BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Keharusan negara untuk mampu menciptakan rakyat yang cerdas ditiap-tiap bidangnya dan mengenai pendidikan sebagai suatu alat terciptanya negara yang baik dalam perspektif demokarasi dan untuk pencapaian suatu tujuan menjadi hal yang sangat mutlak untuk segera dipertimbangkan. Hal ini dikarenakan setelah 67 tahun bangsa ini merdeka, rakyat belum juga bisa mendapatkan apa yang dinamakan ‘pendidikan yang merata’. Dalam upaya peningkatan mutu, efisiensi, relevansi dan peningkatan daya saing secara nasional dan sekaligus Internasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, maka telah ditetapkan pentingnya penyelenggaraan satuan pendidikan yang bertaraf Internasional, baik untuk sekolah negeri maupun swasta. Untuk mengoptimalkan dan memaksimalkan perkembangan seluruh sumber daya manusia yang dimiliki, dilakukan melalui pendidikan, baik melalui jalur pendidikan formal maupun non-formal. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk melengkapi
sumber
belajar
yang
relevan
dan
bermakna
guna
meningkatkan mutu belajar siswa di sekolah. Akhir-akhir ini perkembangan pendidikan untuk remaja tunarungu mulai tampak adanya perubahan dalam berbagai segi, baik yang menyangkut pandangan dalam upaya pelayanan pendidikan, proses pembelajaran maupun perhatian masyarakat yang terjadi. Kenyataan ini dapat dilihat dengan mulai bertambahnya jumlah yayasan atau lembaga yang peduli terhadap anak berkebutuhan khusus seperti tunarungu. Anak tunarungu dengan keterbatasannya berhak mendapatkan pendidikan seperti anak normal lainnya. Di dalam UU No.23 tahun 2003 tentang perlindungan Anak pasal 51 berbunyi Anak yang menyandang cacat fisik dan atau mental diberikan kesempatan yang sama dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa. Keadaan ini sesuai dengan pendidikan yang dialami oleh anak berkebutuhan khusus seperti halnya tunarungu belum adanya sekolah
1
khusus tunarungu yang dapat menghantarkan tunarungu sejajar dengan anak normal lainnya, hal ini diakibatkan dari masih rendahnya kualitas bahasa dan komunikasi tunarungu. Sekolah merupakan tempat belajar anak dan remaja tunarungu belajar berkomunikasi dan bersosialisasi serta mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pendekatan belajar menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam mendidik siswa disekolah melalui pengembangan bakat, potensi, serta kecerdasan diri, pengembangan kreativitas, dan identifikasi karir di masa depan. Pendidikan bukan hanya merupakan pilar terpenting dalam upaya mencerdaskan bangsa, tetapi juga merupakan syarat
mutlak
bagi
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat
yang
berkeadilan. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan diperlukan sarana dan prasarana yang memadai, sikap mental guru, yang inovatif, waktu yang panjang, iklim kultur sosial yang menunjang dan masih banyak lagi faktor lainnya. Sekolah pendidikan luar biasa pada umumnya memiliki kurikulum, metode mengajar, sarana pembelajaran, sistem evaluasi, dan guru khusus yang dikelola sesuai dengan ketunaannya. Untuk mengatasi hal tersebut perlu kiranya ditinjau serta diadakan suatu pendidikan khusus yang diperuntukkan bagi penyandang tunarungu untuk jenjang SMALB dengan mengembangkan ruang publik pendidikan yang belum ada di Indonesia yaitu dengan mendirikan bangunan International Deaf School di Padang Sidempuan, Sumatera utara. Bertujuan sebagai strategi remaja tunarungu untuk memenuhi kebutuhan akan sarana dan prasarana dalam kancah persaingan global, sehingga menghasilkan lulusan
yang
mempunyai
kemampuan daya
saing
Internasional. Pendidikan
bertaraf
Internasional
adalah
pendidikan
yang
diselenggarakan setelah memenuhi Standar Nasional Pendidikan dan diperkaya dengan standar pendidikan Negara maju. Karakteristik program dengan menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang diperkaya dengan standar Internasional.1
1
Direktorat Jenderal Mandikdasmen Kementerian Pendidikan Nasional, Kebijakan Sekolah Bertaraf internasional, hal. 5.
2
Konsep Sekolah bertaraf Internasional diwujudkan oleh pemerintah Indonesia dengan mengeluarkan UU No.23 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk mengembangkan paling tidak satu sekolah didaerahnya untuk dikembangkan menjadi SBI (Sekolah bertaraf Internasional). Hingga sampai saat ini kualitas kurikulum pembelajaran di SLB-B lebih rendah daripada keterampilan/ vokasional yang lebih tinggi maka pemerintah belum bisa memberikan penggantian kurikulum dan juga membangun SLB-B yang bertaraf Nasional bagi tunarungu. Yang diharapkan dari adanya SLB-B perlu penyetaraan dengan sekolah umum misalnya SSN (Standar Sekolah Nasional) sebagaimana dicantumkan UU Sistem Pendidikan untuk mengoptimalkan sumber daya manusia yang berkelanjutan. Dalam pembelajaran bahasa diperlukan kemampuan-kemampuan memahami kata-kata, kalimat, kata kiasan, dan persamaan kata. Guru perlu mencari metode pembelajaran atau cara yang sesuai untuk membantu meningkatkan kemampuan siswa. Selain ini diperlukan media yang
dapat
membantu
guru
untuk
memudahkan
dalam
proses
pembelajaran di dalam kelas. Dengan penggunaan media yang tepat, selain memudahkan siswa juga dalam mengalami, memahami, mengerti, dan melakukan juga menimbulkan motivasi yang lebih kuat jika dibandingkan dengan menggunakan kata-kata semata. Mereka belajar dalam satu kelas yang sama serta dengan tema mata pelajaran yang sama, guru tetap mencoba untuk dapat mewujudkan pendidikan yang dapat melayani dan memenuhi kebutuhan siswa tunarungu itu sendiri. 1.2.
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, ada beberapa masalah International Deaf school yang akan dibahas : 1. Bagaimana merancang interior International Deaf School yang dapat menunjang aktivitas tunarungu ditinjau dari pemilihan elemen interior? 2. Bagaimana menciptakan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan tunarungu serta dapat merangsang perkembangan ditinjau dari pola perilaku tunarungu?
3
3. Bagaimana menciptakan fasilitas ruangan yang komunikatif, nyaman, dan aman bagi tunarungu? 4. Bagaimana merancang ruang kelas dengan memperhatikan tampilan visual sehingga menghasilkan ruang interior yang artistik sesuai dengan estetika bangunan dalam gedung? 1.3.
Tujuan dan Sasaran Perencanaan
1.3.1. Tujuan Perencanaan Perancangan interior International Deaf school ini bertujuan untuk membantu para penyandang tuanrungu agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan sebagai pribadi atau anggota masyarakat
dalam
mengadakan
hubungan
timbal
balik
dengan
lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar agar mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri. 1.3.2. Sasaran Perencanaan Sasaran dalam perancangan ini diperuntukkan untuk tunarungu SMALB yang mengalami hambatan pendengaran, komunikasi dan membutuhkan penanganan secara khusus guna untuk membangkitkan kepercayaan diri mereka serta mengembangkan minat dan bakat dengan keahlian dan keterampilan yang dimilikinya. Sekolah bertaraf Internasional ini merupakan tantangan tersendiri bagi remaja tunarungu yang belum berkembang di Indonesia agar nantinya dapat berperan aktif di masyarakat dan lingkungannya. 1.4.
Maksud Perancangan Maksud perancangan yang ingin dicapai dalam perancangan interior International Deaf school ini adalah: 1. Mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan para penyandang tunarungu. 2. Menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan, pelatihan dan keterampilan. 3. Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan penyandang tunarungu yang meliputi kebutuhan jasmani, rohani, maupun sosial.
4
4. Sebagai pusat konsultasi orang tua yang memiliki masalah seputar perkembangan anak tunarungu. 1.5.
Manfaat Perancangan Manfaat dari perancangan interior International Deaf school ini adalah : a. Bagi Desainer Interior : -
Dapat
memperluas
wawasan
dan
pengetahuan
tentang
perancangan interior International Deaf school. -
Sebagai pegangan dan pedoman dalam perancangan desain International Deaf school.
-
Dapat mengembangkan ide dan gagasan untuk merencanakan dan
merancang
suatu
interior
yang
disesuaikan
dengan
kebutuhan dan fungsi dari ruang-ruang yang ada. b. Bagi Penulis : -
Memberikan wawasan serta pengetahuan yang telah diterapkan dibangku kuliah untuk menghasilkan karya desain yang maksimal.
-
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang konveksi hak-hak penyandang disabilitas atau lebih dikenal dengan CRPD.
-
Dapat menjadi masukan bagi penataan dan pembangunan sarana dan prasarana sekolah bagi penyandang tunarungu.
-
Dapat berusaha untuk memecahkan masalah-masalah yang ada di dalam proyek perencanaan dan perancangan interior, dengan menerapkan ide-ide dan gagasan-gagasan yang ada.
c. Bagi Sekolah dan Guru : - Sebagai
masukan
dalam
penyediaan
media
dan
sarana
peningkatan layanan pembelajaran yang efektif di sekolah. - Sekolah berperan dalam memberikan kontribusi untuk orang tua yang memiliki anak tunarungu. - Masukan bagi guru dalam memahami karakter tunarungu dan menciptakan suasana belajar yang efektif. d. Bagi Masyarakat : -
Mendapatkan informasi dan sarana yang dibutuhkan untuk penyandang tunarungu.
-
Dapat memberikan wawasan dan pengetahuan baru.
5
-
Mengubah
persepsi
pandangan
masyarakat
terahadap
penyandang tunarungu. 1.6.
Ruang Lingkup Perancangan Secara subtansial, ruang lingkup dari perancangan yang akan dibahas ini khususnya pada pendidikan jenjang sekolah menengah atau SMALB yang mencangkup semua teori dan disiplin ilmu interior mengenai International Deaf School dan metode pendekatan yang relevan untuk mendukung
penyusunan
program
perencanaan
dan
perancangan
sekolah khusus tunarungu yang bertaraf International. Secara spasial, bangunan International Deaf School ini terletak di Padang Sidempuan, Sumatera Utara. Objek-objek yang digunakan sebagai studi pembanding. 1.7.
Metode Perancangan Metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriftif yaitu dengan pengumpulan sumber data primer dan sekunder kemudian dijelaskan dan dianalisa dalam bentuk uraian serta metode kasus dan penelitian lapangan. Metode ini memerlukan langkah-langkah dalam mengumpulkan data yang relevan dan informasi yang valid yaitu: a. Data Literatur/ Kepustakaan Untuk memperoleh referensi data yang berhubungan dengan obyek perancangan sehingga dapat digunakan sebagai data pembanding yang relevan. Data-data tersebut dari jurnal penelitian, buku-buku, majalah,
maupun
internet
yang
berkaitan
dengan
konsep
perancangan. b. Observasi Lapangan Melalui observasi lapangan dengan penelitian dan pengamatan ke obyek yang berkaitan melalui studi perbandingan antara sekolah nontunarungu dengan sekolah tunarungu. c. Wawancara/ Interview Melakukan wawancara dengan narasumber dan pihak-pihak terkait dengan dunia tunarungu dan pendidikan untuk mendapatkan informasi dan data-data yang dibutuhkan dalam perancangan.
6
1.8.
Metode Pengolahan Data Adapun variable yang dideskriptifkan hal ini meliputi pengumpulan bahan-bahan dan data yang diperlukan untuk mendukung penulisan yang meliputi: a. Analisa International Deaf School b. Analisa Lokasi Perencanaan c. Analisa gaya dan tema desain. d. Elemen pembentuk ruang dan furnitur ruang yang digunakan sebagai sarana penunjang dan aktivitas di dalam kelas. Dari pendeskripsian di atas, data yang mendukung untuk penulisan ini adalah menganalisa International Deaf School, lokasi perencanaan sesuai dengan gaya dan tema desain terrpilih, serta elemen, pembentuk ruang dan furnitur yang digunakan sebagai sarana penunjang dan aktivitas di dalam kelas, sebagai acuan/ dasar pembuatan konsep perencanaan dan perancangan desain.
1.9.
Sistematika Penulisan Bab I : PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang gambaran secara garis besar mengenai isi secara keseluruhan penulisan yang terbagi menjadi: latar belakang, rumusan masalah, maksud, tujuan, dan sasaran perancangan, manfaat perancangan, metode pengolahan data, sistematika penulisan dan alur bahasan. Bab II : TINJAUAN DATA Bab ini berisi tentang tinjauan data yang meliputi: tinjauan data umum yang berisi tentang tinjauan sekolah, tinjauan mengenai Deaf, psikologi anak/ remaja tunarungu, perilaku anak/ remaja tunarungu, hambatan dalam menerima pelajaran disekolah, jenis terapi, penggunaan bahasa isyarat, tinjauan ergonomi dan antropometri, dan aplikasi warna pada desain interior. Sedangkan tinjauan data khusus yang berisikan tentang tinjauan Intenational Deaf School, pengertian International Deaf School, Sejarah sekolah tunarungu di luar negeri dan Indonesia, Standarisiasi minimalisasi fasilitas sekolah luar biasa, struktur kurikulum mata pelajaran sekolah luar biasa, persyaratan pendirian International Deaf School hingga sampai ke tinjauan terhadap gaya dan tema.
7
Bab III : PERMASALAHAN Bab
ini
menjelaskan tentang
data
hasil
survey
sekolah.
Permasalahan yang ada pada obyek-obyek bangunan serta interior yang ada. Aspek manusia yang menjadi bagian utama di sekolah, aspek lingkungan sosial budaya yang ada di sekolah, aspek bangunan yang digunakan pada bangunan sekolah, serta aspek ruang yang ada di bangunan sekolah, dan perbedaan aspek sarana maupun prasarana yang ada di masing-masing sekolah. Bab IV : ANALISA DATA PROYEK Bab ini membahas tentang data proyek International Deaf School yang dikerjakan, aspek lingkungan dan aspek bangunan yang ada di dalamnya, aspek ruang yang menjadi bagian utama dalam bangunan, aspek manusia, struktur organisasi International Deaf School analisa jenis kegiatan dan kebutuhan ruang fasilitas, aspek lingkungan, kondisi sekitar tapak, hingga ke tahap Kebutuhan fisik dan non fisik seperti analisa ergonomi dan besaran ruang, konsep citra/ image ruang-bentuk, serta analisa gaya, tema, dan citra. Bab V ; KONSEP DASAR PERANCANGAN Bab ini berisikan tentang data konsep perancangan ruang yang diperoleh dari hasil pendekatan secara keseluruhan (data survey dan studi
banding
dengan
pengamatan
secara
langsung).
Konsep
perancangan. Seperti gaya dan tema perancangan hingga ke tahap konstruksi bangunan. Bab VI : PENUTUP Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang merupakan inti dari keseluruhan penelitian yang dilakukan, serta saran sebagai bahan pertimbangan untuk tujuan perbaikan kearah yang lebih baik.
8
1.10.
Alur Bahasan Abstak Abstrac
Latar Belakang Mulai bertambahnya jumlah yayasan atau lembaga yang peduli terhadap anak berkebutuhan khusus seperti tunarungu. UU No.23 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Masih rendahnya kualitas kurikulum pembelajaran di SLB-B daripada keterampilan/ vokasional yang lebih tinggi.
Tujuan
Untuk membantu para penyandang tuanrungu agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan sebagai pribadi atau anggota masyarakat
Permasalahan
1. Bagaimana merancang interior International Deaf School yang dapat menunjang aktivitas tunarungu ditinjau dari pemilihan elemen interior? 2. Bagaimana menciptakan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan tunarungu serta dapat merangsang perkembangan ditinjau dari pola perilaku tunarungu? 3. Bagaimana menciptakan fasilitas ruangan yang komunikatif, nyaman, dan aman bagi tunarungu? 4. Bagaimana merancang ruang kelas dengan memperhatikan tampilan visual sehingga menghasilkan ruang interior yang artistik sesuai dengan estetika bangunan dalam gedung?
Metode Perancangan Data literatur DataObservasi lapangan Wawancara/ Interview
Metode Pengolahan Data
Analisa International Deaf School Analisa Lokasi Perencanaan Analisa gaya dan tema desain. Elemen pembentuk ruang dan furnitur ruang
Konsep Perencanaan dan Perancangan
Desain Bagan 1.10 Alur Bahasan
9