BAB I
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas manusia semakin menuntut untuk cepat, efektif, dan efisien, khususnya dalam hal perpindahan, baik itu perpindahan manusia, barang, maupun perpindahan informasi. Mobilitas yang tinggi tersebut juga menuntut untuk dapat menjangkau seluruh penjuru dunia, tidak peduli seberapa jauh suatu negara berada, atau seberapa jauh suatu pulau terhampar, semuanya harus dapat dijangkau dengan cepat, efektif, dan efisien. Mobilitas yang tinggi membutuhkan sarana dan prasarana transportasi, baik darat, laut, maupun udara, sebagai instrumen dalam memenuhi kegiatan manusia. Moda transportasi darat menawarkan fleksibilitas dan kemudahan untuk dijangkau, namun dengan daya jelajah yang tidak cukup luas. Moda transportasi laut menawarkan kapasitas angkut yang cukup besar, namun dengan waktu tempuh yang cenderung panjang. Sedangkan moda transportasi udara dianggap sebagai moda transportasi yang memiliki kecepatan tinggi, dan mampu menjangkau ke seluruh wilayah yang tidak dapat dijangkau oleh moda transportasi lain (Permenhub No.49 Tahun 2005 tentang Sistem Transportasi Nasional). Selanjutnya, Adisasmita (2013) menyebutkan bahwa transportasi udara merupakan kegiatan transportasi yang menggunakan pesawat udara. Dalam pengoperasiannya moda transportasi udara membutuhkan bandara sebagai sarana untuk lepas landas dan mendarat, seperti halnya jalan raya dan rel kereta api untuk pengoperasian moda transportasi darat, serta pelabuhan dalam pengoperasian moda transportasi laut. Transportasi selain berperan sebagai perantara pemenuhan akan mobilitas pergerakan manusia, juga berperan dalam pembangunan suatu kota atau wilayah. Hal tersebut senada dengan Tamin (2000) yang menyebutkan bahwa transportasi
1
berperan dalam sebagai alat bantu dalam pembangunan perkotaan. Perkembangan peran transportasi sudah terlihat dari abad ke-18, sebagaimana pelabuhan menyetimulasi daerah sekitarnya untuk berkembang, dilanjutkan pada abad ke-19 oleh rel kereta api, lalu kemudian jalan raya pada abad ke 20. Kini pada abad ke-21, perkembangan peran simpul transportasi tersebut juga diikuti oleh bandara. Bandara yang semula dibangun menjauhi kota, kini juga turut menyetimulasi pembangunan daerah sekitarnya. Seperti diungkapkan Schaafmsma dalam Kasarda (2011) yang menyatakan bahwa; “The airport leaves the city. The city follows airport. The airport becomes a city.” (Kasarda, 2011 ; 20) Pembangunan bandara memang diarahkan berada jauh di luar kota, atas dasar pertimbangan keselamatan penerbangan dan kebisingan. Namun seiring perkembangannya, pertumbuhan kota cenderung mengarah ke bandara. Jalan penghubung antara kota dan bandara semakin dipadati oleh pembangunanpembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan non-penerbangan. Pembangunan tersebut kemudian menjadi awal mula kawasan sekitar bandara kian berkembang dan bahkan membentuk suatu kota baru. Kondisi ini seperti terlambat disadari, pembangunan-pembangunan di sekitar bandara cenderung hanya didasari oleh tindakan reaktif dari keberadaan bandara, tanpa ada perencanaan yang matang. Hal ini menunjukkan bahwa peran bandara bukan hanya sebagai simpul aktivitas penerbangan saja, namun juga dipandang sebagai salah satu faktor pendorong pertumbuhan daerah dimana bandara tersebut dibangun. Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan bandara dan peningkatan permintaan akan transportasi udara, serta antisipasi dari pembangunan sekitar bandara yang tidak terencana, kemudian lahirlah konsep aerotropolis. Menurut Kasarda (2011), aerotropolis merupakan bentuk integrasi bandara dengan kota metropolis mandiri di sekitarnya, yang kemudian mendorong pengembangan
2
bisnis untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota metropolis tersebut. Konsep aerotropolis bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas bandara dengan pusat-pusat pertumbuhan kota, merencanakan pembangunan pada tiap koridornya, sehingga menghasilkan bentuk integrasi yang tertata, efisien, dan efektif dalam memberikan manfaat. Di dunia, sudah banyak bandara yang menerapkan konsep aerotropolis, Bandara Schipol Amsterdam di Belanda, Bandara Los Angeles di Amerika Serikat, Bandara Incheon di Korea Selatan, dan Bandara Changi di Singapura, adalah contoh sukses penerapan konsep aerotropolis yang mampu mengintegrasikan kota, bandara, dan kawasan bisnis. Indonesia sebagai negara kepulauan tentu sangat membutuhkan peran transportasi udara untuk dapat menjangkau pulau-pulau di seluruh wilayah Indonesia. Kebutuhan transportasi udara akan berbanding lurus dengan kebutuhan akan bandara. Oleh sebab itu, pembangunan bandara juga menjadi penting untuk mendukung aktivitas penerbangan transportasi udara di Indonesia. Namun, seperti yang terjadi pada beberapa pembangunan bandara di tempat lain, perkembangan bandara di Indonesia juga masih menimbulkan beberapa permasalahan seperti infrastruktur yang belum memadai keterjangkauan bandara, perkembangan sekitar bandara yang tidak tertata, hingga pada fasilitas bandara yang kualitasnya belum cukup memadai. Bandara Soekarno-Hatta sebagai salah satu bandara internasional yang menjadi pintu gerbang utama Indonesia, juga mengalami beberapa permasalahan perkembangan bandara. Infrastruktur untuk menjangkau Bandara Soekarno-Hatta sejauh ini bisa dikatakan belum baik, pembangunan di sekitar Bandara SoekarnoHatta juga terlihat tidak tertata. Bandara Soekarno-Hatta belum dianggap sebagai pusat pertumbuhan dan pembangunan, sehingga pembangunannya dibiarkan berkembang dengan sendirinya. Kota-kota di sekitar Bandara juga tidak menganggap bahwa Bandara Soekarno-Hatta sebagai pusat pembangunan. Hal tersebut dikarenakan kota-kota di sekitar Bandara Soekarno-Hatta sudah memiliki pusat pertumbuhannya masing-masing, ditambah lagi perencanaan bandara dan kota sekitarnya terkesan berjalan sendiri-sendiri.
3
Kota Tangerang contohnya, yang merupakan wilayah administrasi dari Bandara Soekarno-Hatta, tidak menjadikan Bandara Soekarno-Hatta sebagai pusat pertumbuhan kotanya. Pembangunan Kota Tangerang dan Bandara SokearnoHatta berjalan terpisah. Hal ini mengakibatkan pembangunan kawasan sekitar bandara yang tidak tertata, akses dari Kota Tangerang menuju Bandara SoekarnoHatta juga kurang baik. Padahal jika dilihat dari potensi yang ada, bahwa Bandara Soekarno-Hatta merupakan bandara tersibuk di Indonesia serta keuntungan ekonomi yang cukup besar bagi Kota Tangerang, Bandara Soekano-Hatta seharusnya mampu menjadi pusat pertumbuhan bagi Kota Tangerang. Konsep aerotropolis diyakini mampu menjadikan Bandara Soekarno-Hatta dan kawasan sekitarnya menjadi pusat pertumbuhan yang mandiri dengan merencanakan peningkatan komersial bandara, pembangunan kawasan bisnis, infrastruktur yang mendukung aksesibilitas dengan kota-kota di sekitarnya, dan fungsi pendukung lainnya seperti permukiman, perhotelan, pusat perbelanjaan, ruang terbuka hijau, serta kawasan komersial non-penerbangan. Tidak selesai sampai pada hal-hal yang disebutkan di atas, diperlukan juga integrasi antara perencanaan kawasan Bandara Soekarno-Hatta, kawasan bisnis internasional, dan Kota Tangerang. Dengan demikian, Kawasan Bandara Soekarno-Hatta menjadi pusat pertumbuhan bagi Kota Tangerang pada khususnya dan bagi Metropolitan Jabodetabek pada umumnya. 1.2. Perumusan Masalah Perencanaan Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahanpermasalahan yang ada, di antaranya: 1. Bandara Soekarno-Hatta belum memberi manfaat luas bagi kota-kota sekitarnya,
khususnya
Kota
Tangerang.
Bandara
harus
mampu
memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan bagi kota-kota di sekitarnya. 2. Tidak tertatanya kawasan di sekitar bandara dan kurang baiknya akses menuju Bandara Soekarno-Hatta dari Kota Tangearng.
4
1.3. Tujuan Perencanaan Adapun tujuan dari perencanaan ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi potensi penerapan konsep aerotropolis di Bandara Soekarno-Hatta dan Kota Tangerang. 2. Merencanakan Kota Tangerang dengan Bandara Soekarno-Hatta sebagai aerotropolis. 1.4. Manfaat Perencanaan Perencanaan ini akan memberikan manfaat bagi perencana dalam hal pengetahuan dan akan memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang terkait, beberapa manfaat tersebut diantaranya adalah: 1. Menjadi salah satu rujukan untuk dilakukan perencanaan atau penelitian yang memiliki kesamaan fokus; 2. Menjadi salah satu alternatif perencanaan pngembangan Kota Tangerang dan Bandara Soekarno-Hatta bagi Pemerintah Kota Tangerang dan Pengelola Bandara Soekarno-Hatta; 3. Memberikan masukan pada penerapan konsep aerotropolis di Indonesia.; dan 4. Memberikan pengembangan bagi disiplin ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota serta disiplin ilmu lain yang memiliki keterkaitan pada optimalisasi peran bandara. 1.5. Ruang Lingkup Perencanaan Ruang lingkup perencanaan dimaksudkan untuk memberikan solusi terhadap permasalahan di Kawasan Bandara Soekarno-Hatta dan kota di sekitarnya dengan penerapan konsep aerotropolis. Adapun ruang lingkup pada perencanaan ini terdiri dari fokus, lokus, dan waktu. 1.5.1. Fokus Fokus pada perencanaan ini adalah perencanaan Bandara Soekarno-Hatta dan Kota Tangerang dengan menerapkan konsep aerotropolis. Hasil akhir dari
5
perencanaan ini berupa perencanaan guna lahan dan transportasi Kota Tangerang dengan konsep aerotropolis. 1.5.2. Lokus Lokasi yang difokuskan pada perencanaan ini adalah Bandara SoekarnoHatta dan Kota Tangerang. 1.5.3. Waktu Dalam perencanaan ini akan menggunakan basis data pada kecenderungan 10 tahun sebelumnya, dari tahun 2004 - 2014. Perencanaan ini bersifat jangka panjang, dengan jangka waktu implementasi perencanaan selama 20 tahun. Imlementasi perencanaan ini akan memberi manfaat untuk waktu yang cukup lama. 1.6. Penelitian dan Perencanaan Terkait Perencanaan mengenai Konsep Perencanaan Aerotropolis di Bandara Soekarno-Hatta dan Kota Tangerang sedang dilakukan oleh PT.Angkasa Pura 2 saat ini. Meskipun demikian, perencanaan tersebut belum dapat dikatakan sebagai perencanaan konsep aerotropolis suatu bandara. Perencananaan yang dilakukan oleh PT. Angkasa Pura 2 lebih menekankan pada peningkatan fasilitas-fasilitas Bandara Soekarno-Hatta. Adapun beberapa perencanaan dan atau penelitian yang terkait dengan perencanaan ini adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Daftar Penelitian dan Perencanaan Terkait No. 1.
Judul
Jenis
Penerapan konsep aerotropolis di Bandara Internasional SoekarnoHatta
Penulisan Ilmiah Jenjang Setara Sarjana Muda, Teknik Arsitektur Universitas Gunadarma
Penyusun
Fokus
Fariz Irawan Penerapan konsep Hasibuan, 2014 aerotropolis pada penulisian ilmiah ini hanya difokuskan pada cakupan Bandara Soekarno-Hatta saja.
6
2.
Konsep Perencanaan Aerotropolis Songdo, Korea Selatan
Skripsi S1 Yonanda Rayi Jurusan Ayuningtyas, Teknik 2012 Arsitektur dan Perencanan, UGM
Skripsi ini meneliti konsep perencanaan aerotropolis di Songdo, perencanaan aerotropolis yang paling ambisius dan bisa dikatakan paling sukses.
3.
Prinsip Perencanaan Aerotropolis
Tesis S2 Yonanda Rayi Magister Ayuningtyas, Perencanaan 2014 Kota dan Daerah, UGM
Tesis ini memfokuskan pembahasan mengenai prinsip-prinsip aerotropolis yang ditinjau dari penerapanpenerapan konsep aerotropolis pada beberapa bandara di berbagai negara.
Sumber : Analisis, 2014 1.7. Kerangka Penulisan Perencanaan ini memiliki tahapan-tahapan dalam penulisannya, dengan bahasan sebagai berikut: 1. Bab I Pendahuluan Bab ini akan menjelaskan tentang latar belakang dilakukannya perencanaan ini. Seperti apa permasalahan yang terjadi dan apa yang ingin dicapai dalam perencanaan ini. Akan dijelaskan pula secara singkat beberapa penulisan penelitian maupun perencanaan yang terkait dengan perencanaan penulis. 2. Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini akan menjelaskan mengenai definisi tentang konsep aerotropolis, dengan sebelumnya didasari pada pengertian mobilitas dan pengertian bandara. Bab ini juga akan menjelaskan seperti apa kerangka berpikir penulis dalam pengerjaan perencanaan ini. Selanjutnya akan dijabarkan juga beberapa preseden
yang telah sukses
menerapkan konsep
aerotropolis.
7
3. Bab III Metode Perencanaan Pada bab ini akan dijelaskan lingkup dan level rencana sebagai batas fokus wilayah dan pembahasan yang diamati dan dianalisis dalam mengerjakan perencanaan ini. Selanjutnya bab ini akan menjabarkan langkah-langkah yang digunakan penulis dalan pengerjaan perencanaan ini. 4. Bab IV Deskripsi Wilayah Perencanaan Bab ini akan memberikan gambaran secara umum seperti apa wilayah yang akan dianalisis dan kemudian direncanakan dengan konsep aerotropolis. Gambaran umum yang dimaksud mencakup kondisi fisik geografis, sosial, dan ekonomi dari wilayah perencanaan. 5. Bab V Analisis Dalam bab ini akan dijabarkan analisis yang merupakan dasar dalam melakukan perencanaan. Analisis dalam konteks ini akan memberikan penjelasan seperti apa indikator-indikator konsep aerotropolis dan membandingkannya dengan yang sudah ada di wilayah perencanaan. Serta akan mengidentifikasi indikator-indikator konsep aerotropolis yang harus dicapai oleh wilayah perencanaan. 6. Bab VI Rencana Bab ini akan menjabarkan pengembangan konsep aerotropolis di Bandara Soekarno-Hatta dan Kota Tangerang sesuai dengan indikator-indikator konsep aerotropolis. Kemudian pada bab ini juga akan menjabarkan alternatif-alternatif dari perencanaan aerotropolis di Bandara SoekarnoHatta dan Kota Tangerang serta akan menentukan alternatif mana yang paling layak dan sesuai untuk diterapkan. 7. Bab VII Penutup Bab ini memberikan kesimpulan akhir dan juga rekomendasi dari penulis mengenai perencanaan Kota Tangerang sebagai aerotropolis.
8