BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya seni merupakan salah satu media penyampaian pesan dan aspirasi yang unik. Seperti karya seni gambar atau lukis yang tidak hanya menampilkan gambargambar yang memikat mata tapi juga sebagai media yang dapat memberikan informasi pada khalayak dan juga kajian – kajian yang menyangkut eksistensi karya itu sendiri. Tidak hanya gambar dan warna yang dibentuk dan dikombinasikan sedemikian rupa untuk terlihat indah, namun dibalik bentuk indah sebuah karya seni tersimpan maksud dan makna yang ingin disampaikan kepada setiap orang yang melihatnya. Kehadiran karya seni dalam media penyampaian pesan memperlihatkan bahwa ruang lingkup ilmu komunikasi sangat luas dan beragam. Manusia semakin kreatif dan inovatif dari waktu ke waktu seiring dengan perkembangan zaman. Ada banyak jenis karya seni yang banyak kita temui setiap harinya seperti gambar, lukisan, patung, musik, termasuk poster yang juga digunakan sebagai media penyampaian pesan. Menurut Wastap Jaeni B (2014) sebagai salah satu bagian dari karya seni, poster juga merupakan salah satu media penyampaian aspirasi dan isu sosial dalam masyarakat, karena karya seni digunakan sebagai obyektivitas ungkapan seniman kepada publik. Poster seringkali hadir di tengah masyarakat dalam bentuk yang beragam. Agar menarik perhatian orang-orang untuk melihat, poster dibuat semenarik mungkin dengan pemilihan warna dan gambar, tidak hanya gambar, poster terkadang juga disertai dengan kata-kata yang memperjelas maksud dari poster tersebut agar informasi yang ingin disampaikan dapat diterima dengan semestinya oleh khalayak.
1
Penggunaan poster yang tidak hanya sebagai media iklan dan promosi juga disampaikan oleh Aria Duta Bimantoro Hadi dalam jurnalnya yang berjudul Seni Poster Jalanan Sebagai Media Propaganda Menyuarakan Isu Sosial & Politik(2014),menjelaskan bahwa poster tidak hanya sebagai media iklan namun terkadang juga digunakan sebagai media yang memiliki kecenderungan untuk memuat wacana yang subversif, menyampaikan ketidak puasan atas kondisi sosial, atau digunakan sebagai ungkapan perlawanandan media propaganda. Poster bukan hanya sebagai media ekspresi semata apalagi kepentingan komersil, namun menyatu sebagai media penyulut semangat, penyampai pesan, dan turut menjadi media perjuangan. Terkait dengan penggunaan poster tersebut, di Indonesia poster juga pernah dijadikan sebagai media penyampaian isu dan perjuangan. Sebagai contoh kasus, salah satu sejarah kelam Indonesia mengenai kasus penindasan HAM, seperti yang terdapat dalam buku yang ditulis M. Yuanda Zara (2007) yang berjudul Kematian Misterius Para Pembaru Indonesia. Orang-Orang Cerdas yang Mati Ditangan Bangsanya Sendiriyang menjelaskan tentang pembunuhan dan dihilangkannya orang-orang yang dianggap sebagai para pembaru Indonesia yang selamanya tidak akan masuk dalam sejarah perjuangan Indonesia, diantaranya seperti dibunuhnya para pahlawan negara salah satunya Tan Malaka, hilang dan dibunuhnya aktivis buruh Marsinah, hilangnya para aktivis termasuk Wiji Tukul yang juga merupakana seorang penyair, dan meninggalnya aktivis HAM Munir karena diracun. Kasuskasus tersebut ramai diberitakan pada masanya bahkan hingga saat ini karena penyelesaian kasusnya yang masih belum tuntas (M. Yuanda Zara: 2007). Hal inipun menarik perhatian para seniman untuk membuat poster-poster terkait kasus tersebut. Beberapa Contohnya adalah poster Munir dan Wiji Tukul:
2
Gambar 1.1 Poster “Menolak Lupa” Munir dan “Wiji Thukul Tidak Mati” Sumber: www.google.com/search?q=wiji+thukul+dan+munir Poster-poster tersebut digunakan sebagai media penyampaian pesan sekaligus media perjuangan terhadap nasib-nasib para korban penindasan HAM. Mengenai kasus penindasan HAM, akhir tahun 2015 kembali terjadi hal serupa, yaitu kasus pembunuhan aktivis petani Salim Kancil.Kasus ini memperlihatkan bahwa Hak Asasi Manusia (HAM) serta peraturan dan Undang-Undang yang dibuat masih belum sepenuhnya dipahami oleh warga Indonesia. Kasus Salim Kancil termasuk menjadi salah satu kasus baru yang memperlihatkan bahwa HAM di Indonesia masih memprihatinkan yang juga ramai dibicarakan.
Gambar 1.2 Korban kasus penindasan HAM Sumber: www.online-instagram.com
3
Pembunuhan Salim Kancil ramai diberitakan oleh media di Indonesia, baik melalui media televisi, harian koran, bahkan di sosial media. Sama seperti kasus penindasan HAM sebelumnya, terdapat juga beberapa poster mengenai kasus ini yang dibuat sebagai media penyampaian pesan dan perjuangan terhadap nasib Salim Kancil. Kasus pembunuhan ini adalah dimana seorang petani yang bernama Salim Kancil yang mencoba menyampaikan pendapat dan mengeluarkan aspirasi terhadap tambang pasir ilegal di desanya justru berujung tragis. Salim Kancil dibunuh dengan tidak manusiawi oleh sebagian kelompok yang merasa dirugikan dengan aspirasi-aspirasinya tersebut. Berawal ketika Salim Kancil berjuang untuk mempertahankan tanahnya dari kesewenang-wenangan pihak penambang ilegal. Salim Kancil yang menjadi korban dari penambangan tersebut mencoba untuk memprotes. Ia tidak bisa lagi bekerja di sawah karena lahannya dijadikan tempat parkir penambangan. Ia dijanjikan akan mendapat bagi hasil dari lahan parkir itu. Tapi janji itu tidak ditepati. Salim hanya dipingpong saat minta uang bagi hasil parkir. Salim bertekad berjuang untuk tanah dan penghasilannya. Namun dia malah mendapat ancaman, teror, sampai penganiayaan hingga tewas. Kronologi kasus tersebut dijelaskan di salah satu koran berbasis online, Sindonews.com: Salim Kancil dan warga desa lain yang mengalami hal serupa sebagai korban penambangan melakukan aksi penolakan tambang pasir berupa penyampaian pernyataan penolakan tambang pasir yang mengakibatkan perusakan lingkungan dengan mengirim surat penolakan kepada Pemerintah Desa Selok Awar-Awar, Camat Pasirian, dan Bupati Lumajang. Berbagai surat penolakan tidak mendapatkan tanggapan dari Pemda. Pada 9 September 2015, forum melakukan aksi damai berupa penyetopan aktivitas penambangan pasir dan truk muatan pasir di Balai Desa Selok Awar-Awar yang menghasilkan surat pernyataan dari Kepala Desa untuk menghentikan aktivitas penambangan pasir di Selok AwarAwar. Kemudian 10 September 2015, masyarakat mengalami intimidasi dan ancaman pembunuhan yang dilakukan sejumlah orang yang. Dan 14 September 2015, sehubungan dengan adanya intimidasi dan ancaman tersebut, masyarakat melaporkan kejadian itu ke Polres Lumajang dan mendapatkan tanggapan bahwa polisi akan menjamin keselamatan warga. Pada akhirnya di tanggal 26 september pembunuhan Salim Kancilpun terjadi dengan cara yang sangat menyedihkan dan dianiaya.
4
(Sumber: http://daerah.sindonews.com, diakses pada 14 maret 2016 pukul 11:10 WIB) Kasus Salim Kancil ini menarik perhatian masyarakat dan menunjukkan aksi solidaritas sebagai bentuk peduli terhadap kasusnya, salah satunya dengan membuat poster propaganda. Poster-poster tersebut mempunyai makna dan pesan khusus yang ingin disampaikan kepada khalayak melalui gambar dan kata-kata yang dimuat. Poster kasus pembunuhan Salim Kancil yang dijadikan sebagai objek penelitian inimemuat kata “Di Tanah Kami Nyawa tak Semahal Tambang” dan dengan gambar posisi Salim Kancil terakhir ditemukan dalam kondisi tewas dengan darah disekitar kepalanya, serta pada bagian bawah juga terdapat tulisan “Salim Kancil Dibunuh” dengan warna merah.
Gambar 1.3 Poster Kasus Pembunuhan Salim Kancil Sumber: facebook.com/komunalstensil Poster ini pertama kali disebar melalui media sosial facebook oleh akun fanpage Komunal Stensil. Tidak hanya satu poster yang disebar oleh akun ini terkait dengan
5
Salim Kancil, namun terdapat tiga poster berbeda dengan tema sama yakni kasus pembunuhan Salim Kancil. Dan poster diatas merupakan poster yang pertama disebaroleh akun ini, yaitu pada 27 September 2015 pukul 19:54 WIB, yang berarti satu hari setelah kejadian pembunuhan Salim Kancil yang terjadi pada 26 September 2015. Poster tersebut disebar dengan tulisan pengantar “ Darurat agraria. Rakyat diadu untuk saling bunuh. Salim Kancil dibunuh karena mempertahankan kelangsungan masa depan tanahnya. Identitas pelaku pembunuhan sudah diketahui. Usut sampai aktor intelektualnya!” (Sumber: m.facebook.com/komunalstensil , diakses pada 27 oktober 2015, 12:30 WIB). Kiriman ini disukai oleh 224 pengunjung fan page, 231 pengunjung yang berbagi kiriman, dan 8 pengunjung yang mengomentari.
Gambar 1.4 Poster kedua dan ketiga Kasus Pembunuhan Salim Kancil pada akun fan page Komunal Stensil Sumber : facebook.com/komunalstensil Poster kedua yaitu pada 28 September 2015 pukul 11:12 WIB. Poster dengan Tulisan “Libas!” dan dengan gambar tangan dan juga posisi terakhir ketika Salim Kancil ditemukan tewas disebar dengan tulisan pengantar “Di negeri kami, rakyat 6
yang berpikir kritis dilibas dan dibuldozer. Darurat tanah, daulat rakyat”, dengan 121 jumlah pengunjung yang menyukai dan 30 kali dibagikan. Terakhir, poster ketiga disebar dihari yang sama yaitu pada tanggal 28 September 2015 pukul 13:52 WIB, disebar dengan tulisan pengantar “Subur tirani di tanah kami. Salim Kancil dibunuh karena mempertahankan kelangsungan masa depan tanahnya. Nyawa Kancil adalah nyawa rakyat, adalah nyawa kita.”, dengan 167 jumlah pengunjung yang menyukai dan 105 kali dibagikan. Ketiga poster mengenai pembunuhan Salim Kancil yang disebar luaskan melalui facebook ini menjadi cepat tersebar di media online dan social media yang lainnya, dan juga di cetak oleh beberapa orang-orang yang menunjukkan aksi solidaritas terhadap nasib Salim Kancil. Dan hal yang membuat penulis hanya menjadikan poster pertama yaitu Di Tanah Kami Nyawa Tak semahal Tambangsebagai objek penelitian adalah karena poster tersebut adalah yang paling banyak disukai, dikomentari dan di sebar oleh para pengguna facebook. Dan poster tersebut adalah poster yang banyak digunakan dan dikenali dibanding dengan dua poster lainnya. Tidak hanya itu, seperti yang tercantum dalam salah satu media online kaskus.co.id “Media sosial sontak diramaikan dengan gambar bertuliskan “DI TANAH KAMI NYAWA TAK SEMAHAL TAMBANG. SALIM KANCIL DIBUNUH”. Beberapa teman tampak mengubah profile picture mereka dengan gambar itu, dan tak sedikit yang mem-postingnya sebagai bentuk dukungan pengungkapan kasus atas terbunuhnya Salim Kancil.” Hal ini menunjukkan bahwa kata yang terdapat dalam poster tersebut mampu lebih menarik perhatian khalayak dibandingkan dengan dua poster lainnya. Bahkan poster ini juga poster yang banyak digunakan oleh khalayak masyarakat sebagai aksi solidaritas untuk Salim Kancil, seperti gambar dibawah ini:
7
Gambar 1.5 Aksi solidaritas untuk Salim Kancil Sumber : nasional.republika.co.id Poster tersebut dengan gambar dan kata-katanya memiliki makna dan tujuan pesan yang lebih kuat dan ingin disampaikan kepada khalayak. Oleh karena itu, Untuk melakukan penelitian terhadap makna yang terdapat dalam poster kasus pembunuhan Salim Kancil Di Tanah Kami Nyawa Tak Semahal Tambang, peneliti menggunakan pendekatan semiotika Charles Sanders Peirce untuk menganalisis dan menginterpretasi data berupa dari penggunaan tanda-tanda dari ikon, indeks dan simbol. Dibandingkan dengan teori lain seperti Semiotika Ferdinand de Saussure yang fokus menganalisis makna dari tanda dan petanda, dan Semiotika Roland Barthes yang fokus melihat dari makna denotasi dan konotasi, sementara Peirce tidak hanya melihat makna dari tanda, namun juga penafsir (Interpretant), dimana penafsir dijadikan sebagai unsur pengantara. Penafsir (Interpretant) terlibat dalam suatu proses pembuatan makna. Dimana Peirce mengemukakan teori segitiga makna yaitu sign (tanda), object (objek) dan interpretant (interpretasi).Dan penelitian ini memilih untuk menggunakan analisis Peirce karena dalam proses pemaknaan dalam penelitian poster ini melibatkan analisis dari penafsir atau orang yang menggunakan tanda tersebut. Proses pemaknaan tanda yang bermula dari persepsi atas dasar (ground; representamen) yang merujuk pada objek, akhirnya terjadi proses interpretant. 8
Selain itu, menurut Peirce semiotika adalah tindakan (action) dan pengaruh (influence), terkait dengan objek penelitian ini yang dijadikan sebagai bentuk tindakan perjuangan dan yang tentunya memiliki pengaruh terhadap publik. Mengenai kata-kata kias terdapat pada poster dimana nyawa dibandingkan dengan tambang, hal ini terkait dengan pemikiran Peirce mengenai tanda yang memiliki dua tataran, yaitu tataran kebahasaan dan tataran mitis (Hawkes, 1978 Dalam Rusmana). Kebahasaan disebut sebagai penanda primer yang penuh, yaitu kata atau bahasa merupakan penanda yang mengacu pada makna lugas petandanya. Sebaliknya pada penanda sekunder atau tataran mistis tidak lagi mengandung arti denotatif, tetapi telah bermakna kias, majas, figuratif, khusus, subjektif, dan maknamakna sertaan lainnya. 1.2 Fokus Penelitian Penelitian ini difokuskan pada poster mengenai kasus pembunuhan Salim Kancil yang ditinjau dari makna yang terkandung di dalam poster tersebut, dengan judul Makna PosterDi Tanah Kami Nyawa Tak Semahal Tambang (Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce pada Poster kasus pembunuhan Salim Kancil). Aspek-aspek yang menjadi rumusan untuk melakukan kajian mendalam pada fokus penelitian adalah:Apakah makna yang terkandung dalam poster Di Tanah Kami Nyawa Tak Semahal Tambang, dan bagaimana interpretasi dari makna tersebut? 1.3 Rumusan Masalah berdasarkan latarbelakang dan fokus penelitian, maka ditentukan rumusan dari penelitian ini adalah: 1.
Bagaimanakah penggunaan tanda dalam poster Di Tanah Kami Nyawa Tak Semahal Tambang?
2.
Apakah makna dari objek (ikon, indeks, simbol) yang digunakan dalam poster Di Tanah Kami Nyawa Tak Semahal Tambang?
3.
Bagaimanakah interpretasi dari makna-makna yang terkandung dalam poster Di Tanah Kami Nyawa Tak Semahal Tambang?
9
1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan fokus dan rumusan masalah penelitian yang penulis buat, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui penggunaan tanda dalam poster Di Tanah Kami Nyawa Tak Semahal Tambang. 2. Untuk mengetahui makna dari objek (ikon, indeks, simbol) yang digunakan dalam poster Di Tanah Kami Nyawa Tak Semahal Tambang. 3. Untuk mengetahui interpretasi dari makna-makna yang terkandung dalam poster Di Tanah Kami Nyawa Tak Semahal Tambang.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Akademis Penelitian ini dapat menjadi referensi, rujukan dan masukan bagi penelitian dibidang ilmu komunikasi yang berkaitan dengan analisis poster (komunikasi visual) dengan menggunakan metode analisis semiotika dan dapat memberikan kontribusi pemikiran dan gagasan ilmiah mengenai pemaknaan terhadap suaru tanda (poster). 1.5.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi para seniman atau pembuat poster yang ingin membuat suatu poster yang memiliki nilai lebih dan dengan tujuan makna dari poster dapat tersampaikan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan peran bagi dunia seni visual untuk terus meningkatkan kreatifitas dalam menyampaikan pesan melalui karyanya. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kesempatan yang baik bagi peneliti untuk mempraktekkan berbagai teori komunikasi dalam bentuk nyata.
10
1.6 Tahapan Penelitian 1.
Tahap Pra-Lapangan Pada tahap pra-lapangan, kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti kualitatif yaitu menyusun ranvangan penelitian, memilih lokasi penelitian, memilih dan memanfaatkan informan serta menyiapkan perlengkapan penelitian. Dalam tahapan ini ditambahkan dengan satu pertimbangan yang perlu dipahami, yaitu etika lapangan.
2.
Tahap Pekerjaan Lapangan Pada tahap ini, peneliti perlu memahami kembali latar penelitian terlebih dahulu. Selain itu, peneliti perlu mempersiapkan dirinya baik secara fisik maupun secara mental. Karena dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan wawancara dan observasi sebagai salah satu metode pengumpulan data. Dengan demikian, peneliti dan subjek penelitian dapat bekerja sama dengan saling bertukar informasi.
3.
Tahap Analisis Data Pada tahap ini, semua data baik primer maupun sekunder harus sudah terkumpul dan peneliti tinggal melakukan analisis dengan metode kualitatif pendekatan studi kasus. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan serta pengujian kesimpulan. Setelah itu peneliti harus menarik sebuah kesimpulan kuat dari penelitian yang telah dilakukan.
11
1.7 Waktu Penelitian Adapun kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti berlangsung dari bulan Oktober 2015 - Maret 2016 Tabel 1.1 Waktu dan Tahapan Penelitian N o
Tahapan Penelitian
2015-2016 Okt
1
Mencari Ide
2
Menetapkan Topik
3
Menentukan focus
4
Pengembangan Topik dan Fokus Penelitian
5
Mengumpulkan data lapangan
6
Pengelolaan data
7
Menyusun laporan
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Sumber : Olahan peneliti
12
Agus