BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi ekonomi perubahannya lebih dinamis daripada kondisi fisik yang perubahannya relatif sangat lambat (dalam jangka panjang kondisi fisik suatu wilayah itu tidak cepat berubah). Potensi dari suatu wilayah dapat mempengaruhi laju pertumbuhan perekonomian dalam perkembangan suatu wilayah, termasuk didalamnya adalah pertanian. Di Kabupaten Kulonprogo, sektor pertanian merupakan sektor perekonomian yang utama. Semakin meningkatnya kegiatan pembangunan pada segala bidang di Kabupaten Kulonprogo, tentunya membutuhkan suatu informasi dalam pengambilan keputusan guna menyejahterakan masyarakat dan semakin memajukan kegiatan pembangunan yang sudah berlangsung saat ini. Adanya informasi penting tentang pertanian tersebut di suatu wilayah, tentunya dapat memberikan
sumbangan
yang
besar
bagi
wilayah
tersebut
guna
menyejahterakan masyarakat dan memajukan wilayah tersebut. Potensi pertanian merupakan aset penting dalam pembangunan suatu wilayah. Dengan mengetahui potensi pertanian dalam suatu wilayah, tentunya dapat mengembangkan potensi-potensi tersebut lebih baik guna mengembangkan wilayah tersebut. Selanjutnya, di Kabupaten Kulonprogo dapat pula dikembangkan mata pencaharian yang baru dengan banyaknya potensi yang ada, misalnya home industri dengan dihasilkannya produk-produk baru sehingga dapat menambah pemasukan bagi masyarakat di wilayah tersebut. Selain dapat mengetahui potensi-potensi pertanian yang dapat dikembangkan menjadi lapangan usaha baru, dengan mengatahui kondisi perkembangan komoditas hasil pertanian pertahunnya, pemerintah dapat segera mengambil kebijakan yang tepat atas kondisi yang terjadi. Banyaknya potensi pertanian di Kabupaten Kulonprogo karena daerah ini merupakan daerah agraris yang mempunyai banyak peran besar dalam membangun ketahanan pangan di D.I. Yogyakarta. Potensi komoditas 1
pertanian di Kabupaten Kulonprogo ini antara lain ada padi, ketela pohon, jagung, kedelai, kacang tanah yang menyebar diseluruh daerah dan mangalami peningkatan produksi setiap tahunnya. Kemudian untuk buahbuahan ada pisang, melon, semangka, mangga, rambutan juga selalu mengalami peningkatan produksi. Untuk sayuran yang potensial yaitu cabai merah, petsai dan bawang merah. Untuk tanaman obat yaitu ada tanaman kunyit, tanaman jahe, dan tanaman kencur. Tanaman buah kelapa juga masih menjadi andalan di Kabupaten Kulonprogo, produksinya meningkat terus pertahunnya. Untuk tanaman perkebunan yang produksinya cukup besar yaitu kakao dan cengkeh. Untuk tanaman kehutanan yaitu tanaman jati dan tanaman mahoni. Kabupaten Kulonprogo yang beribukota Wates memiliki luas wilayah 58.627,512 ha (586,28 km2), terdiri dari 12 kecamatan 88 desa dan 930 dukuh. Kabupaten Kulonprogo merupakan salah satu kabupaten dengan luas wilayah yang besar di Propinsi Daerah Istimewa. Kabupaten Kulonprogo adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang dilalui jalur yang menghubungkan antara Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
dengan
Provinsi
DKI
Jakarta,
sehingga
perkembangan
wilayahnya secara ekonomi harus diperhatikan untuk selalu dikembangkan dan dimajukan. Dengan mengetahui potensi-potensi pertanian, dapat dikembangkan menjadi sebuah usaha baru yang dapat menghasilkan sebuah produk baru yang pantas untuk dijual dan menjadi produk khas dari Kabupaten Kulonprogo, maka bisa menjadi salah satu daya tarik bagi orang yang melewati Kabupaten Kulonprogo, dan hal ini tentu saja menguntungkan sektor perekonomian. Selain itu Kabupaten Kulonprogo, bila dibandingkan dengan
kabupaten
lain
di
Provinsi
Daerah
Istimewa
Yogyakarta
perkembangan ekonominya memang yang paling lambat, sehingga perlu adanya penataan dan perencanaan pembangunan, supaya pembangunan yang ada di Kabupaten Kulonprogo bisa sejajar dengan kabupaten yang lain. Dan salah satu usaha dalam pengembangan pembangunan yaitu dengan melihat potensi-potensi pertanian yang ada sehingga bisa membuka lapangan 2
pekerjaan baru dan membuat sesuatu yang baru dari potensi-potensi pertanian tersebut dan diharapkan hasilnya bisa memberikan nilai tambah devisa bagi kabupaten ini. Dari studi pustaka yang telah dilakukan, Kabupaten Kulonprogo selama ini belum mempunyai atlas pertanian guna membantu pengambilan kebijakan publik secara tepat dalam perencanaan pembangunan. Sehingga, perlu diterbitkan atlas
pertanian yang dapat mewakili instrumen untuk
pengambilan kebijakan. Belum tersedianya data tentang pertanian secara spasial yang informatif di Kabupaten Kulonprogo, maka perlu dibuat petapeta tentang pertanian sebagai salah satu inventarisasi pendukung dalam perencanaan pembangunan dalam suatu wilayah. Peta merupakan salah satu sarana dalam memvisualisasikan data secara spasial, informatif, menarik serta mudah dipahami, dibandingkan dengan data-data yang masih berupa tabeltabel data statistik. Peta pada umumnya dicetak manual ataupun kertas, tetapi pada dewasa ini ada juga peta digital (digital map), yaitu peta yang berupa gambaran hasil bantuan komputer, dimana informasi keruangan yang dikandungnya berupa data digital atau disimpan dalam suatu peta magnetis atau disket (piringan) atau dengan bantuan layar (monitor) dan komputer dapat ditayangkan petanya. (Sukwardjono dkk, 1993). Kumpulan dari peta-peta yang dikompilasi menjadi satu paket yaitu adalah atlas. Atlas yaitu bentuk tampilan kartografi
tertinggi,
karena
dalam
memproduksi
peta
menyangkut
perencanaan dan dimensi struktural yang ekstra. Tidak hanya satu peta saja yang harus siap untuk ditampilkan tetapi dapat sampai ratusan dan peta tersebut harus mempunyai kesinambungan satu dengan yang lainnya. Atlas sengaja dikombinasi dari peta atau kumpulan data, disusun dengan cara tertentu sehingga tujuannya dapat tercapai (Kraak dan Ormeling, 2007). Seiring dengan perkembangan teknologi, atlas telah banyak dibuat dalam bentuk elektronik dibandingkan dengan atlas cetak. Atlas elektronik merupakan salah satu media yang baik dalam mempresentasikan informasiinformasi data-data statistik secara spasial, selain itu atlas eletronik sifatnya 3
lebih interaktif sehingga memudahkan pengguna dalam mengoperasikannya serta mempunyai tampilan yang menarik. Pada atlas elektronik dapat dikombinasikan dengan suara, animasi, teks, dan gambar sehingga sifatnya lebih interaktif. Atlas elektronik sifatnya lebih efisien daripada atlas kertas, dalam hal pemutakhiran juga lebih cepat dan mudah serta tidak terlalu membutuhkan biaya yang besar. Untuk atlas kertas pemutakhirannya membutuhkan biaya yang besar dalam hal cetak. Adanya perkembangan teknologi yang pesat, memudahkan penyajian dan penyimpanan atlas elektronik dalam bentuk CD sehingga mudah diakses oleh siapapun. Selain itu, pada website pemerintah daerah Kabupaten Kulonprogo juga belum tersedia peta-peta pertanian, sehingga dengan adanya pembuatan peta-peta pertanian yang disajikan dalam atlas elektronik pertanian yang diseminasi dalam bentuk CD tersebut diharapkan dapat dilinkkan dan ditayangkan pada website tersebut, sehingga dapat menambah informasi-informasi pertanian yang sudah ada dalam bentuk tabular. Dengan kemudahan akses atlas elektronik yang berbentuk website dapat membantu pemerintah daerah guna mengambil kebijakan secara tepat sehingga pembangunan suatu wilayah dapat berjalan dengan baik dan merata. Masyarakat juga dapat mengetahui kondisi dan potensi pertanian dengan mudah, yaitu dalam bentuk peta yang tentunya lebih mudah dipahami dan dimengerti daripada membaca tabel-tabel pertanian yang hanya berupa angka-angka saja. Selain dapat mengetahui kondisi pertanian, masyarakat diharapkan juga bisa mempunyai suatu gagasan dengan melihat potensi yang ada untuk mengembangkan sesuatu yang baru, misalkan peluang usaha membuat home industri ataupun usaha lain. Pemerintah diharapkan juga sadar dan tanggap akan potensi-potensi pertanian tersebut dan bisa sangat membantu serta mendukung peluang-peluang usaha yang dikembangkan masyarakat dengan membantu dalam penyuluhan ataupun pembinaan. Selain dibuat secara elektronik, atlas pertanian juga tetap dibuat dalam versi cetak guna melengkapi atlas pertanian elektronik dan bisa membantu pengguna yang tidak mampu atau kurang paham dalam penggunaan atlas secara elektronik. 4
1.2. Permasalahan Dari latar belakang tersebut, permasalahan yang muncul pada penelitian yaitu bagaimana cara memvisualisasikan data pertanian secara spasial dalam bentuk peta, menyajikan peta-peta pertanian dalam bentuk atlas dan bagaimana mengevaluasi hasil visualisasi peta dan atlas yang dihasilkan.
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dalam menyusun atlas pertanian adalah : a. Memvisualisasikan data pertanian secara spasial ke bentuk peta b. Menyajikan peta-peta pertanian ke dalam bentuk atlas c. Evaluasi hasil visualisasi peta dan atlas yang dihasilkan.
1.4. Kegunaan Penelitian 1. Hasil penelitian
yang diperoleh diharapkan
dapat meningkatkan
ketersediaan informasi tentang pertanian yang ada di Kabupaten Kulonprogo. 2. Hasil penelitian yang diperoleh dapat membantu pemerintah daerah setempat Kabupaten Kulonprogo dalam pengambilan kebijakan publik dalam rangka perencanaan pembangunan dan pengembangan
1.5. Tinjauan Pustaka 1.5.1. Kartografi Sebagai Sistem Kartografi adalah seni, ilmu pengetahuan, dan teknologi tentang pembuatan peta-peta, sekaligus mencakup studinya sebagai dokumendokumen ilmiah dan hasil karya seni (ICA, 1973). Kartografi adalah suatu teknik yang secara mendasar dihubungkan dengan kegiatan memperkecil keruangan suatu daerah dengan luas sebagian atau seluruh permukaan bumi, atau benda benda angkasa dan menyajikan dalam suatu bentuk yang mudah diobservasi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan komunikasi. Dalam pengertian yang lebih luas, kartografi pada dewasa ini memasukkan setiap
penggunaan
peta-peta,
merupakan
perhatian
pokoknya,
dan
5
menganggap peta sebagai alat yang berguna sebagai media komunikasi, termasuk pula : a. Mempelajari sejarah tentang kartografi. b. Kegiatan seleksi data, klasifikasi data, dan pemberian katalog-katalog serta bibliografis. c. Mendisain dan membuat konstruksi peta-peta, charts, plans, dan atlasatlas. Semua peta-peta merupakan pengecilan dari permukaan bumi atau benda angkasa, yang disiapkan menurut ukuran geometris pada suatu bidang datar, dengan simbol yang digeneralisir untuk mewakili kenampakankenampakan sebenarnya (dalam Sukwardjono dan Mas Sukoco, 1993). Menurut Sukwardjono dan Mas Sukoco, 1993 suatu informasi dapat disebarkan dan dilaporkan dengan suatu cara yaitu komunikasi. Metode komunikasi dapat bermacam-macam, yaitu ada metode dengan bahasa tulis menulis, bahasa lisan, penggunaan angka. Untuk metode yang digunakan dalam komunikasi dengan cara grafis dapat terdiri dari fotografi, sampai ke peta, grafik, dan diagram. Dalam suatu sistem komunikasi, apapun caranya mempunyai hal yang sama, yaitu secara umum komunikasi mempunyai jaringan yang secara sedehana terdiri dari 1. sumber (source of information) 2. saluran yang menyalurkan informasi tersebut (channel) 3. orang yang menerima informasi itu (receipient) Pada hakekatnya sistem dasar dari komunikasi itu dapat digambarkan dalam diagram berikut : Signal
Source
Encoder
Channel
Decoder
Recipient
Noise Gambar 1.1: Sistem Komunikasi
6
Pada sistem komunikasi kartografis, adalah sebagai berikut : Source :
Dunia nyata (real world)
Encoder :
Simbolisasi yang digunakan untuk mewakili kenampakan dibumi dalam suatu peta
Signal :
Peta itu sendiri, merupakan gambaran grafis dua dimensi, disusun oleh symbol-simbol
Decoder:
Mekanisme mata-otak dari si penerima, setelah membaca arti dari simbol-simbol dalam peta tersebut
Recipient :
Pembaca peta
Noise :
Kekeliruan dalam penciptaan simbol-simbol, penerangan yang jelek, kurang terampil dalam membca peta dan sebagainya,
Dari keterangan diatas dapat digambarkan sebagai berikut
Real world
Cartographers conception
Map
Recipient
Gambar 1.2 : Diagram Sistem Komunikasi Kartografis 1.5.2. Pengertian Peta Peta adalah suatu representasi/gambaran unsur-unsur atau kenampakankenampakan abstrak, yang dipilih dari permukaan bumi, atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, dan umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan (ICA, 1973 dalam Sukwarjono dan Mas Sukoco,1993). Suatu peta yang menggambarkan fenomena geografikal tidak hanya sekedar pengecilan suatu fenomena saja, tetapi lebih dari itu. Jika peta itu dibuat dan didesain dengan baik,akan merupakan alat yang baik untuk kepentingan: 1. Melaporkan 2. Memperagakan
7
3. Menganalisis Menurut Maruli Sinaga, 1995 fungsi peta yaitu: 1. Memperlihatkan posisi atau lokasi relatif 2. Memperlihatkan ukuran 3. Memperlihatkan bentuk 4. Menghimpun data dan menyeleksi Dan secara umum untuk pemahaman saling hubungan dari benda-benda secara keruangan. Fungsi peta yang paling penting adalah menempatkan sesuatu (misalnya dalam hal ini adalah fenomena-fenomena geografis) ke dalam batas pandangan kita. Di bidang kartografi, secara konvensional/tradisi, kata peta memerlukan beberapa keterbatasan yang penting yakni : 1. Hubungan yang jelas secara matematikal antara obyek-obyek yang ditunjukkan, misalnya jarak, arah, luas. Saling hubungan di atas dalam penyajiannya dinyatakan dengan skala. 2. Peta pada umumnya dibuat pada suatu bidang datar, karena pada medium yang datar ini peta mudah dibawa dan digambar. Globe juga kadangkadang dapat juga disebut peta, walaupun medium ini berupa bidang lengkung dan ini satu perkecualian, namun model-model ini tidak praktis karena tidak mudah dibawa kemana-mana. 3. Suatu peta hanya dapat menunjukkan beberapa fenomena geografis yang dipilih, pada umumnya juga perlu digeneralisasi, antara lain dengan: penyederhanaan, klasifikasi, penghilangan, dan pembesaran. 4. Pada dewasa ini ada istilah lain, yaitu peta digital (digital map), yaitu peta yang berupa gambaran hasil bantuan komputer, dimana informasi keruangan yang dikandungnya berupa data digital atau disimpan dalam suatu peta magnetis atau disket (piringan) atau dengan bantuan layar (monitor) dan komputer dapat ditayangkan petanya.
Fungsi peta : Fungsi peta untuk perencanaan regional
8
Untuk memberikan informasi pokok dari aspek keruangan tentang karakter dari suatu daerah 1. Sebagai suatu alat menganalisa untuk mendapatkan suatu kesimpulan 2. Sebagai alat untuk menjelaskan penemuan-penemuan penelitian yang dilakukan 3. Sebagai alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan Fungsi peta dalam kegiatan penelitian 1. Alat bantu sebelum melakukan survei untuk mendapatkan gambaran tentang daerah yang akan diteliti. 2. Sebagai alat yang digunakan selama penelitian, misalnya memasukkan data yang ditemukan dilapangan 3. Sebagai alat untuk melaporkan hasil penelitian
Klasifikasi Peta menurut Bos E.S.S, 1977 (dalam Sukwardjono dan Mas Sukoco, 1993). Banyak faktor dapat digunakan untuk mengklasifikasikan peta-peta, sebagai dasar pengklasifikasian secara umum adalah bergantung pada : 1. Skala, untuk membandingkan kenampakan pada peta dengan kenampakan sebenarnya yang ada dilapangan. Klasifikasinya yaitu : 1:100.000
: Skala besar
1:100.000 – 1:1.000.000
: Skala sedang
1:1.000.000
: Skala kecil
2. Maksud dan Tujuan Setiap peta mempunyai maksud dan tujuan berbeda, antara lain : a. Pendidikan b. Ilmu pengetahuan c. Informasi umum d. Turis e. Navigasi f. Aplikasi teknik g. Perencanaan
9
3. Isi, berdasarkan isi dapat terbagi atas tiga macam, yaitu : a. Peta-peta topografis Menurut Kers (1997) menjelaskan peta topografi adalah peta yang menyajikan gambaran permukaan bumi dengan seteliti mungkin, sejauh skalanya memungkinkan, dan menunjukkan elemen-elemen tersebut ditunjukkan dengan posisi yang sesungguhnya, baik lokasi, situasi maupun elevasinya. b. Peta-peta navigasi Menurut ICA (1973) peta navigasi/chart yaitu merupakan peta-peta yang dibuat dan didesain khusus untuk kepentingan navigasi baik darat, laut, maupun udara. c. Peta-peta tematik Memurut ICA (1973) memberikan definisi atau definisi peta tematik sebagai peta yang dibuat dan didesain untuk menggambarkan kenampakan-kenampakan atau konsep khusus dan spesifik. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa peta tematik adalah peta yang menunjukkan atau menggambarkan suatu data yang mempunyai tema khusus dan ada kaitannya dengan suatu detil topografi tertentu. Beberapa grup peta tematik yang ada, masih dapat dikelompokkan lebih lanjut, yaitu : 1. Kelompok peta-peta lingkungan fisikal yaitu : a. Peta-peta ikim b. Peta-peta geologi c. Peta-peta geomorfologi d. Peta-peta hidrografi e. Peta-peta pedologi f. Peta-peta vegetasi g. Peta-peta zoologi h. Peta-peta oseanografi
10
Dari peta-peta diatas, banyak peta yang dapat dimasukkan ke dalam kelompok peta-peta tematik sumberdaya lahan. 2. Kelompok peta-peta sosio-ekonomi yaitu : a. Peta-peta penduduk b. Peta-peta ekonomi c. Peta-peta pertanian d. Peta-peta penggunaan lahan e. Peta-peta sejarah f. Peta-peta kebudayaan g. Peta-peta politik h. Peta-peta turis i. Peta-peta pendidikan dan lain sebagainya 3. Peta tematik analitik dan peta tematik sintesis Peta tematik analitik yaitu menampilkan informasi yang dapat dikumpulkan atau diukur langsung di lapangan, misalnya peta produksi pertanian, peta jumlah penduduk, peta curah hujan dan sebagainya. Peta ini untuk menunjukkan suatu tema tunggal dan digunakan sebagai suatu informasi tentang fenomena tunggal untuk analisa seteliti mungkin, sejauh skalanya memungkinkan dan bagi kepentingan tertentu. Sedangkan peta tematik sintesis, datanya merupakan hasil sintesis dari sejumlah elemen-elemen hasil observasi. Peta ini merupakan hasil penekanan yang bersifat subjektif tentang suatu keadaan dengan menggabungkan berbagai fenomena yang dikumpulkan secara objektif. Contoh peta sintesis yaitu peta iklim. (dalam Agustina Weni CH, 2003)
1.5.3. Pengertian Atlas Atlas pada umumnya merupakan bentuk tampilan kartografi yang tinggi, karena dalam memproduksi peta menyangkut perencanaan dan dimensi struktural yang ekstra. Tidak hanya satu peta saja yang harus siap untuk ditampilkan tetapi dapat sampai ratusan dan peta tersebut harus mempunyai kesinambungan satu dengan yang lainnya. Atlas sengaja dikombinasi dari peta
11
atau kumpulan data, disusun dengan cara tertentu sehingga tujuannya dapat tercapai. Tujuan dari atlas yaitu untuk mengenalkan lingkungan sekitar dan juga memperlihatkan permasalahan dilingkungan sekitar. Tujuan dan struktur dapat disebut sebagai naratif dari suatu atlas, dan cara dimana narasi ini digunakan disebut sebagai skenario atlas. Menurut Kraak dan Ormeling, 2007 atlas dapat terbagi menjadi 2, yaitu atlas kertas dan atlas elektronik. 1. Atlas kertas Dapat dibedakan menjadi atlas referensi, atlas sekolah, atlas topografi, atlas tropikal, dan atlas nasional. Atlas menunjukkan sejumlah peta tematik secara berurutan, hubungan sebab akibat antar tema diutamakan. Atlas kertas mempunyai model yang berbeda-beda sesuai cara mencerminkan informasinya. 2. Atlas elektronik Atlas yang sudah tidak berbentuik buku, tetapi berbentuk PC/Mac disebut atlas elektronik. Atlas elektronik didefinisikan sebagai kombinasi yang disengaja dari pemrosesan sekelompok data keruangan, bersama dengan software untuk menghasilkan peta. Ada 3 tipe atlas elektronik, yaitu : a.
Atlas paparan Merupakan versi elektronik dari atlas kertas/cetak tanpa ada kegunaan ekstra, tetapi dengan kemungkinan untuk mengakses isi peta secara acak. Keuntungannya dibanding dengan atlas kertas yaitu biaya produksi dan distribusi. Jauh lebih murah untuk memproduksi dalam bentuk CD-ROM, lebih mudah mendistribusikan dan memutakhirkannya dibanding atlas kertas. Selain itu, pada atlas paparan dapat melihat peta yang berbeda secara bersama-sama dan berbagi ruang monitor.
b.
Atlas elektronik interaktif Ditujukan untuk pengguna yang dapat menggunakan komputer. Atlas ini memungkinkan para pengguna dapat memanipulasi kumpulan data yang ada. Pada prinsipnya pada atlas ini tidak ada peta yang benar, setiap peta merupakan pilihan data khusus diproses sedekat mungkin dan keberadaan
12
distribusi tema, tetapi akan selalu dibiaskan oleh elemen-elemen yang bersifat subjektif. Pengguna dapat mengubah skema warna yang diinginkan dan dapat menyesuaiakan klasifikasi sesuai yang diinginkan, mereka dapat menyesuaikan metode klasifikasi atau memperbesar jumlah kelas. c.
Atlas elektronik analitikal Dalam atlas ini, potensi penuh lingkungan elektronik dapat dimanfaatkan. Definisi dari Van Elzakker (1993) untuk atlas elektronik analitikal “suatu atlas elektronik adalah komputerisasi GIS untuk wilayah tertentu/tema yang berkaitan dengan tujuan tertentu yang sudah diberikan dengan tambahan narasi dimana peta memegang peranan penting”. Oleh karena atlas elektronik menjadi lebih kompleks maka juga menggunakan istilah ‘sistem informasi atlas’
Menurut Ormeling dalam Atlas Terminology dan Atlas Concepts atlas dapat terbagi atas beberapa tipe, yaitu : 1. Atlas berdasar pada sasaran/tujuan komunikasi (communication objective) terdiri dari : a. Atlas pendidikan (educational atlase) Atlas ini berfungsi untuk memberikan gambaran yang jelas dan mudah untuk mengingat tentang pola persebaran fenomena geografi fisik dan juga geografi manusia. Selain itu, atlas pendidikan mempunyai fungsi khusus yaitu merangsang keingintahuan mengenai kondisi lingkungan dan hubungannya, sehingga atlas pendidikan disusun sederhana mungkin tanpa mengurangi kandungan informasi didalamnya. Atlas ini juga merupakan referensi yang sangat penting dan berguna sebagai sarana penunjang antara lain dalam dunia IPS, Ekonomi, IPA dan lainnya. b. Atlas navigasi (navigation atlases) Atlas ini merupakan suatu sumber informasi yang digunakan sebagai alat penunjuk atau navigasi dalam melakukan suatu perjalanan baik
13
perjalanan lewat darat, laut maupun udara. Peta-peta didalamnya lebih sering digunakan oleh seorang pilot dalam perjalanan udara maupun untuk kepentingan nahkoda saat melakukan pelayaran. Isi peta-peta ini hampir sama dengan isi yang ada pada peta topografi, dimana didalamnya terdapat informasi tentang ketinggian atau elevasi suatu tempat. Salah satu contoh peta dalam atlas ini adalah Tactical Pilozage Chart yang digunakan untuk alat navigasi perjalanan udara. Didalamnya terdapat keterangan lintang dan bujur yang lebih jelas, juga informasi ketinggian tempat disertai peringatan larangan untuk terbang melebihi ketinggian tertentu yang telah ditetapkan. c. Atlas persamaan fisik (physical planning atlases) Didalam atlas ini, menampilkan keterpaduan antara elemen geografi fisik dengan hasil kerja manusia. Dari kategori atlas ini, sangat jelas bahwa perencanaan fisik mempunyai peranan dalam perencanaan wilayah yang berkaitan dengan potensi fisik yang dimiliki oleh suatu wilayah tersebut. Selain itu, atlas ini juga dapat digunakan untuk merencanakan ekonomi suatu negara. d. Atlas referensi (reference atlases) Atlas macam ini digunakan untuk kepentingan referensi atau menunjukkan suatu lokasi, untuk itu atlas ini harus memuat namanama tempat atau posisi suatu daerah secara rinci dan lengkap. Atlas referensi didesain untuk membantu pengguna dalam mengenal kenampakan geografis ataupun secara politik. Dalam perkembangan selanjutnya, atlas ini dapat dipakai sebagai petunjuk dalam perjalanan juga untuk kepentingan perencanaan wilayah karena atlas ini dapat diandalkan untuk mengetahui posisi di permukaan bumi. e. Atlas manajemen/monitor (management/monitoring atlases) Semua peta yang terdapat didalam atlas merupakan alat visualisasi geografi spasial yang unggul. Atas dasar visualisasi dan komunikasi tersebut. Atlas bisa dikomunikasikan ke berbagai bidang termasuk
14
dalam bidang monitoring yaitu untuk melakukan pengawasan pada suatu wilayah pada suatu waktu ke waktu. 2. Atlas berdasar pada tipe yang ingin dibandingkan (type of comparison) terdiri dari : a. Atlas geografi (Geographical atlases) Dalam atlas ini, yang dibandingkan adalah antar area atau wilayah. b. Atlas sejarah (Historical atlases) Atlas ini membandingkan antar waktu yang disusun secara sistematik, sehingga user dapat merunut waktu secara kronologis. c. Atlas nasional (National atlases) Atlas yang menggambarkan aspek kekhususan bagi suatu wilayah misalkan suau propinsi dan atau dengan pembangian administrasi lebih lanjut sampai kabupaten atau kecamatan dan seterusnya. d. Atlas topografi (Topographic atlases) Atlas yang membandingkan keadaan sebenarnya atau dengan lingkungannya. e. Atlas tematik (Thematic atlases) Atlas yang digunakan untuk membandingkan area namun dengan tema-tema tertentu yang lebih spesifik dari tema-tema yang terdapat didalam atlas regional.
Atlas-atlas tersebut masih banyak disajikan dalam bentuk lembaranlembaran peta analog (paper atlas) sehingga seringkai rentan akan kerusakan dan kehilangan. Selain itu, informasi yang diperoleh hanyalah yang tertera dihalaman tersebut, sedangkan informasi lain yang masih berkaitan dengan objek tersebut, sedangkan informasi lain yang masih berkaitan dengan objek tersebut harus dicari dari halaman ataupun dari beberapa sumber lain yang berhubungan. Melihat kenyataan tersebut diatas, perlu dipikirkan cara penyajian yang lebih unggul dan dapat mengatasi keterbatasan-keterbatasan paper atlas tanpa mengurangi kandungan informasi, kemudahan dalam pembacaan dan
15
penggunaan atlas serta dapat memberikan nilai tambah berupa penggunaan atlas yang interaktif dengan user atau pengguna atlas. Hal ini dapat terpenuhi dengan pembuatan atlas elektronik. Yaitu dengan mengkomputerisasikan Sistem Informasi Geografi, yang berhubungan dengn areal wilayah-wilayah tertentu dengan tambahan berupa narasi yang didalam peta memegang peranan penting (Van Elzaker, 1998, edited by Ormeling,F., Villanueva, K., and Tichelaar, T.. ITC, Enschede, Netherlands). Membuat atlas elektronik perlu memperhatikan aturan-aturan dalam pembuatan atlas sehingga mudah digunakan. Dengan adanya berbagai jenis atau tipe atlas, tentu didalamnya tetap terdapat ketentuan dalam penyusunan atlas sehingga meskipun terdapat banyak peta didalamnya, penyajian atlas tetap terstruktur, mudah dibaca dan informasi mudah diperoleh (accessible). Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah : 1. Atlas Contents/isi atlas, berkaitan dengan kandungan informasi yang ada dalam atlas tersebut. Jika didalam atlas kertas hanya dapat memberikan informasi yang terbatas pada satu waktu, maka berbeda dengan atlas elektronik yang dapat dibuat agar selalu memberikan informasi terbaru atau informasi yang up to date. Didalam atlas kertas terdapat dua fungsi yang tidak dapat dipisahkan yaitu atlas sebagai alat penyimpan atau bank data dan atlas sebagai alat untuk mengkomunikasikan data. Sedangkan atlas elektronik yang berarti menggunakan teknologi komputer dapat dengan mudah memisahkan dua fungsi (storage and communication) tersebut. Dengan demikian, maka selain member kemudahan pengguna pada user, dapat juga meningkatkan keamanan sistem penyimpanan data. User dapat hanya menampilkan atau memivisualisasikan dari kasus data kartografi yang user miliki. Semua lapisan atau layer informasi dapat ditampilkan atau disimpan tanpa terjadi kerusakan atau kekacauan tampilan peta pada layar monitor. 2. Atlas Structure/struktur atlas berkaitan dengan kemudahan dalam pembacaan isi atlas secara kronologis. Struktur atlas ini lebih ditekankan pada penyajian yang bertingkat atau berjenjang misalkan dari cakupan
16
wilayah yang luas, kemudian mengarah pada suatu wilayah yang lebih sempit atau lebih spesifik (Geographic sequence). Hal ini berarti berkaitan dengan penyajian skala peta dalam atlas tersebut yaitu dari skala kecil ke skala besar atau dapat juga sebaliknya. Hal ini bertujuan agar user mampu menyusun secara kronologis isi atau informasi yang didalam atlas tersebut. 3. Atlas Funcionality, lebih berkaitan dengan fungsi tambahan yang terdapat dalam suatu atlas. Hal ini juga bergantung pada kemampuan suatu software yang digunakan untuk menyajikan atau memvisualisasikan atlas tersebut. Fungsi tambahan ini dapat berupa menu-menu atau tool yang dibuat oleh penyusun atlas untuk member kemudahan pada pengguna peta agar atlas dapat dipahami secara detail. Contoh dari atlas functionality ini dengan member fasilitas zoom, yang akan berfungsi untuk memperbesar gambar sesuai kebutuhan atau dengan tambahan animasi dengan tujuan memberikan visualisasi yang lebih menarik.
Selain semua hal yang berhubungan dengan penyajian atau visualisasi atlas, banyaknya peta yang terdapat didalam atlas juga membutuhkan suatu manajemen penyimpanan data. Menurut Moellerring, 1983 (dalam Rahmawati S, 2005) penyimpanan spasial dibagi menjadi dua yaitu permanent maps dan virtual maps. Permanent maps yaitu suatu bentuk penyimpanan dan penyajian data yang dapat dilihat secara nyata atau lebih umum dikenal dengan atlas kertas (paper atlas). Dengan penyimpanan seperti ini, terdapat banyak keterbatasan sebagaimana yang terjadi pada atlas-atlas yang berupa buku maupun masih dalam bentuk lembaran-lembaran peta. Selain rawan dengan kerusakan, penyimpanan dalam bentuk kertas atau permanent maps in juga menyebabkan kesulitan dalam pembaharuan data sehingga tingkat updating datanya rendah. Virtual maps yaitu suatu bentuk penyimpanan yang telah menggunakan kemajuan teknologi salah satunya dengan memanfaatkan teknologi komputer.
17
Menurut Kraak dan Ormeling, 1996 (dalam Rahmawati S, 2005) penyimpanan ini terbagi dalam beberapa tipe, yaitu : 1. Virtual maps tipe I yang berupa on-screen map, yang dapat dilihat namun tidak dapat disentuh. Hal ini berarti peta dapat ditampilkan di layar kompuer, dan penyimpanan peta berkaitan dengan kemampuan atau kapasitas komputer dalam menyimpan data. Dengan cara ini, peta dapat disimpan maupun ditampilkan sesuai dengan kebutuhan user. 2. Virtual maps tipe II adalah suatu bentuk penyimpanan data peta yang tidak dapat dilihat namun penyimpanannya dalam bentuk nyata yang tidak dapat disentuh. Penyimpanan data peta ini dapat dilakukan di dalam suatu disket atau CD. Bentuk penyimpanan ini memberikan keuntungan yaitu produksi yang lebih murah dan distribusi data yang lebih mudah. Dengan penyimpanan ini juga mempermudah dalam pembaharuan data. 3. Virtual maps tipe III merupakan bentuk penyimpanan data yang tidak terlihat dan tidak dapat disentuh, disimpan melalui World Wide Web (www) dan dapat diakses oleh user melalui internet. Penyimpanan juga mempunyai keuntungan dalam hal pendistribusian data yang lebih luas dan siapa saja yang membutuhkan data tersebut, dapat mengaksesnya melalui internet.
Sistem Informasi Atlas Kemampuan analitikal dari komputer telah memberikan sebuah ekstra dimensi pada konsep atlas. Sebuah contoh yang bagus yaitu National Atlas Information Service (NAIS) di Kanada. Peta dalam atlas ini yang akan diakses melalui internet semua item yang diambil dapat dipertanyakan. Jika kursornya menyentuh suatu daerah, namanya akan muncul, jika elemen garis dalam peta seperti sungai diklik, nama dan debitnya akan muncul. Jadi, peta dalam atlas elektronik berfungsi sebagai penerima database. Kombinasi dari database dan pengguna penerima Graphical User Interface (GUI) dan software lain fungsinya berkembang untuk mengakses informasi yang berbeda-beda dari SIG perlu kehati-hatian dalam menghubungkan kumpulan data sama satu lain, memungkinkan menjadi berpengalaman dalam mencari hubungan, membuat
18
deskripsi, cerita atau narasi. Semua atlas elektronik hanya berguna jika penggunanya mempunyai ide yang bagus pada semua kemungkinan dan struktur, dari cara mengakses informasi yang mereka inginkan dan cara kembali ketitik awal. (Kraak dan Ormeling, 2007)
Atlas Web Kemampuan komputer dan keunggulan untuk mengakses yang terdapat di web membuat kombinasi yang sempurna yang akan dikembangkan dengan meningkatnya jumlah atlas web. Apabila dibandingkan ketiga bentuk visualisasi kertas, CD-ROM, dan WWW, dapat dilihat bahwa yang pertama itu yang terbaik dalam hal penampilan, peta yang menarik dan dapat ditangkap pembacanya, demikian pula halnya dengan cara mengakses pada model CD, yang mana semua data dan peta tidak dapat dilihat (karena ini terlalu mahal dan tidak praktis) seperti pada atlas kertas. Atlas CD-ROM dapat dimutakhirkan secara cepat dengan mendistribusikan melalui pos atau internet, tetapi atlas tersebut dapat menjadi ketinggalan jaman sewaktu-waktu, dan keunggulan dari web (www) adalah karena dapat dimutakhirkan secara terus menerus, meskipun tidak mudah mengakses jika terlalu banyak orang yang masuk site atlas secara bersamaan. Atlas web tidak sama dengan mesin peta, dimana atlas web merupakan website yang memungkinkan pengguna untuk memilih daerah yang ingin mereka lihat dan menyediakan peta yang berurutan dari daerah yang bersangkutan. Tidak ada tujuan khusus dalam peta atau gambar selain referensi, oleh karena itu merupakan alasan untuk tidak menyebutnya sebagai atlas. Contoh mesin peta adalah website Nasional Geografi. Kemampuan atlas web dalam mengupdate informasi ditunjukkan dengan atlas interaktif web yang mempunyai kemampuan untuk berhubungan melalui server tambahan.Kemampuan yang lain, atlas web dapat mengatur urutan data secara geografis dan bergungsi sebagai pengguna interface informasi yang berada baik dalam CD/website. Kecenderungan mengatur informasi spasial adalah aspek unik dari suatu peta. (Kraak dan Ormeling, 2007)
19
1.5.4. Peta Web dan Multimedia WWW adalah media yang ideal untuk menggabungkan elemen multimedia yang berbeda dengan peta. Multimedia didefinisikan sebagai integrasi yang interaktif dari suara, animasi, teks, dan gambar (video). Dalam geodata, peta dapat dihubungkan dengan semua jenis informasi geografikal.
Informasi
tersebut dapat berupa dokumen teks yang menggambarkan parsil, foto objek yang ada di GIS database atau video landscape dari daerah yang sedang dipelajari. Tujuan dari penggabungan suara, animasi, teks dan gambar dengan peta adalah untuk mendapatkan gambaran/kesan yang baik terhadap fenomena yang dipetakan secara keseluruhan. Peralatan GIS mempunyai kapasitas untuk mengontrol video dan animasi. Teks dapat diambil dari database dan gambar dari objek geografi yang di-scan dari peta kertas dan dari dokumen dapat ditampilkan. Hubungan antara peta dengan suara, animasi, teks dan gambar yaitu : 1. Suara Peta dapat berfungsi sebagai perpustakaan suara. Pada beberapa atlas elektronik yang menunjuk satu negara yang ada ada pada peta dunia secara langsung
langsung
lagu
nasional
negara
tersebut
akan
dimainkan/diperdengarkan, atau beberapa kata-kata umum diucapkan dalam bahasa daerah. Pada kategori ini, seseorang juga dapat menemukan aplikasi suara sebagai musik pendukung untuk menjelaskan fenomena yang dipetakan, seperti industri, infrastruktur atau sejarah. 2. Teks GIS merupakan sarana tampilan yang terbaik dalam hubungan antara peta dan teks (GIS database). Sebuah peta menunjukkan kepadatan penduduk suatu negara dimana semua propinsinya diberi warna berdasarkan kelas warna yang jumlahnya 4 kelas,dan untuk memperjelas tampilan pengguna dapat memilih pada satu propinsi, selanjutnya ditampilkan nama dan nilai kepadatan penduduk saat itu. 3. Gambar (video)
20
Peta adalah model nyata. Menghubungkan video atau foto pada peta akan memberikan gambaran yang nyata pada penggunannya. Peta topografi menampilkan landscape. Citra satelit atau foto udara juga dapat membantu pemahaman pengguna tentang landscape. 4. Animasi Peta kadang memperlihatkan proses yang rumit. Animasi adalah salah satunya. Sebagai contoh, untuk menunjukkan struktur suatu kota data ditunjukkan dengan lembar-lembar peta yang menjelaskan struktur kota yang umum (pertama relief, kemudian diikuti hidrografi, infrastruktur, tataguna tanah, dsb). Animasi adalah sarana yang sempurna untuk memperkenalkan data komponen geospasial temporal, seperti evolusi delta sungai, sejarah dari garis pantai Belanda atau cuaca selama sepekan. (Kraak dan Ormeling, 2007)
1.5.5.Simbolisasi Dalam Kartografi Peta merupakan suatu media komunikasi grafis, sehingga informasi yang diberikan dalam suatu peta berupa gambar atau simbol.dengan demikian simbol memegang peranan yang penting dalam suatu peta. Untuk membuat desain simbol tidaklah mudah, karena persepsi antara pembuat peta dan pengguna peta berbeda. Dari pembuat peta berusaha membuat simbol sederhana, mudah digambar tetapi cukup teliti untuk mencerminkan data. Sedang bagi pengguna peta simbol harus jelas, mudah dibaca dan diinterpretasi baik arti maupun nilainya, disamping itu simbol harus kontras antara satu dengan lainnya dan menarik. Oleh sebab itu, maka dalam pembuatan simbol berpedoman pada ukuran data dan kesan simbol/gambar yang tercermin pada peta. (Sukwarjono dan Mas Sukoco, 1993) 1. Simbol data kualitatif Data kualitatif tidak menyebutkan jumlah atau nilai, maka pencerminan dalam peta hanyalah mengungkapkan agihan atau distribusi keruangan dari unsur yang dipetakan saja. a.
Data posisional
21
Simbol yang digunakan adalah bentuk simbol titik, yang dalam pelaksanaanya dapat dipilih diantara piktorial, geometrik ataupun huruf. Contoh agihan mineral disuatu daerah. b.
Data linier Data linier bentuknya yaitu garis. Misalnya jalan, sungai, batas, rute perjalanan atau arah aliran angin.
c.
Data luasan Data luasan yaitu berbentuk area/luasan. Misalnya simbol untuk peta jenis tanah.
Agar perbedaan simbol-simbol kualitatif dapat mudah dipersepsi menurut Bertin,1983 (dalam Kraak dan Ormeling, 2007) maka perbedaan-perbedaan bisa diimajinasikan antar simbol dan dapat disimpulkan sebagai kasus enam variabel grafis. Enam variabel grafis yaitu : a. Perbedaan ukuran Perbedaan ukuran/dimensi simbol dapat dicontohkan dalam perbedaan lebar garis atau besarnya simbol area yang proposional dalam pola grid. b. Perbedaan kecerahan/nilai Perbedaan dalam nilai (abu-abu) dapat ditunjukkan dalam skala keabuan/gradasi. c. Perbedaan dalam tekstur Perbedaan-perbedaan yang muncul pada saat suatu pola spesifik diperluas dan dipersempit. Rasio antara wilayah yang hitam dan putih masing-masing akan tetap sama pada saat proses fotografi, namun pada saat bersamaan semakin kasar polanya akan dipersepsi semakin tinggi pada hirarki hasilnya. d. Perbedaan dalam bayangan warna Perbedaan dalam corak warna hanya digunakan dalam menjelaskan perbedaa kualitatif pada saat dipersepsi sebagai memiliki kecerahan warna yang sama. Setiap simbolnya mempunyai warna yang berbeda
22
e. Perbedaan orientasi Perbedaan orientasi mengacu pada pola-pola dan tidak mengacu kepada elemen-elemen garis yang membentuk peta dasar. Hal ini dapat mengacu pada kepada pola garis atau pada pola titik. f. Perbedaan bentuk Perbedaan dalam bentuk dapat mengacu kepada perbedaan dalam titik, dalam
garis,
atau
dalam
pola
yang
digunakan
untuk
symbol
area/bidang.perbedaan bentuk tidak pernah mengacu kepada simbol yang diacu-hanya mencakup sendiri simbol tersebut.
Gambar 1.3 : Variabel Grafis. 2. Simbol data kuantitatif Data kuantitatif, kecuali menunjukkan lokasi dari unsur-unsur yang digambarkan juga menunjukkan nilai atau jumlahnya, baik untuk data bersifat posisional, linier ataupun luasan/bidang. a. Data posisional/titik Pada data yang posisional data dicerminkan dengan memakai simbol atau dapat pula digambarkan dengan grafik dan diagram. b. Data linier kuantitatif
23
Data dapat dicerminkan dengan dua cara yaitu simbol panah dan dengan aliran c. Data wilayah Data dicerminkan dengan bentuk area/luasan.
1.5.6. Peta dan Visualisasi Kesempatan yang ditawarkan oleh perangkat keras dan perangkat lunak perkembangan telah mengubah ilmiah dan kebutuhan sosial untuk geo referensi data, dan dengan demikian untuk peta. Media baru seperti CD-ROM dan WWW tidak hanya memungkinkan untuk presentasi dinamis, tetapi juga bagi interaksi pengguna. Contoh lain adalah munculnya mobile GIS dan layanan berbasis lokasi terkait. Pengguna berharap dapat secara langsung dan real-time akses ke data; data yang telah menjadi berlimpah di banyak sektor dunia geoinformasi. Berlimpahnya data, dipandang sebagai surga oleh beberapa sektor, dan juga masalah utama dalam lainnya sektor. Kita kekurangan alat untuk query user-friendly dan pengambilan ketika mempelajari sejumlah besar data dihasilkan oleh sensor, dan sekarang tersedia melalui WWW. Namun, disiplin lain dapat menawarkan bantuan. Pada 1990an visualisasi ilmiah (McCormick, 1987) telah memberikan kata visualisasi dengan makna yang telah ditingkatkan. Perkembangan ini telah dikaitkan kata lebih cara-cara tertentu di mana teknologi komputer modern dapat memfasilitasi proses ‘pembuatan data terlihat’ secara real time dalam rangka memperkuat pengetahuan. Hubungan antara bidang kartografi dan GIS, di satu sisi, dan visualisasi ilmiah di pihak lain telah dibahas secara mendalam oleh (Hearnshaw dan Unwin, 1994, MacEachren dan Taylor, 1994, Taylor, 1994). Selanjutnya untuk ilmiah visualisasi, yang terutama berkaitan dengan pencitraan medis, model proses visualisasi, dan kimia molekul, cabang lain dari visualisasi yang mempengaruhi pemetaan dapat dikenali. Hal ini disebut visualisasi informasi (Card et al., 1999), dan berfokus pada visualisasi informasi nonnumerical. Perkembangan visualisasi ilmiah dirangsang (DiBiase, 1990) untuk menentukan model untuk peta berbasis ilmiah visualisasi. Ini
24
mencakup baik komunikasi dan berpikir fungsi peta. Komunikasi digambarkan sebagai ‘komunikasi visual publik’ sejak peta ditujukan untuk khalayak luas. Berpikir didefinisikan sebagai ‘ pemikiran visual pribadi’ karena sering suatu individu bermain dengan data spasial untuk menentukan nya signifikansi. Pada tingkat yang lebih rinci, perbedaan tahap visualisasi dapat dikenali: masingmasing membutuhkan strategi yang berbeda dari perspektif penggunaan peta. Dimana tahap ini ada eksplorasi, analisis, sintesis dan presentasi. Perkembangan tersebut di atas telah memberikan kata visualisasi pada makna yang telah ditingkatkan. Menurut kamus, itu berarti ‘ membuat terlihat’ dan bisa dikatakan bahwa, dalam kasus data geospasial, hal ini selalu berhubungan pada kartografer. Namun, kemajuan dalam disiplin lain telah mengaitkan kata untuk lebih spesifik cara-cara di mana teknologi komputer modern dapat memfasilitasi proses ‘membuat terlihat’ secara real time. Kesimpulannya adalah visualisasi untuk presentasi dan eksplorasi. Presentasi cocok ke dalam bidang kartografi tradisional, dimana kartografer bekerja pada data geospasial dikenal dan menciptakan peta komunikatif. Peta ini sering dibuat untuk pengunaan yang mutiguna. Eksplorasi, bagaimanapun, sering melibatkan ahli disiplin membuat peta sementara menangani dengan data yang tidak diketahui. Peta ini umumnya untuk satu tujuan, kebijaksanaan untuk mencoba untuk memecahkan masalah. Sementara berurusan dengan data, seorang ahli harus dapat mengandalkan pada keahlian kartografi, dimana pada software atau lainnya. (Kraak, 2002)
1.5.7. Good Map Jika kartografi adalah suatu bentuk komunikasi, ukuran peta yang baik adalah seberapa baik menyampaikan informasi kepada para pembacanya untuk mencerahkan, meyakinkan, atau membujuk. Terlalu seringnya daya tarik estetika murni peta disamakan dengan nilai komunikasinya. Masalah estetika tentu memainkan peran dalam kefektifan kartografi, tetapi itu adalah masalah komunikasi yang memegang peran sentral dalam desain kartografi. Untuk bertanya "apa itu peta yang baik?" adalah menanyakan seberapa baik
25
berkomunikasi dengan penonton. Ini berarti bahwa satu selalu dimulai proyek dengan mempertimbangkan pesan yang akan disampaikan dan penonton yang akan ada. Hal ini menimbulkan serangkaian pertanyaan yang harus alamat pada awal proyek: Apa motif, maksud, atau tujuan dari peta? Akibatnya, pertanyaan bertanya apa pembaca harus mendapatkan dari peta atau bagaimana pembaca harus merespon. Motif sangat bervariasi. Banyak peta dimaksudkan semata-mata untuk menyampaikan informasi yang akurat tentang hubungan spasial, yang lain untuk mempengaruhi debat publik. Jelas, motif akan memiliki pengaruh besar pada isi dari peta (informasi termasuk) dan bentuk (strategi kartografi yang digunakan). Siapa yang akan membaca peta? Kartografer harus mampu mengidentifikasi jenis pembaca yang ditujukan untuk dua alasan utama. Pertama, adalah penting untuk memiliki gagasan tentang apa yang pengguna akan tahu tentang subyek peta. Kedua, hal ini berguna untuk mengetahui berapa banyak pembaca memiliki latar belakang dalam menggunakan peta. Sebuah peta ditujukan untuk spesialis yang memiliki latar belakang dalam kartografi mungkin diatur jauh berbeda dari satu yang dimaksudkan untuk digunakan sebagai penyangga dalam debat publik Di mana peta akan digunakan? Penggunaakan selalu dibahas dalam konteks tertentu atau kerangka acuan yang memiliki bantalan pada desain peta. Peta mungkin diterbitkan sendiri, atau di koran, majalah, jurnal, buku, atau atlas. Mereka mungkin muncul dalam laporan, makalah, tesis, dan disertasi. Mereka dapat digunakan dalam kuliah, briefing, presentasi, pidato, dan pengumuman. Beberapa peta hanya digunakan sekali dan kemudian dibuang. Lainnya dimaksudkan untuk digunakan untuk referensi selama beberapa dekade atau abad. Untuk alasan ini, konteks dapat mempengaruhi baik bentuk dan isi dari peta dengan cara baik besar dan kecil. Data apa yang tersedia untuk komposisi peta?
26
Keputusan tentang desain peta yang besar dengan bahan-bahan dari mereka sendiri, dengan apa yang tersedia dan bagaimana dengan mudah dapat dikomunikasikan. Kadang-kadang bahan kami memiliki keterbatasan atau tidak lengkap. Mereka mungkin menimbulkan masalah khusus presentasi karena istilah teknis atau karena jumlah detail yang diperlukan untuk membuat titik. Beberapa data harus memenuhi syarat. Keterbatasan ini harus dipertimbangkan sejak awal proyek sehingga mereka dapat diatasi dalam desain peta Sumber daya apa yang tersedia baik dari segi waktu dan peralatan? Pada akhirnya, kita harus mempertimbangkan dua pertanyaan berapa banyak waktu untuk berinvestasi dalam proyek dan apa sistem untuk digunakan, apakah dan manual atau otomatis, jika otomatis, apa jenis perangkat lunak yang digunakan. Kedua pertanyaan adalah, tentu saja, terbaik ditangani dengan pengalaman. Namun, penting untuk menyadari bahwa waktu produksi turun secara dramatis dengan praktek. Kadang-kadang sesorang menghindari menggunakan peta karena biaya waktu yang terlibat dalam produksi mereka. Namun sekali seseorang memiliki beberapa dasar-dasar belajar, biaya ini sangat berkurang. Sistem komputer juga telah membuat lebih mudah untuk menghasilkan peta, tapi, sekali lagi, praktek diperlukan. Situasi tetap dimana produksi manual atau semi-manual tetap waktu yang efektif. Satu juga harus tetap sadar akan kekuatan dan kelemahan dari berbagai sistem otomatis dan bahwa, dalam prakteknya, berbagai sistem perangkat lunak dapat digunakan bersama-sama untuk mencapai hasil yang diinginkan. (Foote, 2000)
1.5.8. Kondisi Pertanian Informasi tentang pertanian merupakan informasi yang dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mengambil kebijakan dalam rencana pembangunan dan pengembangan daerah guna menyejahterakan masyarakat dan memajukan daerah itu sendiri. Informasi pertanian dapat membantu penerapan kebijakan pemerintah daerah setempat dengan mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakatnya.
27
Menurut Mubyarto, 1995 pertanian dapat dibagi menjadi dua yaitu pertanian dalam arti luas dan arti sempit Pertanian dalam arti luas mencakup : 1. Pertanian rakyat atau disebut pertanian dalam arti sempit 2. Perkebunan (termasuk di dalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar) 3. Kehutanan 4. Peternakan, dan 5. Perikanan (dalam perikanan dikenal pembagian lebih lanjut yaitu perikanan darat dan perikanan laut) Pertanian rakyat Dimana telah disebutkan diatas, dalam arti sempit pertanian diartikan sebagai pertanian rakyat, yaitu usaha pertanian keluarga dimana diproduksi bahan makanan utama seperti beras, palawija (jagung, kacang-kacangan dan ubi-ubian) dan tanaman-tanaman holtikultura yaitu sayur-sayuran dan buahbuahan. Pertanian rakyat diusahakan ditanah sawah-ladang, dan pekarangan. Walaupun tujuan penggunaan hasil-hasil tanaman ini merupakan criteria, namun pada umumnya sebagian besar hasil-hasil pertanian rakyat adalah untuk keperluan konsumsi keluarga.
Pertanian merupakan kegiatan ekonomi yang utama di Indonesia. Penduduk Indonesia
± 60 % hidup dari bercocok tanam sehingga tanah
merupakan sumber daya alam terpenting, dan menurut Jayadinata, T. Johara dan Pramandika (2006), pertanian dapat dibagi menjadi : a. Pertanian primitif (dalam beberapa buku terbitan luar negeri disebut juga holtikultural sederhana). Di Indonesia merupakan shifting cultivation yang dalam istilah bahasa Indonesia disebut perladangan bakar, perladangan berpindah, atau huma serta dalam bahasa Inggris, digunakan juga istilah migratory agriculture atau kadang-kadang disebut juga slash and burn agriculture atau swidden. Perladangan bakar merupakan pertanian yang sederhana sekali : menebang pohon dengan parang (alat satu-satunya dari
28
besi), membakar pohon-pohon yang ditebang, meratakan tanah, lalu menanaminya. Syarat-syarat untuk pertanian semacam ini adalah tanah yang luas, penduduk yang jarang, dan pemilikan tanah secara komunal (hutan kepunyaan desa). Syarat-syarat itu diperlukan karena setelah sebidang tanah di hutan dibuka dan dibakar, lalu ditanami dan menghasilkan beberapa kali hingga hasilnya berkurang, tanah itu ditinggalkan, dan penduduk membuka lagi bagian hutan yang lain untuk ditanami. Tanah yang ditinggalkan itu akan ditumbuhi hutan baru (secondair forest) dan jika jangka waktu istirahatnya mencapai 25-30 tahun, maka tanah itu akan pulih lagi kesuburannya karena selama jangka waktu tersebut humus akan terbentuk lagi oleh secondair forest. Akan tetapi, jika periode istirahat dari tanah itu (misalnya karena penduduknya telah agak padat) kurang dari 25-30 tahun, misalnya 15-20 tahun, kesuburan tanah akan cepat berkurang bahkan jika jangka waktu istirahat itu lebih pendek lagi, tanah akan rusak hingga tidak ada tumbuhan yang dapat tumbuh, selain alang-alang. Jadi, jika dalam perladangan bakar itu syarat-syarat diatas tidak terpenuhi, maka tidak akan ada lagi hutan yang menghijau. Sebagai gantinya, akan terhamparlah suatu lautan alang-alang. Pertanian primitif yang menetap adalah seperti yang dilakukan oleh penduduk Mentawai dalam berkebun pisang dan penduduk Baliem di Irian dalam berkebun keladi. b. Pertanian yang telah maju Pertanian maju (advanced agriculture) di Indonesia terdiri atas : 1. Pertanian bahan makanan, yang merupakan pertanian sawah, tegalan, dan pekarangan. Hasil pertanian bahan makanan itu sebagian besar hanya untuk dikonsumsi sendiri sehingga bersifat subsistence. Terdapat beberapa hasil pertanian yang diekspor, seperti buah-buahan, udang, dan rumput laut. 2. Perkebunan yang menanam berbagai tanaman keras untuk dijual (diekspor) sehingga pertanian bersifat komersial.
29
Dalam pertanian maju, baik disawah maupun di tegalan dan pekarangan serta juga dikebun-kebun, pekerjaan pertanian disertai dengan :
Penggunaan alat-alat (dari besi) yang lebih banyak : parang, cangkul, bajak, pompa air, mesin-mesin kecil, dan sebagainya.
Pengairan tanah (irigasi)
Pemupukan tanah (dengan pupuk alam atau manure dan pupuk buatan atau fertilizer)
Pencegahan erosi, seperti teras-teras sawah, pembajakan menurut garis tinggi (contour ploughing), tanaman berjalur (strip cropping), penghijauan, penghutanan kembali, dan lain-lain
Seleksi benih
Kemudian menurut Fellman & Getis, 2003, h. 276, terdapat 2 macam pertanian, yaitu pertanian untuk konsumsi sendiri (subsistence agriculture) dan pertanian niaga ( commercial agriculture). 1.
Pertanian untuk dikonsumsi sendiri dibagi dua, yaitu : a. Pertanian ekstensif untuk konsumsi sendiri, seperti penggembalaan bernomoda dan pertanian dengan lading berpindah, yang masih dilakukan oleh 5% petani di dunia, di berbagai negara berkembang. b. Pertanian intensif, selain untuk dikonsumsi sendiri juga sebagian hasil produksinya dijual. Pertanian semacam ini dilakukan oleh setengah dari seluruh petani di dunia. Hal ini juga dilakukan di Indonesia. Pertanian intensif untuk dikonsumsi, menurut Fellman (Fellman & Getis, 2003, h. 280) dilakukan di daerah perkotaan (urban agriculture). Di Indonesia, hal ini disebut pertanian pekarangan dengan tanaman buah-buahan, sayur-sayuran dan bunga-bungaan.
2.
Pertanian dan peternakan komersial atau pertanian niaga adalah pertanian yang menghasilkan barang dagangan, yaitu bahan makanan (padi-padian, daging), bahan kenikmatan (teh, kopi, dan sebagainya), serta bahan
30
industry lainnya (kapas, karet, kina dan sebagainya). Di Indonesia, pertanian seperti ini dilakukan di perkebunan.
1.6.Penelitian Sebelumnya Agustina Weni CH (2003) dalam skripsinya yang berjudul Prototype Atlas Elektronik untuk Wilayah Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta membuat suatu atlas elektronik yang berisikan infromasi tentang potensi sumberdaya lahan di Kabupaten Bantul dengan tampilan dan desain yang sesuai dengan kaidah kartogafi. Data yang digunakan adalah data sekunder. Pembuatan atlasnya dengan menggunakan software PC Arcview dengan pemograman bahasa Avenue untuk memodifikasi tools-tools yang ada pada Arcview dimana disesuaikan dengan kebutuhan isi atlas yang akan ditampilkan. Hasil akhir dari penelitian ini berupa CD-ROM sehingga dapat diakses dengan mudah dikomputer. Akan tetapi, atlas elektronik hanya bisa digunakan untuk komputer yang mempunyai software Arcview, sehingga tidak semua komputer dapat digunakan. Bimo Haryo Tejo (2006) dalam skripsinya yang berjudul Pembuatan Prototype Atlas Sosial Ekonomi Secara Elektronik Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta membuat suatu atlas elektronik yang berisikan tentang informasi sosial ekonomi di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakata. Pembuatan atlas ini menggunakan data sekunder, yaitu data statistik sosial ekonomi. Pendesaianan atlas mempertimbangkan urutan penyajian data, urutan penyajian wilayah dan urutan tema. Atlas elektronik yang dibuat dilengkapi dengan tambahan foto, video, narasi untuk memperjelas isi atlas. Peta-petanya dibuat dengan perangkat lunak Arcview dan desain atlas dengan menggunakan perangkat lunak Macromedia dan pembuatan web. Untuk diseminasi yaitu berupa CDROM. Lidya Lestari Sitohang (2007) dalam skripsinya yang berjudul Penyusunan Atlas Elektronik Sumberdaya Air Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur mencoba membuat atlas elektronik yang berisikan informasi sumberdaya air di Kabupaten Kutai. Tujuan pembuatan atlas adalah
31
menghasilkan peta-peta dengan simbolisasi yang sesuai dengan data sumberdaya air. Data yang digunakan dalam menyusun atlas yaitu data sekunder hidrologi yang berupa data sumberdaya air. Kemudian data-data sumberdaya air tersebut disusun dalam bentuk peta interaktif dengan menggunakan software Arcview yang kemudian dikompilasi menjadi satu menjadi atlas elektronik yang bersifat interaktif dengan Macromedia. Untuk hasil akhirnya didesiminasi berupa softcopy CD yang berisikan atlas elektronik beserta peta-peta digital format dasar. Rahmawati Sulistyaningsih (2005) dalam skripsinya yang berjudul Penyusunan Atlas Pariwisata Secara Elektronik Wilayah Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta membuat atlas pariwisata secara elektronik dengan tampilan dan desain simbol sesuai dengan aturan kartografi. Data yang digunakan adalah data-data sekunder berupa peta-peta wisata yang akan dievaluasi kekurangan dan kelebihannya. Komponen atlas dan data dipadukan dan diintegrasi dengan script pemrograman untuk membuat atlas pariwisata secara elektronik yang interaktif, infromatif, dan komunikatif. Desain petapetanya menggunakan perangkat lunak Arcview dan desain pembuatan atlasnya menggunakan Macromedia. Untuk diseminasinya berupa CD-ROM, sehingga mudah untuk diakses menggunakan komputer dan dalam versi cetak. Gunawan Widiyasmoko (2005) dalam skripsinya yang berjudul Penyusunan Prototype Atlas Elektronik Jaringan Jalan Kota Yogyakarta membuat sistem informasi transportasi Kota Yogyakarta dengan SIG yang hasilnya berupa atlas tematik interaktif. Data yang digunakan yaitu data jaringan jalan yang merupakan data sekunder. Data jaringan jalan yang ada direpresentasikan lewat audio visual beserta narasi tentang karakteristik jaringan jalan terpilih sehingga menambah nilai seni dari penyajian atlas Jaringan Jalan tersebut. Atlas elektronik yang dibuat adalah berbasiskan web dengan menggunakan program ArcView dan dibantu dengan bahasa pemrograman PHP dan My SQL. Untuk hasil akhir dari pembuatan atlas ini adalah atlas yang publikasinya melalui internet (web)
32
Untuk gambaran secara sistematis, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 1.1: Persamaan dan Perbedaan Penelitian Sebelumnya Penelitian Sebelumnya
Persamaan
Agustina Weni Membahas tentang pembuatan CH atlas secara elektronik dan 2003 diseminasinya dalam bentuk CD.
.
Bimo Haryo T 2006
Lidya Lestari Sitohang 2007
Membahas tentang pembuatan atlas secara elektronik dengan perangkat lunak Dreamwaver dan diseminasinya dalam bentuk CD. Membahas tentang pembuatan atlas secara elektronik dan diseminasinya dalam bentuk CD.
Rahmawati S. 2005
Membahas tentang pembuatan atlas secara elektronik dan diseminasinya dalam bentuk CD dan dalam versi cetak
Gunawan W 2004
Membahas tentang pembuatan atlas elektronik dengan berbasis Web.
Perbedaan Tema atlas yang dibuat beda. Atlas elektronik dibuat dengan menggunakan perangkat lunak Arcview 3.3 untuk desain petapetanya dan untuk desain atlasnya menggunakan bahasa pemrograman Avenue untuk memodifikasi tools-tools pada Arcview 3.3. Hasil akhirnya berupa CD-ROM tetapi hanya bisa diakses oleh komputer yang mempunyai program Arcview. Untuk pembuatan desain Peta-petanya dengan perangkat lunak Arcview 3.0 Tema atlas yang dibuat beda Untuk pembuatan desain petapeta dan simbolisasinya dengan menggunakan perangkat lunak Arcview 3.3 Tema atlas yang dibuat beda Untuk pembuatan desain petapeta dan simbolisasinya dengan menggunakan perangkat lunak Arcview 3.3 Tema atlas yang dibuat beda Untuk pembuatan desain petapeta dan simbolisasinya dengan menggunakan perangkat lunak Map Info.
33
1.7. Kerangka Pemikiran Informasi tentang sosial ekonomi yang salah satunya adalah pertanian tersebut merupakan informasi yang dapat digunakan sebagai salah satu alat bantu dalam mengambil kebijakan dalam rencana pembangunan dan pengembangan wilayah. Adanya informasi-informasi penting tentang pertanian dalam suatu wilayah, tentunya dapat memberikan sumbangan yang besar bagi suatu wilayah guna menyejahterakan dan memajukan wilayah tersebut. Terlebih pertanian merupakan sektor utama dalam perekonomian di Kabupaten Kuloprogo. Informasi-informasi tentang pertanian masih berupa data statistik, sehingga perlu disajikan secara spasial dan diwujudkan dalam bentuk peta. Kemudian peta-peta yang berisikan berbagai macam informasi pertanian tersebut dikompilasi menjadi satu keutuhan yaitu atlas. Atlas yaitu merupakan kumpulan dari sejumlah peta yang dikombinasi menjadi satu keutuhan dengan urutan tertentu, menggambarkan fenomena geografi pada suatu wilayah. Atlas akan dibuat menjadi dua versi, yaitu atlas cetak dan atlas elektronik. Seiring perkembangan jaman, atlas sudah banyak yang dibuat secara elektronik. Atlas elektronik dibuat dengan menggunakan bantuan komputer. Pada pembuatan atlas elektronik pertanian, data yang digunakan adalah data grafis yang berupa peta-peta digital dan data statistik dimana didapatkan dari sumber dan instansi terkait dan merupakan data sekunder. Data tersebut adalah data administrasi kabupaten Kulon Progo, data tabular tentang informasi pertanian. Kemudian data sekunder yang sudah dikumpulkan tersebut ditambah dengan data atribut berupa foto-foto atau video dan deskripsi objek terkait sebagai narasi. Untuk simbolisasi yang digunakan juga harus sesuai dengan kaidah kartografi yang berlaku. Penyusunan peta-peta
tematik untuk menggambarkan informasi-
informasi pertanian dengan menggunakan perangkat lunak ArcGis 9.2. Dimana pada pembuatan peta dengan menggabungkan antara data grafis dengan data statistik. Kemudian desain atlas elektronik dengan menggabungkan antara petapeta tematik dengan data pelengkap yang berupa foto-foto, video dan deskripsi
34
sebagai narasi dengan bantuan perangkat lunak yang berupa Adobe Dreamwaver dan Flash sehingga mendapatkan hasil akhir yang menarik. Informasi pertanian masih berbentuk data statistik
Informasi Pertanian
Digunakan sebagai salah satu alat bantu pengambilan kebijakan dalam perencanaan pembangunan daerah khususnya perekonomian.
Peta-peta pertanian disusun menjadi sebuah atlas
Perlu disajikan secara spasial dibuat peta-peta Mencapai kesejahteraan dan memajukan wilayah Perlu disusun menjadi atlas pertanian
Atlas untuk membantu pengambilan kebijkan dalam perencanaan pembangunan daerah
Pembuatan atlas secara cetak dan elektronik
Pengumpulan data-data statistik serta data-data spasial
Pengumpulan data-data atribut/ multimedia
Pengolahan peta-peta tematik dengan Arcgis 9.2
Proses pencetakan peta-peta hasil dari pengolahan Argis 9.2
Penggabungan peta-peta , data multimediadengan perangkat lunak Adobe Dreamwaver dan Flash
Atlas cetak pertanian Atlas elektronik pertanian
Gambar 1.4. Diagram Kerangka Pemikiran
35
1.8.Batasan Operasional Penelitian Atlas Atlas sengaja dikombinasi dari peta atau kumpulan data, disusun dengan cara tertentu sehingga tujuannya dapat tercapai. Tujuan dari atlas yaitu untuk mengenalkan lingkungan sekitar dan juga memperlihatkan permasalahan dilingkungan sekitar. (Kraak dan Ormelling,2007) Atlas elektronik Atlas elektronik didefinisikan sebagai kombinasi yang disengaja dari pemrosesan sekelompok data keruangan, bersama dengan software untuk menghasilkan peta. (Kraak dan Ormelling,2007) Data Merupakan bahasa, mathematic ,dan simbol-simbol pengganti lain yang disepakati oleh umum dalam penggambaran objek, manusia, peristiwa, aktivitas, konsep dan objek-objek penting lainnya. (Prahasta, 2005) Kartografi Kartografi adalah seni, ilmu pengetahuan, dan teknoloi tentang pembuatan peta-peta , sekaligus mencakup studinya sebagai dokumendokumen ilmiah dan hasil karya seni (ICA, 1973). Peta Peta adalah suatu representasi/gambaran unsur-unsur atau kenampakankenampakan abstrak, yang dipilih dari permukaan bumi, atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, dan umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan (ICA, 1973). Peta Digital Kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatauan untuk mengintegrasikan data, memproses dan menyimpan serta mendistribusikan data (dalam Lidya LS, 2007) Simbol Adalah suatu penyajian berbentuk gambar dan digunakan sebagai alat bantu komunikasi (Bertin, 1983)
36
Komunikatif Keadaan saling berhubungan, mudah dipahami sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik. (dalam Rahmawati S, 2005) SIG Sistem informasi berbasis komputer yang mampu mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, dan menampilkan data spasial dalam konteks kelembagaan, dengan tujuan sebagai sistem pendukung pengambilan keputusan. (Kraak dan Ormelling, 2007) Pertanian Pertanian dalam arti luas yaitu meliputi Perkebunan (termasuk di dalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar), kehutanan, peternakan, dan perikanan (dalam perikanan dikenal pembagian lebih lanjut yaitu perikanan darat dan perikanan laut). (Mubyarto, 1995)
37