Bab 1. Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Populasi manusia semakin lama semakin bertambah, akibatnya kebutuhan
akan jalan semakin meningkat. Untuk menunjang hal itu, sarana dan prasarana transportasi darat (jalan) harus terus dikembangkan, agar dapat melayani kebutuhannya dengan aman dan nyaman. Dalam meningkatkan pelayanan tersebut salah satunya dengan peningkatan daya dukung jalan terhadap beban lalu-lintas maupun pengaruh cuaca. Demikian pula di Muara Teweh – Kalimantan Tengah, pengembangan prasarana jalan ditingkatkan berdasarkan Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan. Muara teweh dikembangkan menjadi kota pelayanan tersier. Diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat produksi dan distribusi untuk mendukung sektor produksi wilayah sekitarnya seperti kegiatan pertambangan batubara, industri pengolahan kayu, pertanian dan perkebunan. Untuk memenuhi rencana tersebut saat ini sedang dilakukan peningkatan dan pembangunan jaringan jalan Lintas Tengah yang menghubungkan kota-kota : Mempawah – Ngabang – Sanggau – Sekadau – Tebelian – Nangapinoh – Tumbang Jutuh – Kuala Kurun – Tumbang Talaken - Puruk Cahu – Muaralaung – Muarateweh – Simpang Blusuh – Resak – Kotabangun - Tenggarong – Loa Janan Samarinda dengan prioritas sedang. Pada Proyek Pembangunan dan Pengembangan Jalan Muara Teweh – Puruk Cahu sepanjang 100 km, di titik-titik tertentu banyak dijumpai umur jalan yang tidak lama. Belum mencapai umur pakai yang direncanakan. Apabila terjadi kerusakan pada perkerasan, maka akan cepat berlanjut pada kerusakan lapisan dan tanah dasar di bawahnya, sehingga dalam 2 minggu seolah-olah menjadi kubangan baru. Kerusakan semacam ini juga banyak dijumpai di jalur Muara Teweh – Banjarmasin. Konstruksi jalan secara umum terdiri dari subgrade, subbase, base dan surface. Subbase dan base biasanya menggunakan bahan alami yang ditambahkan, I-1
Bab 1. Pendahuluan
yaitu kerikil dan batu pecah, sedangkan subgrade merupakan tanah biasa yang merupakan tanah dasarnya. Banyak faktor yang mempengaruhi kegagalan pada kontruksi jalan. Ketidakcermatan dan ketelitian terhadap syarat batas yang diijinkan dari berbagai macam material lapisan perkerasan jalan akan mempercepat terjadinya kerusakan jalan. Kegagalan subgrade (subgrade failure) banyak dijumpai pada pembangunan maupun rehabilitasi jalan. Stabilisasi tanah pada subgrade adalah usaha untuk memperbaiki tanah dasar pada lokasi jalan yang tersedia dengan memberikan bahan tambahan yang sesuai. Kapur pada umumnya dapat mengurangi bahkan menghilangkan masalah-masalah yang ada, serta merupakan salah satu stabilizer yang baik.
1.2
Perumusan Masalah Pada Proyek Pembangunan dan Pengembangan Jalan Muara Teweh – Puruk
Cahu sepanjang 100 km, di titik-titik tertentu banyak dijumpai umur jalan yang tidak lama atau belum mencapai umur pakai yang direncanakan. Apabila terjadi kerusakan pada perkerasan, maka akan cepat berlanjut pada kerusakan lapisan dan tanah dasar di bawahnya, sehingga dalam 2 minggu seolah-olah menjadi kubangan baru.Kondisi tersebut lebih parah jika terjadi hujan. Apabila ada mobil yang terjebak dalam kubangan tersebut, butuh waktu yang sangat lama untuk mengeluarkan serta harus ditarik oleh mobil lain yang berkekuatan lebih besar. Lokasi tersebut adalah daerah perbukitan yang sama sekali tidak rawan terhadap banjir,sehingga kerusakan pada jalan tersebut bukan disebabkan oleh banjir.sebagaimana diuraikan pada latar belakang bahwa umumnya kerusakan yang timbul pada konstruksi perkerasan jalan tidak disebabkan oleh salah satu factor saja, tetapi dapat berupa gabungan penyebab yang saling kait mengait. Adapun kerusakankerusakan yang tedapat pada jalan tersebut bisa dilihat pada gambar berikut:
I-2
Bab 1. Pendahuluan
Gambar 1.1 kerusakan perkerasan yang berlanjut pada subgrade
Gambar 1.2 Kerusakan perkerasan tidak berlanjut terhadap subgrade
Tanah merupakan pendukung utama suatu struktur bangunan maupun jalan. Ketebalan perkerasan jalan sangat dipengaruhi oleh kualitas tanah dasarnya. Semakin bagus kualitas tanah dasarnya, maka semakin tipis tebal perkerasannya. Kerusakan jalan di Wilayah Kabupaten Muara Teweh secara umum adalah berupa hancurnya jalan akibat air sehingga merusak lapisan perkerasan dan tanah dasarnya. Penanganan
I-3
Bab 1. Pendahuluan
yang telah dilakukan untuk sementara dengan cara ditaburi batuan-batuan seperti perkerasan macadam. Berdasarkan permasalahan tersebut maka mempersiapkan subgrade yang baik sangatlah menentukan. Untuk mendapatkan subgrade yang baik diperlukan suatu stabilizer yang berfungsi untuk meningkatkan daya dukung dan karakteristik tanah tersebut. Penelitian mengenai tanah dasar telah banyak dilakukan dengan berbagai cara seperti penambahan kapur, semen, abu sekam dan lain-lain.
1.3
Maksud & Tujuan Penelitian
1. Mengetahui penyebab kerusakan jalan pada lokasi Muara Teweh. 2. Melakukan stabilisasi tanah dengan kapur. 3. Mencari kadar optimum kapur sebagai bahan campuran untuk meningkatkan daya dukung tanah dengan variasi 0 %, 3 % ,5%, 7% , 9 % , 11 % berdasarkan hasil tanah asli yang di sesuaikan dengan perencanaan bahan serbuk dari departemen pekerjaan umum.
1.4
Batasan Masalah Pembatasan masalah yang dibahas dalam penulisan ini perlu dilakukan agar
dalam penulisan tidak keluar dari inti permasalahan serta menghindari meluasnya penulisan. Adapun pembatasan masalah yang dilakukan yaitu : 1. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Universitas Mercu Buana. 2. Tanah yang akan distabilisasi berasal dari daerah Muara Teweh – Puruk Cahu Kalimantan tengah. 3. Stabilizing agent yang digunakan adalah kapur. 4. Uji laboratorium yang dilakukan meliputi sifat-sifat fisik dan mekanis tanah diantaranya: analisa gradasi, kadar air, berat jenis, pemadatan standar, batasbatas Atterberg, CBR laboratorium.
I-4
Bab 1. Pendahuluan
5. Kadar kapur yang digunakan adalah 0%, 3 %, 5 % , 7 %, 9 %, 11 % dari berat tanah.
1.5
Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Membahas tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, maksud dan
tujuan, batasan masalah, serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Membahas tentang semua rujukan atau literature yang termuat dalam penelitian tersebut dan berisikan teori, peraturan, serta batasan-batasan yang menimbulkan gagasan yang mendasari penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Berisi diagram alir penelitian (tahapan) atau rangka kerja yang akan dilakukan beserta uraian-uraian dari kerangka kerja tersebut.
BAB IV HASIL PENELITIAN Berisikan pengolahan data / perancangan / pembahasan dan analisis dari hasil pengujian tanah tersebut.
BAB V PENUTUP Berisi simpulan pokok dari keseluruhan penelitian dan saran yang akan diberikan guna penelitian atau pengembangan lebih lanjut. Serta daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
I-5