BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang. Millennium Development Goals (Tujuan Pembangunan Milenium, atau MDGs)
mengandung delapan tujuan sebagai respon atas permasalahan perkembangan global, dengan target pencapaian pada tahun 2015. Tujuan Pembangunan Milenium terdapat dalam Deklarasi Milenium yang diadopsi oleh 189 negara dan ditandatangi oleh 147 kepala Negara dan pemerintahan pada UN Millennium Summit yang diadakan di bulan September tahun 2000. Delapan butir MGDs terdiri dari 21 target kuantitatif dan dapat diukur oleh 60 indikator. Salah satu target MDGs adalah mengurangi hingga setengah jumlah penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman dan sanitasi dasar, dengan indikator:
Proporsi dari populasi yang menggunakan sumber air minum berkualitas
Proporsi dari populasi yang menggunakan sarana sanitasi berkualitas MDGs mencanangkan pada 2015 sebanyak 77,2% persen penduduk Indonesia ditargetkan
telah memiliki akses air minum yang layak dan minimal 59.1 persen penduduk Indonesia di Kota dan Desa sudah memperoleh pelayanan sanitasi yang memadai (Status Millenium Development Goals Indonesia 2009). Secara nasional, Indonesia telah mencapai target ini, tetapi cakupan ini belum merata dan belum menggambarkan kualitas fasilitas sanitasi yang sebenarnya. Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya kondisi ini, antara lain disebabkan lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi, yang ditandai dengan pembangunan sanitasi tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak berkelanjutan, serta kurangnya perhatian masyarakat pada perilaku hidup bersih dan sehat. Kondisi pelayanan air minum Kabupaten Banjarnegara pada Tahun 2010 adalah sebesar 85,4% sedangkan pelayanan sanitasi khususnya kepemilikan jamban adalah sebesar 52,91% dari seluruh penduduk di Kabupaten Banjarnegara. Sesuai dengan target MDGs, maka pada Tahun 2015 target pelayanan air minum di Kabupaten Banjarnegara adalah sebesar 92,7% sedangkan target pelayanan sanitasi adalah sebesar 76,45% dari jumlah penduduk Kabupaten Banjarnegara. Salah satu upaya memperbaiki kondisi sanitasi adalah dengan menyiapkan sebuah perencanaan pembangunan sanitasi yang responsif dan berkelanjutan. Dalam hal ini, Pemerintah mendorong kota dan kabupaten di Indonesia untuk menyusun Strategi Sanitasi Perkotaan atau Kabupaten (SSK) yang memiliki prinsip: -
Berdasarkan data aktual
-
Berskala kota atau kabupaten
-
Disusun sendiri oleh kota atau kabupaten (dari, oleh, dan untuk kota atau kabupaten tersebut)
-
Menggabungkan pendekatan bottom-up dan top-down
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
I-1
Untuk menghasilkan SSK yang demikian, maka kota atau kabupaten harus mampu memetakan situasi sanitasi wilayahnya. Pemetaan situasi sanitasi yang baik hanya bisa dibuat apabila kota atau kabupaten mampu mendapatkan informasi lengkap, akurat, dan mutakhir tentang kondisi sanitasi, baik menyangkut aspek teknis mapun non teknis. Dalam konteks ini Buku Putih merupakan prasyarat utama dan dasar bagi penyusunan SSK. Buku Putih Sanitasi merupakan pemetaan situasi sanitasi kota atau kabupaten berdasarkan kondisi aktual. Pemetaan tersebut mencakup aspek teknis dan aspek non-teknis, yaitu aspek keuangan, kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, perilaku hidup bersih dan sehat, dan aspek-aspek lain seperti keterlibatan para pemangku kepentingan secara lebih luas. Buku Putih merupakan “database sanitasi kota atau kabupaten” yang paling lengkap, mutakhir, aktual, dan disepakati seluruh SKPD dan pemangku kepentingan terkait pembangunan sanitasi. Sesuai dengan maksud penyusunannya, maka Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara ini akan menggambarkan: 1)
Status terkini situasi sanitasi di Kabupaten Banjarnegara
2)
Kebutuhan layanan sanitasi dan peluang pengembangan di masa mendatang di Kabupaten Banjarnegara
3)
1.2
Usulan atau rekomendasi awal terkait peluang pengembangan layanan sanitasi.
Pengertian Dasar Sanitasi Secara umum sanitasi didefinisikan sebagai usaha untuk memastikan pembuangan kotoran manusia,
cairan limbah dan sampah secara higienis (Manual B-Penilaian dan Pemetaan Sanitasi Kota) . Sedangkan pengertian
yang lebih teknis dari sanitasi adalah upaya pencegahan terjangkitnya dan penularan penyakit melalui penyediaan sarana sanitasi dasar (jamban), pengelolaan air limbah rumah tangga (termasuk sistem jaringan perpipaan air limbah), drainase dan sampah (Bappenas, 2003). Sehingga dengan definisi tersebut dapat dilihat 3 sektor yang terkait dengan sanitasi adalah sistem pengelolaan air limbah rumah tangga, pengelolaan persampahan dan drainase lingkungan. Air limbah rumah tangga adalah air sisa proses dari kegiatan rumah tangga. Berkaitan dengan pengelolaan air limbah rumah tangga, maka limbah yang muncul dari rumah tangga dikelompokkan dalam dua bagian. Bagian pertama adalah limbah yang berasal dari metabolisme tubuh manusia (excreta) berupa air kencing (urine) dan tinja. Kelompok pertama ini biasa disebut sebagai blackwater. Sedangkan kelompok kedua adalah air limbah yang berasal selain dari metabolisme tubuh manusia, antara lain berasal dari sisa pencucian pakaian, dapur, dan sisa air mandi. Bagian kedua ini dikenal sebagai greywater. Sektor lain yang terkait dengan sanitasi adalah sektor persampahan. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. (Undang-undang No. 18/2008). Di dalam pengelolaan sampah dikenal istilah sampah spesifik dan sampah non spesifik. Yang termasuk didalam pengertian sampah non spesifik adalah sampah yang berasal dari rumah tangga dan sejenis sampah rumah tangga (kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan fasilitas lainnya). Sedangkan yang termasuk di dalam sampah spesifik adalah:
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
I-2
1)
sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;
2)
sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun;
3)
sampah yang timbul akibat bencana;
4)
puing bongkaran bangunan;
5)
sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau
6)
sampah yang timbul secara tidak periodik. Sektor terakhir yang berhubungan dengan sanitasi adalah sektor drainase lingkungan.
Drainase lingkungan adalah suatu sistem penanganan atau pengaliran air hujan. Secara konvensional, hujan yang turun pada suatu wilayah diusahakan secepat mungkin mengalir melalui saluran-saluran air hujan menuju badan air penerima. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya genangan di pemukiman atau jalan. Sistem ini sebagian besar berhasil digunakan untuk mengendalikan terjadinya genangan, tetapi menjadi tidak terkait dengan konservasi air. Konsep penanganan air hujan dengan memperhatikan konservasi air tanah biasa disebut sebagai konsep drainase berwawasan lingkungan atau ecodrainage. Dengan konsep ini maka air hujan yang turun diusahakan untuk semaksimal mungkin meresap ke dalam tanah atau ditampung untuk dimanfaatkan, sedangkan kelebihannya baru dialirkan melalui saluran air hujan. Peresapan air hujan dapat dilakukan dengan menggunakan kolam retensi atau embung, sumur resapan air hujan dan biopori. Walaupun sektor air besih/air minum tidak termasuk di dalam sektor-sektor yang terkait dengan sanitasi, tetapi sektor air minum dianggap sangat mempengaruhi kondisi sanitasi. Oleh karena itu seringkali sektor air minum disebut beriringan dengan sistem sanitasi, seperti istilah Water and Sanitation (WATSAN) atau AMPL (Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan). Sebagai salah satu bahan penyusunan Buku Putih dilakukan penilaian kondisi sanitasi suatu daerah, yang dikenal dengan Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA). EHRA adalah sebuah survai partisipatif di tingkat kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku yang terkait yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program termasuk advokasi di tingkat kota sampai ke kelurahan. Tujuan dari studi EHRA adalah untuk mendapatkan gambaran fasilitas sanitasi dan perilaku yang berisiko terhadap kesehatan tingkat kota berdasarkan data primer. Studi lain yang dilakukan sebagai bahan penyusunan buku putih adalah survey partisipasi sektor swasta dan Lembaga Non-Pemerintah (LNP) di dalam pengelolaan sanitasi perkotaan, atau biasa disebut sebagai Sanitation Supply Assessment (SSA). Tujuan studi SSA adalah: 1) Menilai dan memetakan pihak-pihak yang saat ini berperan dalam penyelenggaraan sanitasi kota, khususnya partisipasi sektor swasta dan Lembaga Non Pemerintah 2) Mengumpulkan data/ informasi untuk merumuskan bentuk sinergi antara:
Pemerintah kota,
Sektor swasta, baik yang lahan usahanya terkait maupun tidak terkait dengan pengelolaan sanitasi, dan
Lembaga Non Pemerintah yang memfasilitasi masyarakat dalam pengelolaan sanitasi
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
I-3
3) Meningkatkan efektivitas program pengelolaan sanitasi dengan melibatkan semua unsur yang terkait. Hasil dari berbagai bahan yang masuk di dalam penyusunan buku putih akan digunakan untuk menentukan area berisiko. Area berisiko adalah area kelurahan/desa yang memiliki potensi risiko terhadap kesehatan. Apabila tidak segera dilakukan intervensi tertentu, akan memperbesar potensi terjadinya kasus kejadian penyakit. Hal ini perlu dibedakan dengan ‘dampak’ yang dinyatakan dengan kasus kejadian penyakit. Oleh karenanya, angka kejadian penyakit seharusnya tidak dijadikan sebagai salah satu indikator untuk penentuan area berisiko tinggi, sebab hal ini akan mencampurkan antara ‘risiko’ dengan ‘dampak’ (Seri Manual Pengembangan Strategi Sanitasi Perkotaan Tahap B Penilaian dan Pemetaaan Situasi Sanitasi Kota). Tahap awal penentuan area berisiko, indikator yang umum digunakan adalah : a.
Kepadatan penduduk. Makin padat penduduk, maka risiko penyebaran penyakit akan semakin besar. Informasi yang juga penting tetapi relatif sukar diperoleh adalah jumlah penduduk pendatang di masing-masing kelurahan, sebab informasi ini seringkali tidak terdata di tingkat kota. Bappeda memang memiliki sumber data tentang jumlah dan kepadatan penduduk. Tetapi informasi mengenai penduduk pendatang, bila dipandang perlu, harus dicari di instansi lain, atau harus dikumpulkan melalui Ketua RW/kelurahan. Apabila data tersebut sukar diperoleh maka dapat diabaikan lebih dulu.
b.
Jumlah KK miskin. Semakin banyak KK miskin, yang relatif lebih sulit untuk mendapatkan akses sanitasi, maka risikonya pun semakin tinggi. Ada beberapa data KK miskin, sehingga sering membingungkan data mana yang akan digunakan. Pemerintah Kabupaten biasanya memiliki data resmi yang berasal dari BPS.
c.
Sambungan air bersih. Berupa sambungan langsung atau hidran umum. Makin banyak anggota masyarakat yang mendapatkan akses air bersih maka pengaruhnya positif, artinya risiko terhadap penyakit makin kecil. Data ini berasal dari PDAM, Dinas PU dan Dinas Kesehatan.
d.
Jumlah jamban. Dihitung berdasarkan jumlah KK yang memiliki jamban, artinya bila ada KK memiliki lebih dari satu jamban maka hanya dihitung satu. Semakin banyak KK yang memiliki jamban maka pengaruhnya positif, berarti risikonya semakin kecil. Data jumlah jamban biasanya diperoleh dari Dinas Kesehatan.
e.
Fasilitas jaringan sewerage atau sistem komunal (Sanimas atau lainnya). Jaringan sewerage atau sistem komunal membawa air limbah (terutama black water) keluar dari area permukiman. Adanya koneksi ke jaringan sewerage atau sistem komunal mengecilkan risiko.
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
I-4
1.3
Maksud dan Tujuan
1.3.1
Maksud Buku Putih Sanitasi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas dan faktual
mengenai kondisi dan profil sanitasi Kabupaten Banjarnegara pada saat ini. Pemetaan kondisi dan profil sanitasi (sanitation mapping) dilakukan untuk menetapkan zona sanitasi prioritas yang penetapannya berdasarkan urutan potensi risiko kesehatan lingkungan (priority setting). Dalam Buku Putih ini, priority setting dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang tersedia, hasil studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment) atau EHRA, dan persepsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Banjarnegara yang menangani secara langsung pembangunan dan pengelolaan sektor sanitasi di Kabupaten Banjarnegara. 1.3.2
Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam proses penyusunan Buku Putih ini antara lain
adalah pembangunan kapasitas (capacity building) Pemerintah Kabupaten Banjarnegara beserta stakeholder lainnya untuk mampu mengidentifikasi, memetakan, menyusun rencana tindak dan menetapkan strategi pengembangan sanitasi Kabupaten. Di samping itu, pembentukan Pokja Sanitasi diharapkan dapat menjadi embrio entitas suatu badan permanen yang akan menangani dan mengelola program pembangunan dan pengembangan sanitasi di tingkat Kabupaten.
1.4
Pendekatan dan Metodologi Pendekatan yang digunakan di dalam penyususnan buku putih ini adalah pendekatan
partisipatif yang melibatkan para pemangku kepentingan secara transparan dan akuntabel. Secara umum metode di dalam penyusunan Buku Putih ini terdiri dari beberapa langkah, yaitu : a.
Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder sektor sanitasi digunakan sebagai dasar untuk membuat pemetaan kondisi sanitasi secara aktual, serta memotret kebutuhan akan layanan sanitasi yang baik, sesuai standar kebutuhan minimal pembangunan sanitasi. Tidak hanya sekedar kompilasi, tetapi juga dilakukan proses seleksi dan verifikasi data. Banyak dokumen kegiatan program yang mampu memberikan informasi mengenai apa yang terjadi dimasa lampau yang erat kaitannya dengan kondisi yang terjadi pada masa kini. Data sekunder diperoleh melalui desk study, antara lain dengan kajian literatur dan pencarian data di internet.
b.
Pendalaman data Sekunder yang telah diperoleh Dari data sekunder yang telah diperoleh, maka dilakukan verifikasi lanjutan, pengecekan silang data-data yang diperoleh dan pendalaman data tersebut dengan melaksanakan: pertemuan secara berkala antar anggota Pokja yang dikoordinasikan oleh Bappeda Kabupaten Banjarnegara selaku Ketua Pokja meninjau tempat-tempat yang dilayani program sanitasi serta sebagian dari daerah pelayanan di kawasan perkotaan dan daerah kumuh (survei dan observasi) diskusi yang bersifat teknis Focus Group Discussion (FGD) dan mendalam juga akan dilakukan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam sanitasi. Diskusi untuk memberikan
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
I-5
gambaran yang lebih jelas terkait kondisi yang ada serta upaya-upaya yang telah, sedang dan akan dilakukan untuk meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat di bidang sanitasi. Pengumpulan Data Primer melalui penelitian lapangan (observasi dan wawancara responden), FGD dan indepth interview. Data primer yang dikumpulkan meliputi : -
Studi Kelembagaan dan Keuangan
-
Penilaian Sanitasi Berbasis Masyarakat (Community-based Sanitation Assessment)
-
Studi Penyedia Layanan Sanitasi (Sanitation Supply Assessment/SSA)
-
Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment/EHRA)
-
Studi Komunikasi dan Pemetaan Media Data-data yang telah diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Deskriptif kualitatif dilakukan dengan menganalisis kondisi dan permasalahan eksisting di bidang sanitasi secara kualitatif untuk dapat mengetahui sebab dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kondisi dan permasalahan di Kabupaten Banjarnegara. Analisis kualitatif dilakukan dengan mengolah data-data yang bersifat kuantitatif baik dari data primer maupun data sekunder untuk mengetahui tingkat pelayanan di bidang sanitasi Kabupaten Banjarnegara. Analisis baik deskriptif kualitatif maupun kuantitatif digunakan untuk merumuskan penyusunan skenario dan strategi dalam menyusun alternatif solusi atau penyelesaian masalah bidang sanitasi dan merencanakan target peningkatan pelayanan sanitasi di Kabupaten Banjarnegara.
1.5
Posisi Buku Putih Buku Putih Sanitasi menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur, situasi, dan
kebutuhan sanitasi Kabupaten Banjarnegara. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011 ini, diposisikan sebagai acuan perencanaan strategis sanitasi tingkat kabupaten. Rencana pembangunan sanitasi Kabupaten Banjarnegara dikembangkan atas dasar permasalahan yang dipaparkan dalam Buku Putih Sanitasi. Setiap tahun data yang ada akan dibuat “Laporan Sanitasi Tahunan” yang merupakan gabungan antara Laporan Tahunan SKPD dan status program/kegiatan sanitasi. Laporan Sanitasi Tahunan menjadi Lampiran Buku Putih Sanitasi 2011 dan setelah 3 tahun, semua informasi tersebut dirangkum dalam Revisi Buku Putih Sanitasi.
1.6
Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam tahap ini sebagian besar berasal dari berbagai Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD), baik berupa data umum maupun data khusus yang menyangkut teknis, keuangan, kebijakan daerah dan kelembagaan, peran serta swasta dalam layanan sanitasi, dan media. Sumber data lainnya adalah LSM atau universitas yang pernah melakukan penelitian di Kabupaten Banjarnegara. Aspek-aspek data yang dikumpulkan sebagai dasar informasi dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten adalah:
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
I-6
1.
Umum dan Teknis: Diberikan daftar kebutuhan data yang perlu dikumpulkan oleh anggota Pokja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara. Data tersebut nantinya terutama dibutuhkan dalam diskusi Manajemen dan Operasi Sistem Sanitasi.
2.
Kebijakan Daerah dan Kelembagaan: Selain diberikan daftar kebutuhan data yang perlu dikumpulkan oleh Pokja Sanitasi Kabupaten, maka akan dilakukan Focus Group Discussion (FGD) bersama anggota Pokja Sanitasi Kabupaten. FGD dimaksudkan untuk membahas aspek tersebut lebih mendalam dan bersama anggota Pokja Sanitasi Kabupaten melakukan analisis terhadap aspek kelembagaan dan peraturan. Ini nantinya harus bisa dibagi ke dalam beberapa fungsi (di antaranya fungsi perencanaan, implementasi – fisik maupun non-fisik, operasi, pengawasan, serta monitoring dan evaluasi). Termasuk juga keterkaitan kerja antar SKPD dalam menjalankan fungsi-fungsi tersebut. Berdasarkan pengalaman, diskusi ini sebaiknya dilakukan dengan dibantu oleh tenaga ahli sebagai nara sumber yang memahami kebijakan daerah dan kelembagaan, serta berpengalaman bekerja di bidang sanitasi. Data ini dibawa pada saat diskusi Manajemen dan Operasi Sistem Sanitasi.
3.
Keuangan: Pokja Sanitasi Kabupaten perlu memilah anggaran yang terkait dengan sanitasi. Penting dipahami, Pokja Sanitasi Kabupaten harus memiliki kesamaan pemahaman dan kesepakatan bagaimana memilah data keuangan yang terkait dengan sanitasi. Selain biaya investasi infrastruktur sanitasi, perlu dicatat juga besarnya biaya operasi dan pemeliharaan dalam beberapa tahun terakhir.
4.
Peran serta swasta dalam layanan sanitasi: Sebagian data diperoleh dari pihak swasta yang memiliki kontrak kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten ataupun informasi lain yang dimiliki oleh SKPD terkait. Pada tahap ini, proses pengumpulan data dilakukan berdasarkan informasi lisan atau tertulis yang dimiliki SKPD atau jika diperlukan dilakukan pencarian data secara langsung di lapangan.
5.
Pemberdayaan masyarakat dan jender: Informasi tentang pemberdayaan masyarakat dalam bidang sanitasi dapat diperoleh melalui institusi lokal. Isu jender sudah menjadi perhatian dalam program-program Pemerintah Kabupaten, hanya saja kaitannya dalam bidang sanitasi serta kedalaman dari isu tersebut masih bisa dipertanyakan lebih jauh. Tetapi informasi mengenai isu jender tersebut umumnya sudah tersedia.
6.
Komunikasi: Informasi yang dibutuhkan berhubungan dengan kegiatan-kegiatan dan jenis media yang digunakan oleh Pemerintah Kabupaten, melalui SKPD atau lembaga lainnya (misalnya PKK), untuk penyebarluasan informasi yang berhubungan dengan sanitasi.
1.7
Peraturan Perundangan
1.7.1
Kebijakan Umum Bidang Sanitasi dan Air Minum Penyusunan Program Strategi Pembangunan Sanitasi di Kabupaten Banjarnegara
didasarkan pada aturan-aturan dan produk hukum yang meliputi Undang-undang, Peraturan Pemerntah, Keputusan Presiden, Peraturan dan Keputusan Menteri, Standar Nasional Indonesia, dan Peraturan Daerah di tingkat Provinsi maupun tingkat Kabupaten. Daftar peraturan-peraturan tersebut adalah sebagai berikut.
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
I-7
a.
Undang-undang
1)
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alami Hayati dan Ekosistemnya;
2)
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman;
3)
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung;
4)
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air;
5)
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah;
6)
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Daerah;
7)
Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan ;
8)
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang;
9)
Undang-undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah ;
10) Undang-undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik; 11) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 12) Undang-undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. b.
Peraturan Pemerintah
1)
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air;
2)
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 Tentang Perlindungan Hutan;
3)
Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai;
4)
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 Tentang Perlindungan Tanaman;
5)
Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 Tentang Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam;
6)
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
7)
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;
8)
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;
9)
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan;
10) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional c.
Keputusan Presiden
1)
Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1989 Tentang Kawasan Industri;
2)
Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
3)
Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1990 Tentang Penggunaan Tanah bagi kawasan Industri
d.
Peraturan dan Keputusan Menteri
1)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 21/PRT/2006 tentang kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP);
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
I-8
2)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 16/PRT/2008 tentang kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP);
3)
Keputusan Menteri Kesehatan No : 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan;
4)
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik;
5)
Keputusan Menteri Kesehatan No : 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat;
6)
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No: 13 tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Hidup (UKP-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL).
e.
Standar Nasional Indonesia
1)
SNI 03-3241-1994 Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah;
2)
SNI 03-3242-1994 Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman;
3)
SNI 19-2454-2002 Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan;
4)
Standar Nasional Indonesia No :03-2406-1991 Spesifikasi sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan;
5)
SNI 02-2406-1991Tata cara perencanaan umum drainase perkotaan;
6)
SNI 03-2453-2002 Tata cara perencanaan teknik sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan;
7)
SNI 19-6466-2000 Tata cara evaluasi lapangan untuk sistem peresapan pembuangan air limbah rumah tangga;
8)
SNI 03-2399-2002 Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum;
9)
SNI 03-2398-2002 Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan Sistem Resapan.;
f.
Peraturan Daerah
1)
Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 27 tahun 2003 tentang Retribusi Persampahan dan Kebersihan;
2)
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banjarnegara (Berita Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2004 Nomor 6 Seri E);
3)
Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Banjarnegara Tahun 2005 – 2025;
4)
Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Banjarnegara Tahun 2006-2011;
5)
Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pendirian Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Kabupaten Banjarnegara;
6)
Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 18 Tahun 2010 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011 (Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 Nomor 18 Seri A);
7)
Peraturan Bupati Banjarnegara Nomor 789 Tahun 2010 tentang Penjabaran Anggaran
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
I-9
Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten Banjarnegara Tahun Anggaran 2011 (Berita Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 Nomor 41 Seri E); 8)
Keputusan Bupati Banjarnegara Nomor : 050/ 296 tahun 2011 tentang Pembentukan Kelompok Kerja (POKJA) Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Banjarnegara.
1.7.2
Kebijakan Daerah dalam Peran Pemangku Kepentingan Secara umum kebijakan umum di bidang sanitasi di Kabupaten Banjarnegara tidak
terlepas dari Kebijakan Daerah (Propinsi) dan Pusat, meskipun dalam batas-batas tertentu belum seluruh kebijakan dapat diterapkan di daerah, oleh karena adanya berbagai kendala. Hal ini tercermin dari komitmen Pemerintah Kabupaten Banjarnegara dalam pembangunan sanitasi di dalam RPIJM Kabupaten Banjarnegara. Sosialisasi program-program terkait sanitasi terutama dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan, bekerjasama dengan SKPD terkait. Sosialisasi dilakukan terutama untuk memperjelas posisi pemerintah sebagai pendukung dan fasilitator, disamping sebagai regulator, kegiatan sanitasi yang dilakukan oleh swasta dan masyarakat. 1.7.3
Penegakan Hukum Penegakan hukum yang dilaksanakan berkaitan dengan masalah sanitasi di Banjarnegara
bertujuan selain untuk membentuk ketertiban di masyarakat, juga sebagai sarana pendidikan dan sosialisasi kepada masyarakat. Tujuan kedua inilah yang lebih dominan di dalam penegakan hukum di dalam permasalahan sanitasi di Kabupaten Banjarnegara, sehingga di dalam penegakan hukum lebih bersifat pencegahan (preventif), salah satu contoh adalah dengan pemasangan tanda larangan untuk membuang sampah sembarangan.
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
I - 10
BAB 2 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANJARNEGARA
2.1
KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12’ – 7⁰31’ Lintang Selatan dan 109⁰29’ –
109⁰45’50” Bujur Timur. Berada pada jalur pegunungan di bagian tengah Provinsi Jawa Tengah sebelah barat yang membujur dari arah barat ke timur. Batas wilayah administrasi Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut : a.
Sebelah Utara
:
Kab. Pekalongan dan Kab. Batang
b.
Sebelah Timur
:
Kab. Wonosobo
c.
Sebelah Selatan
:
Kab. Kebumen
d.
Sebelah Barat
:
Kab. Purbalingga dan Kab. Banyumas
Wilayah Kabupaten Banjarnegara memiliki luas 1.070 Km2. Kabupaten Banjarnegara terbagi dalam 20 kecamatan yang terdiri dari 266 desa dan 12 kelurahan, serta terbagi dalam 953 dusun, 5.150 Rukun Tetangga (RT) dan 1.312 Rukun Warga (RW). Kecamatan hasil pemekaran dari Kecamatan Banjarnegara dan Kalibening yang terealisasi pada tanggal 1 Juni 2004, yaitu Kecamatan Pagedongan dan Kecamatan Pandanarum. Luas wilayah, banyaknya desa/kelurahan, RT dan RW dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.1 Kedudukan Ibukota Kecamatan, Jumlah Desa, Kelurahan dan Dusun Dirinci menurut Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 Banyaknya No. Kecamatan Ibukota Kecamatan Dusun Desa Kelurahan Total 1. Susukan Susukan 15 15 43 2. Purworejo Klampok Klampok 8 8 35 3. Mandiraja Mandiraja Kulon 16 16 50 4. Purwonegoro Purwonegoro 13 13 60 5. Bawang Manktrianom 18 18 61 6. Banjarnegara Kutabanjarnegara 4 9 13 18 7. Pagedongan Pagedongan 9 9 42 8. Sigaluh Gembongan 14 1 15 37 9. Madukara Kutayasa 18 2 20 60 10. Banjarmangu Banjarmangu 17 17 51 11. Wanadadi Wanadadi 11 11 35 12. Rakit Rakit 11 11 52 13. Punggelan Punggelan 17 17 79 14. Karangkobar Leksana 13 13 41 15. Pagentan Pagentan 16 16 58 16. Pejawaran Panusupan 17 17 56 17. Batur Batur 8 8 37 18. Wanayasa Wanayasa 17 17 49 19. Kalibening Kalibening 16 16 57 20. Pandanarum Beji 8 8 32 Jumlah 266 12 278 953 Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 11
Sedangkan luas wilayah Kabupaten Banjarnegara menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut:
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Tabel 2.2 Luas Wilayah Kabupaten Banjarnegara Menurut Kecamatan Tahun 2010 Jumlah Desa/ Luas Prosentase Terhadap Kecamatan Kelurahan (Ha) Luas Kabupaten Susukan 15 5.265,67 4,92 % Purworejo Klampok 8 2.186,67 2,04 % Mandiraja 16 5.261,58 4,92 % Purwonegoro 13 7.386,53 6,90 % Bawang 18 5.520,64 5,16 % Banjarnegara 13 2.624,20 2,45 % Pagedongan 9 8055,24 7,53 % Sigaluh 15 3.955,95 3,70 % Madukara 20 4.820,15 4,51 % Banjarmangu 17 4.635,61 4,33 % Wanadadi 11 2.827,41 2,64 % Rakit 11 3.244,62 3,03 % Punggelan 17 10.284,01 9,61 % Karangkobar 13 3.906,94 3,65 % Pagentan 16 4.618,98 4,32 % Pejawaran 17 5.224,97 4,88 % Batur 8 4.717,10 4,41 % Wanayasa 17 8.201,13 7,67 % Kalibening 16 8.377,56 7,83 % Pandanarum 8 5.856,05 5,47 % Jumlah 278 106.971 100,00 %
Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010
2.2
KONDISI FISIK WILAYAH Kondisi fisik wilayah Kabupaten Banjarnegara dapt diliat dari aspek bentukan alam dan
topografi, kondisi geologi, kondisi hidrologi atau kondisi air tanah dan air permukaan serta kondisi klimatologi. 2.2.1
Bentukan Alam dan Topografi Bila ditinjau dari bentuk tata alam dan penyebaran geografis, maka Kabupaten
Banjarnegara dapat digolongkan dalam tiga wilayah yaitu: a.
Bagian utara, terdiri dari daerah pegunungan Kendeng dengan relief bergelombang dan curam, bagian ini meliputi wilayah Kecamatan Kalibening, Karangkobar, Pagentan, Pejawaran, Batur, Madukara, Banjarmangu dan Punggelan;
b.
Bagian tengah, terdiri wilayah dengan relief yang datar merupakan lembah sungai Serayu yang subur mencakup sebagian wilayah Kecamatan Banjarnegara, Madukara, Bawang, Purwonegoro, Mandiraja, Purworejo Klampok, Susukan, Rakit, Wanadadi dan Banjarmangu;
c.
Bagian selatan, terdiri dari wilayah dengan relief yang curam merupakan bagian dari pegunungan Serayu meliputi Kecamatan Banjarnegara, Bawang, Purwonegoro, Mandiraja Purworejo Klampok dan Susukan.
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 12
Peta 2.1, Peta Adminitrasi Kabupaten Banjarnegara
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
Kabupaten Banjarnegara mempunyai ketinggian yang bervariasi, meskipun kebanyakan berada pada ketinggian 100 m dpl karena letaknya yang berada pada jalur pegunungan; yang sebagian besar berada pada ketinggian 100–500 mdpl (37,04%); 500–1.000 mdpl (28,74%); dan >1.000 mdpl (24,4%); sedangkan wilayah dengan ketinggian kurang dari 100 mdpl hanya seluas 9,82% saja. Adapun ketinggian topografi setiap daerah di Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut : 1.
Kurang dari 100 mdpl meliputi luas 9,82 % dari luas wilayah Kabupaten yang meliputi Kecamatan Susukan, Purworejo Klampok, Mandiraja, Purwonegoro dan Bawang.
2.
Antara 100-500 mdpl, meliputi luas 37,04 % luas wilayah Kabupaten Banjarnegara yang meliputi Kecamatan Susukan, Mandiraja, Purwonegoro, Bawang, Banjarmangu, Banjarnegara, Wanadadi, Rakit, Punggelan dan Madukara.
3.
Antara 500-1.000 mdpl, meliputi luas 28,74 % dari luas wilayah Kabupaten Banjarnegara, yang meliputi Kecamatan Banjarmangu, Sigaluh dan sebagian Banjarnegara.
4.
Lebih dari 1.000 mdpl, meliputi luas 24,4 % dari luas wilayah Kabupaten Banjarnegara, yang meliputi Kecamatan Karangkobar, Wanayasa, Kalibening, Pagentan, Pejawaran dan Batur. Ditinjau dari segi kemiringan, dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kemiringan, yaitu:
a.
Antara 0 – 15 % meliputi luas 24,61% dari luas wilayah Kabupaten banjarnegara yang meliputi Kecamatan Susukan, Purworejo Klampok, Mandiraja, Purwanegara, Pagedongan, Bawang dan Rakit.
b.
Diatas 15 – 40 %, meliputi luas 45,04 % dari luas wilayah kabupaten Banjarnegara yang meliputi Kecamatan Madukara, Banjarmangu, Wanadadi, Punggelan, Karangkobar, Pagentan, Wanayasa dan Kalibening.
c.
Lebih dari 40 % meliputi luas 30,35 % dari luas wilayah Kabupaten Banjarnegara meliputi Kecamatan Susukan, Banjarnegara, Sigaluh, Banjarmangu, Pejawaran dan Batur. Berikut merupakan tabel ketinggian wilayah Kabupaten Banjarnegara. Tabel 2.3 Ketinggian Wilayah Kabupaten Banjarnegara
No.
Ketinggian
1.
< 100 mdpl
2.
100-500 mdpl
Kecamatan
Susukan Purworejo Klampok Mandiraja Purwonegoro Susukan Mandiraja Purwonegoro Bawang Banjarmangu Banjarnegara Wanadadi Rakit
Keterangan luas 9,82 % dari luas wilayah Kabupaten Banjarnegara
luas 37,04 % Banjarnegara
luas
wilayah Kabupaten
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 14
No.
Ketinggian
3.
500-1.000 mdpl
4.
> 1.000 mdpl
Kecamatan
Punggelan Madukara Banjarmangu Sigaluh Banjarnegara Pagedongan Karangkobar Wanayasa Wanayasa Kalibening Pagentan Pandanarum Pejawaran Batur
Keterangan
luas 28,74 % dari luas wilayah Kabupaten Banjarnegara
luas 24,4 % dari luas wilayah Kabupaten Banjarnegara
Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010
Apabila ditinjau dari kemiringan lahan, wilayah Kabupaten Banjarnegara memiliki tiga jenis tingkat kemiringan. Berikut merupakan tingkat kemiringan di Banjarnegara. Tabel 2.4 Kelerengan Wilayah Kabupaten Banjarnegara
No.
Kelerengan
1.
Antara 0 – 15 %
2.
Diatas 15 – 40 %
3.
Lebih dari 40 %
Kecamatan
Susukan Purworejo Klampok Mandiraja Purwanegara Pagedongan Bawang Rakit Madukara Banjarmangu Wanadadi Punggelan Karangkobar Pagentan Wanayasa Kalibening Susukan Banjarnegara Sigaluh Banjarmangu Pejawaran Batur
Keterangan
luas 24,61% dari luas wilayah Kabupaten banjarnegara
meliputi luas 45,04 % dari luas wilayah kabupaten Banjarnegara
luas 30,35 % dari luas wilayah Kabupaten Banjarnegara
Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 15
Peta 2.2, Peta Kelerengan
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
2.2.2
Kondisi Geologi Kabupaten Banjarnegara memiliki kondisi geologi meliputi: jenis tanah, struktur geologi
dan gerakan tanah yang sangat berpengaruh dalam kondisi lingkungan fisik di Kabupaten Banjarnegara. 2.2.2.1
Jenis Tanah Jenis tanah yang cenderung berbeda pada sebagian besar wilayah di Kabupaten
Banjarnegara memerlukan penanganan yang berbeda. Jenis tanah yang ada di kabupaten Banjarnegara adalah: a.
Tanah aluvial : dengan asosiasinya, berwarna kelabu coklat dan hitam, sifatnya bera neka ragam. Produktivitas tanah rendah hingga tinggi sesuai untuk pertanian. terdapat pada Kecamatan Batur, Kalibening, Rakit, Punggelan, Susukan, Purworejo Klampok, dan Wanadadi.
b.
Tanah latosol : berarsosiasi dengan andosol, sifatnya agak asam hingga netral, warnanya beraneka ragam yaitu kelabu, coklat, hitam coklat kemerah-merahan. Tingkat kesuburan tanah sedang sampai tinggi. Sesuai untuk usaha pertanian, kebun campuran, pertanian sayur-sayuran dan hutan. Terdapat pada Kecamatan Susukan, Purworejo Klampok, Purwonegoro, Wanadadi, Rakit, Bawang, Sigaluh, Madukara, Banjarnegara, Wanayasa, Pejawaran, Kalibening, Karangkobar, Banjarmangu, Pagedongan, Mandiraja, Punggelan, Pandanarum ,dan Pegentan
c.
Tanah andosol : dengan asosiasi berwarna coklat, coklat kekuning-kuningan, bersifat netral sampai asam. Produktivitas tanah sedang hingga tinggi, cocok untuk tegalan, kebun campuran dan hutan. Terdapat di Kecamatan Wanayasa, Pejawaran, Pegentan, dan Batur.
d.
Tanah grumosol : asosiasinya dengan tanah mediteran, sifatnya agak netral, warna kelabu hingga hitam, merah kekuning-kuningan, merah hingga coklat. Produktivitasnya rendah sampai sedang, cocok dipergunakan untuk
usaha-usaha persawahan dan tegalan.
terdapat di Kecamatan Kalibening, Karangkobar, Pagentan, Wanadadi, Wanayasa, Madukara, dan Banjarmangu e.
Tanah podsolik merah kuning : tanah bertekstur liat, struktur blok di lapisan bawah, konsistensi teguh, bersifat asam dengan pH kurang dari 5,5. Terbentuk pada daerah dengan curah hujan antara 2500 sampai 3000 mm tiap tahun serta biasanya berada pada ketinggian di atas 25 meter di atas permukaan laut. Terdapat di sekitar tegalan pada Kecamatan Pandarum, Kalibening, dan Punggelan.
f.
Tanah litosol : tanah yang beraneka sifat dan warnanya. Jenis tanah ini kurang baik untuk pertanian, terdapat di Kecamatan Banjarmangu. Berikut merupakan tabel jenis tanah dan pesebarannya di Kabupaten Banjarnegara.
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 17
Tabel 2.5 Jenis Tanah Di Kabupaten Banjarnegara No.
Jenis Tanah
1.
2.
Aluvial kelabu coklat dan hitam
Batur, Kalibening, Rakit, Punggelan, Susukan, Purworejo Klampok, dan Wanadadi
Latosol kelabu, coklat, hitam coklat kemerah-merahan
Susukan, Purworejo Klampok, Purwonegoro, Wanadadi, Rakit, Bawang, Sigaluh, Madukara, Banjarnegara, Wanayasa, Pejawaran, Kalibening, Karangkobar, Banjarmangu, Pagedongan, Mandiraja, Punggelan, Pandanarum ,dan Pegentan
Andosol coklat, coklat kekuning-kuningan Grumosol kelabu hingga hitam, merah kekuningkuningan, merah hingga coklat Podsolik Merah Kuning litosol
3.
4. 5. 6.
Persebaran
Wanayasa, Pejawaran, Pagentan, dan Batur. Kalibening, Karangkobar, Pagentan, Wanadadi, Wanayasa, Madukara, dan Banjarmangu Pandanarum, Kalibening, dan Punggelan Banjarmangu
Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010
2.2.2.2
Struktur Patahan Berdasarkan peta geologi Kabupaten Banjarnegara dapat dijelaskan mengenai kondisi
geologi sebagai berikut : 1.
Pembagian Formasi Endapan Berdasarkan hasil survey nasional tentang geologi regional, Kabupaten Banjarnegara termasuk wilayah jalur fisiografi pegunungan Serayu Selatan. Adapun Stratigrafi Daerah terdiri dari batuan yang tertua yaitu batuan molion (metamorf) yang terdiri dari : Sekis Kristalin, Sabak, Serpil Hitam, Filit, Kwarsit dan batuan batu Gamping.
2.
Formasi Batuan Formasi batuan di Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut: Batuan Grewake dan Lempung Hitam tersingkap di daerah Kalitengah sampai Merden Batuan Metasedimen tersingkap di daerah Kalitengah hingga daerah Kebutuhan Duwur Batuan Filit dan Sekis singkapannya banyak ditemukan di lereng selatan pegunungan Serayu Selatan.
2.2.2.3
Gerakan Tanah Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu wilayah di Provinsi Jawa Tengah yang
rawan terhadap terjadinya gerakan tanah. Tingkat kerawanan tinggi gerakan tanah terjadi pada wilayah dengan kondisi topografi perbukitan dan pegunungan baik di wilayah bagian utara maupun wilayah bagian selatan Kabupaten Banjarnegara. Sedangkan wilayah bagian tengah Kabupaten Banjarnegara yang relatif lebih datar memiliki tingkat kerawanan rendah sampai sedang.
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 18
Peta 2.3, Peta Jenis Tanah
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
Peta 2.4, Peta Struktur Geologi
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
Peta 2.5, Peta Rawan Gerakan Tanah
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
2.2.3
Kondisi Hidrogeologi Sumberdaya air memiliki komponen berupa air tanah dan air permukaan. Sungai yang
menjadi sumber air permukaan utama adalah Sungai Serayu, Pekacangan, Gintung, Merawu dan Sungai Tulis dengan anak-anak sungainya. Sifat sungai tersebut umumnya adalah prenial (mengalir sepanjang tahun) dan merupakan bagian DAS (Daerah Aliran Sungai) Serayu. Berikut merupakan jumlah mata air dan sungai yang mengalir di daerah resapan Kabupaten Banjarnegara: Tabel 2.6 Jumlah Mata Air dan Sungai yang Mengalir di Daerah Resapan Kabupaten Banjarnegara No.
Kecamatan
Mata Air
1.
Rakit
42
2.
Punggelan.
6
3.
Wanadadi
4
4.
Banjarmangu
9
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Madukara Pagentan Pejawaran Batur Wanayasa Karangkobar Kalibening
20 9 13 -
Nama Sungai Serayu, Pekacangan Pekacangan Kedawun, Pandanaran, Wujil, Cacaban, Gintung Serayu, Pekacangan Serayu, Merawu, Kandangwangi, Lumajang, Pekacangan Serayu, Merawu, Langkrang, Bangbang Merawu, Bojong, Jawar Bojong, Penaraban, Putih, Dalak Anget, Panaraban, Putih, Dalak Panaraban, Gondang, Sibebek, Merawu, Sigembol Urang, Pandanarum, Jrampang, Ragajaya Gintung, tarsana, Bangbang Duwur, Brukah
Sumber : Laporan Rencana Identifikasi Lokasi DPP-KTP2D Kab. Banjarnegara, 2007
Mata air di Kabupaten Banjarnegara umumnya terdapat di daerah bawah (selatan), mata air terbanyak di Kecamatan Rakit (42 mata air), sedangkan daerah perbukitan terdapat di Kecamatan Pejawaran, Pagentan dan sebagian Banjarmangu. Air tanah merupakan potensi yag sangat penting selain air permukaan. Air tanah merupakan air yang menempati rongga-rongga dalam antar butir dalam batuan. Air tanah sangat terkait dengan lingkungan geologis suatu wilayah, sehingga dikenal dengan kondisi hidrogeologi. Tabel 2.7 Karakteristik hidrogeologi Kabupaten Banjarnegara Litologi Utama
ENDAPAN ALLUVIAL
Satuan Hidrogeologi
Karakteristik Hidrogeologi
Endapan Aluvial Holosen (Lempung, debu, kerakal dan pasir. Tersusun oleh endapan Sungai Serayu, endapan aluvial tengah bagian utara basin Serayu. Cakupan wilayah : Pungelan dan Wanadadi Endapan Teras Pleistosen (Batu pasir tufaan, tuff, konglomerat
Akuifer luas dengan trasmisibilitas sedang hingga agak tinggi, maka featik dan peizometrik dekat permukaan, ketebalan akuifer mencapai 150 meter, konduktivitas akuifer mencapai 150 meter, konduktivitas hidroulik mencapai 8 – 18 m/hari, debit sumur rerata 10-30 lt/detik, dan specific yield 3-28% Akuifer luas dengan trasmisibilitas sedang, distribusi pelapisan air tidak teratur, muka featik
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 22
Litologi Utama
KOMPLEKS VULKANIK KUARTER
BATUAN DASAR PREKUARTER
Satuan Hidrogeologi
Karakteristik Hidrogeologi
dan breksi tuffan, endapan akibat pelapukan cukup dalam). Cakupan Wilayah : Rakit, Wanadadi, Banjarmangu dan Madukara
dan peizometrik dekat permukaan, ketebalan akuifer mencapai 80 m, konduktivitas hidroulik mencapai 5-15m/hr, debit sumur rerata 1020lt/detik, dan specific yield 21%
Lereng Bawah Vulkan Kuarter (Breksi vulkan kasar tak termampatkan, lahar dingin dan aliran debris, tuff pasiran dan aliran lava). Cakupan wilayah: Kalibening, Madukara, Pejawaran
Akuifer luas dan produktif dengan transmisibilitas sedang hingga tinggi, muka freatik dan piezometrik dekat permukaan atau di atas permukaan (air tanah artetis), ketebalan akuifer mencapai 200 m, konduktivitas hidroulik mencapai 10-40 m/hari, debit sumur arttis (rerata) dan specific yield 23-28%.
Lereng Tengah Vulkan Kuarter (lahar aglomemerat dominan, Breksi vluvio vulkan dan tuff kasar, pada zona rendah (900 – 1.200 m), aliran lava dan piroklastik dominan pada zona tinggi (1.200 – 1.500 m). Cakupan wilayah: Batur, Wanayasa dan Karangkobar.
Akuifer luas dan produktif dengan transmisibilitas tinggi pada beberapa satuan yang lebih rendah, muka freatik permukaan, sebagian sebagai daerah tangkapan, ketebalan bantuan bantuan permeabel paling sedikit 300 m, permeabilitas 20-50lt/detik, dan specific yield 23-28%.
Lereng Atas Vulkan Kuarter (Aliran lava – andesit porus, aliran breksi dan breksi piroklastik). Cakupan wilayah: Batur dan Pejawaran
Akifer melayang secara lokal dengan kedalaman dangkal, muka air tanah umumnya sangat dalam dan tidak teratur, daerah tangkapan dan transmisibilitas sangat tinggi, debit sumur < 10lt/detik, serta dan specific yield sangat kecil
Batuan Vulkanik Prekuarter (Andesit Aglomerat, endapan lahar dan aliran lava (ava bantal), batu pasir tuffan halus, batunapal dan marl) Cakupan Wilayah: Kalibening
Akuifer lokal dan kecil dengan trasmisibilitas rendah pada ,kedalaman dangkal di dalam batuan hasil rombakan dan termampatkan, permeabilitas < 5m/hari, pada beberapa tempat terdapat akuifer dangkal setempat dalam endapan abu kuarter, Debit sumur <5 lt/detik dan specific yield berkisar 21 - 27 %
Batuan Marine Pre-Kuarter (batupasir halus – kasar, batusabak, batu lempung dan marl, konglomerat dan breksi – andesit). Cakupan wilayah : Pagentan, Wanayasa, Karangkobar dan Punggelan
Akuifer bersifat lokal dan dangkal, transmisibilitas sangat rendah (hanya pada zona pelapukan intensif dan pada batuan berpasir dengan retakan-retakan)
Batuan Marine Eosien dan Miosen (Batuanlempung marl dan marl dengan dasar tuff halus – sedang dan lapisan tipis batulumpur serta konglomerat) Cakupan wilayah: Kalibening
Akuifer tidak produktif (dangkal maupun kedalaman yang lebih luas). specific yield dan debit sumur sangat kecil
Sumber : Hydrogeological Map of the Serayu River Basin, 1987 dalam Laporan Rencana Identifikasi Lokasi DPP-KTP2D Kab. Banjarnegara, 2008
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 23
Peta 2.6, Peta Daerah Aliran Air
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
Peta 2.7, Peta Daerah Aliran Sungai (DAS)
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
Peta 2.8, Peta Hidrogeologi
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
Berdasarkan kondisi hidrogeologi tersebut, wilayah pada bagian Selatan yaitu Wanadadi, Punggelan, Rakit, Banjarmangu dan Madukara memiliki potensi air tanah dan akuifer potensial. Dengan karakteristik air tanah akuifer luas dengan transmisibilitas sedang hingga tinggi. Tabel 2.8 Potensi Air Tanah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 Cekungan Air Tanah No
Nama
Wilayah Administrasi (Kabupaten)
Luas (Km²)
33
Purwokerto Purbalingga
1.318
Banyumas Purbalingga Banjarnegara
40
Karangkobar
316
Banjarnegara
42
Wonosobo
666
Wonosobo Banjarnegara
Litologi Akuifer Utama Endapan sungai: pasir dan kerakal: Batuan gunung api G. Slamet tak teruraikan: Breksi gunung api, lava, lapilli dan tuf; Lava G. Slamet: lava andesit berongga: Endapan lahar G. Slamet: lahar mengandung bongkah batuan beku. Bartuan gunung api Jembangan: lava, breksi dan lahar. Batuan gunung api G.Sindoro-G.Sumbing: lava, breksi piroklastik dan lahar; Batuan gunung api Jembangan: rombakan gunung api, lava, breksi piroklastik dan lahar.
Peringkat Penyelidikan
Jumlah Air Tanah (juta m³/tahun) Bebas Ter-tekan (Q1) (Q2)
Diketahui
503
10
Diketahui
153
4
Diketahui
210
8
Sumber : Kepmen ESDM No.716 K/40/MEM/2003 tentang Batas Horizontal Cekungan Air Tanah Di Pulau Jawa dan Pulau Madura.
Mata air Kabupaten Banjarnegara apabila dilihat dari segi hidrologi memiliki potensi yang cukup besar untuk dimanfaatkan sebagai kebutuhan rumah tangga, irigasi, industri dan lainnya. Yang bersumber dari Sungai Serayu, Pekacangan, Tulis, Merawu, Sapi dan sungai kecil lainnya. Selain itu Banjarnegara juga memiliki beberapa telaga seperti Telaga Balaikambang, Telaga Sewiwi, dan Telaga Merdada. Sedangkan waduk buatan yang dimiliki yaitu PLTA Panglima Besar Sudirman dan PLTA Tulis yang dikembangkan sebagai pembangkit tenaga listrik, irigasi, perikanan dan objek wisata. 2.2.4
Kondisi Klimatologi Kondisi klimatologi Kabupaten Banjarnegara seperti halnya kebanyakan wilayah di
Indonesia yang beriklim tropis, dengan bulan basah umumnya lebih banyak daripada bulan kering. Temperatur udara berkisar antara 20–26ºC, temperatur terdingin yaitu 3–18ºC dengan temperatur terdingin tercatat pada musim kemarau di Dataran Tinggi Dieng. Kelembaban udara berkisar antara 80%–85 % dengan curah hujan tertinggi rata-rata 3.000 mm/tahun.
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 27
Peta 2.9, Peta Produktifitas Air Tanah
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
Semakin tinggi tempat itu dari permukaan air laut, maka curah hujan dan frekuwensi hujannya semakin tinggi. Pada umumnya bulan basah terjadi antara bulan September–Maret, sedangkan bulan kering berkisar antara April–Agustus. Puncak musim hujan berada pada bulan Desember–Januari. Kabupaten Banjarnegara bagian Utara merupakan wilayah yang memiliki curah hujan yang paling tinggi dibandingkan dengan wilayah tengah maupun selatan. Tabel 2.9 Banyaknya Hari Hujan Dan Curah Hujan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 (mm – hari)
4
58
Mandiraja
5
58B
Purwonegoro
6
60D
Bawang
7
62
Banjarnegara
8
62C
Sigaluh
9
62D
Madukara
10
62C
Banjarmangu
11
60
Wanadadi
12
58A
Rakit
13
60C
Punggelan
14
64
Karangkobar
15
67
Pagentan
16
65
Pejawaran
17
65
Batur
18
63
Wanayasa
19
59
Kalibening
Des.
Purworejo Klampok
Nov.
57
Okt.
3
Sep.
Purworejo Klampok
Agt.
36B
Jul.
2
Jun.
Susukan
Mei
51B
Apr.
1
Mrt.
Lokasi Stasiun Pengamat
Feb.
Stasiun
Jan.
No
hari mm hari
26 527 -
22 312 -
23 400 -
22 277 -
19 287 -
10 219 -
19 318 -
10 425 -
24 658 -
26 583 -
21 505 -
17 491 -
mm
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
hari mm hari mm hari mm hari mm hari mm hari mm hari mm hari mm hari mm hari mm hari mm hari mm hari mm hari mm hari mm hari mm hari mm
27 530 23 626 26 425 26 538 29 471 25 677 30 510 31 509 -
17 414 22 714 20 522 24 700 25 469 21 704 27 878 28 461 -
18 365 19 499 21 543 24 880 25 703 24 649 26 507 31 550 -
16 315 16 227 20 209 23 489 20 291 19 411 26 645 29 364 -
20 347 20 538 21 468 19 695 25 568 19 539 24 562 29 470 -
8 355 3 241 9 429 12 287 16 285 16 296 12 327 16 179 -
14 221 14 213 19 299 16 295 20 154 19 434 18 350 14 161 -
8 185 3 156 9 152 12 173 16 257 16 194 12 169 16 199 -
17 596 20 700 22 579 24 624 27 173 20 530 26 652 29 366 -
20 447 23 609 25 573 23 501 23 395 17 501 26 540 25 481 -
20 425 14 259 20 453 26 578 26 695 19 653 28 570 28 445 -
20 470 22 493 22 392 23 648 23 524 22 529 23 501 28 545 -
Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 29
Peta 2.10, Peta Curah Hujan
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
2.3
KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA Dalam merencanakan suatu daerah tidak dapat terlepas dari masalah kependudukan yang
ada di suatu wilayah. Kondisi kependudukan suatu wilayah yang perlu diperhatikan meliputi jumlah dan perkembangan penduduk; kepadatan penduduk; struktur perkembangan penduduk, serta mata pencaharian pendduduk. Adapun karakteristik kependudukan yang ada di Kabupaten Banjarnegara lebih lanjut akan dibahas berikut ini. 2.3.1
Jumlah dan Perkembangan Penduduk Jumlah Penduduk Kabupaten Banjarnegara dari tahun ke tahun mengalami peningkatan,
hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk sebesar 903.059 jiwa pada tahun 2006 menjadi sebesar 932.688 jiwa pada tahun 2010. Secara umum pertambahan penduduk di Kabupaten Banjarnegara tidak mengalami peningkatan yang pesat. Dalam 5 tahun terakhir rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk Kabupaten Banjarnegara adalah sebesar 0,78%. Peningkatan jumlah penduduk juga terjadi pada tiap-tiap kecamatan yang ada di Kabupaten Banjarnegara. Diperinci tiap kecamatan, jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Punggelan yaitu sebesar 70.278 jiwa pada tahun 2006 dan 72.468 jiwa pada tahun 2010. Sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Pandanarum yaitu sebesar 21.777 jiwa pada tahun 2006 dan 22.157 jiwa pada tahun 2010. Berdasarkan angka pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun di Kabupaten Banjarnegara dapat diketahui bahwa pertumbuhan penduduk terbesar adalah pada tahun 2008/2009 yaitu sebesar 0,88% dan pertumbuhan terkecil adalah pada tahun 2005/2006 yaitu 0,67%. Jika dirinci tiap kecamatan dalam 5 tahun terakhir, maka dapat diketahui bahwa rata-rata angka pertumbuhan penduduk tertinggi adalah berada di Kecamatan Sigaluh yaitu sebesar 1,63% dan pertumbuhan penduduk terendah adalah berada di Kecamatan Pagentan sebesar 0,25%. Untuk lebih lengkapnya jumlah dan pertumbuhan penduduk Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 2.10 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2006 – 2010
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Kecamatan Susukan Purworejo Klampok Mandiraja Purwonegoro Bawang Banjarnegara Pagedongan Sigaluh Madukara Banjarmangu Wanadadi Rakit
2006 60.211 46.646 66.581 69.871 53.003 60.175 34.952 28.739 40.799 39.988 29.457 49.176
2007 61.021 47.026 66.729 70.603 53.426 60.267 35.268 29.273 41.024 40.380 29.644 49.654
2008 61.522 47.465 66.829 71.114 53.613 60.505 35.718 29.886 41.449 40.597 29.821 50.224
2009 61.944 47.937 67.087 71.927 53.957 60.637 36.292 30.247 41.819 41.011 29.897 50.770
2010 62.603 48.317 67.303 72.396 54.279 60.946 36.809 30.657 42.077 41.261 29.931 51.387
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 31
No. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Kecamatan Punggelan Karangkobar Pagentan Pejawaran Batur Wanayasa Kalibening Pandanarum Jumlah
2006
2007
2008
2009
2010
70.278 28.009 37.033 41.366 37.855 43.330 43.813 21.777 903.059
70.878 28.151 37.157 41.829 38.119 43.891 44.327 21.846 910.513
71.507 28.261 37.290 42.167 38.487 44.345 44.898 21.932 917,630
72.029 28.484 37.382 42.641 38.861 45.418 45.365 21.956 925.661
72.468 28.788 37.408 43.080 39.094 46.135 45.592 22.157 932.688
Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010
Tabel 2.11 Angka Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Banjarnegara Diperinci Tiap Kecamatan Tahun 2005/2006–2009/2010 (dalam persen)
No. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20,
Kecamatan Susukan Purworejo Klampok Mandiraja Purwonegoro Bawang Banjarnegara Pagedongan Sigaluh Madukara Banjarmangu Wanadadi Rakit Punggelan Karangkobar Pagentan Pejawaran Batur Wanayasa Kalibening Pandanarum Jumlah
2005/ 2006
2006/ 2007
2007/ 2008
2008/ 2009
2009/ 2010
Rata-rata Pertumbuhan
0,75 0,85 0,32 0,61 0,16 0,29 0,19 1,35 0,98 0,63 0,64 0,38 0,60 0,88 0,81 0,88 0,92 0,97 1,32 0,68 0,67
1,35 0,81 0,22 1,05 0,80 0,15 0,90 1,86 0,55 0,98 0,63 0,97 0,85 0,51 0,33 1,12 0,70 1,29 1,17 0,32 0,83
0,82 0,93 0,15 0,72 0,35 0,39 1,28 2,09 1,04 0,54 0,60 1,15 0,89 0,39 0,36 0,81 0,97 1,03 1,29 0,39 0,78
0,69 0,99 0,39 1,14 0,64 0,22 1,61 1,21 0,89 1,02 0,25 1,09 0,73 0,79 0,25 1,12 0,97 2,42 1,04 0,11 0,88
1,06 0,79 0,32 0,65 0,60 0,51 1,42 1,36 0,62 0,61 0,11 1,22 0,61 1,07 0,07 1,03 0,60 1,58 0,50 0,92 0,76
0,98 0,88 0,27 0,89 0,60 0,32 1,30 1,63 0,77 0,79 0,40 1,11 0,77 0,69 0,25 1,02 0,81 1,58 1,00 0,43 0,78
Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010
Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Banjarnegara dapat dipengaruhi oleh kondisi tingkat kelahiran, kematian dan migrasi dari penduduknya. Pertumbuhan penduduk yang dipengaruhi oleh tingkat kelahiran dan kematian saja disebut pertumbuhan alami dan pertumbuhan penduduk yang dipengaruhi oleh tingkat kelahiran, kematian dan migrasi disebut pertumbuhan non alami.
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 32
Secara umum jumlah kelahiran dan kematian di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2010 yaitu jumlah kelahiran sebesar 6.309 jiwa dan jumlah kematian sebesar 2.315 jiwa, sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah kelahiran di Kabupaten Banjarnegara jauh lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah kematian. Apabila diperinci tiap kecamatan, pada tahun tersebut 2010 jumlah kelahiran tertinggi terdapat di Kecamatan Madukara yaitu sebesar 533 jiwa sedangkan untuk jumlah kelahiran terendah terdapat di Kecamatan Pagentan sebesar 51 jiwa. Pada tahun yang sama, jumlah kematian tertinggi di Kecamatan Madukara sebesar 380 jiwa, sedangkan jumlah kematian terendah di Kecamatan Pagentan sebesar 18 jiwa. Migrasi di Kabupaten Banjarnegara pada Tahun 2010, penduduk yang datang berjumlah 1.888 jiwa dan penduduk yang pindah berjumlah 2.139 jiwa. Diperinci tiap kecamatan, migrasi datang tertinggi terdapat di Kecamatan Madukara yaitu sebesar 408 jiwa dan terkecil di Kecamatan Pagentan yaitu sebesar 4 jiwa, sedangkan migrasi pindah yang terbesar di Kecamatan Madukara yaitu sebesar 404 jiwa dan terkecil di Kecamatan Wanayasa yaitu sebesar 5 jiwa, Untuk melihat kondisi kematian, kelahiran, migrasi datang, dan migrasi pergi secara lengkap dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:
1, 2, 3, 4, 5,
Tabel 2.12 Banyaknya Kelahiran dan Kematian Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 Penduduk Jumlah Jumlah Kecamatan Datang Tengah Tahun Kelahiran Kematian Susukan 62.278 473 161 19 Purworejo Klampok 48.149 415 170 195 Mandiraja 67.200 326 194 95 Purwonegoro 72.161 481 197 142 Bawang 54.137 338 169 165
6,
Banjarnegara
60.671
345
127
169
112
7,
Pagedongan
36.556
292
22
25
42
8,
Sigaluh
30.440
289
72
104
104
No,
Pergi 6 272 124 191 192
9,
Madukara
41.920
533
380
408
404
10, 11, 12,
Banjarmangu Wanadadi Rakit
41.108 29.867 51.091
233 203 355
54 45 75
33 79 41
59 173 25
13,
Punggelan
42.266
474
180
108
200
14,
Karangkobar
28.615
166
53
140
80
15,
Pagentan
37.388
51
18
4
17
16,
Pejawaran
42.879
362
144
19
36
17,
Batur
38.985
172
60
30
33
18,
Wanayasa
45.702
447
53
44
5
19,
Kalibening
45.491
195
81
29
42
20,
Pandanarum
22.041
159
60
39
22
928.945
6.309
2.315
1.888
2.139
Jumlah
Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 33
2.3.2
Kepadatan Penduduk Jumlah rumah tangga tahun 2010 di Kabupaten Banjarnegara adalah 245.242 KK dengan
rata-rata per KK adalah 4 jiwa, sedangka angka kepadatan penduduk sebesar 872 jiwa/Km 2. jumlah rumah tangga terbesar adalah di Kecamatan Purwonegoro yaitu 21.314 keluarga, jumlah rumah tangga terkecil adalah di Kecamatan Pandanarum yaitu sebesar 6.411 keluarga. Kemudian jika dilihat berdasarkan jumlah kepadatan penduduknya maka, angka kepadatan penduduk tertinggi adalah di Kecamatan Banjarnegara yaitu sebesar 2.323 jiwa/Km2, dan angka kepadatan penduduk terendah adalah di Kecamatan Pandanarum yaitu sebesar 378 jiwa/Km 2. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah rumah tangga dan angka kepadatan penduduk di Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2.13 Banyaknya Desa/Kelurahan, Luas, Penduduk, Rumah Tangga dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010
No 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20,
Kecamatan Susukan Purworejo Klampok Mandiraja Purwonegoro Bawang Banjarnegara Pagedongan Sigaluh Madukara Banjarmangu Wanadadi Rakit Punggelan Karangkobar Pagentan Pejawaran Batur Wanayasa Kalibening Pandanarum Jumlah
Jmlh Desa/ Kelurahan 15 8 16 13 18 13 9 15 20 17 11 11 17 13 16 17 8 17 16 8 278
Luas (Km2) 52,66 21,87 52,61 73,86, 55,25 26,24 80,51 39,56 48,20 46,36 28,27 32,45 102,84 39,67 46,19 52,25 47,17 82,01 83,78 58,56 1.069,71
Jmlh Penduduk (Jiwa) 62.603 48.317 67.303 72.396 54.279 60.946 36.809 30.657 42.077 41.261 29.931 51.361 72.468 28.788 37.408 43.080 39.094 46.135 45.592 22.157 932.688
Jmlh Kepadatan Rmh Tangga (Jiwa/Km2) (KK) 15.875 1.189 11.570 2.209 16.853 1.279 21.314 980 15.066 982 14.542 2.323 8.889 457 8.313 775 10.310 873 12.251 890 8.561 1.059 14.766 1.583 18.272 705 7.553 726 10.015 810 10.726 824 9.729 829 12.872 563 11.354 544 6.411 378 245.242 872
Rata-rata (Jiwa/KK) 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4
Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 20
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 34
Peta 2.11, Peta Sebara Penduduk
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
2.3.3
Struktur Penduduk Struktur penduduk di Kabupaten Banjarnegara ditinjau menurut umur, mata pencaharian
dan tingkat pendidikan penduduk. 2.3.3.1 Struktur Penduduk Menurut Umur Struktur penduduk menurut umur dan jenis kelamin pada Kabupaten Banjarnegara dapat menggambarkan usia produktif, usia anak-anak dan usia tidak produktif. Usia anak-anak meliputi usia di bawah 15 tahun sedangkan usia produktif antara 15 sampai dengan 59 tahun, sedangkan usia tidak produktif pada usia di atas 60 tahun, Dilihat dari kondisi tersebut maka Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2010 memiliki struktur umur dominan pada usia produktif, disusul usia sekolah dan usia belum dan tidak produktif, Kondisi penduduk menurut struktur umur ini dapat dilihat pada Tabel dibawah ini : Tabel 2.14 Penduduk Menurut Kelompok umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 No,
Kelompok Umur
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
0-4
40.602
38.662
79.264
2
5-9
46.583
46.767
93.350
3
10 - 14
48.876
43.811
92.687
4
15 - 19
42.511
38.250
80.761
5
20 - 24
34.427
33.979
68.406
6
25 - 29
32.522
35.530
68.052
7
30 - 34
32.231
37.330
59.561
8
35 - 39
36.529
39.030
75.559
9
40 - 44
34.818
35.345
70.163
10
45 - 49
28.754
29.198
57.952
11
50 - 54
25.634
23.830
49.464
12
55 - 59
17.929
16.769
34.698
13
60+
44.994
47.777
92.771
Jumlah
466.410
466.278
932.688
Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010
Tabel 2.15 Penduduk Menurut Kelompok Usia Dewasa/Anak-anak dan Jenis Kelamin Dirinci Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010
No,
Kecamatan
Dewasa Laki-laki Perempuan
Anak-anak Laki-laki Perempuan
Jumlah
1,
Susukan
22.081
22.717
9.094
8.711
62.603
2,
Purworejo Klampok
17.333
17.236
7.139
6.609
48.317
3,
Mandiraja
23.341
24.828
9.614
9.520
67.303
4,
Purwonegoro
25.655
26.147
10.567
10.027
72.396
5,
Bawang
19.235
19.604
7.922
7.518
54.279
6,
Banjarnegara
21.407
22.207
8.817
8.515
60.946
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 36
No,
Kecamatan
Dewasa Laki-laki
Anak-anak
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
7,
Pagedongan
13.035
13.304
5.368
5.102
36.809
8,
Sigaluh
11.075
10.857
4.562
4.163
30.657
9,
Madukara
14.888
15.220
6.132
5.837
42.077
10,
Banjarmangu
14.614
14.910
6.019
5.718
41.261
11,
Wanadadi
10.636
10.780
4.381
4.134
29.931
12,
Rakit
18.166
18.605
7.482
7.134
51.387
13,
Punggelan
25.691
26.163
10.582
10.032
72.468
14,
Karangkobar
10.247
10.352
4.220
3.969
28.788
15,
Pagentan
13.338
13.428
5.493
5.149
37.408
16,
Pejawaran
15.382
15.442
6.335
5.921
43.080
17,
Batur
13.926
14.047
5.735
5.386
39.094
18,
Wanayasa
16.440
16.570
6.771
6.354
46.135
19,
Kalibening
15.938
16.689
6.565
6.400
45.592
20,
Pandanarum Jumlah
7.921
7.932
3.263
3.041
22.157
330.349
337.038
136.061
129.240
932.688
Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010
2.3.3.2 Struktur Penduduk Menurut Mata Pencaharian Struktur penduduk menurut mata pencaharian dapat menggambarkan kondisi perekonomian penduduk dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Jenis mata pencaharian penduduk yang Utama Kabupaten Banjarnegara mempunyai banyak ragamnya, dari pertanian, industri, perdagangan, angkutan dan komunikasi, keuangan dan jasa-jasa. Dari jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Banjarnegara, yaitu sebanyak 1,073,187, jiwa, sesuai data banyaknya penduduk berumur 10 tahun keatas menurut lapangan usaha tahun 2008 yang memiliki mata pencaharian hanya sebanyak 422,317 jiwa, Mata pencaharian utama sebagian besar penduduk di Kabupaten Banjarnegara adalah di sektor pertanian, yaitu sebanyak 206,032 jiwa, sedangkan paling rendah adalah di sektor Listrik, Gas dan Air Minum, yaitu sebanyak 116 jiwa. Untuk jelasnya mengenai jumlah penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2.16 Penduduk Usia 10 tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 No,
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Lapangan Usaha Utama Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan Perdagangan Angkutan
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 129,889 76,143 3,276 917 12,581 26,797 116 28,829 31,879 38,571 12,408 45
Jumlah 206,032 4,193 39,378 116 28,829 70,450 12,453
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 37
No,
8. 9.
Lapangan Usaha Utama Bank Lemb, Keuangan Lainnya Jasa-jasa Jumlah
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 2,852 1,487 34,993 21,534 256,823 165,494
Jumlah 4,339 56,527 422,317
Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010
2.3.3.3 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Jumlah penduduk berdasarkan jenjang pendidikan yang ditamatkan, khususnya mereka yang telah berumur 6 tahun ke atas, sebagian besar hanya tamat Sekolah Dasar (SD), Tingkat partisipasi kasar SD sebesar 103,95% sedangkan tingkat partisipasi murni SD adalah 98,05%, Angka partisipasi kasar Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 95,81%, sedangkan angka partisipasi murni sebesar 88,29%, Pada angka partisipasi Kasar SMA di Kabupaten Banjarnegara sebesar 51,06% dan angka partisipasi murni sebesar 45,91% Tabel 2.17 Angka Partisipasi Kasar Dirinci Menurut Kecamatan dan Tingkat Sekolah di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010
No,
Kecamatan
Angka Partisipasi Kasar (%) SD
SMP
SMA
1,
Susukan
102,90
82,33
-
2,
Purworejo Klampok
176,87
153,68
234,71
3,
Mandiraja
96,29
92,79
3,71
4,
Purwonegoro
97,07
73,93
20,18
5,
Bawang
93,30
97,48
144,03
6,
Banjarnegara
94,90
153,43
373,08
7,
Pagedongan
90,16
65,40
7,88
8,
Sigaluh
103,17
72,68
64,27
9,
Madukara
112,93
148,81
5,27
10,
Banjarmangu
187,44
83,58
13,38
11,
Wanadadi
89,04
144,44
64,97
12,
Rakit
98,91
98,92
8,43
13,
Punggelan
14,
Karangkobar
15,
99,89
82,30
26,48
104,62
119,23
71,67
Pagentan
91,18
80,53
5,10
16,
Pejawaran
104,48
84,00
3,34
17,
Batur
113,35
70,59
13,66
18,
Wanayasa
99,77
82,95
11,40
19,
Kalibening
114,73
81,58
32,05
20,
Pandanarum
71,82
80,29
7,12
103,95
95,81
51,06
Jumlah
Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 38
Tabel 2.18 Angka Partisipasi Murni Dirinci Menurut Kecamatan dan Tingkat Sekolah di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 Angka Partisipasi Murni (%) No, Kecamatan SD SLTP SLTA 1.
Susukan
2.
Purworejo Klampok
99,02
79,74
-
169,11
146,28
220,59
3.
Mandiraja
91,86
86,92
1,84
4.
Purwonegoro
94,14
70,38
16,85
5.
Bawang
87,74
93,26
137,93
6.
Banjarnegara
91,80
144,59
361,55
7.
Pagedongan
81,98
53,57
7,03
8.
Sigaluh
98,30
65,24
56,87
9.
Madukara
105,42
136,54
3,81
10.
Banjarmangu
175,13
74,31
5,11
11.
Wanadadi
85,25
136,70
59,42
12.
Rakit
89,74
91,44
4,09
13.
Punggelan
93,37
75,06
21,00
14.
Karangkobar
96,76
108,26
59,46
15.
Pagentan
84,47
63,63
2,35
16.
Pejawaran
97,20
70,34
1,80
17.
Batur
105,01
61,90
9,31
18.
Wanayasa
93,88
73,03
6,53
19.
Kalibening
107,42
73,69
17,18
20.
Pandanarum
69,01
72,57
4,44
Jumlah
98,05
88,29
45,91
Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010
2.4
PENDIDIKAN Fasilitas pendidikan di Kabupaten Banjarnegara meliputi TK, SD, SMP, SMA dan politeknik,
serta fasilitas pendidikan agama mulai dari Madrasah Diniyyah (MD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA), baik negeri maupun swasta. Kondisi fasilitas pendidikan di Kabupaten Banjarnegara dapat didiskripsikan sebagai berikut: a. Fasiilitas Pendidikan Umum
Fasilitas pendidikan playgroup di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2010 sebanyak 352 unit, yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten, Persebaran playgroup terbesar berada di Kecamatan Bawang sebanyak 28 unit, kemudian Kecamatan Banjarnegara 25 unit. Sedangkan fasilitas playgroup paling sedikit di kecamatan Pandanarum sebanyak 7 unit.
Fasilitas pendidikan Taman Kanak-kanak di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2010 adalah 278 unit dengan penyebaran terbesar pada Kecamatan Rakit (33 TK) dan jumlah terkecil di Kecamatan Pagentan yang hanya memiliki 4 Taman Kanak-kanak.
Fasilitas SD baik negeri maupun swasta berjumlah 654 unit, dengan penyebaran terbesar pada Kecamatan Susukan (50 unit) dan terkecil pada Kecamatan Pandanarum (20 SD).
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 39
Fasilitas SMP berjumlah 107 unit pada Tahun 2010, dengan penyebaran terbesar pada Kecamatan Banjarnegara (9 unit) dan terkecil pada Kecamatan Sigaluh, Rakit dan Pandanarum (3 unit),
Fasilitas SMA baik negeri maupun swasta di Kabupaten Banjarnegara berjumlah 13 unit pada Tahun 2010 yang terdapat di Kecamatan Banjarnegara (3 unit), Kecamatan Purworejo Klampok (2 unit), Kecamatan Mandiraja, Purwonegoro,
Bawang, Sigaluh,
Wanadadi, Karangkobar, Batur dan Kalibening masing-masing 1 unit,
Fasilitas SMK tersedia di Kabupaten Banjarnegara sebanyak 17 unit, yang tersebar di Kecamatan Banjarnegara sebanyak 6 unit; Purworejo Klampok (3 unit); Kecamatan Bawang (2 unit); Kecamatan Sigaluh, Banjarmangu, Wanadadi, Punggelan, Karangkobar dan Wanayasa masing-masing 1 unit,
Politeknik Banjarnegara terdapat di Kecamatan Madukara,
STIE Taman Siswa dan STIMIK Tunas Bangsa terdapat di Kecamatan Banjarnegara, Selengkapnya mengenai keberadaan fasilitas pendidikan formal umum pada Kabupaten
Banjarnegara seperti pada Tabel di bawah ini. Tabel 2.19 Banyaknya Sarana Pendidikan Umum dirinci Menurut Kecamatan Di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 No
Kecamatan
Playgroup
TK
SD
SMP
SMA
SMK
Polteknik/ STIE
1
Susukan
16
21
50
6
-
-
-
2
Purworejo Klampok
18
19
34
5
2
3
-
3
Mandiraja
17
18
47
7
1
-
-
4
Purwonegoro
20
25
49
7
1
-
-
5
Bawang
28
13
36
6
1
2
-
6
Banjarnegara
25
17
39
9
3
6
2
7
Pagedongan
19
9
22
4
-
-
-
8
Sigaluh
24
12
23
3
1
1
-
9
Madukara
18
18
30
6
-
-
1
10
Banjarmangu
18
18
29
4
-
1
-
11
Wanadadi
9
10
25
5
1
1
-
12
Rakit
23
33
34
3
-
-
-
13
Punggelan
21
19
43
7
-
1
-
14
Karangkobar
9
7
27
5
1
1
-
15
Pagentan
23
4
29
6
-
-
-
16
Pejawaran
21
5
29
6
-
-
-
17
Batur
12
4
24
3
1
-
-
18
Wanayasa
16
13
31
5
-
1
-
19
Kalibening
8
6
33
6
1
-
-
20
Pandanarum
7
7
20
4
-
-
-
352
278
654
107
13
17
3
Jumlah
Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 40
b.
Fasilitas Pendidikan Agama
Fasilitas MI pada tahun 2010 baik negeri maupun swasta berjumlah 198, yang tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Banjarnegara dengan persebaran terbesar di Kecamatan Punggelan sebanyak 26 unit, sedangkan pesebaran terkecil berada di Kecamatan Pagentan dan Pandanarum dengan 3 unit.
Fasilitas MTs baik negeri maupun swasta berjumlah 37 unit, dengan penyebaran terbesar pada Kecamatan Banjarnegara dan Rakit (masing-masing 4 unit).
Fasilitas Madrasah Aliyah baik swasta maupun negeri di Kabupaten Banjarnegara adalah 14 unit yang terdapat di Kecamatan Banjarnegara, Kecamatan Pagedongan dan Bawang (2 unit); Kecamatan Purworejo Klampok, Sigaluh, Madukara, Wanadadi, Rakit, Karangkobar, Wanayasa dan Kalibening (masing-masing 1 unit),
Selain ke-empat kelompok fasilitas pendidikan keagamaan yang ada di Kabupaten Banjarnegara juga terdapat fasilitas pendidikan informal berupa pondok pesantren yang tercatat pada tahun 2010 adalah 129 Ponpes. Selengkapnya mengenai keberadaan fasilitas pendidikan pada Kabupaten Banjarnegara
seperti pada Tabel di bawah ini. Tabel 2.20 Banyaknya Sarana Pendidikan Formal Agama dirinci Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 Fas Pend, Fas Pend. Formal Agama No Kecamatan Informal MI MTs MA Pesantren 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Susukan Purworejo Klampok Mandiraja Purwonegoro Bawang Banjarnegara Pagedongan Sigaluh Madukara Banjarmangu Wanadadi Rakit Punggelan Karangkobar Pagentan Pejawaran Batur Wanayasa Kalibening Pandanarum Jumlah
5 9 13 8 16 4 17 6 6 12 9 19 26 5 3 10 4 16 7 3 198
1 3 2 2 3 4 2 2 1 1 4 3 1 2 1 3 2 37
1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 14
3 3 11 5 8 12 4 3 10 6 4 10 15 3 1 9 6 10 6 129
Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 41
2.5
KESEHATAN Fasilitas kesehatan pada wilayah ini mencakup jumlah Rumah Sakit Umum (RSU), rumah
sakit bersalin, rumah bersalin, puskesmas, puskesmas pembantu, praktek dokter, apotik dan toko obat, Kecamatan Banjarnegara merupakan kecamatan terlengkap dalam penyediaan fasuilitas ini, Keberadaan fasilitas kesehatan pada wilayah Kabupaten Banjarnegara dapat didiskripsikan sebagai berikut:
Rumah sakit terdapat 4 unit, yaitu di Kecamatan Banjarnegara, Bawang, Purwonegoro, dan Purworejo Klampok masing-masing 1 unit,
Balai Pengobatan terdapat 33 unit yang tersebar di 13 Kecamatan, antara lain: Banjarnegara sebanyak 7 unit; Madukara 5 unit; Purwonegoro dan Purworejo Klampok masing-masing 4 unit; Bawang 3 unit; Sigaluh dan Wanadadi masing-masing 2 unit; serta Pagedongan, Banjarmangu, Rakit, Wanayasa, Kalibening dan Pandanarum (masing-masing 1 unit),
Rumah sakit bersalin terdapat 1 buah, yaitu di Kecamatan Banjarnegara,
Puskesmas tersebar merata di setiap kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, rata-rata setiap Kecamatan memiliki 2 Puskesmas, kecuali Kecamatan Pagedongan, Karangkobar, Pejawaran, Kalibening dan Pandanarum masing-masing hanya memiliki 1 puskesmas,
Puskesmas Pembantu tersebar merata di setiap kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, Kecamatan memiliki 4 Puskesmas Pembantu yaitu Kecamatan Mandiraja; Kecamatan Purwonegoro, Bawang, Sigaluh, Punggelan, Pejawaran dan Wanayasa (masing-masing 3 unit); sedangkan yang memiliki jumlah Puskesmas Pembantu terkecil yaitu di Kecamatan Purworejo Klampok, Banjarmangu, Rakit, Batur, Kalibening dan Pandanarum (masingmasing 1 unit),
Puskesmas Keliling tersebar di seluruh Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, Rata-rata setiap Kecamatan memiliki 2 Puskesmas Keliling, kecuali Kecamatan Pagedongan, Karangkobar, Pejawaran, Kalibening dan Pandanarum (memiliki 1 unit Puskesmas Keliling),
Toko Obat di Kabupaten Banjarnegara berjumlah 7 unit, yang tersebar di Kecamatan Banjarnegara (3 unit); Karangkobar (2 unit); dan Purworejo Klampok dan Wanadadi masing-masing 1 unit,
Laboratorium hanya terdapat di Kecamatan Banjarnegara, sebanyak 1 unit,
Apotik di Kabupaten Banjarnegara tidak terdapat di seluruh kecamatan, namun hanya terdapat di kecamatan tertentu, Jumlah apotek terbanyak terdapat di Kecamatan Banjarnegara sebanyak 11 unit. Untuk lebih jelasnya mengenai penyebaran fasilitas kesehatan pada wilayah ini dapat
dilihat pada Tabel di bawah ini.
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 42
Tabel 2.21 Banyaknya Sarana Kesehatan Dirinci Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 Puskes Pmbntu
Puskes Ling
Tk, Obat
Lab.
Apotik
2
2
2
-
-
1
-
2
1
2
1
-
5
-
-
2
4
2
-
-
4
1
4
-
2
3
2
-
-
3
Bawang
1
3
-
2
3
2
-
-
3
6
Banjarnegara
1
7
1
2
2
2
3
1
11
7
Pagedongan
-
1
-
1
2
1
-
-
-
8
Sigaluh
-
2
-
2
3
2
-
-
1
9
Madukara
-
5
-
2
2
2
-
-
1
10
Banjarmangu
-
1
-
2
1
2
-
-
1
11
Wanadadi
-
2
-
2
2
2
1
-
2
12
Rakit
-
1
-
2
1
2
-
-
1
13
Punggelan
-
-
-
2
3
2
-
-
1
14
Karangkobar
-
-
-
1
2
1
2
-
1
15
Pagentan
-
-
-
2
2
2
-
-
-
16
Pejawaran
-
-
-
1
3
1
-
-
-
17
Batur
-
-
-
2
1
2
-
-
1
18
Wanayasa
-
1
-
2
3
2
-
-
-
19
Kalibening
-
1
-
1
1
1
-
-
1
20
Pandanarum
-
1
-
1
1
1
-
-
-
Jumlah
4
33
1
35
42
35
7
1
37
No
Kecamatan
RS
BP
RSB
-
-
-
1
4
3
Susukan Purworejo Klampok Mandiraja
-
4
Purwonegoro
5
1 2
Puskesmas
Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010
2.6
SOSIAL MASYARAKAT
2.6.1
Fasilitas Peribadatan Fasilitas peribadatan yang tersedia di wilayah Kabupaten Banjarnegara meliputi masjid,
mushola/ langgar, gereja, pura dan wihara, Fasilitas peribadatan berupa Masjid dan Mushola/ langgar tersebar merata di seluruh kecamatan se Banjarnegara, namun fasilitas peribadatan lain, hanya terdapat pada kecamatan tertentu,
Masjid sebagai tempat ibadah kaum Muslim tersedia sebanyak 1.512 unit. Penyebaran terbanyak terdapat pada Kecamatan Punggelan sebanyak 127 unit, disusul kemudian pada Kecamatan Wanayasa, Sementara jumlah terendah terdapat pada Kecamatan Batur yaitu sebanyak 35 unit.
Fasilitas mushola/langgar yang mempunyai jangkauan pelayanan lebih kecil daripada masjid tersedia sebanyak 3.554 unit. Penyebaran terbesar terdapat pada wilayah Kecamatan Rakit, yaitu sebanyak 372, Sementara jumlah terendah pada Kecamatan Pandanarum sebanyak 30 unit.
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 43
Fasilitas gereja sebagai tempat ibadah pemeluk Katholik tersedia sebanyak 8 unit yang tersebar di Kecamatan Purworejo Klampok, Purwonegoro, Banjarnegara (masing-masing 2 unit), Kecamatan Madukara dan Kecamatan Mandiraja sebanyak 1 unit.
Fasilitas gereja Protestan sebagai tempat ibadah pemeluk Protestan tersedia sebanyak 18 unit yang tersebar di Kecamatan Purwonegoro sebanyak 7 unit, Banjarnegara sebanyak 5 unit, Purworejo Klampok sebanyak 3 unit, sedangkan Kecamatan Susukan, Mandiraja dan Madukara masing-masing sebanyak 1 unit.
Vihara (tempat ibadah pemeluk Budha) terdapat 10 unit yang tersebar di Kecamatan Pagentan sebanyak 3 unit, Kecamatan Mandiraja dan Purwonegoro sebanyak 2 unit, Kecamatan Susukan, Banjarnegara dan Madukara sebanyak 1 unit.
Selengkapnya mengenai keberadaan fasilitas peribadatan pada Kabupaten Banjarnegara seperti pada Tabel berikut. Tabel 2.22 Banyaknya Sarana Tempat Ibadah Dirinci Menurut Jenis dan Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010
1
Susukan
56
Langgar/ Mushola 237
2
Purworejo Klampok
44
155
2
3
3
Mandiraja
57
419
1
1
2
4
Purwonegoro
104
312
2
7
2
5
Bawang
91
271
-
-
-
6
Banjarnegara
105
198
2
5
1
7
Pagedongan
86
181
-
-
-
8
Sigaluh
63
74
-
-
-
9
Madukara
77
154
-
1
1
10
Banjarmangu
97
163
-
-
-
11
Wanadadi
59
124
-
-
-
12
Rakit
67
372
-
-
-
13
Punggelan
127
259
-
-
-
14
Karangkobar
61
111
-
-
-
15
Pagentan
73
100
-
-
3
16
Pejawaran
77
63
-
-
-
17
Batur
35
84
-
-
-
18
Wanayasa
72
143
-
-
-
19
Kalibening
95
104
-
-
-
20
Pandanarum
66
30
-
-
-
1.512
3.554
8
18
10
No
Kecamatan
Jumlah
Masjid
Gereja Khatolik 1
Gereja Protestan 1
Vihara/ Pura 1
Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 44
2.6.2
Fasilitas Pelayanan Umum Fasilitas pelayanan umum yaitu pelayanan perkantoran dari pemerintah pemerintah yang
mendukung pada kegiatan pelayanan umum yang meliputi pelayanan pemerintahan dan pelayanan kewarganegaraan yang meliputi hak dan kewajiban sebagai warga negara, Pelayanan umum dari perkantoran milik pemerintah meliputi keamanan, birokrasi, dan pelayanan umum lainnya, dengan bangunan gedung berupa 1 buah kantor Pemerintah Daerah Kabupaten, 20 kantor Kecamatan, dan 278 kantor Kepala Desa/Kelurahan, Perkantoran lainnya meliputi kantorkantor Dinas dilingkungan Kabupaten Banjarnegara, kantor-kantor Dinas dan Departemen, Kantor Polisi dan Hankam, Fasilitas pelayanan umum ini telah tersebar sesuai dengan skala pelayanannya, untuk skala pelayanan kabupaten hampir semua fasilitas ada di Kecamatan Banjarnegara sebagai Ibukota Kabupaten, sedangkan untuk fasilitas pelayanan umum dengan skala kecamatan ada di Ibu Kota Kecamatan masing-masing. 2.6.3
Kebudayaan Masyarakat Dalam perang Diponegoro. R,Tumenggung Dipoyudo IV berjasa kepada pemerintah
mataram, sehingga di usulkan oleh Sri Susuhunan Pakubuwono VII untuk di tetapkan menjadi bupati banjar berdasarkan Resolutie Governeor General Buitenzorg tanggal 22 agustus 1831 nomor I, untuk mengisi jabatan Bupati Banjar yang telah dihapus setatusnya yang berkedudukan di Banjarmangu dan dikenal dengan Banjarwatulembu dan usul tersebut disetujui. Persoalan meluapnya Sungai Serayu menjadi kendala yang menyulitkan komunikasi dengan Kasunanan Surakarta, Kesulitan ini menjadi sangat dirasakan menjadi beban bagi bupati ketika beliau harus menghadiri Pasewakan Agung pada saat-saat tertentu di Kasultanan Surakarta, Untuk mengatasi masalah ini diputuskan untuk memindahkan ibukota kabupaten ke selatan Sungai Serayu. Daerah Banjar (sekarang Kota Banjarnegara) menjadi pilihan untuk ditetapkan sebagai ibukota yang baru, Kondisi daerah yang baru ini merupakan persawahan yang luas dengan beberapa lereng yang curam, Di daerah persawahan (Banjar) inilah didirikan ibukota kabupaten (Negara) yang baru sehingga nama daerah ini menjadi Banjarnegara (Banjar : Sawah, Negara : Kota).
2.7
KONDISI UTILITAS WILAYAH
2.7.1
Jaringan Air Bersih Penyediaan
air
bersih
perkotaan
bertujuan
untuk
menunjang
perkembangan
pembangunan di Kabupaten Banjarnegara, Tanpa adanya air bersih yang layak dan cukup, perkotaan tidak dapat berkembang baik, Oleh karena itu, tuntutan yang semakin besar terhadap air bersih di Kabupaten Banjarnegara harus diiringi dengan kualitas dan kuantitas pelayanan yang baik pula, Prasarana air bersih untuk Kabupaten Banjarnegara selama ini dilayani oleh sistem pelayanan air bersih perpipaan (PDAM) dan non perpipaan, Walaupun belum merata menjangkau
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 45
seluruh penduduk, sistem penyediaan air bersih PDAM saat ini telah dapat melayani setiap wilayah yang ada di Kabupaten Banjarnegara terutama yang dekat dengan jalan raya, A.
Perpipaan (PDAM) PDAM adalah penyedia utama air bersih perkotaan di Kabupaten Banjarnegara, Akan
tetapi karena keterbatasan investasi, kondisi PDAM belum dapat berkembang optimal sehingga cakupan pelayanannya juga tergolong masih sangat rendah, Sampai tahun 2010, pelayanan kebutuhan air bersih yang dapat dijangkau oleh sambungan air dari PDAM Kabupaten Banjarnegara baru 8,180 pelanggan/rumah tangga, atau hanya terlayani 3,39% dari 241,527 rumah tangga, Pelayanan PDAM masih sangat terbatas pada bagian pusat kota dan sekitarnya, Oleh karena itu, perlu penambahan jaringan pelayanan air bersih PDAM guna memenuhi kebutuhan masyarakat pada daerah yang belum terlayani, PDAM Kabupaten Banjarnegara dibagi ke dalam beberapa cabang pelayanan sesuai dengan area pelayanannya, PDAM Kabupaten Banjarnegara mengelola beberapa sumber air baku dengan memanfaatkan air permukaan dan air tanah, Tetapi alternatif sumber air baku yang lebih dioptimalkan pemanfaatannya berasal dari air permukaan, yaitu Sungai Serayu. Air tanah yang dimanfaatkan sebagai sumber air baku oleh PDAM adalah air tanah dangkal dan air tanah dalam, Namun sumber air tanah dangkal hanya dapat dimanfaatkan pada musim penghujan saja karena pada musim kemarau sumur biasanya mengalami kekeringan. Tabel 2.23 Banyaknya Pelanggan Air PDAM dan Jumlah Pemakaian Air (m 3) yang Dipakai Dirinci Menurut IKK di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010
No
IKK
Banyaknya
Jumlah Pemakaian Air
Pelanggan
(m3)
1 Susukan
296
55.050
2 Purworejo Klampok
628
116.380
3 Mandiraja
100
18.453
4 Purwonegoro
151
25.922
5 Bawang
421
109.387
5.045
1.099.543
7 Wanadadi
159
30.113
8 Punggelan
582
99.395
9 Kaeangkobar
235
37.620
10 Pejawaran
86
17.591
11 Wanayasa
308
38.073
12 Kalibening
101
15.046
8.112
1.662.573
6 Banjarnegara
Jumlah Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 46
Tabel 2.24 Banyaknya Air Minum yang Disalurkan oleh PDAM Menurut Jenis Pelanggan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010
No, I.
II.
Jenis
Jumlah
Air Minum yang Disalurkan
Pelanggan
Jumlah (m3)
Nilai (Rp. 000)
Sosial Sosial Umum
112
71.806
66.719.300
Sosial Khusus
134
47.741
79.869.940
Rumah Tangga A
7.297
1.398.650
2.761.044.950
Rumah Tangga B
133
23.695
63.220.830
194
77.100
228.496.770
242
43.581
197.465.000
Jumlah
8.112
1.662.573
3.396.816.790
Tahun 2009
8.270
1.619.440
3.327.288.420
Non Niaga
Rumah Tangga C Rumah Tangga D Instansi Pemerintah III.
Niaga Niaga Kecil Niaga Besar
IV,
Industri Industri Kecil Industri Besar
V,
Khusus Pelabuhan Tangki
Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010
B.
Non-perpipaan Sumber air bersih yang menggunakan non-perpipaan yaitu berasal langsung dari sungai
dan sumur. Sebagian besar masyarakat di Kabupaten Banjarnegara juga memanfaatkan secara langsung aliran sungai Serayu dan anak sungai lainnya untuk keperluan mencuci dan mandi serta irigasi pertanian, Selain itu, ada pula yang menggunakan sumur artetis maupun sumur gali, Bagi pemukiman yang letaknya dekat dengan sungai, mereka langsung mengambil air dari sungai dengan pipa-pipa yang dialirkan dari sungai menuju kerumah masing-masing, sedangkan pemukiman yang jauh dari sungai, mereka menggunakan sumur artesis untuk keperluan MCK sehari-hari,
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 47
Peta 2.12, Peta Penyadiaan Air Minum Perpipaan PETA PENYEDIAAN SISTEM AIR MINUM PERPIPAAN (PDAM) KABUPATEN BANJARNEGARA
KECAMATAN TERLAYANI KECAMATAN BELUM TERLAYANI .Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
Sumber: PDAM Banjarnegara, 2010
2.7.2
Jaringan Listrik
Secara umum jaringan listrik telah menjangkau seluruh wilayah Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten ini memiliki potensi sumber pembangkit listrik yang cukup besar, diantaranya adalah Waduk Mrica sebagai sumber pembangkit PLTA Mrica dan Panas Bumi Dieng sebagai sumber pembangkit PLTP Dieng, Namun disisi lain potensi pembangkit listrik yang ada di Waduk Mrica terjadi permasalahan sedimentasi endapan lumpur sehingga menyebabkan debit air yang ada di dalam waduk tersebut menjadi berkurang yang akhirnya
Gambar Kondisi Jaringan Listrik di Kabupaten Banjarnegara
berdampak pada pelayanan supply listrik menjadi berkurang, Sejauh ini jumlah pelanggan PLN pada tahun 2010 adalah sebanyak 154.446 pelanggan. Selain itu PLN juga mampu memenuhi kebutuhan listrik untuk fasilitas umum dan penerangan umum sebesar 30 dan 10 dari total kebutuhan untuk rumah tangga. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.25 Banyaknya Pelanggan Listrik PLN Dirinci Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 No Kecamatan Banyaknya Pelanggan 1
Susukan
7.879
2
Purworejo Klampok
7.796
3
Mandiraja
9.846
4
Purwonegoro
9.546
5
Bawang
12.042
6
Banjarnegara
13.747
7
Pagedongan
6.348
8
Sigaluh
6.407
9
Madukara
8.124
10
Banjarmangu
6.649
11
Wanadadi
6.749
12
Rakit
7.509
13
Punggelan
9.758
14
Karangkobar
4.977
15
Pagentan
6.892
16
Pejawaran
6.045
17
Batur
4.386
18
Wanayasa
5.912
19
Kalibening
8.145
20
Pandanarum
5.689
Jumlah
154.446
Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 49
Pembangkit yang sudah beroperasi: 1. PLTA Pangsar Sudirman
3 x 60,3 MW
180,9 MW
2. PLTA Tulis
2 x 6,2 MW
12,4 MW
3. PLTP Dieng
60 MW
60,0 MW
4. PLTM Plumbungan
1,6 MW
5. PLTM Siteki
1,2 MW
6. PLTM Tapen
1,0 MW
7. PLTMH Karangtengah
300 Kw
0,3 MW
8. PLTMH Pesangkalan
20 Kw
0,02 MW
9. PLTMH Blimbing I (Sedang Solo)
100 Kw
0,1 MW
2.7.3
Jaringan Telekomunikasi Penyedia jasa di bidang Telekomunikasi di Kabupaten Banjarnegara adalah PT. Telkom
yang menyediakan sarana telekomunikasi yang terdiri dari Telepon Kabel, Flexi, Data Internet, Telkom Vision (Yes TV), penyedia saluran data langsung yang dapat digunakan oleh seluruh pelanggan di wilayah Kabupaten Banjarnegara, Pengguna Jumlah pengguna jasa Telekomunikasi yang menjadi pelanggan Telkom termasuk layanan wartel yang dapat digunakan seluruh masyarakat di Kabupaten Banjarnegara. Sistem Jaringan Sistem Jaringan yang dimiliki PT, Telkom adalah:
Jaringan Kabel Tanah
Jaringan Kabel Udara
Jaringan Transmisi antar Kota sebagai penghubung dengan Serat Optik ataupun lewat Transmisi Frekuensi Udara
Jaringan kabel tersebut diatas untuk melayani Telepon kabel baik untuk Voice, data ataupun internet, sedangkan
jaringan
Transmisi
antar
kota
untuk
menghubungkan dari satu kota ke kota lainnya dan bahkan untuk Sambungan Langsung Internasional (SLI).
Gambar Kondisi Jaringan Telekomunikasi di Kabupaten Banjarnegara
Jangkauan Pelayanan Jangkauan pelayanan jaringan Telkom, mulai jaringan kabel tanah maupun kabel udara telah menjangkau 20 Kecamatan di wilayah Kabupaten Banjarnegara. PT. Telkom tetap berupaya memberikan pelayanan jasa telekomunikasi dengan Telkom Flexi-nya yang secara fungsi kegunaan sama, bisa telepon lokal, SLJJ, internet dan lain sebagainya. .Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 50
2.7.4
Sistem Pengairan Sumber air yang dimanfaatkan untuk pengairan di Kabupaten Banjarnegara terdiri dari
sungai dan waduk, Sungai yang dimanfaatkan sebagai sumber pengairan yang dapat mengairi areal sawah seluas 14.568 hektar adalah Sungai Serayu dengan anak-anak sungainya : Kali Tulis, Kali Merawu, Kali Pekacangan, Kali Gintung dan Kali Sapi, sedangkan waduk yang dimanfaatkan untuk mengairi areal sawah tersebut adalah Waduk Mrica dan Waduk Tulis. Sawah di Kabupaten Banjarnegara sebagian besar adalah sawah irigasi yaitu irigasi teknis seluas 6.198 ha, irigasi tadah hujan seluas 3.725 ha, irigasi desa/non PU 1.463 ha, irigasi sederhana seluas 2.553 ha dan irigasi setengah teknis seluas 629 ha. 2.7.5
Jaringan Air Limbah Sistem air limbah di Kabupaten Banjarnegara hingga saat ini masih ditangani secara
individu oleh tiap-tiap rumah tangga dan masing-masing industri (industri rumah tangga). Air limbah rumah tangga langsung di buang ke saluran pembuangan/se-lokan, Untuk industri, sebagian kecil memiliki IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah), air sebelum dibuang ke perairan umum diolah di dalam unit ini dulu. Jumlah air limbah buangan diperhitungkan dengan asumsi 80% dari air bersih yang dipergunakan menjadi air limbah. Besarnya pemakaian air bersih ratarata perjiwa perhari 70 liter. 2.7.6
Kondisi Persampahan Jaringan persampahan di Kabupaten Banjarnegara melayani Kota Banjarnegara dan
ibukota-ibukota kecamatan, yang dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum di Kabupaten Banjarnegara, dengan sistem pooling yang dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), Sedangkan untuk masyarakat yang tinggal di pedesaan membuang sampah dengan cara tradisional (dibakar/dikubur). Sampah di Kabupaten Banjarnegara berasal dari sampah Permukiman, pertokoan dan pasar, perkantoran, penyapuan jalan serta sampah dari sarana umum lainnya. Gambar Kondisi Tempat Pembuangan Sampah di Kabupaten Banjarnegara
Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Tempat Pembuangan Sampah
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 51
Sistem persampahan yang diterapkan dijelaskan secara umum yaitu (1) sampah dikelola swadaya masyarakat sampai ke TPS, (2) pembuangan sampah dari TPS ke TPA yang dilakukan oleh DKP. Sarana pengumpulan sampah di Kabupaten Banjarnegara yang tersedia adalah a.
6 truk sampah;
b.
150 gerobak sampah;
c.
15 Tempat Pembuangan Sampah;
d.
1 Tempat Pembuangan Akhir Sampah; dan
e.
1 truk tinja, Dinas Kebersihan dan Pertamanan mampu mengangkut sampah 88,25% dari total sampah 3
166 m per hari. 2.7.7
Sistem Jaringan Jalan dan Transportasi Sistem jaringan jalan di Kabupaten Banjarnegara dilalui oleh jalur utama yang
menghubungkan wilayah-wilayah penting di Propinsi Jawa Tengah. Menurut fungsinya, jaringan yang ada meliputi fungsi kolektor dan lokal. Jalan Kolektor adalah jalan yang melayani angkutan pengumpulan/pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi. Sedangkan Jalan Lokal adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Jaringan jalan di Kabupaten Banjarnegara dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1.
Kolektor Primer, merupakan jalur jalan utama di Kabupaten Banjarnegara yang menghubungkan Ibukota Banjarnegara dengan Kota Purbalingga (arah barat) dan Kota Wonosobo (arah timur) yang melalui Kecamatan Susukan kearah timur sampai dengan Kecamatan Sigaluh kearah barat;
2.
Lokal Primer, merupakan jalur jalan utama yang menghubungkan Ibukota Banjarnegara ke Kabupaten Pekalongan melalui Kecamatan Banjarmangu, Karangkobar, Wanayasa dan Kalibening;
3.
Lokal Primer, merupakan jalur jalan utama yang menghubungkan Kecamatan Wanadadi ke arah utara melalui Kecamatan Rakit, Punggelan, Pandanarum sampai dengan Kecamatan Kalibening;
4.
Lokal Primer, merupakan jalur jalan utama yang menghubungkan Kabupaten Banjarnegara ke Kabupaten Kebumen melalui Desa Panggisari Kecamatan Mandiraja ke arah selatan menuju Gombong Kabupaten Kebumen;
5.
Lokal Primer, merupakan jalur jalan utarna dari Ibukota Banjarnegara melalui Kecamatan Pagedongan ke arah selatan rnenuju perbatasan Kabupaten Kebumen;
6.
Lokal Primer, merupakan jalur jalan utama yang menghubungkan Kecamatan Sigaluh ke arah utara melalui Kecamatan Madukara, Kecamatan Pagentan, Kecarnatan Pejawaran sampai dengan Kecamatan Batur;
7.
Lokal Primer, merupakan jalur jalan utama yang menghubungkan Kecamatan Banjarmangu ke arah barat laut melalu Kecamatan Pandananrm sampai dengan Kecamatan Kalibening,
8.
Kolektor sekunder, merupakan jalur jalan utama yang menghubungkan Kecamatan Wanayasa ke arah timur sampai dengan Kecamatan Batur;
9.
Kolektor sekunder, jalan penghubung antar kecamatan se-Kabupaten Banjarnegara.
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 52
Pengembangan jaringan jalan di wilayah Kabupaten Banjarnegara khususnya di wilayah kecamatan yang memiliki kawasan hutan yang dikelola olah pihak Perhutani biasanya sulit dilakukan. Hal ini menyebabkan aksesibilitas di wilayah kecamatan tersebut sangat terbatas karena minimnya akses jaringan jalan. Di wilayah kecamatan-kecamatan tersebut, disamping kondisi topografi wilayah yang kurang memadai untuk perluasan jaringan jalan, perizinan dari pihak Perhutani juga sulit diperoleh berkaitan dengan perluasan jaringan transportasi yang melalui kawasan hutan produksi tersebut. Panjang jalan di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2010 adalah 1.030,613 Km. Dilihat dari jenis permukaannya, jalan di Kabupaten Banjarnegara dibagi atas tiga bagian, yaitu jalan aspal, jalan kerikil/ batu dan jalan tanah. Tabel 2.26 Daftar Panjang Jalan Menurut Keadaan dan Status di Kabupaten Banjarnegara Keadaan Tahun 2010
Keadaan
Jalan Negara
Status Jalan (Km) Jalan Provinsi
Jalan Kabupaten
A, Jenis Permukaan Aspal Kerikil Tanah Tidak dirinci Jumlah B, Kondisi Jalan Baik Sedang Rusak Rusak Berat Jumlah C, Kelas Jalan
57,713
84,490
725,88 133,52 29,01
57,713
84,490
888,41
19,582 38,131
28,350 55,890 0,250
452,59 150,83 116,77
84,490
168,21 888,41
57,713
Kelas I Kelas II Kelas III Kelas III A Kelas III B Kelas III C Kelas tidak dirinci Jumlah
57,713 84,490
57,713
84,490
888,41 888,41
Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 53
Peta 2.13, Peta Jaringan Jalan
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
2.8
KONDISI PEREKONOMIAN Kondisi perekonomian Kabupaten Banjarnegara secara umum dijelaskan pada bagian ini.
2.8.1
Keuangan Daerah Kabupaten Banjarnegara merupakan daerah yang tumbuh relatif lebih lambat
dibandingkan dengan kabupaten lain di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Walaupun demikian, perkembangan ekonomi Kabupaten Banjarnegara selama lima tahun terakhirmenunjukkan kinerja yang relatif baik dan stabil. Kemampuan daerah tercermin dari indikator pertumbuhan pendapatan asli daerah yang kontinyu yaitu pendapatan pajak dan retribusi. Berikut adalah realisasi pendapatan daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010. Tabel 2.27 Realisasi Pendapatan Daerah Otonom Kabupaten Banjarnegara Menurut Jenis Penerimaan Tahun Anggaran 2010 Realisasi (Rp.)
No.
Jenis Penerimaan
I. 1. 2. 3. 4. II. 1. 2. 3. III. 1. 2. 3. 4. 5.
BAGIAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah BAGIAN DANA PERIMBANGAN Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH Pendapatan Hibah Dana bagi hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya Dana Penguatan Desentralisasi Fiskal dan Percepatan Pembangunan Daerah JUMLAH
9.265.190.711 39.760.948.541 3.348.725.471 10.061.970.780 47.313.951.641 506.783.177.000 60.953.600.000 364.627.500 23.556.433.639 54.621.064.800 56.442.683.000 37.190.274.038 849.662.647.121
Sumber: DPPKAD Kab. Banjarnegara dalam Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010
Jenis Penerimaan 1 Pajak Daerah
No.
2. Ret.Daerah 3. Bag.laba BUMD 4. Lain2 Pendapatan Jumlah
Tabel 2.28 Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Sendiri Kabupaten Banjarnegara Tahun Anggaran 2006 – 2010 (dalam Juta Rp.) 2006 2007 2008 2009 2010 Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi 5.702,38 6.538,71
6.211,80
8.161,47
9.265,19
20.644,77 22.441,04 25.835,45 25.215,36 27.485,99 27.229,68 39.722,21 39.104,93
39.760,95
1.271,41 1.257,57
1.361,84
6.810,61 6.418,98 7.314,77
7.063,50
1.355,84 1.706,12 1.747,45
3.363,89
3.619,84
3.348,72
7.095,96 13.648,92 7.649,20 11.49113 7.115,75 10.229,49
8.862,91
9.750,57
10.061,97
26.405,53 29.938,63 41.058,29 44.872,94 42.726,84 46.521,39 59.012,52 60.636,81
-
62.436,83
Sumber: Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 55
2.8.2
Perekonomian Daerah Kabupaten Banjarnegara sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah
merupakan daerah dengan pola perekonomian agraris, dimana sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian pada sektor pertanian. Kondisi ini dapat dilihat dari tingginya kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik regional Bruto (PDRB) Kabupaten Banjarnegara. Gambaran PDRB Kabupaten Banjarnegara dalam kurun waktu lima tahun antara Tahun 2005 – 2009 ditunjukkan dengan tabel-tabel di bawah ini: Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Banjarnegara Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku LAPANGAN USAHA
2005
2006
2007
2008
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1.442.648.864 1.250.964.905 73.917.887 61.585.462 25.491.675 30.688.936 19.835.673
1.627.355557 1.413.284.511 78.452.453 71.687.229 27.978.691 35.952.673 21.901.190
1.907.995.269 1.664.099.175 84.386.990 87.320.888 32.262.165 39.926.051 25.095.062
2.186.637.656 1.914.913.838 93.167.370 102.954.548 36.545.639 39.056.261 27.882.113
2.374.741.120 2.076.431.867 104.747.639 113.190.189 39.497.916 40.873.509 30.290.138
19.835.673 540.155.831 540.155.831 206.130.444 14.468.241 60.316.653 1.240.717 68.110 255.587.380 2.343.068 1.219 16.545.997 13.585.628 2.960.369 261.851.980 489.404.716 469.228.516 2.248.253 17.927.947 165.230.621 145.928.417 145.632.760 295.657 19.302.204 17.359.345 1.942.859 207.521.007 31.406.749 8.098.864
21.901.190 573.919.876 573.919.876 226.494.838 14.868.276 62.771.453 1.301.222 70.073 265.989.416 2.423.344 1.254 18.308.065 14.432.374 3.875.690 289.686.467 548.703.150 524.400.914 2.773.871 21.528.365 180.260.193 159.194.481 158.901.920 292.561 21.065.712 19.042.543 2.023.169 244.641.284 34.359.467 9.916.053
25.095.062 634.045.050 634.045.050 245.267.422 16.398.779 68.849.529 1.407.591 74.437 299.315.618 2.730.232 1.441 18.977.500 15.287.505 3.689.995 327.027.918 617.727.591 590.644.468 2.857.692 24.225.430 199.995.107 176.507.912 176.209.258 298.654 23.487.195 21.185.890 2.301.305 277.469.327 42.967.272 11.526.391
27.882.113 788.703.832 788.703.832 300.180.605 19.625.265 86.707.797 1.772.693 91.916 376.952.435 3.371.347 1.772 23.664.425 18.875.156 4.789.269 362.854.899 749.109.413 715.337.562 2.614.745 31.157.106 226.166.942 199.982.015 199.633.305 348.710 26.184.926 23.168.876 3.016.050 310.890.666 49.258.084 13.489.375
30.290.138 822.843.721 822.843.721 314.151.005 20.071.586 89.949.153 1.832.167 93.880 393.228.197 3.515.896 1.836 27.447.383 21.576.909 5.870.474 395.925.902 814.603.666 777.766.296 3.408.489 33.428.882 253.004.491 223.842.638 223.430.445 412.193 29.161.853 25.799.380 3.362.473 349.820.392 61.466.749 15.111.833
1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b.Tanaman Perkebunan c. Peternakan d.Kehutanan e. Perikanan 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian 3. INDUSTRI a. Industri Migas b. Industri Non Migas 1. Mak. Min. & Tembakau 2. Tekstil, Brg Klt & Als Kaki 3. Brg. Kayu & Hsl Hut Lain 4. Kertas & Brg Cetakan 5. Pupuk, Kimia & Brg dr Karet 6. Semen & Brg lain Bkn logam 7. Logam Dasar Besi & Baja 8. Alat Angk. Mesin & Peralatan 9. Barang lainnya 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH a. Listrik b. Air Bersih 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN a. Perdagangan Besar dan Eceran b. Hotel c. Restoran 7. ANGKUTAN a. Pengangkutan 1. Angkutan Jalan Raya 2. Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi 1. Pos dan Telekomunikasi 2. Jasa Telekomunikasi 8. BANK & LEMBAGA KEU LAINNYA a. Bank b. Lembaga Keuangan Bukan Bank c. Jasa Penunjang Keuangan
2009
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 56
LAPANGAN USAHA
2005
d. Sewa Bangunan 162.030.528 e. Jasa Perusahaan 5.984.865 9. JASA-JASA 576.749.066 a. Pemerintahan Umum 462.358.104 b. Swasta 114.390.962 1. Sosial Kemasyarakatan 63.103.601 2. Hiburan dan Rekreasi 3.336.926 3. Perorangan dan Rumah Tangga 47.950.435 PDRB 3.719.943.757 JUMLAH PENDUDUK PERTENGAHAN 893.794 TAHUN (JIWA) PDRB PERKAPITA (Rp) 4.161.970 Pendapatan Per Kapita (Rp) 3.587.942 Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara
2006
2007
2008
2009
194.017.858 6.347.906 652.798.861 521.201.585 131.597.276 73.152.830 3.552.384 54.892.063 4.157.574.642
216.433.504 6.542.161 698.012.123 562.232.804 135.779.320 72.431.578 3.518.203 59.829.539 4.706.344.947
241.072.169 7.071.039 850.665.041 701.436.642 149.228.399 81.735.809 2.725.575 64.767.015 5.526.574.986
265.382.606 7.859.204 955.204.730 794.849.454 160.355.276 89.938.297 3.020.471 67.396.508 6.023.881.542
900.162
906.364
914.037
921.931
4.618.696 3.981.675
5.192.555 4.476.387
6.046.336 5.212.412
6.533.983 5.632.802
Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Banjarnegara Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 LAPANGAN USAHA
2005
2006
2007
2008
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b.Tanaman Perkebunan c. Peternakan d.Kehutanan e. Perikanan 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian 3. INDUSTRI a. Industri Migas b. Industri Non Migas 1. Mak. Min. & Tembakau 2. Tekstil, Brg Klt & Als Kaki 3. Brg. Kayu & Hsl Hut Lain 4. Kertas & Brg Cetakan 5. Pupuk, Kimia & Brg dr Karet 6. Semen & Brg lain Bkn logam 7. Logam Dasar Besi & Baja 8. Alat Angk. Mesin & Peralatan 9. Barang lainnya 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH a. Listrik b. Air Bersih 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN a. Perdagangan Besar dan Eceran b. Hotel c. Restoran 7. ANGKUTAN a. Pengangkutan 1. Angkutan Jalan Raya 2. Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi 1. Pos dan Telekomunikasi
2009 (6)
879.834.481 760.765.791 43.350.948 36.437.123 18.489.127 20.791.492 11.901.454
904.050.748 780.068.055 43.967.827 38.259.625 19.876.933 21.878.307 12.691.781
941.666.766 812.583.019 41.938.723 41.507.942 21.299.778 23.337.305 13.315.412
977.037.166 845.097.984 43.025.209 44.756.259 22.722.622 21.435.093 14.018.815
1.016.343.125 878.088.191 46.108.266 46.665.991 23.760.838 21.719.838 14.669.270
11.901.454 329.889.545 329.889.545 121.234.217 10.657.047 38.356.027 788.986 45.152 157.805.356 1.001.918 843 10.298.199 8.517.740 1.780.459 147.036.905 298.122.993 286.407.788 988.344 10.726.862 92.376.861 77.264.202 77.112.404 151.798 15.112.659 13.618.936
12.691.781 338.493.743 338.493.743 122.413.133 10.528.149 39.823.424 819.170 45.988 163.842.559 1.020.465 856 10.956.499 8.632.045 2.324.453 158.632.717 306.521.117 293.851.939 1.219.306 11.449.872 100.394.824 83.917.341 83.767.432 149.909 16.477.483 14.932.368
13.315.412 353.362.698 353.362.698 125.284.132 10.843.938 42.009.337 860.057 47.367 173.169.416 1.057.573 879 11.289.211 9.089.328 2.199.883 172.080.221 318.037.757 305.446.707 1.138.332 11.452.718 105.526.168 88.691.823 88.544.650 147.173 16.834.345 15.184.894
14.018.815 366.594.772 366.594.772 128.655.079 11.171.787 43.953.593 894.773 48.799 180.776.864 1.092.973 904 11.635.502 9.508.436 2.127.066 173.592.067 333.486.158 320.578.723 970.880 11.936.556 108.243.010 90.570.758 90.405.495 165.263 17.672.252 15.636.714
14.669.270 374.321.854 374.321.854 130.384.323 10.959.615 45.168.683 913.415 49.225 185.769.265 1.076.413 915 12.715.204 10.224.080 2.491.124 185.754.768 349.819.184 336.422.885 1.110.020 12.286.280 118.822.745 100.094.280 99.906.408 187.872 18.728.465 16.591.611
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 57
LAPANGAN USAHA
2005
2. Jasa Telekomunikasi 1.493.723 8. BANK & LEMBAGA KEU 123.093.752 LAINNYA a. Bank 19.662.200 b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 4.978.427 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan 94.902.659 e. Jasa Perusahaan 3.550.466 9. JASA-JASA 385.063.673 a. Pemerintahan Umum 314.899.995 b. Swasta 70.163.678 1. Sosial Kemasyarakatan 35.638.121 2. Hiburan dan Rekreasi 2.581.053 3. Perorangan dan Rumah Tangga 31.944.504 PDRB 2.277.617.863 JUMLAH PENDUDUK PERTENGAHAN 893.794 TAHUN (JIWA) PDRB PERKAPITA (Rp) 2.548.258 Pendapatan Per Kapita (Rp) 2.196.797 Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara
2006
2007
2008
2009
1.545.115 130.521.416
1.649.450 142.897.381
2.035.537 151.569.479
2.136.854 162.948.445
20.574.605 5.830.240 100.514.624 3.601.948 414.431.740 337.254.048 77.177.692 39.558.140 2.642.025 34.977.527 2.376.694.583
24.609.275 6.482.251 108.319.842 3.486.013 437.610.201 360.154.172 77.456.029 38.821.049 2.563.721 36.071.260 2.495.785.817
26.119.869 6.428.171 115.629.707 3.391.733 483.812.638 404.474.592 79.338.046 40.283.364 1.889.690 37.164.992 2.169.989.608
32.593.704 7.197.623 119.530.610 3.626.508 518.541.133 439.159.093 79.382.040 40.930.615 2.075.399 36.376.026 2.753.935.727
900.162
906.364
914.037
921.931
2.640.297 2.276.141
2.753.624 2.373.838
2.866.393 2.471.054
2.987.139 2.575.146
Perkembangan perekonomian Kabupaten Banjarnegara dalam kurun waktu lima tahun sampai dengan Tahun 2009 menunjukkan perbaikan dari waktuke waktu, dimana pertumbuhan selama kurun waktu tersebut secara umum masih berada pada sisi positif. Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Banjarnegara sebagai berikut: Tabel 2. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Banjarnegara Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005-2009 (persen) LAPANGAN USAHA
2005
2006
2007
2008
2009
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b.Tanaman Perkebunan c. Peternakan d.Kehutanan e. Perikanan 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian 3. INDUSTRI a. Industri Migas b. Industri Non Migas 1. Mak. Min. & Tembakau 2. Tekstil, Brg Klt & Als Kaki 3. Brg. Kayu & Hsl Hut Lain 4. Kertas & Brg Cetakan 5. Pupuk, Kimia & Brg dr Karet 6. Semen & Brg lain Bkn logam 7. Logam Dasar Besi & Baja 8. Alat Angk. Mesin & Peralatan 9. Barang lainnya
12,67 13,40 1,65 17,23 14,36 3,26 14,00
12,80 12,98 6,13 16,40 9,76 17,15 10,41
17,25 17,75 7,56 21,81 15,31 11,05 14,58
14,60 15,07 10,40 17,90 13,28 (2,18) 11,11
8,60 8,43 12,43 9,94 8,08 4,65 8,64
14,00 16,22 16,22 12,47 8,08 18,47 16,51 13,16 19,39 17,64 12,97
10,41 6,25 6,25 9,88 2,76 4,07 4,88 2,88 4,07 3,43 2,88
14,58 10,48 10,48 8,29 10,29 9,68 8,17 6,23 12,53 12,66 14,90
11,11 24,39 24,39 22,39 19,68 25,94 25,94 23,48 25,94 23,48 23,00
8,64 4,33 4,33 4,65 2,27 3,74 3,35 2,14 4,32 4,29 3,57
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 58
LAPANGAN USAHA
2005
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH a. Listrik b. Air Bersih 5. 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN a. Perdagangan Besar dan Eceran b. Hotel c. Restoran 7. ANGKUTAN a. Pengangkutan 1. Angkutan Jalan Raya 2. Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi 1. Pos dan Telekomunikasi 2. Jasa Telekomunikasi 8. BANK & LEMBAGA KEU LAINNYA a. Bank b. Lembaga Keuangan Bukan Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. JASA-JASA a. Pemerintahan Umum b. Swasta 1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan dan Rekreasi 3. Perorangan dan Rumah Tangga PDRB Pendapatan Per Kapita Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara
2006
2007
2008
2009
18,12 12,30 55,00 16,87 14,39 14,38 (1,67) 17,13 29,50 30,65 30,72 2,59 21,43 21,32 22,42 10,35
10,65 6,23 30,92 10,63 12,12 11,76 23,38 20,08 9,10 9,09 9,11 (1,05) 9,14 9,70 4,13 17,89
3,66 5,93 (4,79) 12,89 12,58 12,63 3,02 12,53 10,95 10,88 10,89 2,08 11,49 11,26 13,75 13,42
24,70 23,47 29,79 10,96 21,27 21,11 (8,50) 28,61 13,09 13,30 13,29 16,76 11,49 9,36 31,06 12,05
15.99 14,31 22,58 9,11 8,74 8,73 30,36 7,29 11,87 11,93 11,92 18,21 11,37 11,35 11,49 12,52
(0,10) 23,83 11,18 37,60 22,02 22,80 18,95 20,28 7,17 18,13 15,64 0,66
9,40 22,44 19,74 6,07 13,19 12,73 15,04 15,92 6,46 14,48 11,76 0,71
25,05 16,24 11,55 3,06 6,93 7,87 3,18 (0,99) (0,96) 8,99 13,20 0,69
14,64 17,03 11,38 8,08 21,87 24,76 9,91 12,85 (22,53) 8,25 17,43 16,81
24,79 12,03 10,08 11,15 12,29 13,32 7,46 10,04 10,82 4,06 9,00 8,07
Tabel 2. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Banjarnegara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2009 (persen) LAPANGAN USAHA
2005
2006
2007
2008
2009
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b.Tanaman Perkebunan c. Peternakan d.Kehutanan e. Perikanan 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian 3. INDUSTRI a. Industri Migas b. Industri Non Migas 1. Mak. Min. & Tembakau 2. Tekstil, Brg Klt & Als Kaki 3. Brg. Kayu & Hsl Hut Lain 4. Kertas & Brg Cetakan 5. Pupuk, Kimia & Brg dr Karet 6. Semen & Brg lain Bkn logam
3,21 3,44 1,49 4,85 2,81 (3,81) 4,59
2,75 2,54 1,42 5,00 7,51 5,23 6,64
4,16 4,17 (2,34) 8,49 7,16 6,67 4,91
3,76 4,00 0,20 7,83 6,68 (8,15) 5,28
4,02 3,90 7,17 4,27 4,57 1,33 4,64
4,59 1,24 1,24 2,00 (3,98) 1,12 (0,56) (0,66) 1,12
6,64 2,61 2,61 0,97 (1,21) 3,83 3,83 1,85 3,83
4,91 4,39 4,39 2,35 3,00 5,72 4,99 3,00 5,69
5,28 3,74 3,74 2,69 3,02 4,40 4,04 3,02 4,39
4,64 2,11 2,11 1,34 (1,90) 2,76 2,08 0,87 2,76
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 59
LAPANGAN USAHA
2005
7. Logam Dasar Besi & Baja 8. Alat Angk. Mesin & Peralatan 9. Barang lainnya 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH a. Listrik b. Air Bersih 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN 2,22 a. Perdagangan Besar dan Eceran b. Hotel c. Restoran 7. ANGKUTAN 4,26 a. Pengangkutan 1. Angkutan Jalan Raya 2. Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi 1. Pos dan Telekomunikasi 2. Jasa Telekomunikasi 8. BANK & LEMBAGA KEU (0,26) LAINNYA a. Bank b. Lembaga Keuangan Bukan Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. JASA-JASA 10,70 a. Pemerintahan Umum b. Swasta 1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan dan Rekreasi 3. Perorangan dan Rumah Tangga PDRB Pendapatan Per Kapita Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara
2006
(6,94) 0,92 8,91 6 ,97 19,23 4,69 2,32 (19,41) 2,00 2,36 2,41 (17,93) 15,21 15,18 15,49
(9,02) 11,80 0,57 18,82 11,84 5,87 9,99 0,96 2,01 3,95 0,66
2007
2008
2009
1,85 1,46 6,39 1,34 30,55 7,89 2,82 2,60 23,37 6,74 8,68 8,61 8,63 (1,24) 9,03 9,64 3,44 6,03
3,64 2,69 3,04 5,30 (5,36) 8,48 3,76 3,95 (6,64) 0,02 5,11 5,69 5,70 (1,82) 2,17 1,69 6,75 9,48
3,35 2,82 3,07 4,61 (3,31) 0,88 4,86 4,95 (14,71) 4,22 2,57 2,12 2,10 142,29 4,98 2,98 23,41 6,07
(1,52) 1,23 9,28 7,53 17,12 7,01 4,90 4,94 14,33 2,93 9,77 10,52 10,51 13,68 5,98 6,11 4,98 7,51
4,64 7,11 5,91 1,45 7,63 7,10 10,00 11,00 2,36 9,49 4,35 0,71
19,61 11,18 7,77 (3,22) 5,59 6,79 0,36 (1,86) (2,96) 3,13 5,01 0,69
6,14 (0,83) 6,75 (2,70) 10,56 12,31 2,43 3,77 (26,29) 3,03 4,98 4,42
24,79 11,97 3,37 6,92 7,18 8,58 0,06 1,61 9,83 (2,12) 5,11 4,21
Besarnya kontribusi sektor pertanian terlihat pada Tahun 2009 masih menyumbangkan 38,78 % dari keseluruhan PDRB Kabupaten Banjarnegara. Hal ini memberikan dasar yang kuat untuk menyatakan sebagai daerah dengan pola perekonomian agraris. Namun perkembangan pertumbuhan perekonomian tidak hanya terjadi pada sektor pertanian, kondisi ini juga didukung dengan perkembangan pertumbuhan dari sektor jasa-jasa serta sektor bank dan lembaga keuangan. Distribusi PDRB menurut lapangan usaha Kabupaten Banjarnegara: Tabel 2. Distribusi PDRB Kabupaten Banjarnegara Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005-2009 (persen) LAPANGAN USAHA
2005
2006
2007
2008
2009
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b.Tanaman Perkebunan c. Peternakan d.Kehutanan
38,78 33,63 1,99 1,66 0,69
39,14 33,99 1,89 1,72 0,67
40,54 35,36 1,79 1,86 0,69
39,57 34,65 1,69 1,86 0,66
39,42 34,47 1,74 1,88 0,66
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 60
LAPANGAN USAHA
2005
e. Perikanan 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian 3. INDUSTRI a. Industri Migas b. Industri Non Migas 1. Mak. Min. & Tembakau 2. Tekstil, Brg Klt & Als Kaki 3. Brg. Kayu & Hsl Hut Lain 4. Kertas & Brg Cetakan 5. Pupuk, Kimia & Brg dr Karet 6. Semen & Brg lain Bkn logam 7. Logam Dasar Besi & Baja 8. Alat Angk. Mesin & Peralatan 9. Barang lainnya 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,44 a. Listrik b. Air Bersih 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN 13,16 a. Perdagangan Besar dan Eceran b. Hotel c. Restoran 7. 7. ANGKUTAN 4,44 a. Pengangkutan 1. Angkutan Jalan Raya 2. Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi 1. Pos dan Telekomunikasi 2. Jasa Telekomunikasi 8. BANK & LEMBAGA KEU 5,58 LAINNYA a. Bank b. Lembaga Keuangan Bukan Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. JASA-JASA 15,50 a. Pemerintahan Umum b. Swasta 1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan dan Rekreasi 3. Perorangan dan Rumah Tangga PDRB Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara
2006
2007
2008
2009
0,82 0,53
0,86 0,53
0,85 0,53
0,71 0,50
0,68 0,50
0,53 14,52 14,52 5,54 0,39 1,62 0,03 0,00 6,87 0,06 0,00
0,53 13,80 13,80 5,45 0,36 1,51 0,03 0,00 6,40 0,06 0,00 0,44 0,35 0,09 6,97 13,20 12,61 0,07 0,52 4,34 3,83 3,82 0,01 0,51 0,46 0,05 5,88
053 13,47 13,47 5,21 0,35 1,46 0,03 0,00 6,36 0,06 0,00 0,40 0,32 0,08 6,95 13,13 12,55 0,06 0,51 4,25 3,75 3,74 0,01 0,50 0,45 0,05 5,90
0,50 14,27 14,27 5,43 0,36 1,57 0,03 0,00 6,82 0,06 0,00 0,43 0,34 0,09 6,57 13,55 12,94 0,05 0,56 4,09 3,62 3,61 0,01 0,47 0,42 0,05 5,63
0,50 13,66 13,66 5,22 0,33 1,49 0,03 0,00 6,53 0,06 0,00 0,46 0,36 0,10 6,57 13,52 12,91 0,06 0,55 4,20 3,72 3,71 0,01 0,48 0,43 0,06 5,81
0,83 0,24 4,67 0,5 15,70 12,54 3,17 1,76 0,09 1,32 100,00
0,91 0,24 4,60 0,14 14,83 11,95 2,89 1,54 0,07 1,27 100,00
0,89 0,24 4,36 0,13 15,39 12,69 2,70 1,48 0,05 1,17 100,00
1,02 0,25 4,41 0,13 15,86 13,19 2,66 1,49 0,05 1,12 100,00
0,37 0,08 7,04 12,61 0,06 0,48 3,92 3,91 0,01 0,52 0,47 0,05
0,84 0,22 4,36 0,16 12,43 3,08 1,70 0,09 1,29 100,00
Tabel 2. Distribusi PDRB Kabupaten Banjarnegara Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005-2009 (persen) LAPANGAN USAHA
2005
2006
2007
2008
2009
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b.Tanaman Perkebunan
38,63 33,40 1,90
38,04 32,82 1,85
37,73 32,56 1,72
37,29 32,26 1,64
36,91 31,88 1,67
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 61
LAPANGAN USAHA
2005
c. Peternakan d.Kehutanan e. Perikanan 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian 3. INDUSTRI a. Industri Migas b. Industri Non Migas 1. Mak. Min. & Tembakau 2. Tekstil, Brg Klt & Als Kaki
2006
2007
2008
2009
1,60 0,81 0,91 0,52
1,61 0,84 0,92 0,53
1,66 0,85 0,94 0,53
1,71 0,87 0,82 0,54
1,69 0,86 0,79 0,53
0,52 14,48 14,48 5,32 0,47
0,53 14,24 14,24 5,15 0,44
0,53 14,16 14,16 5,02 0,43
0,54 13,99 13,99 4,91 0,43
0,53 13,59 13,59 4,73
1,68 0,03 0,00 6,93 0,04 0,00
1,68 0,03 0,00 6,89 0,04 0,00 0,46 0,36 0,10 6,67 12,90 12,36 0,05 0,48 4,22 3,53 3,52 0,01 0,69 0,63 0,07 5,49
1,69 0,03 0,00 6,94 0,04 0,00 0,45 0,36 0,09 6,89 12,74 12,24 0,05 0,46 4,23 3,55 3,55 0,01 0,67 0,61 0,07 5,73
1,68 0,03 0,00 6,90 0,04 0,00 0,44 0,36 0,08 0,63 12,73 12,24 0,04 0,46 4,13 3,46 3,45 0,01 0,67 0,60 0,08 5,79
1,64 0,03 0,00 6,75 0,04 0,00 0,46 0,37 0,09 6,75 12,70 12,22 0,04 0,45 4,31 3,63 3,63 0,01 0,68 0,60 0,08 5,92
0,87 0,25 4,23 0,15 17,44 14,19 3,25 1,66 0,11 1,47 100,00
0,99 0,26 4,34 0,14 17,53 14,43 3,10 1,56 0,10 1,45 100,00
1,00 0,25 4,41 0,13 18,87 15,44 3,03 1,54 0,07 1,42 100,00
1,18 0,26 4,34 0,13 18,83 15,95 2,88 1,49 0,08 1,32 100,00
0,40 3. Brg. Kayu & Hsl Hut Lain 4. Kertas & Brg Cetakan 5. Pupuk, Kimia & Brg dr Karet 6. Semen & Brg lain Bkn logam 7. Logam Dasar Besi & Baja 8. Alat Angk. Mesin & Peralatan 9. Barang lainnya 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,45 a. Listrik b. Air Bersih 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN 13,09 a. Perdagangan Besar dan Eceran b. Hotel c. Restoran 7. ANGKUTAN 4,06 a. Pengangkutan 1. Angkutan Jalan Raya 2. Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi 1. Pos dan Telekomunikasi 2. Jasa Telekomunikasi 8. BANK & LEMBAGA KEU 5,40 LAINNYA a. Bank b. Lembaga Keuangan Bukan Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. JASA-JASA 16,91 a. Pemerintahan Umum b. Swasta 1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan dan Rekreasi 3. Perorangan dan Rumah Tangga PDRB Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara
0,37 0,08 4,64 12,57 0,04 0,47 3,39 3,39 0,01 0,66 0,60 0,07
0,86 0,22 4,17 0,16 13,83 3,08 1,56 0,11 1,40 100,00
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 62
2.8.3
Kondisi Sektor Pertanian
Tanaman Pangan Pertanian tanaman pangan merupakan salah satu sektor dimana produk yang dihasilkan menjadi kebutuhan pokok hidup rakyat. Luas lahan Kabupaten Banjarnegara 14.568 Ha atau 13,62% termasuk lahan sawah, sehingga Kabupaten Banjarnegara juga memproduksi tanaman pangan seperti padi sawah, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang hijau, dan kedelai. Kabupaten Banjarnegara memiliki lahan non pertanian lebih besar daripada lahan pertanian yaitu 86,38% atau 92.403 Ha. Luas panen padi Kabupaten Banjarnegara sebesar 27.311 Ha, terdiri dari 25.028 Ha sawah basah dan 2.283 Ha sawah kering (padi gogo). Jumlah produksi padi sawah di Kabupaten Banjarnegara tahun 2010 adalah 143.666,54 ton yang tersebar pada seluruh kecamatan kecuali Batur, Jumlah produksi terbesar terdapat di Kecamatan Mandiraja sebesar 16.683,97 ton dan jumlah produksi terkecil terdapat di Kecamatan Batur karena tidak memiliki lahan pertanian sawah, Sedangkan untuk padi gogo jumlah produksinya adalah 8.419,33 ton dan ada beberapa kecamatan yang tidak mengasilkan padi
gogo,
diantaranya
Banjarnegara,
Sigaluh,
Madukara,
Banjarmangu,
Wanadadi,
Karangkobar, Pagentan, Pejawaran, Batur, Wanayasa, Kalibening dan Pandanarum. Tanaman palawija yang terdapat di Kabupaten Banjarnegara antara lain jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang kedelai, kacang tanah dan kacang hijau. Jumlah produksi tanaman palawija antara lain jagung sebesar 102.004,82 ton dari 24.359 Ha luas panen yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Banjarnegara. Produksi tanaman Ubi Kayu sebesar 270.826,95 ton dari 12.109 Ha. Produksi tanaman Kacang Tanah sebesar 2.015,84 ton dari 1.738 Ha. Sedangkan produksi tanaman Kedelai sebesar 393,03 ton dari 501 Ha. Tanaman Sayuran Kondisi tanaman sayur-sayuran di Kabupaten Banjarnegara terdiri atas bawang daun, kentang, kubis, petsai/sawi, wortel, kacang merah, kacang panjang, cabe, tomat, buncis, ketimun, labu siam, kangkung, bayam, petai, jengkol, mlinjo dan terong. Tanaman Buah-buahan Kabupaten Banjarnegara menghasilkan buah-buahan dalam jumlah yang cukup besar, Jenis buah-buahan yang ada di Kabupaten Banjarnegara dan produksinya dalam tahun 2010 adalah; Pisang (7.278.867 Kg), Salak (228.226.078 Kg), Nenas (64.643 Kg), Jambu Biji (776.840 Kg), Pepaya (543.810 Kg), Durian (1.180.855 Kg), Rambutan (1.070.690 Kg), Duku (1.052.290 Kg), Jeruk siam (150.100 Kg), Mangga (3.485 Kg), Manggis (1.078 Kg), Alpukat (58.550 Kg), Belimbing (54.210 Kg), Jambu Air (1.974,95 Kg), Sawo (63.030 Kg), Sirsak (79.144 Kg), Melinjo (208.755 Kg) dan Sukun (70.110 Kg). Kondisi Peternakan Kondisi peternakan di Kabupaten Banjarnegara dikelopokan menjadi 3 jenis, yaitu ternak besar (kuda, sapi potong, sapi perah dan kerbau), ternak kecil (kambing dan domba) dan ternak unggas dan kelinci (ayam, itik, puyuh, unggas lainnya dan kelinci), Ternak sapi potong kerbau, kuda, kambing dan domba tersebar di seluruh kecamatan, begitu juga dengan ternak unggas juga tersebar di seluruh kecamatan. .Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 63
2.8.4
Sektor Industri Sektor industri di Kabupaten Banjarnegara didukung dengan keberadaan perusahaan
maupun industri skala rumah tangga baik pengoalahan dari hasil pertanian, perkebunan, kehutanan dan aneka jenis industri kerajinan lainnya. Tabel 2.29 Jumlah Perusahaan, Jumlah Tenaga Kerja, Nilai Investasi dan Produksi Menurut Kelompok Jenis Industri di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 No. A. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Jumlah Jumlah Tenaga Perusahaan Kerja (Juta Rp.) Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan Tempe Kedelai 1.923 4.225 Tempe Gembus 13 51 Tahu 111 312 Gula Kelapa 6.358 13.007 Gula Aren 370 735 Susu Kedelai 5 10 Minyak Nilam/atsiri 11 39 Aneka Makanan 734 2.213 ringan Jenang 65 164 Emping Melinjo 41 91 Tepung Tapioka 6 381 Tembakau 482 2.333 garangan Jamur Tiram 9 18 Kopra 9 19 Kerupuk singkong 66 183 Teh Rakyat 59 202 Madu 1 3 Pengolahan Gaber 12 23 Bioetanol 1 2 Pengolahan Kayu 31 312 Gaplek 2 5 Kolang-Kaling 3 36 Minuman Carica 3 10 Minuman 1 5 Purwaceng Tape/peyem 4 10 Kopi Bubuk 14 17 Saos Tomat 1 8 Minyak Urut 1 2 Mebelair/perabot 772 1.678 Kerajinan 6.179 10.738 Bambu/Kayu Penggilingan 93 170 Padi/Tepung Pakan ikan 1 10 Rokok 1 10 Pengolahan 2 8 Tempurung Kecap 1 3 Jumlah 17.385 37.033 Jenis Industri
Nilai Investasi
Produksi
1.712,06 13,30 468,20 13.285,09 79,60 21,70 107,00 3.827,50
5.477.744 27.320 599.448 6.731.120 312.690 6.310 27.480 3.761.888
193,60 17.70 295,00 534,90
306.180 25.680 1.728.000 295.671.201
1.041,20 49,00 136,75 17,40 5,00 220,00 95,00 2.116,00 2,90 6,00 16,50 2,00
13.850 78.800 72.345 66.580 1.500 262.000 2.400 212.777 540 6.000 3.855 750
1,80 4,24 1,50 0.50 3.389,40 5.986,15
6.420 3.955 880 450 140.065 115.824.297
1.782,10
1.419.479
15,00 50,00 10,00
30.000 864.000 20.000
50,00 35.554
3.000 433.709.004
Satuan Kg Kg Kg Kg Kg Liter Kg Kg Kg Kg Kg Kg Kg Kg Kg Kg Kg Kg Kg M3 Kg Kg Btl Sachet Kg Kg Btl Btl Buah Buah Kg Kg Batang Buah btl
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 64
No.
Jenis Industri
B 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Industri Aneka Genteng Paving Industri Tas Konveksi/penjahit Batu Bata Alumunium Batako Pelana kuda Kaligrafi Bambu Perbengkelan Pupuk Organik Sapu Ijuk Pandai Besi Gypsum Bulu Mata Batik Tulis Kerajinan Kulit Kerang Keramik Batu Lempeng Anyaman Jaring Reparasi Elektronik Kerajinan Batu Kaki Guci Wayang Kulit Sablon Kaos Kaki Batu Split Mainan anak Jumlah
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Jumlah Perusahaan
1.699
Jumlah Tenaga Kerja (Juta Rp.)
Nilai Investasi
Produksi
Satuan Lembar Stel Pasang Buah Lembar Lusin Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah
60 4 4 210 751 23 32 1 1 230 2 14 48 17 18 73 27
145 11 19 292 2453 45 123 3 1 489 7 29 159 39 485 158 89
1.201,0 16,9 19,0 635,0 1.448,7 135,0 266,1 1,0 1,0 2.016,0 18,2 11,9 136,7 177,0 12,8 829,5 301,0
2.100.000 43.800 1.630 685.116 35.059.066 52.970 2.741.600 84 36 13.164 39.000 8.100 164.377 19.551 830.260 19.272 252.000
29 3 1 31 26 33 1 7 1 51 1
182 9 2 36 47 284 1 20 3 257 2
205,0 31,0 1,0 39,7 12,6 217,5 0,4 13,6 25,0 221,2 5,0 7.999
114.680 9.600 36 1.075 4.260 196.640 30 7.860 450 3.401 2.250 42.370.308
5.390
Sumber: Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010
2.9
VISI DAN MISI KABUPATEN BANJARNEGARA Arahan kebijakan dan rencana program pembangunan di Kabupaten Banjarnegara
mengacu Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Banjarnegara Tahun 20052025 serta visi dan misi Kabupaten Banjarnegara yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Banjarnegara Tahun 2006-2011 yang juga merupakan program Bupati Banjarnegara sebagai Kepala Daerah. 2.9.1
VISI Visi dalam hal ini adalah visi pemerintah daerah, yaitu visi Kepala Daerah. Visi pemerintah
daerah pada dasarnya merupakan gambaran masa depan yang akan diwujudkan oleh pemerintah daerah dalam periode 2006-2011. Fungsi visi pemerintah daerah, terutama sebagai arah bagi perjalanan pemerintah daerah dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Visi bukan mimpi dan bukan slogan, tetapi visi harus dapat diwujudkan dan dapat dirasakan ketercapaiannya.
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 65
Berdasarkan uraian pada Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah, dapat disimpulkan bahwa di Kabupaten Banjarnegara masih dijumpai masalah-masalah yang masih perlu ditangani dengan sungguh-sungguh, pada periode 2006-2011, yaitu:
ekonomi rakyat, pendidikan,
kesehatan, infrastruktur, lingkungan, kemiskinan, pengangguran, dan pemerintahan. Dengan kata lain kesejahteraan rakyat masih perlu ditingkatkan pada masa depan. Secara awam kunci kesejahteraan adalah: kenyang, sehat ,pinter ,nyaman dan moralitas. Ini merupakan mandat daerah, yaitu sesuatu yang harus dilaksanakan atau direalisasi dan akan memberi warna kuat terhadap visi yang akan dirumuskan. Berdasarkan masalah, potensi dan harapan masa depan, maka Pemerintah Kabupaten Banjarnegara dalam periode pemerintahan 2006-2011 menetapkan visi sebagai berikut: “Banjarnegara yang Mandiri, Berkualitas, Sejahtera, Bermartabat, Iman dan Taqwa berdasarkan Pancasila” Visi tersebut dapat dijelaskan dengan Kabupaten Banjarnegara sebagai daerah otonom dan telah mendapatkan penyerahan
urusan pemerintahan, mempunyai kewajiban dan
kewenangan untuk merumuskan kebijakan-kebijakan dalam mewujudkan tujuan daerah, yaitu masyarakat yang sejahtera. Dalam periode 2006-2011 Kepala Daerah beserta perangkat daerah dan stakeholders mempunyai komitmen untuk mewujudkan “Banjarnegara yang Mandiri, Berkualitas, Sejahtera, Bermartabat, Iman dan Taqwa berdasarkan Pancasila” 2.9.2
Misi Misi dalam
hal
ini adalah misi
Kepala Daerah. Misi pada dasarnya merupakan
penjabaran atau operasionalsasi dari visi. Misi merupakan bidang-bidang yang akan diarungi untuk menuju tercapainya visi yang telah ditetapkan. Misi juga berupa output-output yang perlu diciptakan terlebih dahulu untuk mewujudkan visi. Misi pada dasarnya merupakan beban yang akan dipikul dan diselesaikan agar visi dapat terwujud. Visi yang terlalu tinggi harapannya berarti akan merupakan tugas berat bagi misi, sehingga boleh jadi gagal. Sebaliknya harapan yang tidak terlalu tinggi terhadap visi yang ditetapkan, akan memuluskan pencapainya karena tidak terlalu membebani tugas misi. Untuk mewujudkan visi Kepala Daerah sebagaimana rumusan di muka, maka dirumuskan misi (beban kinerja yang harus dilaksanakan) sebagai berikut: 1.
Menyelenggarakan pemerintahan yang efisien, efektif dan bersih (bebas KKN) dengan mengutamakan masyarakat.
2.
Meningkatkan sumber-sumber pendanaan dan investasi pembangunan.
3.
Mengembangkan
pemberdayaan
masyarakat
dan
kemitraan
dalam
pelaksanaan
pembangunan. 4.
Meningkatkan kualitas dan kecerdasan sumberdaya manusia dalam pembangunan yang berkelanjutan.
5.
Memulihkan dan meningkatkan pertumbuhan perekonomian rakyat dari keterpurukan ekonomi nasional.
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 66
6.
Menciptakan rasa aman dan tentram dalam suasana kehidupan yang demokratis dan agamis. Misi Kepala Daerah pada dasarnya akan merupakan beban kinerja dari Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) yang telah maupun akan dibentuk. Oleh karena itu, dari rumusan misi tersebut sebenarnya telah tergambarkan SKPD apa yang akan perlukan/ dibentuk untuk mewujudkan visi Kepala Daerah. Paling tidak tergambarkan SKPD yang akan mempunyai beban berat dalam mewujudkan visi Kepala Daerah.
2.10
INSTITUSI DAN ORGANISASI PEMERINTAH DAERAH Institusi dan organisasi pemerintahan Kabupaten Banjarnegara berdasarkan pada
Peraturan Daerah 1.
yang telah ditetapkan. Peraturan Daerah tersebut adalah:
Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 15 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Banjarnegara. Sekretariat Daerah mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan Staf Ahli Bupati, Sekretaria.t DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Lembaga Lain, Satuan Pamong Praja, Kecamatan dan Kelurahan. Sekretariat Daerah Kabupaten Banjarnegara dibantu dengan 3 Asisten yang masingmasing membidangi 3 bagian, yaitu: a.
b.
c.
2.
Asisten Pemerintahan, membidangi: 1) Bagian Tata Pemerintahan; 2) Bagian Pemerintahan Desa; 3) Bagian Hukum. Asisten Ekonomi, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat, membidangi: 1) Bagian Pembangunan; 2) Bagian Perekonomian; 3) Bagian Kesejahteraan Rakyat. Asisten Administrasi, membidangi: 1) Bagian Organisasi; 2) Bagian Hubungan Masyarakat; 3) Bagian Umum.
Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 16 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Banjarnegara. Tugas pokok dinas daerah adalah melaksanakan urusan pemerintah daerah yang menjadi kewenangan daerah. Dinas daerah yang terdapat di Kabupaten Banjarnegara, adalah: a.
Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga;
b.
Dinas Kesehatan;
c.
Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi;
d.
Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika;
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 67
3.
e.
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil;
f.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata;
g.
Dinas Pekerjaan Umum;
h.
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Energi Sumber Daya Mineral;
i.
Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Mikro Kecil Menengah;
j.
Dinas Pertanian, Perikanan, dan Peternakan;
k.
Dinas Kehutanan dan Perkebunan;
l.
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah
Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 17 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Banjarnegara. Tugas pokok lembaga teknis daerah adalah melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik. Lembaga teknis daerah yang terdapat di Kabupaten Banjarnegara, adalah: a.
Inspektorat;
b.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;
c.
Badan Kepegawaian Daerah;
d.
Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan;
e.
Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat;
f.
Kantor Lingkungan Hidup;
g.
Kantor Ketahanan Pangan;
h.
Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah;
i.
Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Desa; dan
j.
Rumah Sakit Umum Daerah.
Institusi dan organisasi Pemerintah Kabupaten Banjarnegara yang terkait dengan fungsi regulator (pengaturan dan pengarahan aturan sanitasi serta perencanaan sanitasi) dan operator sanitasi (penyediaan dan pendistribusian layanan sanitasi serta pemantauan dan evaluasi program/ kegiatan pengelolaan sanitasi) adalah: 1.
Bappeda;
2.
Dinas Kesehatan;
3.
Dinas Pekerjaan Umum; dan
4.
Kantor Lingkungan Hidup.
Tugas pokok dinas dan lembaga teknis daerah yang terkait dengan sanitasi di Kabupaten Banjarnegara ditunjukkan pada table berikut:
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 68
Tabel 2.12 Tugas Pokok Dinas dan Lembaga Teknis Daerah terkait Sanitasi di Kabupaten Banjarnegara No. 1
SKPD BAPPEDA
Tugas Pokok Bappeda mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang perencanaan pembangunan daerah dan penanaman modal.
Fungsi Regulator
2
Dinas Kesehatan
Regulator operator
dan
3
Dinas Pekerjaan Umum
Regulator operator
dan
4
Kantor Lingkungan Hidup
Dinas Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan Pemerintah Daerah di Bidang Kesehatan yang menjadi kewenangan daerah. Dinas Pekerjaan Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan Pemerintah Daerah di Bidang Bina Marga, Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan yang menjadi kewenangan daerah. Kontor Lingkungan Hidup mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di bidang lingkungan hidup
Regulator Operator
dan
Bagan organisasi dari instansi terkait dapat dilihat pada gambar berikut:
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 69
Bagan 2.1, Struktur Organisasi Bappeda
Bagan Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Banjarnegara
KEPALA SEKRETARIAT
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
BIDANG EKONOMI DAN PENANAMAN MODAL
SUB BAGIAN PERENCANAAN, EVALUASI DAN PELAPORAN
BIDANG PEMERINTAHAN DAN SOSIAL BUDAYA
SUB BIDANG PERTANIAN DAN KEHUTANAN
SUB BIDANG PENDIDIKAN MENTAL SPIRITUAL DAN BUDAYA
SUB BIDANG PENANAMAN MODAL, PENGEMBANGAN DUNIA USAHA DAN PARIWISATA
SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
SUB BAGIAN KEUANGAN
BIDANG PRASARANA DAN PENGEMBANGAN WILAYAH
SUB BIDANG PERHUBUNGAN DAN PRASARANA WILAYAH
SUB BIDANG TATA RUANG,SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN
BIDANG STATISTIK ,MONITORING,DAN EVALUASI
SUB BIDANG STATISTIK, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
SUB BIDANG MONITORING, EVALUASI,DAN PELAPORAN
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 70
Bagan 2.2, Struktur Organisasi Dinkes
Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara
KEPALA
SEKRETARIAT KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SUB BIDANG PERENCANAAN, EVALUASI DAN PELAPORAN
BIDANG PELAYANAN KESEHATAN
SEKSI KESEHATAN DASAR DAN INSTITUSI
SEKSI BINA SARANA PELAYANAN KESEHATAN
SEKSI FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN
BIDANG PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
BIDANG PEMBERDAYAAN,KEMI TRAAN DAN PROMOSI KESEHATAN
SEKSI PENCEGAHAN PENYAKIT
SEKSI PENGEMBANGAN PROMOSI KESEHATAN
SEKSI PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENANGGULANGAN KEJADIAN LUAR BIASA
SEKSI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN KEM ITRAAN
SEKSI JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DAN PEMBIAYAAN KESEHATAN MASYARAKAT
SEKSI PENYEHATAN LINGKUNGAN
SUB BIDANG KEUANGAN
SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN
BIDANG KESEHATAN KELUARGA
SEKSI GIZI MASYARAKAT
SEKSI KESEHATAN IBU DAN ANAK
SEKSI KESEHATAN REMAJA DAN USIA LANJUT
UPTD
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 71
Bagan 2.3, Struktur Organisasi DPU
Bagan Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Banjarnegara
KEPALA SEKRTARIAT KELOMPOK JABTAN FUNGSIONAL
SUB BAGIAN PERNCANAAN, EVALUASI DAN PELAPORAN
BIDANG BINA MARGA
BIDANG CIPTA KARYA
BIDANG TATA RUANG
SEKSI PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN
SEKSI PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG
SEKSI TATA RUANG WILAYAH
SEKSI PENINGKATAN JALAN DAN JEMBATAN
SEKSI PERUMAHAN, PERMUKIMAN DAN SARANA AIR BERSIH
SEKSI PENGENDALIAN TATA RUANG DAN KAWASAN
SUB BAGIAN KEUANGAN
SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN
BIDANG KEBERSIHAN, PERTAMANAN DAN PENERANGAN JALAN
SEKSI KEBERSIHAN SEKSI PERTAMANAN DAN PERINDAHAN KOTA
SEKSI PENERANGAN JALAN
UPTD
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 72
Bagan 2.4, Struktur Organisasi LH
Bagan Struktur Organisasi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Banjarnegara
KEPALA
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
SEKSI PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
SUB BAGIAN TATA USAHA
SEKSI PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN
SEKSI PENGKAJIAN DAMPAK LINGKUNGAN
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 73
2.11
TATA RUANG WILAYAH Berdasarkan potensi dan karakteristik yang dimiliki oleh wilayah Kabupaten Banjarnegara,
diantaranya adalah sebagai daerah agraris yang memiliki sumberdaya manusia yang cukup, dan memiliki beberapa produk unggulan, seperti; produk pertanian padi, perikanan, peternakan, tanaman sayuran, dan lain-lain, Berdasarkan Rencana tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banjarnegara, tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah “mewujudkan ruang Kabupaten berbasis pertanian dan pariwisata yang unggul dalam sistem wilayah terpadu dan berkelanjutan”, Perwujudan tujuan ini merupakan upaya untuk mewujudkan wilayah pembangunan yang berkembangan dengan mempertimbangkan potensi daerah dengan memperhatikan kelestarian alamnya, Terdapat 4 (empat) kunci dalam tujuan di atas, yaitu : 1.
Pengembangan pertanian; sektor pertanian merupakan sektor yang paling penting di Kabupaten Banjarnegara, pengembangan sektor ini harus dioptimalkan agar dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk,
2.
Pengembangan pariwisata;
potensi pariwisata di Kabupaten Banjarnegara sangat
beragam dan potensial dikembangkan sebagai ikon daerah, 3.
Sistem wilayah terpadu; pengembangan wilayah Kabupaten Banjarnegara dilakukan melalui keterpaduan kawasan perdesaan dan perkotaan,
4.
Berkelanjutan; karakter wilayah Kabupaten Banjarnegara yang terdiri atas hulu (kawasan bagian Utara) dan hilir (kawasan bagian tengah-selatan) membutuhkan penanganan alam yang tepadu dengan prinsip kelestarian lingkungan,
Kebijakan penataan ruang Kabupaten Banjarnegara untuk mewujudkan tujuan penataan ruang tersebut, meliputi : a.
Pengembangan pusat-pusat pelayanan mendorong pertumbuhan dan pemerataan perkembangan wilayah;
b.
Peningkatan keterhubungan kawasan perkotaan –perdesaan;
c.
Pengembangan prasarana wilayah Kabupaten;
d.
Pengendalian alih fungsi lahan pertanian produktif;
e.
Pengembangan pariwisata alam dan buatan;
f.
Pengembangan kawasan perkotaan yang mampu berfungsi sebagai pusat pemasaran hasil komoditas Kabupaten;
g.
Peningkatan pengelolaan kawasan lindung;
h.
Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung lingkungan hidup dan daya tampung lingkungan hidup; dan
i.
Pengembangan kawasan strategis Kabupaten,
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 74
2.11.1 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Banjarnegara Berdasarkan hasil analisa tentang struktur wilayah, Kabupaten Banjarnegara dibagi menjadi beberapa hirarki, Hirarki perkotaan tersebut dibentuk oleh perkembangan dan pertumbuhan perkotaan itu sendiri, Sedangkan, perkembangan dan pertumbuhan perkotaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : kependudukan, kelengkapan fasilitas dan aksesibilitas, Pada variabel kependudukan pendekatan yang digunakan adalah jumlah, kepadatan penduduk dan penduduk menurut tingkat pendidikan, Pada variabel kelengkapan fasilitas, yang diperhitungkan adalah fasilitas yang memiliki skala pelayanan wilayah (kecamatan, sub wilayah, wilayah), meliputi fasilitas perekonomian (perdagangan dan jasa) dan fasilitas sosial (pendidikan dan kesehatan), Pada variabel kelengkapan aksesibilitas, yang diperhitungkan adalah kondisi jalan dan kelas jalan, Dalam suatu wilayah pengembangan akan terdapat banyak kota dengan berbagai ukuran, Untuk mengarahkan pembangunan dari suatu wilayah, maka perlu dikenal dengan baik bagaimana peranan kota-kota tersebut termasuk hirarkinya di dalam suatu wilayah, Untuk menentukan hirarki kota-kota dalam suatu wilayah dengan cara meninjau jumlah pelayanan yang dapat diemban oleh sebuah kota, Hirarki kekotaan tersebut terdiri atas Hirarki I meliputi Kecamatan Mandiraja, Banjarnegara, Madukara, Karangkobar, Purworejo Klampok, dan Kalibening, Hirarki Kota II Kecamatan Purwonegoro, Bawang dan Rakit, Hirarki III meliputi Kecamatan Susukan, Banjarmangu dan Wanayasa, Selanjutnya, Hirarki IV meliputi Kecamatan Pagedongan, Sigaluh, Wanadadi, Pagentan, Pejawaran, Batur dan Punggelan, Pada hirarki V hanya terdapat Kecamatan Pandanarum, Dengan mempertimbangkan kondisi wilayah Kabupaten Banjarnegara, maka untuk memudahkan dalam dalam pembagian sistem pusat pelayanan, maka akan ditentukan pula sistem perwilayahan pembangunan dalam Satuan Wilayah Pembangunan berdasarkan keterkaitannya dengan sistem pelayanan, A.
Rencana Sistem Pusat Pelayanan Perkotaan Struktur perkotaan wilayah Kabupaten Banjarnegara direncanakan mengikuti konsep dan
skenario perkembangan wilayah Kabupaten Banjarnegara yaitu perkembangan Banjarnegara Bagian Utara, Selatan dan Tengah, Banjarnegara Bagian Selatan yang didukung oleh jalur utama Temanggung-Banyumas meliputi Kecamatan Sigaluh, Pagedongan, Bawang, Purwonegoro, Mandiraja, Purworejo Klampok dan Susukan, Arah perkembangan Banjarnegara Bagian Tengah yang merupakan pusat perkembangan Kabupaten Banjarnegara terdiri atas Kecamatan Banjarnegara, Rakit, Madukara, Banjarmangu dan Wanadadi, Sedangkan, Bagian Utara yang merupakan dataran tinggi yang memliki akses jalan menuju Kabupaten Pekalongan, Batang dan Wonosobo terdiri atas Kecamatan Pagentan, Karangkobar, Punggelan, Pandanarum, Kalibening, Wanayasa, Pejawaran dan Batur. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka rencana sistem pusat-pusat kegiatan di wilayah Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 75
Tabel 2.30 Rencana Struktur Perkotaan di Wilayah Kabupaten Banjarnegara Hirarki I
Struktur Kota Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
II
Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp)
III
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
Keterangan Kawasan Perkotaan yang akan dikembangkan menjadi PKL adalah kota-kota yang wilayah pelayanannya telah berkembang lebih dari 1 administrasi kecamatan, Skala fasilitas/kegiatan yang dikembangkan di kota ini memiliki pelayanan sebagian atau satu wilayah Kabupaten, Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) merupakan kawasan perkotaan yang dalam jangka waktu tertentu akan diusulkan menjadi Pusat Kegiatan Lokal (PKL), Kawasan Perkotaan yang akan dikembangkan menjadi PPK adalah kota-kota ibukota kecamatan yang memiliki skala kecamatan dan beberapa desa, Kota-kota ini merupakan pusat pemerintahan, aktifitas sosial, serta kegiatan perekonomian di tingkat lokal (kecamatan),
Kawasan Perkotaan - Kawasan Perkotaan Banjarnegara - Kawasan Perkotaan Purworejo Klampok
- Kawasan Perkotaan Karangkobar
- Kawasan Perkotaan Sigaluh - Kawasan Perkotaan Pagedongan - Kawasan Perkotaan Bawang - Kawasan Perkotaan Purwonegoro - Kawasan Perkotaan Susukan - Kawasan Perkotaan Rakit - Kawasan Perkotaan Rakit - Kawasan Perkotaan Madukara - Kawasan Perkotaan Banjarmangu - Kawasan Perkotaan Wanadadi - Kawasan Perkotaan Pagentan - Kawasan Perkotaan Punggelan - Kawasan Perkotaan Pandanarum - Kawasan Perkotaan Wanayasa - Kawasan Perkotaan Pejawaran - Kawasan Perkotaan Batur - Kawasan Perkotaan Mandiraja - Kawasan Perkotaan Kalibening
Sumber : Rencana Tim Penyusun, 2010
B.
Rencana Sistem Perwilayahan Sistem perwilayahan merupakan tindak lanjut dari hirarki kota-kota yang telah
ditentukan, Pada hirarki kota, kota-kota hanya dilihat sebagai titik-titik dalam ruang, Sementara dalam sistem perkotaan, kota-kota membentuk suatu sistem yang didasari hubungan saling ketergantungan (interdependency) dan keterkaitan (linkage) antara kota satu dengan yang lain secara hirarkis, Dalam sistem perkotaan ini pada hakikatnya terdapat unsur jangkauan wilayah pelayanan, Pembagian sistem wilayah selain didasarkan pada skenario pengembangan wilayah dan hirarki kota yang ada, serta potensi dan permasalahan masing-masing wilayah,
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 76
Secara sosial ekonomi wilayah Kabupaten banjarnegara terbagai atas 3 kelompok utama, yaitu : wilayah bagian utara yang memiliki orientasi pusat pelayanan di Kawasan Perkotaan Karangkobar, wilayah bagian selatan-timur yang memiliki orientasi pusat pelayanan di Kawasan Perkotaan Banjarnegara, dan Wilayah selatan-barat yang memiliki orientasi pusat pelayanan di Kawasan Perkotaan Purworejo Klampok. Berdasarkan pada karakteristik diatas maka wilayah pengembangan Kabupaten Banjarnegara di bagi menjadi : a. Wilayah Pengembangan I, meliputi : Kecamatan Batur, Kecamatan Pagentan, Kecamatan Pejawaran, Kecamatan Wanayasa, Kecamatan Kalibening, Kecamatan Pandanarum, dan Kecamatan Karangkobar, Pusat Pelayanan wilayah pengembangan I adalah kawasan perkotaan Karangkobar, Rencana pengembangan fungsi utama di wilayah pengembangan I adalah : -
Pariwisata
-
Pertanian Lahan Kering, Hortikultura, dan perkebunan
-
Agropolitan
-
Konservasi Lingkungan
-
Sumberdaya Energi
-
Sumberdaya Mineral
b. Wilayah Pengembangan II, meliputi : Kecamatan Madukara, Kecamatan Banjarmangu, Kecamatan Punggelan, Kecamatan Wanadadi, Kecamatan Banjarnegara, Kecamatan Bawang, Kecamatan Pagedongan, Kecamatan Sigaluh, Pusat Pelayanan wilayah pengembangan II adalah kawasan perkotaan Banjarnegara, Rencana pengembangan fungsi utama di wilayah pengembangan II adalah : -
Perdagangan dan Jasa
-
Industri
-
Pendidikan
-
Perikanan
-
Pariwisata
-
Pertanian lahan basah (sawah), Pertanian Lahan Kering, dan Perkebunan
-
Sumberdaya Energi
-
Sumberdaya Mineral
c. Wilayah Pengembangan III, meliputi : Kecamatan Rakit, Kecamatan Purwonegoro, Kecamatan Mandiraja, Kecamatan Purworejo Klampok, Kecamatan Susukan, Pusat Pelayanan wilayah pengembangan III adalah kawasan perkotaan Purworejo Klampok, Rencana pengembangan fungsi utama di wilayah pengembangan III adalah : -
Perdagangan dan Jasa
-
Hasil Kerajinan
-
Pertanian lahan basah (sawah)
-
Perikanan (Minapolitan)
-
Industri
-
Sumberdaya mineral
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 77
Selengkapnya mengenai pembagian wilayah pengembangan di Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Satuan Wilayah Pembangunan
Wilayah Pengembangan I
Wilayah Pengembangan II
Wilayah Pengembangan III
Tabel 2.31 Rencana Sistem Perwilayahan Kabupaten Banjarnegara Pusat Rencana Fungsi Penopang Wilayah Pelayanan Pelayanan Kegiatan Wilayah Pariwisata Kecamatan Batur - Pertanian Lahan Kering, Kecamatan Pagentan Hortikultura, dan perkebunan Kawasan Kecamatan Pejawaran Perkotaan Kecamatan Wanayasa - Agropolitan Karangkobar Kecamatan Kalibening - Konservasi Lingkungan Kecamatan Pandanarum - Sumberdaya Energi Kecamatan Karangkobar - Sumberdaya Mineral - Perdagangan dan Jasa - Industri Kecamatan Madukara - Perikanan Kecamatan Banjarmangu - Pendidikan Kecamatan Punggelan Kawasan Kecamatan Wanadadi - Pariwisata Perkotaan Kecamatan Banjarnegara - Pertanian lahan basah (sawah), Banjarnegara Kecamatan Bawang Pertanian Lahan Kering, dan Kecamatan Pagedongan Perkebunan Kecamatan Sigaluh - Sumberdaya Energi - Sumberdaya Mineral - Perdagangan dan Jasa Kecamatan Rakit - Hasil Kerajinan Kawasan Kecamatan Purwonegoro - Pertanian lahan basah (sawah) Perkotaan Kecamatan Mandiraja Purworejo Kecamatan Purworejo - Perikanan (Minapolitan) Klampok Klampok - Industri Kecamatan Susukan - Sumberdaya Mineral
Sumber : Rencana Tim Penyusun, 2010
C.
Sistem Pengembangan Sistem Perdesaan Pengembangan sistem
perdesaan di Kabupaten Banjarnegara dilakukan melalui
pendekatan agropolitan, Kawasan Agropolitan terdiri dari Kota Pertanian dan Desa-Desa sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya, dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan administrasi Pemerintahan, tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi yang ada, Dengan kata lain Kawasan Agropolitan adalah Kawasan Agribisnis yang memiliki fasilitas perkotaan antara lain jaringan jalan, lembaga pasar, lembaga keuangan, perkantoran, lembaga penyuluhan dan alih teknologi, lembaga pendidikan, transportasi, telekomunikasi, listrik, air bersih, lembaga pertanian, lembaga kesehatan dan sarana prasarana umum, Selanjutnya, Pengembangan Kawasan Agropolitan adalah pembangunan ekonomi berbasis pertanian di kawasan agribisnis, yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Pemerintah,
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 78
Di wilayah Kabupaten Banjarnegara selain ditetapkan kebijakan menjadi Kawasan Agropolitan JAKABAYA (Kecamatan Pejawaran, Karangkobar, Batur, dan Kecamatan Wanayasa), Kawasan agropolitan JAKABAYA juga terdiri dari beberapa Kawasan Sentra Produksi (KSP) dan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) yang terdiri dari: 1.
Kawasan Sentra Produksi (KSP) Kentang, yang meliputi Desa Batur, Sumberrejo, Bakal, Pekasiran, Kepakisan dan Karangtengah yang berada di Kecamatan Batur, dengan Desa Sumberrejo sebagai Desa Pusat Pertumbuhannya (DPP);
2.
Kawasan Sentra Produksi (KSP) Kobis, yang meliputi Desa Gembol, Grogol, Ratamba, Penusupan dan sidengkok yang berada di wilayah Kecamatan Pejawaran dan Batur, Sumberejo dan Pesurenan dengan Desa Ratamba sebagai DPP;
3.
Kawasan Sentra Produksi (KSP) Domba Batur, yang meliputi Desa Batur, Sumberejo, Pekasiran dan Kepakisan yang berada di Kecamatan Batur dengan Desa Pekasiran sebagai DPP;
4.
Kawasan Sentra Produksi (KSP) Cabai, yang meliputi Desa Darmayasa, Biting, Pejawaran, Penusupan, berada di Kecamatan Pejawaran; Desa Leksana, Purwodadi, Gumelar di Kecamatan Karangkobar, dengan Desa Biting sebagai DPP;
5.
Kawasan Sentra Produksi (KSP) Jagung, yang meliputi seluruh desa di Kecamatan Karangkobar, Pejawaran dan sebagian Wanayasa dengan Desa Slatri sebagai DPP;
6.
Kawasan sentra Produksi (KSP) Ubi Kayu, yang meliputi Desa seluruh desa di Kecamatan Karangkobar, dengan Desa Sampang sebagai DPP;
7.
Kawasan Sentra Produksi (KSP) Teh, meliputi Kecamatan Wanayasa. Selain Kawasan agropolitan JAKABAYA, juga terdapat daerah-daerah yang cukup
berpotensi untuk dikembangkan menjadi Kawasan Agropolitan dengan konsep agribisnis, yang mencakup tiga hal, yaitu : 1.
Indutri hulu pertanian atau disebut agribisnis hulu, yaitu agribisnis yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian (the manufacture and distribution of farm supllies), seperti industri kimia (pupuk, pestisida, obat-obatan hewan), indsutri agro-otomotive (mesin peranian, peralatan peranian, mesin dan peralatan pengolahan hasil pertanian) dan indsutri pembibitan/ pembenihan tanaman/hewan).
2.
Pertanian dalam arti luas (production operation of the farm) disebut juga off the farm agribisnis, yaitu pertanian pertanaman pangan, tanaman holtikulural, tanaman obat-obatan, perkebunan, peternakan, perikanan laut/ air tawar serta kehutanan.
3.
Industri hilir pertanian atau disebut juga agribisnis hilir, yaitu indsutri yang mengolah hasil pertanian menjadi produk-produk olahan, baik produk antara (intermediated product) maupun produk akhir (storage processing and distribution of farm commodities and items mode from them).
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 79
Peta 2. 14, Peta Struktur Ruang
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
Dengan demikian, pembangunan agribisnis bukan hanya pembangunan pertanian saja, akan tetapi merupakan pembangunan pertanian yang menyertakan industri pertanian dan jasanya, Pembangunan agribisnis adalah pembangunan keunggulan bersaing, di atas keunggulan komparatif melalui transformasi pembangunan yang digerakkan oleh kekuatan modal (capital driven) menjadi pembangunan yang digerakkan oleh kekuatan inovasi (innovation driven), Secara umum, membangun agribisnis di wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah mengintegrasikan pembangunan pertanian, industri dan jasa serta membangun ekonomi rakyat, ekonomi daerah, membangun industri kecil-menengah, koperasi, membangun daya saing perekonomian bangsa dan negara dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan, 2.11.2 Penggunaan Lahan Penggunaan lahan menurut jenisnya di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2010 dibagi menjadi 2 yaitu Lahan Sawah dan lahan bukan sawah/lahan kering. Lahan sawah di Kabupaten Banjarnegara mempunyai luas 14,568 ha dan lahan kering mempunyai luas 92,403 ha. Dari luas lahan Kabupaten Banjarnegara 106,971 ha, paling banyak diusahakan untuk kegiatan tegalan/kebun adalah 45,49%, hutan negara adalah 14,77% dan yang diusahakan untuk sawah adalah 13,62%, sedangkan yang dimanfaatkan untuk kegiatan bangunan adalah 15,37%, Untuk lebih jelasnya penggunaan lahan Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada Tabel dibawah ini : Tabel 2.32 Penggunaan Lahan Menurut jenisnya di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 Luas Penggunaan No, Penggunaan Lahan Prosentase Lahan (ha) 1
Lahan Sawah 14,568 Irigasai teknis 6,198 Irigasi 1/2 teknis 629 Irigasi sederhana 2,553 Irigasi desa/non PU 1,463 Irigasi tadah hujan 3,725 Pasang surut Lebak/ polder, lainnya 2 Bukan Lahan Sawah 92,403 Bangunan/ pekarangan & hal 16,437 Tegalan/ kebun 48,660 Ladang/ huma Padang rumput Rawa tdk ditanami padi Tambak Kolam/ empang 513 Sementara tdk diusahakan Hutan rakyat 4,066 Hutan negara 15,800 Perkebunan negara 2,131 Lainnya 4,796 Jumlah 106,971 Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010
5,79 0,59 2,39 1,37 3,48 0,00 0,00 15,37 45,49 0,00 0,00 0,00 0,00 0,48 0,00 3,80 14,77 1,99 4,48 100,00
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
II - 81
Peta 2.15, Peruntukan Lahan
.Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara