BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Hutan sebagai salah satu sumberdaya alam merupakan kekayaan Negara
yang harus dikelola secara bijaksana guna kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu pengelolaan hutan harus dilaksanakan secara baik melalui perencanaan yang cermat, rasional dan terarah. Pengelolaan hutan yang baik membutuhkan adanya data dan informasi yang memadai (handal, akurat, dibutuhkan, standar, tidak berbias dan dapat diakses). Untuk keperluaan data informasi tersebut maka diperlukan suatu kegiatan inventarisasi hutan. Inventariasasi hutan adalah suatu usaha untuk menguraikan kuantitas dan kualitas pohon-pohon hutan serta berbagai karakteristik-karakteristik areal tempat tumbuhnya. Suatu inventarisasi yang lengkap dipandang dari segi penaksiran kayu harus berisi deskripsi areal berhutan serta kepemilikannya, penaksiran volume pohon-pohon yang masih berdiri, penaksiran riap dan pengeluaran hasil (Husch 1987). Secara umum inventarisasi hutan didefinisikan sebagai pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumberdaya hutan untuk perencanaan pengelolaan sumberdaya tersebut bagi kesejahteraan masyarakat secara lestari dan serbaguna. Inventarisasi hutan dilakukan untuk mengetahui kondisi biofisik sumberdaya hutan baik yang berupa flora, fauna maupun keadaan fisik lapangan, serta kondisi social ekonomi dari areal atau kawasan hutan yang diinventarisasi. Istilah inventore atau inventarisasi hutan, merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu forest inventory, atau bahasa Belanda bosch inventarisatie. Secara umum, pengertian inventarisasi hutan adalah suatu tindakan untuk mengum pulkan informasi tentang kekayaan hutan. Istilah lain yang sering dipakai dalam bahasa Indonesia adalah perisalahan. Istilah serupa dalam bahasa Inggris yang mempunyai arti lebih spesifik, adalah timber cruising, yang lebih menitikberatkan pengumpulan informasi tentang potensi kayu dari suatu areal hutan dalam rencana pembalakan atau logging (Departemen Kehutanan RI 1992).
2
Jenis informasi yang akan dikumpulkan dalam suatu inventore hutan tergantung pada tujuan. Tingkat kecermatan masing-masing informasi juga bervariasi sesuai dengan peranan informasi tersebut dalam tujuan pengelolaan hutan ini. Tujuan utama inventarisasi hutan adalah untuk mendapatkan datan tentang areal berhutan dan komposisi tegakannya. Kegiatan inventarisasi hutan dapat dilaksanakan dengan penginderaan jauh, pengamatan langsung di lapangan atau gabungan keduanya (Simon 1993). Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) merupakan kegiatan inventarisasi hutan berkala sepuluh tahunan yang dilakukan oleh perusahaan pemegang konsesi pengelolaan hutan baik hutan alam maupun hutan tanaman yang mempunyai maksud sebagai panduan dasar bagi pengelola unit manajemen tingkat tapak (KPH dan IUPHHK) dalam melaksanakan kegiatan inventarisasi hutan menyeluruh berkala pada areal unit pengelolaan dan areal IUPHHK-HA dan IUPHHK-HT sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKUPHHK) sepuluh tahunan. Sedangkan tujuan kegiatan IHMB ini adalah: 1. untuk mengetahui kondisi sediaan tegakan hutan (timber standing stock) secara berkala, 2. sebagai bahan penyusunan RKUPHHK-HA dan atau RKUPHHK-HT, 3. sebagai bahan pemantauan kecenderungan (trend) kelestarian tegakan tinggal di areal KPH dan atau IUPHHK-HA atau IUPHHK-HT, 4. sebagai dasar penyusunan proposal teknis permohonan IUPHHK (Peraturan Menteri Kehutanan No. 34 tahun 2007) Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) merupakan inventarisasi hutan berkala sepuluh tahunan untuk menyusun rencana kerja usaha pemanfaatan hasil hutan sepuluh tahunan, yang wajib dilakukan oleh para pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan kayu dalam Hutan Alam (IUPHHK-HA) dan Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) berdasarkan Peraturan pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan.
3
Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.33/Menhut-II/2009 Tentang Pedoman Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) Pada Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Produksi, sediaan tegakan pada lokasi-lokasi yang tidak terwakili oleh plot contoh diprediksi menggunakan metode interpolasi. Menurut Webster dan Oliver (2007) dalam Primatika (2011), interpolasi spasial adalah suatu metode atau fungsi matematis untuk menduga nilai pada lokasi-lokasi yang datanya tidak tersedia dan metode ini mengasumsikan bahwa atribut data bersifat kontinu di dalam ruang dan atribut ini saling berhubungan secara spasial. Teknik interpolasi yang digunakan, antara lain metode interpolasi IDW (Inverse Distance Weight), Spline dan Kriging. Pendugaan sediaan tegakan pada wilayah-wilayah yang tidak diwakili plot dilakukan dengan pendekatan interpolasi spasial. Pengujian teknik interpolasi pada IHMB belum banyak dilakukan terutama untuk beberapa jenis tegakan hutan. Beberapa peneliti sudah melakukan pengujian metode interpolasi ini, namun dalam kasus yang berbeda seperti Pramono (2008) yang pernah melakukan pengujian akurasi metode IDW dan Kriging untuk interpolasi sebaran sedimen tersuspensi di Sulawesi Selatan. Primatika (2011) melakukan pendugaan dengan metode Kriging (Circular Kriging) dalam pengaruh arah sirkular terhadap laju deformasi. Selain itu, Naoum and Tsanis (2002) melakukan kajian Dasar SIG (Sistem Informasi Geografis) dalam membangun Decision Support System (DSS) dengan menguji beberapa teknik interpolasi. Metode yang direkomendasikan pada pelaksanaan IHMB adalah metode IDW. Namun demikian, beberapa IHMB ada yang menggunakan metode interpolasi Spline dan Kriging. Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian teknik interpolasi sediaan tegakan hutan berbasis IHMB di Kalimatan Timur. Dalam IHMB data dari lokasi-lokasi titik-titik sampel input dari data yang telah diukur ditransformasikan menjadi informasi petak. Selanjutnya kondisi titiktitik lainnya yang terletak di antara titik-titik sampel tersebut diestimasi menggunakan metode “interpolasi permukaan” (surface interpolation). Pada prinsipnya interpolasi permukaan ini, titik-titik inputnya dapat berupa titik pusat plot yang tersebar secara acak (random) maupun secara sistematik beraturan
4
(regularly spaced). Dalam IHMB ini, titik tersebut adalah realisasi lokasi dari titik-titik pusat plot pengamatan. Salah satu teknik interpolasi yang digunakan adalah metode IDW (Inverse Distance Weight) atau Invers Jarak Tertimbang dengan nilai pangkat 2. Metode IDW belum banyak diuji sampai bobot (power) yang tinggi. Oleh karena itu, kajian terhadap beberapa metode interpolasi ini perlu dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat keakuratannya untuk menghasilkan dugaan sediaan yang menghasilkan kesalahan yang relatif rendah. Metode interpolasi yang digunakan umumnya membuat suatu asumsi tentang bagaimana menentukan estimasi terbaik. Apapun metode yang digunakan, hasil yang lebih reliable (handal) selalu akan diperoleh dari input titik-titik yang lebih rapat dengan distribusi yang lebih menyebar. Setiap metode ini akan memberikan hasil interpolasi yang berbeda. Akan menjadi mudah dan bermanfaat bagi pengguna berikutnya apabila ada kajian tentang perbandingan hasil interpolasi dengan metode yang berbeda sehingga metode yang tepat dapat dipilih.
1.2 Permasalahan Secara umum, teknik interpolasi yang digunakan adalah metode IDW (Inverse Distance Weight) atau Invers Jarak Tertimbang dengan nilai pangkat 2. Ada beberapa pertanyaan mendasar yang perlu dikaji dalam rangka aplikasi metode ini, antara lain: 1. Benarkah metode IDW ini paling sesuai untuk interpolasi IHMB dibandingkan dengan metode lain (Spline dan Kriging)? 2. Berapakah nilai bobot yang paling optimal? 3. Seberapa besar keakuratan masing-masing metode tersebut? Berdasarkan pertanyaan di atas, maka perlu dilakukan pengujian beberapa metode interpolasi dan bobotnya dalam mengestimasi sediaan tegakan yang mendekati kondisi aktualnya di lapangan.
5
1.3
Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi metode interpolasi yang
terbaik digunakan untuk menduga sediaan tegakan berbasis IHMB pada hutan lahan kering di PT Inhutani I Labanan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
1.4
Manfaat Penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1. Bagi penulis sebagai panduan dalam melaksanakan penelitian untuk bahan penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. 2. Bagi pembaca, pemerintah daerah setempat dan pihak-pihak yang terkait, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan pertimbangan dalam menentukan metode interpolasi yang paling baik untuk menduga (estimasi) sediaan tegakan berbasis IHMB.