1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi merupakan fenomena
penting pada era globalisasi. Perempuan Indonesia perdesaan terutama kalangan menengah ke bawah hampir seluruhnya terlibat dalam kegiatan ekonomi. Mereka berupaya memperbaiki ekonomi keluarga hingga meninggalkan desa dan mencari alternatif pekerjaan. Kemampuan wanita dalam memberikan kontribusi secara ekonomi terhadap pendapatan keluarga/rumah tangganya, akan meningkatkan status sosial keluarganya dalam masyarakat, namun keterbatasan keterampilan dan kemampuan dalam menguasai teknologi menjadi penghambat dalam mencari pekerjaan. Selain itu, semakin meningkatnya globalisasi menuntut persaingan yang lebih ketat lagi, warga masyarakat dengan kemampuan yang serba terbatas akan terpinggirkan dari dunia kerja. Melihat peran perempuan dalam kajian-kajian strategi ekonomi rumah tangga (livelihood strategies), nampak jelas bagaimana pentingnya kerja para perempuan desa untuk kelangsungan hidup keluarga mereka (Ellis 1998 dalam Wulan 2010). Salah satu startegi nafkah yang dilakukan perempuan desa untuk menyelamatkan ekonomi keluarga adalah melakukan migrasi internasional. Kurangnya kesempatan kerja dan banyaknya pengangguran selama krisis ekonomi telah mendorong banyak pekerja Indonesia yang mencari kerja di luar negeri. Berdasarkan data tahun 1996-2007 yang dijelaskan oleh BNP2TKI (2006) dalam IOM (2010) dan data tahun 2007-2009 yang dijelaskan oleh BNP2TKI (2010), menggambarkan sebanyak 517.169 tenaga kerja migran meninggalkan Indonesia pada tahun 1996. Kemudian tahun 2000, 435.222 tenaga kerja migran meninggalkan Indonesia. Tahun 2004, sebanyak 380.690 tenaga kerja migran meninggalkan Indonesia, namun terjadi penurunan tenaga kerja migran yang meninggalkan Indonesia pada tahun 2001 dan 2003. Hal ini terjadi karena adanya penutupan sementara penempatan tenaga kerja ke Timur Tengah dan Taiwan, diperketatnya persyaratan tenaga kerja, berjangkitnya wabah SARS di sejumlah
2
negara di tujuan penempatan di Asia Pasifik, dan terjadinya perang di Timur Tengah (Buchori 2006). BNP2TKI (2010) menambahkan bahwa peningkatan jumlah tenaga kerja kembali terjadi, tahun 2006 sebanyak 680.000 tenaga kerja migran meninggalkan Indonesia. Kemudian pada tahun 2007 sebanyak 696.746 tenaga kerja migran meninggalkan Indonesia, dan tahun 2008 sebanyak 748.825 orang. Pada tahun 2009, sedikit mengalami penurunan, yaitu sebanyak 632.172 tenaga kerja migran yang meninggalkan Indonesia (Gambar 1). 800,000 680,000 696,746
700,000 600,000
748,825 632,172
517,169
500,000
474,321 435,222
400,000
380,690
300,000 200,000 100,000 0 1996
2000
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Sumber: (1) Data Tahun 1996-2007 oleh BNP2TKI (2006) dalam IOM (2010) (2) Data Tahun 2006-2009 oleh BNP2TKI (2010) Gambar 1 Jumlah Tenaga Kerja Migran yang Meninggalkan Indonesia
Seiring dengan perkembangan migrasi tersebut di atas, secara global tampak bahwa fenomena migrasi perempuan diindikasikan semakin mendominasi perkembangan tersebut. Dalam dua dekade terakhir, terjadi pergeseran perilaku dan kecendrungan migrasi, yakni semakin mendominasinya perempuan dalam proses migrasi internasional (Martin 2003 dalam Wulan 2010). Pada periode 1996 terdapat 44 persen migran laki-laki dan 56 persen migran perempuan dari setiap 100 persen tenaga kerja migran yang meninggalkan Indonesia, sementara pada tahun 2007 pekerja migran perempuan telah mencapai 78 persen dan pekerja lakilaki menurun menjadi 22 persen (BNP2TKI 2006 dalam IOM 2010). Di Indonesia, proses feminisasi migrasi internasional telah menyebabkan munculnya daerah-daerah pengirim migran perempuan, seperti Cilacap, Wonosobo (Jawa Tengah), Indramayu, Cianjur, dan Subang (Jawa Barat), Kulon Progo
3
(Yogyakarta), dan beberapa daerah di Jawa Timur dan di luar Jawa (Bank Dunia 2006 dalam Wulan 2007). Secara ekonomis, usaha pemerintah mengenai program pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri tidaklah sia-sia karena peningkatan jumlah TKI berarti peningkatan devisa negara serta pengurangan jumlah pengangguran. Hal ini seperti yang tertuang di dalam Tap MPR No II/MPR/1993, tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara telah digariskan bahwa pengiriman tenaga kerja Indonesia (wanita) ke luar negeri pada hakekatnya merupakan jasa penghasil devisa, diselenggarakan dengan efisien dan dengan memberikan kemudahan serta perlindungan yang diperlukan baik di dalam maupun di luar negeri. Hal ini merupakan
perencanaan
dari
ketenagakerjaan
nasional
dengan
tetap
memperhatikan harkat dan martabat serta nama baik bangsa dan negara (Martoyo 1997 dalam Salama 2004). Salah satu isu penting terkait dengan migrasi adalah dampak ekonomi, khususnya aspek remitan. Penggunaan istilah “ekspor tenaga kerja” memunculkan harapan agar para pekerja migran membawa remitan tidak hanya bagi keluarganya tetapi juga untuk negara (Wulan 2010). Peningkatan remitan dijelaskan pada Gambar 2.
7 5.42
6
5.7
6.04
6.6
US$ Milyar
5 4 3 2
1.49
1.87
1 0 2003
2004
2005
2006
2007
Sumber: Bank Dunia (2008) dalam IOM (2010) Gambar 2 Peningkatan Remitan Masuk ke Indonesia Tahun 2003-2008
2008
4
Hasil remitansi dari TKI, tercatat sekitar US$ 1,2 milyar setiap tahunnya dari tahun 1998 hingga 1999, dan meningkat sampai hampir US$ 2 milyar pada tahun 2001. Pada tahun 2002 jumlah remitansi mencapai US$ 2,1 milyar, tahun 2003 sebesar US$ 1,49 milyar dan menurun kembali di tahun 2004 hingga US$ 1 milyar seiring dengan menurunnya jumlah pekerja migran Indonesia. Tahun 2008, total remitansi diperkirakan mencapai US$ 6,6 milyar, namun secara riil, total remitansi lebih besar lagi karena banyak remitansi yang tidak tercatat (Buchori 2006). Beberapa penemuan penelitian menunjukkan bahwa remitan yang diperoleh para migran, umumnya dikirimkan ke daerah asal, diharapkan dapat menjadi penghasilan yang bisa diinvestasikan dan digunakan ketika mereka kembali, sehingga mampu meningkatkan status mereka di dalam masyarakatnya (Chant 1998; Deans 2006; Ramos 2002 dalam Mukbar 2009). Desa Pusakajaya yang terletak di Kabupaten Subang Jawa Barat merupakan desa dimana penduduknya sering melakukan migrasi ke luar negeri. Dirjen Benapenta Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia tahun 2000 sebagaimana dikutip Kustini (2002) menjelaskan bahwa Kabupaten Subang merupakan kabupaten kelima terbanyak mengirimkan tenaga kerja ke luar negeri di daerah Jawa Barat. Belum banyaknya diteliti mengenai migrasi internasional di daerah Subang, maka penelitian ini merupakan usaha memahami gerak penduduk masyarakat perdesaan di Desa Pusakajaya Kabupaten Subang khususnya perempuan ke luar negeri yang merupakan fenomena migrasi internasional. Fenomena ini akan terus berlanjut dan diperkirakan akan meningkat pada masa yang akan datang. Kajian mengenai migrasi internasional menarik dan penting dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya migrasi internasional pada perempuan desa serta melihat pemanfaatan remitan yang dilakukan oleh keluarga migran. 1.2
Perumusan Masalah Perempuan desa melakukan mobilitas ke luar desanya, baik secara
permanen maupun sirkuler. Kaum migran, baik yang bekerja di perkotaan ataupun menjadi buruh migran di luar negeri (TKW) memiliki kontribusi yang penting dalam perekonomian di desanya. Hasil yang mereka peroleh selama bekerja
5
menjadi migran akan menimbulkan berbagai dampak seperti adanya peningkatan jumlah uang yang beredar di desa tempat asal migran, perubahan gaya hidup, dan peningkatan status sosial keluarga migran. Hal tersebut berarti uang yang dikirimkan migran ke daerah asal tidak hanya berdampak pada segi ekonomi, tapi juga sosial. Sebelum melihat lebih lanjut dampak yang ditimbulkan dari pengiriman uang tersebut, perlu dilihat lagi faktor penyebab perempuan desa melakukan migrasi internasional dan bagaimana pemanfaatan remitan yang dilakukan keluarga migran. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apa faktor penyebab perempuan desa melakukan migrasi internasional? 2. Bagaimana pemanfaatan remitan di rumah tangga migran? 1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang telah
dipaparkan di atas, disusunlah beberapa tujuan penelitian guna menjawab rumusan masalah tersebut, yaitu: 1. Mengkaji
faktor
penyebab
perempuan
desa
melakukan
migrasi
internasional. 2. Mengkaji pemanfaatan remitan dalam rumah tangga migran. 1.4
Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna untuk: 1. Menambah wawasan serta ilmu pengetahuan bagi peneliti dalam mengkaji secara ilmiah mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya migrasi internasional yang dilakukan oleh perempuan desa dan pemanfaatan remitan. 2. Menambah literatur bagi kalangan akademisi dalam mengakaji masalah migrasi internasional. 3. Acuan dalam pelaksanaan pemberdayaan perempuan perdesaan bagi kalangan non akademisi, masyarakat, swasta, dan pemerintah. 4. Acuan bagi Pemerintah dalam penetapan kebijakan mengenai Tenaga Kerja Indonesia.