BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Setiap anak memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang dengan baik,
dalam bimbingan orang dewasa. Anak adalah mereka yang berusia di bawah 17 tahun (dikutip dari www.kompas.com, diakses tanggal 19 Februari 2016). Pengalaman mereka yang masih terbatas turut mempengaruhi pemahaman persepsi anak tentang lingkungan sekitarnya. Mereka rentan terhadap perkembangan situasi dan kondisi sekitar yang kadang begitu kompleks dan dinamis. Dalam menghadapi perubahan sekitar, mereka pun nyatanya belum cukup pengalaman dan pengetahuan dalam menelaah informasi yang ada. Itulah sebabnya, anak-anak sangat membutuhkan bimbingan orang tua. Indonesia pun telah mengatur perlindungan anak dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014, yang menggantikan UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak. Undang-undang tersebut menyatakan secara tegas bahwa anak-anak memiliki hak untuk hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (dikutip dari www.kompas.com, diakses tanggal 19 Februari 2016). Maka jelas sudah bahwa di Indonesia, anak-anak dianggap sebagai aset negara yang sangat dijaga dan dilindungi, sebagai pemegang tongkat estafet berlanjutnya negara ini. Namun,
meskipun
dengan
peraturan
yang
berderet,
nyatanya
implementasinya belum cukup maksimal sehingga anak Indonesia sendiri belum sepenuhnya terlindungi. Sebagian orang dewasa yang diharapkan dapat berperan sebagai pelindung dan pendidik anak-anak justru berperilaku buruk terhadap anak. Kekerasan terhadap anak dewasa ini kerap terjadi dan mengancam anak. Kekerasan mewujud dalam aneka perilaku, mengancam fisik dan psikologis anak. Salah satu kekerasan yang kerap dialami anak berbentuk kekerasan seksual. Data yang dihimpun oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak (KPA) atau Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan peningkatan jumlah kasus kekerasan seksual yang melibatkan anak. Tindak kekerasan seksual umumnya terjadi di lingkungan sekitar anak, yaitu lingkungan rumah dan sekolah. 1
Berdasarkan data Komnas Perlindungan Anak, kekerasan seksual merupakan bentuk kekerasan yang banyak menimpa anak. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2012, tiga dari lima kekerasan yang menimpa anak adalah kekerasan seksual. Anak belum paham konsep seks dan pelecehan seksual. Anak-anak pun belum mampu mengemukakan pengalaman tidak menyenangkan tersebut sebagai bentuk kekerasan, apalagi sebagai bentuk pelecehan, karena minimnya pengetahuan dan sempitnya pemahaman tentang hal-hal yang menjurus ke arah seksual. Melihat perubahan sosial yang begitu dinamis dan bergerak dengan cepat, sementara posisi anak yang rentan, perlindungan anak layak menjadi sesuatu yang diprioritaskan. Kekerasan seksual terhadap anak harus dicegah, para korban sudah sepatutnya mendapat pendampingan sebagaimana seharusnya. Menjaga dan melindungi anak dari segala macam bentuk kekerasan dan pelecehan seksual adalah tanggung jawab bersama. Sayangnya, anak-anak tidak dapat dijaga setiap waktu oleh orang dewasa. Sebab itu, perlu bagi anak untuk diberi informasi dan kemampuan untuk menjaga diri sendiri. Tentunya, dengan cara yang sederhana, mudah dimengerti oleh anak, melalui media yang menarik, agar anak dapat menyerap informasi dan mengaplikasikannya dengan mudah. Salah satu media yang sederhana dan terjangkau oleh anak adalah melalui media buku, seperti misalnya melalui media buku komik. Komik adalah media penuturan cerita yang menggabungkan unsur gambar dan tulisan, yang disusun dalam suatu urutan yang sekuensial. Komik dikenal dengan cara penyampaiannya yang menarik, karena selain disampaikan dengan gambar, komik diperjelas pula dengan teks yang ada didalamnya dan membentuk suatu cerita, sehingga pembaca dapat mengerti dan mengingat maksud cerita atau informasi yang tengah disampaikan. Dengan membaca buku, terutama buku komik, anak-anak akan lebih mudah untuk menyerap informasi yang disampaikan dan informasi tersebut dapat bertahan lama dalam ingatan anak-anak (dikutip dari www.bimba-aiueo.com, diakses pada 3 Februari 2016). Melihat fakta tersebut, dapat dilihat bahwa buku dapat menjadi salah satu media untuk menyampaikan informasi edukasi untuk anak-anak. Sayangnya, buku yang membahas tentang cara mengenali, menghindari, dan melindungi dirinya dari bentuk-bentuk kekerasan dan kejahatan, terutama kekerasan dan pelecehan seksual masih minim adanya.
2
Berdasarkan pertimbangan akan masalah di atas, penulis menganggap perlu adanya buku komik sebagai media edukasi untuk anak dalam mengenali, menghindari, dan melindungi dirinya dari bentuk-bentuk kekerasan dan kejahatan, terutama kekerasan dan pelecehan seksual. Buku ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman ana tentang kekerasan dan bagaimana menghindarkan dirinya dari bentuk kekerasan seksual yang mengancam, sehingga nantinya, angka kekerasan seksual pada anak dapat terus ditekan dan diminimalisir.
1.2
Permasalahan
1.2.1
Identifikasi Masalah
1. Kekerasan seksual pada anak saat ini semakin sering terjadi. 2. Anak-anak
belum
mampu
mengemukakan
pengalaman
tidak
menyenangkan tersebut sebagai bentuk kekerasan karena minimnya pengetahuan dan pemahaman. 3. Minimnya buku yang membahas tentang cara mencegah kekerasan seksual pada anak.
1.2.2
Rumusan Masalah Bagaimana merancang buku komik sebagai media edukasi dalam
melindungi dirinya dari kekerasan dan kejahatan seksual?
1.3
Ruang Lingkup A. Apa Perancangan difokuskan pada buku komik edukasi untuk anak dalam mengenali, menghindari, dan melindungi dirinya dari bentuk-bentuk kekerasan dan kejahatan, terutama kekerasan dan pelecehan seksual. B. Siapa Target primer perancangan adalah anak-anak umur 8-12 tahun yang bertempat tinggal di kota besar yang ada di Indonesia. Sedangkan target sekunder adalah orang tua yang mempunyai anak usia 8-12 tahun. Hal ini berdasarkan data yang diperoleh penulis bahwa sebagian besar
3
korban kekerasan seksual pada anak berasal dari kelompok usia 8-12 atau yang duduk di bangku sekolah dasar. C. Kapan Perancangan Tugas Akhir akan diadakan dan dimulai pada bulan Februari hingga Juni 2016. D. Dimana Perancangan akan dilakukan di Bandung, tepatnya di kediaman penulis.
1.4
Tujuan Perancangan Perancangan buku komik edukasi ini bertujuan untuk memberi informasi
dan meningkatkan pengetahuan anak dalam mengenali, menghindari, dan melindungi dirinya dari bentuk-bentuk kekerasan dan kejahatan, terutama kekerasan dan pelecehan seksual.
1.5
Cara Pengumpulan Data dan Analisis Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode, yaitu adalah sebagai berikut. A. Data 1.
Observasi Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mengamati secara langsung. Data yang diamati dan diteliti adalah gambar (aspek imaji). Dalam penelitian visual, data gambar haruslah selalu ada, dan data visual inilah sebagai modal pertama dan utama, karena dari data visual akan timbul pertanyaan-pertanyaan kritis (Soewardikoen, 2013:16). Pengamatan ini dilakukan dengan cara membandingkan data visual terhadap beberapa teori relevan yang sudah dikumpulkan sebelumnya 2.
Wawancara Wawancara adalah instrumen penelitian. Kekuatan wawancara
adalah penggalian pemikiran, konsep dan pengalaman pribadi pendirian atau pandangan dari individu yang diwawancara. Mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari narasumber, dengan bercakap-
4
cakap dan berhadapan muka (Koentjaraningrat, 1980 dalam Soewardikoen 2013:20). Wawancara akan dilaksanakan dengan menggunakan metode wawancara tidak terstruktur, agar pembicaraan bisa berjalan lebih santai. 3.
Studi Pustaka Melakukan studi pustaka sangatlah penting. Buku ditulis sebagai
penuangan pemikiran deri penulisnya, dari khayalan dan impian, pemikiran, hasil pengamatan dan penelitian dituangkan dalam bentuk tulisan. Semakin banyak membaca hasil pemikiran maka semakin luas referensi yang dimiliki oleh peneliti, maka peneliti memerlukan membaca untuk mengisi frame of mind-nya (Soewardikoen, 2013:6). Beberapa sumber referensi yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah Pengantar Desain Komunikasi Visual oleh Adi Kusrianto, Hurufontipografi oleh Surianto Rustan, S. Sn., Jagat Desain Grafis oleh Fachmi Casofa dan Alib Isa, serta Kamus Visual Tipografi oleh Nikko Purnama Lukman. B. Analisis Matriks Perbandingan Sebuah matriks terdiri dari kolom dan baris yang masing-masing mewakili dua diimesi yang berbeda, bisa berupa konsep atau kumpulan informasi. Prinsip analisi matriks adalah membandingkan data dengan cara menjajarkan (Soewardikoen, 2013:50-51).. Dalam hal ini data yang dibandingkan berupa data visual dan tulisan. Matriks dapat membantu mengidentifikasi bentuk penyajian dengan lebih seimbang. Susunan analisis matriks dapat dibentuk untuk memberi informasi berdasarkan kategori, tema dan pola, baris pertama berisi data, berupa karya visual yang dianalisis terdiri dari beberapa kolom yang diperbandingkan. Kolom pertama pada baris di bawahnya berisi poin teori untuk menganalisis, dapat terdiri dari beberapa baris tergantung poin teori yang akan dipakai untuk menganalisis. Dalam hal ini, penulis akan membandingkan data visual berupa buku cerita dan komik untuk anak.
5
1.6
Kerangka Penelitian
Latar Belakang : Maraknya kasus kekerasan dan kejahatan seksual pada anak
Ide/Gagasan : Buku komik yang membahas tentang cara mencegah kekerasan seksual pada anak.
Teori :
Pengumpulan Data: - Observasi - Wawancara - Studi Pustaka
- Buku - Komik - Perancangan - Kejahatan Seksual pada Anak
Analisis : Matriks Perbandingan
Konsep : Pesan, Kreatif,Visual, Media
Komik
Anak dapat melindungi dirinya dari bentuk-bentuk kekerasan dan kejahatan, terutama kekerasan dan pelecehan seksual Gambar 1.1 Kerangka Penelitian (Sumber : Pribadi)
6
1.7
Pembabakan a. Bab I : PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, fokus, tujuan penelitian, cara pengumpulan data, kerangka penelitian dan pembabakan. b. Bab II : DASAR PEMIKIRAN Bab ini berisi dasar pemikiran dan teori-teori yang relevan yang digunakan sebagai landasan untuk menelaah obyek penelitian. c. Bab III : URAIAN DATA HASIL SURVEY & ANALISIS Isi bab ini yaitu menguraikan hasil survey dan pengumpulan data di lapangan secara terstruktur dan siap untuk diuraikan, dan juga menguraikan hasil penelitian menggunakan dasar pemikiran (yang terdapat pada bab II) terhadap hasil survey sehingga menghasilkan simpulan-simpulan. d. Bab IV : KONSEP DAN HASIL PERANCANGAN Bab ini berisikan konsep-konsep yang digunakan dalam perancangan, mulai dari konsep pesan, konsep kreatif, konsep visual sampai konsep bisnis. Dalam bab ini juga terdapat hasil perancangan berupa sketsa awal hingga penerapan visual pada buku.
e.
Bab V : PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran pada waktu sidang. Kesimpulan terdiri atas jawaban dari permasalahan yang terdapat pada bab satu.
7