BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geografi politik mempelajari kekuatan suatu negara dilihat dari kepemilikan sumberdaya alam, pemilihan umum, dan tema lainnya yang didalamnya terjadi interaksi antara manusia dan lingkungan dalam kehidupan politik (Sri Hayati dan Ahmad Yani, 2007). Aspek penting dalam Pemilu adalah Partai Politik yang merupakan organisasi bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok Warga Negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila (UU No 2 Tentang Partai Politik, 2008). Di Indonesia telah banyak berdiri partai politik dengan berbagai azas dan ideologi, sebagai contoh adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Bulan Bintang (PBB) yang merupakan Partai Islam, karena menjadikan Islam sebagai azas atau ideologi partai dan juga basis massanya adalah umat muslim. Sedangkan Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) bukanlah Partai Islam melainkan partai yang berbasis massa Islam. Untuk PDIP dan Partai Golkar merupakan cerminan partai yang mengusung platform Nasionalis, Pancasila menjadi ideologi gerakan partai ini. Geografi politik memiliki tiga pokok bahasan, yaitu 1) Environmental Relationship, yang menekankan kepada hubungan antara kehidupan manusia dan lingkungan alamnya akibat dorongan kehidupan dan keanekaragaman wilayah negara. 2) National Power, menekankan pada pengaruh lingkungan alam terhadap ketahanan dan kekuatan nasional. 3) Political Region, menitikberatkan pada hal hal yang bersifat teoritis seperti dasar, tujuan dan ruang lingkup geografi politik serta pengorganisasian keruangan. Kajian geografi politik tidak lepas dari prinsip demokrasi, sedangkan prinsip demokrasi sangat berhubungan dengan aspek Pemilihan Umum (Pemilu). Menurut teori demokrasi klasik Pemilihan Umum
1
merupakan Transmission of Belt, sehingga kekuasaaan yang berasal dari rakyat dapat beralih menjadi kekuasaan negara yang kemudian menjelma dalam bentuk wewenang pemerintah untuk memerintah dan mengatur rakyat. Di dalam demokrasi itu sendiri terdapat tiga ciri khusus yaitu 1) adanya kompetisi dalam merebut dan mempertahankan kekuasaan, 2) adanya jaminan hak hak sipil dan politik, 3) partisipasi masyarakat. Manifestasi demokrasi dalam bentuk Pemilu Legislatif juga terselenggara di Kabupaten Grobogan. Dalam Pemilihan Umum Legislatif di Kabupaten Grobogan pada tahun 2009 tercatat 1.039.071 pemilih, sedangkan pada tahun 2014 sejumlah 1.096.933 pemilih. Tabel I.1 Jumlah Pemilih Pada Pemilu Legislatif 2009 dan 2014 Kab. Grobogan No Kecamatan 2009 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Toroh 85.404 89.326 Geyer 51.779 53.707 Purwodadi 95.105 102.203 Karangrayung 69.701 76.052 Penawangan 47.808 50.328 Brati 35.442 37.394 Klambu 26.875 28.602 Godong 63.488 66.378 Kedungjati 32.920 33.583 Gubug 59.550 62.446 Tegowanu 38.090 41.098 Tanggungharjo 31.005 32.006 Ngaringan 48.575 51.161 Wirosari 65.913 70.019 Tawangharjo 39.933 42.528 Grobogan 54.366 57.281 Pulokulon 77.431 81.746 Kradenan 59.115 62.444 Gabus 56.571 58.631 Jumlah 1.039.071 1.096.933 Sumber: KPUD Kab. Grobogan Jumlah pemilih pada tiap kecamatan di Kabupaten Grobogan mempengaruhi pembagian Daerah Pemilihan (Dapil). Pembagian Daerah Pemilihan ini ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pusat atas usulan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kabupaten Grobogan. Hal tersebut mempengaruhi Partai Politik peserta Pemilu Legislatif 2009 dan 2014 2
merumuskan geostrategi untuk memperoleh sebanyak mungkin suara dari para konstituen ataupun basis massa pada Daerah Pemilihan yang telah ditetapkan. Tabel I.2 Pembagian Wilayah Berdasarkan Dapil Di Kabupaten Grobogan No Kecamatan Daerah Pemilihan 1 Toroh 2 Geyer 3 Purwodadi 4 Karangrayung 5 Penawangan 6 Brati 7 Klambu 8 Godong 9 Kedungjati 10 Gubug 11 Tegowanu 12 Tanggungharjo 13 Ngaringan 14 Wirosari 15 Tawangharjo 16 Grobogan 17 Pulokulon 18 Kradenan 19 Gabus Sumber: KPUD Kab. Grobogan
I
II
III
IV
V
Partai Politik peserta Pemilu Legislatif tahun 2009 sebanyak 44 partai. Sedangkan pada Pemilu Legislatif tahun 2014 sebanyak 15 partai. Partai Politik tersebut memiliki azas atau ideologi yang berbeda antara satu dengan yang lain, akan tetapi yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah Partai yang memiliki ideologi Islam, Basis Massa Islam dan Partai Nasionalis. Ideologi partai tersebut kemudian akan diwakili oleh lima Partai Politik, diantaranya adalah 1) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sebagai representasi partai yang mengususng ideologi islam, 2) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Amanat Nasionalis (PAN) sebagai perwakilan partai Basis Massa Islam, 3) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Golongan Karya (Golkar) sebagai representasi partai dengan platform Nasionalis. Terpilihnya kelima Partai dengan berbeda ideologi tersebut karena memiliki basis massa (grass root) yang kuat. PKB dan PAN masing masing memiliki kedekatan emosional maupun
3
kultural dengan basis massa warga Nahdlatul Ulama’ dan Muhammadiyah. PDIP dan Golkar memiliki konstituen masing masing adalah wong cilik (kaum tani dan buruh) serta kaum birokrat teknokrat (Clifford Geertz, 1983). Partai yang terakhir adalah PPP, partai ini memiliki akar sejarah dan ideologis yang kuat dalam masyarakat santri, hal ini tidak lepas karena pengaruh kader eks Partai Masyumi. Tabel I.3 Lima Partai Politik Sebagai Fokus Kajian No Partai Politik Ideologi 1
Partai Persatuan Pembangunan
Islam
2
Partai Kebangkitan Bangsa
Basis Massa Islam
3
Partai Amanat Nasional
Basis Massa Islam
4
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
Nasionalis
5
Partai Golongan Karya
Nasionalis
Sumber: Komisi Pemilihan Umum Geertz
(1983)
dalam
penelitiannya
di
Mojokuto
Jawa
Timur
menyimpulkan bahwa Masyarakat Jawa terbagi kedalam tiga kelompok politik, yaitu 1) Santri, merupakan kelompok masyarakat muslim yang taat dalam menjalankan ibadah dan identik dengan saudagar atau pedagang sebagai pekerjaannya, kemudian memiliki preferensi pilihan politik kepada Partai Islam atau Basis Massa Islam. 2) Abangan, merupakan kelompok masyarakat muslim yang tidak taat dalam hal beribadah dan diidentikkan dengan kaum tani maupun kaum buruh sebagai mata pencahariannya, memiliki preferensi pilihan politik kepada Partai Nasionalis Indonesia (PNI), pada konteks kekinian kultur dan ideologi PNI ada pada tubuh PDIP. 3) Priyayi, merupakan kelompok masyarakat birokrat, teknokrat ataupun Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai profesinya, memiliki preferensi pilihan politik kepada Partai Nasionalis, khususnya Golkar. Tabel I.4 Kelompok Politik Masyarakat Jawa, Profesi dan Pilihan Politiknya No Kelompok Politik Jenis Profesi Pilihan Parpol 1
Santri
Saudagar, pedagang
Partai Islam/basis massa islam
2
Abangan
Petani, Buruh
PNI/PDIP
3
Priyayi
Birokrat, PNS
Partai Golkar
Sumber:Geertz,1983
4
55
Gambar I.1 Peta Daerah Pemilihan (Dapil) Kabupaten Grobogan
5
Tabel I.5 Perolehan Suara 5 Partai Politik Pada Pemilu Legislatif2009 dan 2014 Kab. Grobogan Kec. Toroh Geyer Pwd Kryg Pnwg Brati Klambu Godong Kd jati Gubug Tgwanu Tg harjo Ngringn Wirosari Tw harjo Gbogan Pkulon Krdenan Gabus Jumlah
2009 PDI 7.309 10.697 9.348 13.291 6.743 8.831 1.531 6.527 2.033 6.698 3.665 1.614 5.796 5.737 7.281 5.696 11.127 8.219 4.850 126.993
% 13,8 33,7 14,5 30,9 22,7 37,3 8,7 17,2 9,7 17,8 14,0 8,3 17,8 13,8 27,7 16,7 22,5 22,2 13,7 19,2
PG 13.533 9.011 17.524 6.345 2.738 1.710 2.653 4.254 4.097 3.694 4.176 3.246 1.677 4.302 5.841 7.794 3.479 4.976 5.435 106.485
% 25,5 28,4 27,3 14,7 9,2 7,2 15,0 11,2 19,5 9,8 16,0 16,7 5,1 10,4 22,2 22,9 7,0 13,4 15,3 16,1
PPP 2.442 1.267 4.528 2.074 634 516 2.453 956 1.180 2.907 1.231 1.101 1.395 696 758 459 4.451 2.710 1.169 32.927
Sumber: KPUD Kab. Grobogan
6
% 4,6 4,0 7,0 4,8 2,1 2,1 13,9 2,5 5,6 7,7 4,7 5,6 4,3 1,6 2,8 1,3 9,0 7,2 3,3 4,9
PKB 4.889 1.206 3.833 6.952 3.130 1.797 6.786 4.372 7.553 5.256 6.268 7.680 6.126 3.894 891 1.865 5.843 3.054 9.294 90.689
% 9,2 3,8 5,9 16,2 10,5 7,6 38,6 11,5 36,1 14,0 24,0 39,6 18,9 9,4 3,3 5,4 11,8 8,2 26,3 13,7
PAN 7.872 630 4.291 1.109 581 809 94 1.722 474 2.646 625 1.120 761 2.984 1.326 627 228 107 55 28.061
% 14,8 1,9 6,6 2,5 1,9 3,4 0,5 4,5 2,2 7,0 2,3 5,7 2,3 7,2 5,0 1,8 1,2 0,2 0,1 4,2
PDI 8.954 6.717 14.078 14.220 9.799 9.399 4.656 9.822 4.204 8.804 6.835 3.540 8.576 16.493 10.043 7.102 9.443 7.756 9.137 169.587
% 14,7 18,0 19,3 29,7 31,0 36,1 23,2 25,4 18,4 20,8 22,8 16,1 22,8 34,4 34,3 17,7 16,6 18,6 23,2 22,7
PG 6.557 10.230 11.362 4.565 4.345 1.571 1.236 4.426 1.282 3.920 4.462 1.326 2.468 2.849 3.378 10.396 9.271 5.216 3.604 92.464
% 10,8 27,4 15,6 9,5 13,7 6,0 6,1 11,4 5,6 9,2 14,8 6,2 6,5 5,9 11,5 25,9 16,2 12,5 9,1 12,4
2014 PPP 1.375 897 4.577 695 1.462 990 4.182 2.337 3.918 2.415 995 1.570 3.241 3.577 1.134 4.550 6.114 3.621 1.752 52.979
% 2,2 2,4 6,2 1,4 4,6 3,8 20,8 6,0 17,1 5,7 3,3 7,1 8,6 7,4 3,8 11,3 10,7 8,7 4,4 7,1
PKB 5.573 4.695 9.760 7.702 3.421 4.552 6.768 8.124 5.568 5.818 5.059 7.038 6.793 5.197 1.823 7.651 9.819 4.510 9.115 118.986
% 9,2 12,6 13,4 16,1 10,8 17,5 33,7 21,0 24,3 13,7 16,8 32,1 18,1 10,8 6,2 19,0 17,2 10,8 23,1 15,9
PAN 12.194 1.336 6.740 3.783 1.730 1.909 465 2.810 840 2.127 2.183 963 815 2.373 1.607 652 273 1.051 1.866 45.717
% 20,1 3,5 9,2 7,9 5,4 7,3 2,3 7,2 3,6 5,0 7,2 4,4 2,1 4,9 5,4 1,6 0,4 2,5 4,7 6,1
Perolehan suara pada lima partai politik diatas mengalami peningkatan maupun penurunan di setiap Kecamatan. Dinamisasi peningkatan maupun penurunan perolehan suara partai politik pada Pemilihan Umum Legislatif tahun 2009 dan 2014 terlihat dengan persentase perolehan suara oleh masing masing partai, baik Partai yang berideologi Islam, Basis Massa Islam ataupun Partai dengan ideologi Nasionalis. Data pada tabel 1.5 menunjukkan terjadinya perubahan perolehan suara di masing masing kecamatan, namun yang menarik dan perlu dicermati lebih dalam adalah terjadi pergeseran terhadap daerah basis massa atau kantung suara masing masing Partai Politik pada Pemilihan Umum Legislatif tahun 2009 dan 2014 disemua Daerah Pemilihan (Dapil) Kabupaten Grobogan. Perolehan suara terbanyak atau mayoritas di satu daerah pemilihan secara berturut turut dapat dimaknai daerah tersebut sebagai daerah basis massa atau kantung suara partai politik tertentu. Seperti hasil yang diperoleh Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) maupun Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Daerah Pemilihan (Dapil) Kabupaten Grobogan pada Pemilihan Umum Legislatif tahun 2009 dan 2014.
No
Tabel I.6 Daerah Basis Massa Partai Politik Pada Pemilu Legislatif 2009 dan 2014 Kab. Grobogan Daerah Pemilihan (Dapil) 2009 2014
1
I
Golkar
PDIP
2
II
PDIP
PDIP
3
III
PDIP
PKB
4
IV
PDIP
PDIP
5
V
PKB
PDIP
Sumber: KPUD Kab. Grobogan Merujuk pada teori sosial Cliffoerd Geertz (1983) tentang kondisi sosioreligi masyarakat, seperti masyarakat santri dan abangan serta kondisi sosioekonomi seperti pekerjaan sebagai petani, buruh ataupun PNS pada kelompok politik mempengaruhi preferensi pilihan pada partai politik tertentu. Bagaimanakah korelasi Teori Sosial Clifford Geertz tersebut terhadap sebaran perolehan suara Partai Politik Islam, Basis Massa Islam maupun Partai Nasionalis pada Daerah Pemilihan (Dapil) I, II, III, IV dan V Kabupaten Grobogan dalam
7
Pemilihan Umum Legislatif tahun 2009 dan 2014?. Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka penulis mengangkat penelitian ini dengan judul Analisis Sebaran Perolehan Suara Partai Politik Pada Pemilu Legislatif 2009 dan 2014 Kabupaten Grobogan Jawa Tengah (Korelasi Teori Clifford Geertz). Diharapkan dengan penelitian ini penulis dapat menganalisis korelasi Teori Sosial Clifford Geertz terhadap sebaran perolehan suara Partai Politik yang berideologi Islam, Basis Massa Islam maupun Partai dengan ideologi Nasionalis pada penyelenggaraan Pemilihan Umum Legislatif tahun 2009 dan 2014 disetiap Daerah Pemilihan (Dapil) Kabupaten Grobogan Jawa Tengah. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah korelasi Teori Clifford Geertz terhadap sebaran perolehan suara Partai Politik Islam, Basis Massa Islam dan Nasionalis pada Pemilu Legislatif 2009 dan 2014 disetiap Daerah Pemilihan Kabupaten Grobogan Jawa Tengah? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pemaparan masalah diatas maka ditetapkan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Menganalisis korelasi Teori Clifford Geertz terhadap sebaran perolehan suara Partai Politik Islam, Basis Massa Islam dan Nasionalis pada Pemilu Legislatif 2009 dan 2014 disetiap Daerah Pemilihan Kabupaten Grobogan Jawa Tengah. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini ialah untuk memberikan informasi korelasi Teori Sosial Clifford Geertz terhadap sebaran perolehan suara Partai Politik Islam, Basis Bassa Islam maupun Partai Politik Nasionalis pada Pemilu Legislatif 2009 dan 2014 disetiap Daerah Pemilihan (Dapil) Kabupaten Grobogan Jawa Tengah.
8
1.5 Telaah Pustaka dan Penelitian Terdahulu 1.5.1 Telaah Pustaka a. Geografi Politik Geografi politik mempelajari kekuatan suatu negara dilihat dari kepemilikan sumberdaya alam, pemilihan umum, dan tema lainnya yang didalamnya terjadi interaksi antara manusia dan lingkungan dalam kehidupan politik (Sri Hayati dan Ahmad Yani, 2007). Peneliti memberikan analisis terhadap fenomena sosial yang terjadi diatas muka bumi, seperti halnya dalam Pemilu Kabupaten Grobogan dapat mempengaruhi geostrategi pada partai politik untuk memperoleh sebanyak mungkin suara dari konstituen mereka. b. Partai Politik Partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok Warga Negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila (UU No 2 Tentang Partai Politik, 2008). Sebuah partai tentunya memiliki tujuan, secara umum tujuan Partai Politik adalah untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan guna melaksanakan dan mewujudkan program program yang telah mereka susun sesuai dengan ideologi tertentu. Sedangkan fungsi partai politik itu sendiri setidaknya ada empat, yakni 1) sebagai sarana komunikasi politik, 2) sebagai sarana sosialisasi politik, 3) sebagai sarana rekruitmen politik, 4) sebagai sarana manajemen konflik. Dari masa ke masa Partai Politik selalu berkembang, baik dari sisi jumlah maupun kekuatan dan ideologi. Namun sekarang, jika diklasifikasikan hanya terdapat dua partai yang memiliki basis ideologi kuat, yakni Nasionalis dan Islam. c. Partai Politik Islam Partai Politik Islam ialah Partai yang menggunakan identitas formalnya memakai azas dan simbol simbol islam dengan basis konstituen khusus umat islam (Haedar Nashir, 2004). Pelaksanaan Pemilu perdana di Indonesia, Partai Islam mendominasi perolehan suara. Namun dinamika politik yang terjadi di Indonesia, partai partai ini terpaksa membubarkan diri. Meskipun demikian kader
9
kader yang merasa butuh wadah sebagai aspirasi politik, mereka mendirikan partai partai Islam seperti Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), ataupun Partai Bulan Bintang (PBB). Perolehan suara Partai Islam ini pada Pemilu Legislatif tahun 2009 dan 2014 Kabupaten Grobogan memiliki trend positif alias mengalami kenaikan, kecuali perolehan suara Partai Bulan Bintang (PBB) yang justru mengalami penurunan pada Pemilu Legislatif tahun 2014. Tabel I.7 Suara Partai Islam Pada Pemilu Leg. 2009 dan 2014 Kab. Grobogan No Partai 2009 2014 1 PBB 5.861 3.626 2 PKS 26.573 43.084 3 PPP 32.927 52.979 Sumber: KPUD Kab. Grobogan d. Partai Politik Basis Massa Islam Partai politik yang tidak memiliki identitas formal islam bahkan bersifat inklusif tetapi basis utama kontituennya adalam umat islam (Haedar Nashir, 2004). Sebagai contoh adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Amanat Nasional (PAN), partai ini mampu eksis dalam percaturan politik nasional berkat didukung konstituen dan loyalis yang kuat, sebagai contoh ialah PKB yang memiliki konstituen atau basis massa warga Nahdlatul Ulama’ (NU), sedangkan PAN memiliki basis massa warga Muhammadiyah. Partai Basis Massa Islam (PKB dan PAN) juga memiliki kecenderungan kenaikan perolehan suara pada Pemilu Legislatif tahun 2009 dan 2014 Kabupaten Grobogan. Tabel I.8 Perolehan Suara Partai Politik Basis Massa Islam Pada Pemilu Legislatif 2009 dan 2014 Kab. Grobogan No Partai 2009 2014 1 PKB 90.689 118.986 2 PAN 28.061 45.717 Sumber: KPUD Kab. Grobogan e. Partai Nasionalis S. Kirbiantoro dan Dody Rudianto (2009) mengatakan bahwa Partai Nasionalis adalah Partai yang menggunakan ideologi Nasionalis-Pancasila sebagai landasan geraknya. Partai yang mengusung platform Nasionalis cenderung berhaluan sekuler, memiliki basis massa yang heterogen, baik dari kalangan umum bahkan kalangan umat islam. Pancasila diinternalisasi secara kuat
10
kepada seluruh kader dan konstituennya sebagai way of life. Partai Nasionalis yang memiliki grass root paling kuat di Kabupaten Grobogan ialah PDIP dan Golkar, sehingga perolehan suara dua partai pada Pemilun Legislatif tahun 2009 dan 2014 melampaui perolehan suara Partai Islam. Namun keunggulan ini tidak terjadi pada Partai Golkar, yang justru mengalami penurunan perolehan suara pada Pemilu Legislatif tahun 2014. Tabel I.9 Suara Partai Nasionalis Pada Pemilu Leg. 2009 dan 2014 Kab Grobogan No Partai 2009 2014 1 PDIP 129.993 169.587 2 P. Golkar 106.845 92.464 Sumber: KPUD Kab. Grobogan f. Pemilihan Umum Pemilihan Umum merupakan sebuah bentuk manifestasi dari sistim demokrasi di Indonesia, yang kemudian menjadi momentum memilih para wakil rakyat. Dalam RUU Penyelenggaraan Pemilu dikatakan bahwa Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD Republik Indonesia Tahun 1945. Pada awalnya Pemilu hanya untuk memilih DPR RI, DPRD Tingkat 1 dan 2, serta DPD RI. Namun peraturan tersebut diamandemen pada tahun 2002, maka kemudian Pemilu juga dilakukan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden secara langsung, untuk pertama kalinya dilakukan pada Pemilu tahun 2004. Sesuai UU no 2 tahun 2007 dikemukakan pula peraturan mengenai pemilihan kepala daerah (Gubernur, Walikota/Bupati). Penyelengara pemilu adalah lembaga yang menyelengarakan Pemilu, terdiri atas Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu. KPU dan BPP sebagai satu kesatuan fungsi penyelengaraan pemilu untuk memilih anggota DPR RI, DPD, dan DPRD, Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat serta untuk memilih Gubernur, Bupati, dan Walikota secara demokratis (BAB I Kententuan Umum Pasal I ayat 5 RUU Penyelengaraan Pemilu). Bagian bagian yang merupakan sistem pemilu ialah 1) sistem hak pilih, 2) sistem pembagian daerah pemilihan, 3) sistem pemilihan, 4) sistem pencalonan.
11
1.5.2 Penelitian Terdahulu Rayuna Hendawati (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Kajian Perilaku Pemilih Dalam Pemilihan Kepala Daerah (Perspektif Geografi)” hasil penelitian ini memberi simpulan bahwa kajian perilaku pemilih kepala daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi demografis, sosiologis maupun psikologis masyarakat. Ciri khas analisis yang bersifat keruangan dan kewilayahan dapat menjawab penelitian penelitian sosial. Yani, Hayati, Eridiana (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Kajian Geografi Politik Terhadap Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2008” hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa daerah kemenangan Hade, Aman dan Da’i tidak menunjukkan pola keruangan yang jelas, yang berarti Jawa Barat adalah daerah yang relatif homogen. Faktor yang menunjukkan segregasi wilayah seperti petani, nelayan, dipegunungan, dipantai, bahasa Sunda maupun bahasa Jawa Cirebon tidak nampak berpengaruh terhadap pilihan politik. Afief Bagus Wicaksana (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Keruangan Basis Pemilih Partai Politik Pada Pemilihan Umum Tahun 2004 dan 2009 di Kabupaten Magelang” mengemukakan bahwa distribusi perolehan suara Partai Politik tersebar merata. Partai Politik Basis Massa Islam Tradisional memperoleh sumbangan suara terbanyak di wilayah pesantren dan pedesaan dengan corak masyarakat NU, sedangkan Partai Politik Basis Massa Islam Modern terjadi dinamika. Sebaran dan distribusi kantong suara tidak hanya berasal dari sumbangan warga Muhammadiyah dan Tarbiyah, melainkan juga dari wilayah basis warga NU. Hasil yang diperoleh untuk Partai Politik Nasionalis memiliki sebaran suara yang merata diwilayah pedesaan maupun di perkotaan.
12
Tabel I.10 Perbandingan Penelitian Sebelumnya Yani, Hayati, Eridiana
Penulis
Rayuna Hendawati
Tahun Judul
2006 Kajian Perilaku Pemilih Dalam Pelaksanaan Pemilukada (Perspektif Geografi)
2008 Kajian Geografi Politik Terhadap Hasil Pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008
2013 Analisis Keruangan Basis Pemilih Partai Politik Pada Pemilihan Umum Tahun 2004 dan 2009 di Kabupaten Magelang
Tujuan
Mengetahui sebaran basis massa calon kepala daerah
Metode Hasil
13
Deskrisi Kuantitatif Kajian perilaku pemilih dalam pemilihan kepala daerah sangat berhubungan dengan keadaan masyarakat secara demografis, sosiologis dan psikologis untuk lebih holistik mengetahui kepala daerah pilihan masyarakat harus dilakukan melalui kajian geografi. Kajian geografi dengan ciri khas analisisnya yang bersifat keruangan dan kewilayahan dapat menjawab penelitian penelitian sosial.
Mengetahui kondisi geografis kantong pemenangan pasangan Cagub Jabar 2008. Mengetahui faktor faktor berpengaruh terhadap hasil Pilkada Jabar tahun 2008. Mengetahui apakah tiap Dapil memiliki alasan alasan yang sama untuk memilih Cagub Jabar 2008.
Pendekatan Deskriptif Daerah kemenangan Hade, Aman dan Dai tidak menunjukkan pola yang jelas, sehingga dapat disimpulkan bahwa Jawa Barat merupakan wilayah politik yang relatif homogen. Faktor faktor yang menunjukkan segregasi wilayah seperti petani, nelayan, di pegunungan, di pantai, atau berbahasa sunda, atau berbahasa jawa Cirebon tidak nampak berpengaruh terhadap pilihan politik.
Afief Bagus Wicaksono
Mengetahui distribusi keruangan perolehan suara partai politik berbasis massa islam dan nasionalis pada saat pemilu 2004 dan 2009. Mengetahui pengaruh faktor sosiologis dan demografis masyarakat terhadap hasil pemilu 2004 dan 2009.
Deskripsi Kuantitatif dan Kualitatif Distribusi perolehan suara parpol basis massa islam tradisional memperoleh sumbangan suara terbanyak di wilayah pesantren dan pedesaan dengan corak masyarakat NU, sedangkan pada parpol basis massa islam modern terjadi dinamia, sebaran dan distribusi kantong suara tidak hanya mendapatkan sumbangan dari kantong warga Muhammadiyah dan Tarbiyah melainkan juga dari wilayah basis warga NU, sedangkan parpol basis massa nasionalis memiliki sebaran suara yang merata diwilayah pedesaan dan perkotaan di Kabupaten Magelang.
1.6 Kerangka Penelitian Pemilihan Umum Legislatif merupakan media untuk memilih wakil wakil rakyat agar dapat duduk diparlemen dan menjalankan roda pemerintahan. Pada penyelenggaraan Pemilu Legislatif tahun 2009 diikuti oleh 44 partai politik, dan 15 partai politik pada Pemilu Legislatif tahun 2014. Partai Politik tersebut memiliki azas dan ideologi yang berbeda satu sama lain, mulai dari ideologi Islam, Basis Massa Islam dan Nasionalis. Dari sekian banyaknya partai politik peserta Pemilu Legislatif ditahun 2009 dan 2014, penulis memfokuskan pada lima Partai Politik yaitu, 1) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sebagai representasi Partai Islam, 2) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Amanat Nasional (PAN) sebagai perwakilan Partai Basis Massa Islam, 3) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Golongan Karya (Golkar) sebagai representasi Partai Nasionalis. Dari perolehan suara masing masing partai tersebut menunjukkan diferensiasi dan dinamisasi, baik peningkatan maupun penurunan perolehan suara. Akan tetapi yang menarik adalah tidak terjadi pergeseran Basis Massa Partai Politik disetiap Daerah Pemilihan (Dapil) Kabupaten Grobogan pada Pemilihan Umum Legislatif tahun 2009 dan 2014. Merujuk pada teori Geertz (1983) yang menyatakan bahwa Masyarakat Jawa terbagi menjadi tiga kelompok politik, yakni Santri yang diasosiasikan dengan saudagar atau pedagang, Abangan identik dengan kaum tani dan buruh, Priyayi identik dengan birokrat, teknokrat dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Kondisi sosioreligi masyarakat seperti masyarakat santri dan abangan serta kondisi sosioekonomi seperti profesi sebagai petani, buruh ataupun PNS pada kelompok politik tersebut mempengaruhi preferensi pilihan pada partai tertentu. Dari teori sosial Clifford Geertz tersebut akan dianalisis korelasinya terhadap sebaran perolehan suara Partai Politik Islam, Basis Massa Islam maupun Partai Nasionalis pada Daerah Pemilihan (Dapil) I, II, III, IV dan V Kabupaten Grobogan dalam Pemilihan Umum Legislatif tahun 2009 dan 2014.
14
Gambar I.2 Diagram Alir Penelitian Perolehan Suara Partai Politik Islam, Basis Massa Islam, Nasionalis Pada Pemilu Legislatif 2009 dan 2014 Kab. Grobogan
Daerah Pemilihan Kab. Grobogan
Teori Sosial Geertz
Perolehan Suara Partai Politik Islam, Basis Massa Islam, Nasionalis Pada Pemilu Sumber: Penulis Legislatif 2009
Peta Administrasi Kab. Grobogan
Perolehan Suara Partai Politik Islam, Basis Massa Islam, Nasionalis Pada Pemilu
Peta Dapil
Legislatif 2014
Peta Perolehan Suara Partai
Peta Perolehan Suara Partai
Politik Islam, Basis Massa
Politik Islam, Basis Massa
Islam, Nasionalis Pada Pemilu
Islam, Nasionalis Pada Pemilu
Legislatif 2009
Legislatif 2014
Analsis Sebaran Dan Perubahan Perolehan Suara Partai Politik Islam, Basis Massa Islam, Nasionalis Sumber: Penulis
15
1.7 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang didukung dengan data kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku dari orang-orang yang dapat diamati (Moleong, 1990). Adapun tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Penentuan Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Grobogan yang memiliki jumlah Pemilih 1.039.071 pada Pemilu Legislatif 2009 dan 1.096.933 pada Pemilu Legislatif 2014. Penelitian ini memiliki fokus kajian pada lima Partai Politik, yaitu 1) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sebagai representasi Partai Islam, 2) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Amanat Nasional (PAN) sebagai perwakilan Partai Basis Massa Islam, 3) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Golongan Karya (Golkar) sebagai representasi Partai Nasionalis. Hasil perolehan suara Partai Politik tersebut pada Pemilu Legislatif tahun 2009 dan 2014 menunjukkan diferensiasi dan dinamisasi, baik peningkatan maupun penurunan perolehan suara, akan tetapi yang menarik adalah tidak terjadi pergeseran Basis Massa Partai Politik disetiap Daerah Pemilihan. b. Pengumpulan Data dan Jenis Data Data data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu 1) Data perolehan suara Partai Politik pada Pemilu Legislatif 2009 dan 2014 yang didapat dari KPUD Kabupaten Grobogan. 2) Data Jenis Pekerjaan masyarakat yang diambil dari BPS Kabupaten Grobogan. c. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif komparatif, yaitu suatu pembahasan yang bertujuan untuk memberikan analisis atas data perolehan suara dan Teori Sosial Clifford Geertz. Data yang dianalisis adalah data perolehan suara Partai Politik Islam, Basis Massa Islam dan Nasionalis, yang diwakili oleh PPP (Partai Islam), PKB dan PAN (Partai Basis Massa Islam), PDIP dan Golkar (Partai Nasionalis) pada Pemilu Legislatif 2009 dan 2014 Kabupaten Grobogan, kemudian dikomparasikan dengan Teori Sosial
16
Clifford Geertz tentang Kelompok Politik Masyarakat Jawa. Diharapkan dengan menggunakan teknik penelitian ini penulis dapat memberikan gambaran yang sistematis, faktual, aktual dan akurat mengenai fakta fakta seputar perolehan suara Partai Politik Islam, Basis Massa Islam dan Nasionalis pada Pemilu Legislatif 2009 dan 2014 Kabupaten Grobogan. 1.8 Batasan Operasional Analisis adalah penelitian secara menyeluruh terhadap suatu hal atau peristiwa (Wahya, et all, 2013) Geografi politik mempelajari kekuatan suatu negara dilihat dari kepemilikan sumberdaya alam, pemilihan umum, dan tema lainnya yang didalamnya terjadi interaksi antara manusia dan lingkungan dalam kehidupan politik (Sri Hayati dan Ahmad Yani, 2007) Partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesai berdasarkan Pancasila (UU No 2 Tentang Partai Politik, 2008). Partai Politik Basis Massa Islam merupakan Partai Politik yang tidak memiliki identitas formal islam bahkan bersifat inklusif tetapi basis utama kontituennya adalam umat islam (Haedar Nashir, 2004). Partai Politik Islam adalah Partai Politik yang menggunakan identitas formalnya memakai azas dan simbol simbol islam dengan basis konstituen khusus umat islam (Haedar Nashir, 2004). Partai Nasionalis adalah Partai yang menggunakan ideologi NasionalisPancasila sebagai landasan geraknya (S. Kirbiantoro dan Dody Rudianto, 2009) Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 (UU No 3 tahun 2009 Tentang Pemilu)
17