Biawak. Budidaya laut yang direncanakan untuk dikembangkan di Pulau Biawak pada penelitian ini terdiri dari tiga jenis kultivan yaitu rumput laut, ikan kerapu dengan sistem karamba jaring apung, dan teripang. Pemilihan tiga jenis kultivan tersebut dikarenakan nilai ekonomis yang cukup tinggi dan keberadaan yang sudah sangat sedikit di alam. Misalnya teripang yang sekarang sudah hampir mengalami over eksploitasi yang menyebabkan keberadaannya di alam sudah sangat sedikit. Rumput laut dan ikan kerapu merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomis tinggi sama halnya seperti teripang jika hanya mengambil dari alam maka akan terjadi over eksploitasi yang bisa menyebabkan kepunahan. Oleh karena itu dengan adanya penelitian untuk menentukan lokasi yang tepat untuk budidaya ketiga kultivan tersebut selain untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar pesisir Kabupaten Indramayu juga dapat menjaga stok ketiga kultivan tersebut di alam. Berikut ini merupakan diagram alir pendekatan masalah dari penelitian yang akan dilaksanakan (Gambar 1).
5
Perairan Pulau Biawak Zona Penyangga dan Zona Budidaya Terbatas
Parameter Fisika
Kimia
Biologi
Pengolahan Data
Matriks Kesesuaian Perairan Dengan Data Skoring
Aplikasi SIG
Peta Kesesuaian Lokasi Budidaya
Gambar 1. Diagram Alir Pendekatan Masalah