BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment = EHRA) adalah sebuah studi partisipatif untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higienitas serta perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga di Kota Bekasi. Data yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kota sampai dengan tingkat kelurahan. Data yang dikumpulkan dari studi EHRA akan digunakan Pokja Sanitasi Kota Bekasi sebagai salah satu bahan dasar untuk menyusun updating (Pemutakhiran) Buku Putih Sanitasi, penetapan Area Berisiko Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kota (SSK). Studi EHRA dipandang perlu dilakukan oleh Kota untuk (a.) Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat;(b.). Data terkait dengan sanitasi dan higyene cukup terbatas dan data sanitasi juga pada umumnya tidak bisa dipecah sampai tingkat kelurahan serta data tidak terpusat di satu kantor/dinas/instansi (SKPD)
melainkan berada di banyak
kantor/dinas/instansi (SKPD) terkait.(c.) Isu sanitasi dan higiene masih dipandang kurang penting/strategis sebagaimana terlihat dalam prioritas daftar usulan melalui Musrenbang (Musyawarah Rencana Pembangunan)(d.).Terbatasnya kesempatan untuk melakukan kegiatan dialog antara masyarakat dan pihak pengambil kebijakan/keputusan.(e.). Kegiatan studi EHRA secara tidak langsung memberikan ”amunisi” bagi stakeholders dan masyarakat di kelurahan untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama anggota masyarakat atau stakeholders kelurahan/desa.(e.). Kegiatan EHRA adalah suatu studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat kota dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan. Kota Bekasi pertamakalinya melaksanakan studi EHRA yaitu pada tahun 2010 dalam rangka pembuatan Buku Putih Sanitasi, Strategi Sanitasi Kota dan Memorandum Program Sektor Sanitasi (2011). Pada tahun 2015 ini Studi EHRA dilaksanakan oleh Pokja Sanitasi Kota Bekasi dalam rangka update (pemutakhiran) data terhadap kondisi sanitasi terkini existingyang ada di Kota Bekasi juga dalam rangka pemutakhiran dokumen Buku Putih Sanitasi, penetapan Area BeRisiko dan Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK). Pelaksanaan studi EHRA melibatkan kelompok perempuan sebagai responden. Perempuan atau kaum ibu dipilih sebagai responden karena mereka adalah kelompok warga yang paling memahami kondisi lingkungan di sekitar rumahnya. Untuk pengumpulan data EHRA Pokja Sanitasi Kota Bekasi bermitra/bekerjasama dengan kader-kader Posyandu/ PKK di tingkat kelurahan, PNPM, Pegawai Kelurahan, serta mahasiswa.
Dokumen ini adalah Laporan kegiatan EHRA di Kota Bekasi yang kegiatan survey / pengumpulan datanya dilakukan pada bulan April tahun 2015. Penyusunan laporan didampingi oleh Fasilitator Kota Bekasi (CF) yang disediakan oleh Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) dengan melibatkan berbagai pihak, khususnya Pokja Sanitasi Kota Bekasi sebagai pelaksana utama kegiatan, yang menangani koordinasi dan supervisi lapangan, proses data entry dan analisisi data. Pelaksanaan Studi EHRA Kota Bekasi dilaksanakan di 12 Kecamatan, 56 Kelurahan, serta 996 RWdengan total Responden 6720 orang. Wawancara dilaksanakan sejak tanggal 4 April sampai dengan 30 April 2015. Dilanjutkan input data pada bulan Mei, analisa data pada bulan Juni dan pembuatan laporan pada bulan Juli 2015. 1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan : Studi EHRA bertujuan untuk mengumpulkan data primer, yaitu untuk mengetahui : 1. Gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat yang berisiko terhadap kesehatan lingkungan; 2. Informasi dasar yang valid dalam penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan 3. Hasil dari studi EHRA dapat membantu langkah konkrit ke depannya dalam perencanaan pembangunan Kota bekasi umumnya, perencanaan sanitasi pada khususnya 4. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi Manfaat : Hasil studi digunakan sebagai salah satu bahan penyusunan dokumen pemutakhiran Buku Putih Sanitasi dan StrategiSanitasi Kota (SSK) dan Memorandum Program Sanitasi Kota Bekasi 2015. 1.3 Waktu Pelaksanaan Studi EHRA Studi EHRA di Kota Bekasi dilaksanakan pada tahun 2015 yang dimulai pada bulan maret sampai dengan bulan Juli tahun 2015, dengan tahapan pelaksanaan yaitu sebagai berikut : a. Rekrutment Tenaga enumerator dan Koordinator b. Pelatihan enumerator, Koordinator dan tenaga inputing data c. Penentuan Jumlah Responden d. Pelaksanaan wawancara Responden e. Input Data f.
Analisa Data
g. Pembuatan Laporan
BAB II Metodologi dan Langkah Studi EHRA EHRA adalah studi yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yaitu ;(1) wawancara (interview) dan (2) pengamatan (observation). Pewawancara (Interviewer) dan Pelaku pengamatan (Observer) dalam studi EHRA adalah Enumerator yang merupakan Kader Posyandu, PNPM, dan Mahasiswa. Sementara Tim Sekretariat EHRA Bappeda Kota Bekasi bertugas menjadi Supervisor sekaligus Koordinator selama pelaksanaan survey. Sebelum turun ke lapangan, para koordinator dan enumerator diwajibkan mengikuti pelatihan terlebih dahulu. Materi pelatihan mencakup dasardasar wawancara dan pengamatan; pemahaman tentang instrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator; uji coba lapangan; dan diskusi perbaikan instrumen. Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga). Unit sampling ini dipilih secara random (acak) di semua RW (Rukun Warga) dalam setiap Desa/Kelurahan yang menjadi area survey. Jumlah sampel responden per Kelurahan sebanyak 120 responden. Responden adalah Ibu atau yang sudah menikah, dan berumur antara 18 s.d. 65 tahun.Pedoman wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk dapat diselesaikan dalam waktu sekitar 30-45 menit. Untuk mengikuti standar etika, informed consent wajib dibacakan oleh enumerator sehingga responden memahami betul hak-haknya dan memutuskan keikutsertaan secara sukarela dan sadar. Pekerjaan entri data dikoordinir oleh BAPPEDA Kota Bekasi selaku koordinator Pokja Sanitasi. Sebelum melakukan entri data, tim data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada struktur kuesioner dan perangkat Laporan Studi EHRA Kota BekasiTahun 2015. Perangkat lunak yang digunakan serta langkah-langkah untuk uji konsistensi yakni program EPI Info dan SPSS.Untuk quality control, tim spot check mendatangi 5% rumah yang telah disurvei. Tim spot check secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality control juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri data dilakukan recheck kembali oleh tim Pokja Sanitasi. Kegiatan Studi EHRA memerlukan keterlibatan berbagai pihak dan tidak hanya bisa dilaksanakan oleh Pokja Kota saja. Agar pelaksanaannya efektif, Pokja Sanitasi Kota mengorganisir pelaksanaan secara keseluruhannya. 2.1 Penentuan Kebijakan Sampel oleh Pokja Sanitasi Kota Bekasi Pokja Sanitasi Kota Bekasi mengambil kebijakan seluruh kelurahan (56 Kelurahan) dijadikan sebagai area study (Total Sampling). Studi EHRA pada tahun 2015 ini ditetapkan jumlah sampel per kelurahan adalah
sebanyak 120 sampel. Dengan jumlah rumah tangga target studi adalah sebanyak 120 rumah tangga per kelurahan. 2.2 Penentuan Strata Kelurahan Kota Bekasi menetapkan seluruh kelurahan sebagai area studi, sehingga tidak melakukan clustering (stratifikasi) area studi. 2.3 Penentuan Jumlah Kelurahan Target Area Studi Kota Bekasi menetapkan seluruh kelurahan sebagai area studi, yaitu sebanyak 56 kelurahan dari 12 kecamatan yang ada. Adapun nama-nama kelurahan tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Kelurahan Area Studi Kecamatan
Kelurahan
Kecamatan
Kelurahan
Pondok Gede
Jati Makmur
Bekasi Timur
Margahayu
Jati Waringin
Bekasi Jaya
Jati Bening
Duren Jaya
Jati Cempaka
Aren Jaya
Jati Bening Baru Jatisampurna
Jati Karya
Rawalumbu
Bojong Menteng
Jatisampurna
Bojong Rawalumbu
Jati rangga
Sepanjang Jaya
Jati Ranggon
Pengasinan
Jati Raden Pondok Melati
Jati Murni
Bekasi Selatan
Jaka Mulya
Jati Melati
Jaka Setia
Jati Warna
Pekayon Jaya
Jati Rahayu
Marga Jaya Kayuringin Jaya
Jatiasih
Jati Sari
Bekasi Barat
Bintara Jaya
Jati Luhur
Bintara
Jati Rasa
Kranji
Jatiasih
Kota Baru
Jati Mekar
Jaka Sampurna
Jati Kramat
Bantargebang
Mustika Jaya
Ciketing Udik
Medansatria
Harapan Mulya
Sumur Batu
Kali Baru
Cikiwul
Medansatria
Bantargebang
Pejuang
Pedurenan
Bekasi Utara
Harapan Jaya
Cimuning
Kaliabang Tengah
Mustika Jaya
Perwira
Mustika Sari
Harapan Baru Teluk Pucung Marga Mulya
2.4 Penentuan RT (Rukun Tetangga) dan Responden di Area Studi. Penentuan RW (Rukun Warga) yang diambil sebagai area studi adalah seluruh RW yang ada di Kota Bekasi. Penentuan RT (Rukun Tetangga) dilakukan oleh Koordinator merangkap Supervisor dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Unit sampling primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam studi EHRA adalah RT. Karena itu, data RT per RW per Kelurahan dikumpulkan terlebih dahulu dari Kelurahan sebelum memilih RT. Pokja Sanitasi Kota Bekasi memiliki cara yang sedikit berbeda, tetapi tetap sesuai prosedur. Berdasarkan kebijakan Pokja Sanitasi Kota dan anggaran yang ditetapkan (tersedia), maka dalam 1 Kelurahan ditetapkan sebanyak 120 orang responden, mengingat keinginan dari Pokja agar hasil studi ini lebih akurat dengan banyaknya sampel yang dipilih. Untuk menentukan RT terpilih dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : a. Mengurutkan RW per kelurahan. b. Mengurutkan RT per RW per kelurahan c. Menentukan jumlah Responden per RW
d.
Menentukan Angka Interval (AI). Untuk menentukan AI, perlu diketahui jumlah total RT per RW dan jumlah Responden yang akan diambil. 1) Jumlah total RT Tiap RW : X 2) Jumlah Responden yang akan diambil : Y 3) Maka angka interval (AI) = jumlah total RT tiap RW / jumlah Responden yang diambil.
e. Membuat kertas kocokan dan memberi nomor urut sejumlah angka interval yang diperoleh. Dan dimasukkan kedalam gelas. f.
Menentukan RT pertama dengan cara mengambil secara acak kertas kocokan yang berisi nomor urut RT berdasar interval.
g. Menentukan RT selanjutnya dengan cara angka pertama ditambah angka interval. h. Mencatat RT target studi hasil penentuan dengan cara random ini ke tabel. Sedangkan penentuan responden dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a).Mengurutkan nomor rumah/KK pada RT terpilih. b).Menentukan Angka Interval (AI). Untuk menentukan AI, perlu diketahui jumlah total rumah dan jumlah responden yang akan diambil. 1) Jumlah total rumah RT terpilih: X. 2) Jumlah responden yang akan diambil : Y 3) Maka angka interval (AI) = jumlah total rumah RT terpilih dibagi Jumlah Responden yang akan diambil. c). Membuat kertas kocokan dan memberi nomor urut sejumlah angka interval yang diperoleh. Dan dimasukkan kedalam gelas. d).Menentukan responden pertama dengan cara mengambil secara acak kertas kocokan yang berisi nomor urut responden berdasar interval. e). Menentukan responden selanjutnya dengan cara angka pertama ditambah angka interval. f). Mencatat responden hasil penentuan dengan cara random ini ke dalam tabel. Dalam kondisi dilapangan, baik RT ataupun Kepala Keluarga dapat berubah maka pindah apabila wilayah tersebut tidak bersedia untuk dilakukan wawancara dan pengamatan, tetapi masih didalam batas wilayah studi yang bersangkutan.
2.5 Karakteristik Enumerator dan Supervisor serta Wilayah Tugasnya. Dalam kegiatan survey EHRA ini, Pokja Sanitasi Kota Bekasi dengan mempertimbangkan kemampuan akademis, kemampuan tekhnis dan penguasaan wilayah maka oleh karena itu menunjuk 112 orang terdiri dari kader posyandu, PNPM, pegawai kelurahan dan mahasiswa sebagai enumerator dan Petugas dari Bappeda sebanyak 12 orang sebagai Koordinator merangkap supervisor.
Tabel 2.2 Nama-Nama Enumerator WILAYAH PENUGASAN Bintara Jaya Bintara Bekasi Barat
Jakasampurna Kranji Kota Baru Margajaya Kayuringin Jaya
Bekasi Selatan
Jaka Mulya Jaka Setia Pekayon Jaya
Bekasi Timur
Aren Jaya
NAMA ENUMERATOR Maizal Alfian Aliy Rasyid Nur Azizah Zuhriyah Susi Wartini Nurry Helvarani Aida Pratiwi Devy Dian Indriani Titin Krisniati Ria Fitriyanti Syarip Warsa Kusuma Sefirman Arih Arianto Rahma Khairani Rifa Umami Willy Nugraha Maulana Nisaa NJ Abdurachman Hengky Indra Kurniawan Doddy Setiawan Muhamad Tsani Alhaq Mohamad Sahil Ridwan Astra Denny Handoko
WILAYAH PENUGASAN Duren Jaya Bekasi jaya Margahayu Teluk Pucung Perwira Harapan Baru Bekasi Utara Harapan Jaya Kali Abang Tengah Margamulya Ciketing Udik Bantargebang Bantargebang Sumur Batu Cikiwul Jatirangon Jati Sampurna
Jatiraden Jatisampurna
NAMA ENUMERATOR Diana Ratnasari Nur Hasan Aulia Januar Malik Dony Riansyah Maryasih Ira Nuryati Sugiarto Ihsanudin M. Sarifudin Suhefa Aris Kurniawan Intan Nurcahyani Suparty Yuyun Yuningsih Sri Murtini Amimatus Sholihah Sabiqoh Sudarto Adim Sanjaya Sanun Sanjaya Juwita Rahayu Ana Susanti Siti Jubaida Evi Tamala Endang Bahroni HS Nur Widati Madrupi Dwi Andriyani Nada Sunting Grati Winarsih Saman Engkus Kusnandar
WILAYAH PENUGASAN Jatirangga Jatikarya Jatiasih Jatirasa Jatimekar Jatiasih Jatikramat Jatiluhur Jatirasa Pejuang Medansatria Medansatria Kali Baru Harapan Mulya Pondok Gede
Jaticempaka Jatiwaringin Jatibening Jatibening Baru
NAMA ENUMERATOR Amid Suryana Iwan Wahyudi Cicih Narsih Nunik Rahmaniah Nayu Tati Sulastri Nur Rochayati Inuhan Bambang Widhyanto Samsudin Tunky Abdee Negara Doni Wardana Saputra Efni Elisa Nurlela Achmad Syaiful Anwar Pujiati Wartini Rika Kartika CD Susia Kusdewi Deta Sulistiana Widi Akmalia H. Rachmat Yusuf Sarifudin Nurdin Ahmad Nurbai Jayadi Rahmat Raharjo Jamaludin KS Ismail Fabian Wijanaarko Casmadi Udin Saparingga Sandy Juniyawan Asmail Lubis Sopiih Bin H Nurman
WILAYAH PENUGASAN Jati Makmur Jati Rahayu
Pondok Melati
Jati Melati Jatiwarna Jatimurni Sepanjang Jaya Pengasinan
Rawalumbu
NAMA ENUMERATOR Sri Murni Nur Yanti M. Soleh Adam Jonatan Hari Pratama Diman Inta Suminta Suranto Slamet Suryadi Marvianus Abdul Aziz Sah Maulana Dadan Ramlan Lady Afisa Maharani Dwi Jaka Saputra
Bojong
Bedah Komala Sari
Rawalumbu
Gharisa Idharul Haq
Bojong Menteng Cimuning Pedurenan Mustika Jaya Mustika Sari Mustika Jaya
Rohadi. S Habibur Rahman Surabili Azizah Uswatun Hasanah Bosin Samsudin Fitria Marita Pratiwi Nur Manah Naskoni Sriburiyati Ali Asmawi
Tabel 2.3 Nama Koordinator Merangkap Supervisor No
Nama
NIK
Wilayah tugas
1
Leny Erliningsih, A.Md
6379
Bekasi Timur
2
Dona Uly Indrawati, S.Si
7585
Bekasi Barat
3
Gina Megawati, SP
6949
Bekasi Selatan
4
Angga Mochamad Sa’Bani, S.IP
7819
Bekasi Utara
5
Dhini Arista Putri, S.S
7338
Pondok Melati
6
Rizal Safari
6739
Jatisampurna
7
Nila Sartika, S.E
6487
Jatiasih
8
Rosi Wulan, S.H
7408
Bantargebang
9
Bentar Pertawan
6568
Pondok Gede
10
Nashoha
7093
Rawalumbu
11
Digdo Purwoko, SH
7480
Mustikajaya
12
Irawan Lukito Agung, S.Sos
6032
Medansatria
Tata cara pemilihan enumerator dan supervisor dalam stidi EHRA adalah sebagai berikut: Penentuan kader Posyandu, PNPM, Pegawai Kelurahan dan Mahasiswa didahului dengan wawancara yang dilakukan oleh salah satu Pokja Sanitasi yang ditentukan, enumerator terpilih mempertimbangkan kesediaan melakukan pengamatan dan wawancara serta mempertimbangkan pengetahuan akan wilayah yang menjadi sampling. Koordinator yang merangkap sebagai supervisor diambil dari pegawai Tenaga Kerja Kontrak (TKK) yang bekerja di Bappeda Kota Bekasi, pengambilan koordinator dari pegawai TKK Bappeda berdasarkan kemudahan dalam berkoordinasi dengan tim Pokja Sanitasi. Penentuan koordinator melalui proses wawancara, sehingga didapatlah 12 orang koordinator yang merangkap tugas sebagai supervisor dan juga petugas entry data.
BAB III HASIL STUDI EHRA
Studi EHRA Kota Bekasi Tahun 2015 mencakup informasi responden, pengelolaan sampah rumah tangga, pembuangan air limbah dan tinja, drainase lingkungan, pengelolaan air minum, perilaku higiene dan sanitasi, kejadian penyakit diare dan Indeks Risko Sanitasi dengan hasil sebagai berikut : 3.1. Informasi Responden Pada pelaksanaan studi EHRA memerlukan bantuan enumerator untuk melakukan wawancara dan pengamatan langsung ke rumah responden. Persyaratan responden antara lain istri, anak perempuan yang sudah menikah, umur antara 18-60 tahun. Dalam melakukan pemilihan sampel, apabila dalam rumah bersangkutan terdapat 2 (dua) kepala keluarga, maka yang diwawancarai hanya 1 (satu) kepala keluarga dan diutamakan keluarga yang mempunyai balita dan apabila tidak mempunyai balita, yang diwawancarai adalah keluarga yang lebih lama tinggal di rumah tersebut. Informasi responden dapat dilihat pada grafik-grafik dibawah ini :
Grafik 3. 1 Hubungan Responden Dengan Kepala Keluarga
HUBUNGAN RESPONDEN DENGAN KEPALA KELUARGA Istri
Anak Perempuan Yang Sudah Menikah 2%
98%
Dari 6.720 Responden yang diambil sebagai sampel study EHRA ini, didapatkan sebanyak 98% responden berstatus istri dari kepala keluarga dan 2% anak perempuan yang sudah menikah dari Kepala Keluarga. Grafik 3. 2 Prosentase Responden Berdasarkan Kelompok Umur
PROSENTASE RESPONDEN BERDASARKAN KELOMPOK UMUR 1% 4% 31%
9%
21-25 Tahun 16%
18%
<20 Tahun
21%
26-30 Tahun 31-35 Tahun 36-40 Tahun 41-45 Tahun > 45 Tahun
Berdasarkan Grafik 3.2 didapatkan hasil bahwa umur responden dalam study ini terendah sebesar 1 % berumur < 20 tahun,sebesar 4% berumur 21-25 Tahun, 9% berumur 26-30 Tahun, 16 % berumur 31-35 , 21% berumur 36-40 Tahun, 18% berumur 41-45 Tahun, dan paling tertinggi sebesar 31% berumur lebih dari 45 tahun.
Grafik 3. 3 Status Kepemilikan rumah tinggal
STATUS KEPEMILIKAN RUMAH
1%
0%
1% 1%
8%
Milik sendiri
5%
Rumah Dinas Berbagi dengan keluarga lain Sewa 84%
Kontrak Milik orang tua/anak/saudara
Dari Grafik diatas didapatkan hasil tertinggi sebesar 84% responden berada pada rumah milik pribadi, 1 persen rumah dinas, 1 persen berbagi dengan keluarga lain, 1 persen sewa, 8 persen kontrak, dan 5 persen milik orang tua. Grafik 3. 4 Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 14%
6%
7%
Tidak sekolah formal 21%
SD SMP
33%
19%
SMA SMK / Kejuruan Universitas/Akademi
Berdasarkan Grafik 3.4 didapatkan hasil bahwa tingkat pendidikan tertinggi responden adalah SMA dengan persentase sebanyak 33 %, lulus SD sebesar 21 persen, tidak sekolah formal sebesar 7
persen, dan jumlah persentase terendah berdasarkan tingkat pendidikan sebesar 6 persen ada pada pendidikan SMK/Kejuruan. Grafik 3. 5 Distribusi Responden Dalam Kepemilikan SKTM dan Jamkesda
Persentase
Kepemilikan Kartu 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
SKTM
Jamkesda
Ya
16.7
21.4
Tidak
83.3
78.6
Dari 6.720 Responden dalam study ini dihasilkan sebanyak 16,7% Responden memiliki SKTM, sementara sebanyak 83.3% tidak memiliki SKTM. Begitupula dengan Jamkesda didapatkan hasil, sebanyak 21.4 % responden memiliki Jamkesda dan sebanyak 78.6% responden tidak memiliki Jamkesda Grafik 3. 6 Distribusi Reponden Yang Memiliki Anak
Distribusi Responden Memiliki Anak YA
Tidak
6%
94%
Dari grafik 3.6 didapatkan hasil bahwa sebanyak 94 persen responden memiliki anak, sedangkan sebesar 6 persen responden tidak memiliki anak. 3.2. Pengelolaan Sampah rumah tangga Kota dianggap bersih dilihat dari bagaimana rumah tangga yang tinggal didaerah tersebut mengelola limbah rumah tangganya. Beberapa cara yang biasa dilakukan masyarakat dalam mengelola sampah/limbah padat rumah tangga, sebagai berikut : Grafik 3. 7 Distribusi Kondisi Sampah Rumah Tangga Lainnya, sebutkan Ada anak-anak yang bermain di sekitarnya Menyumbat saluran drainase Bau busuk yang menggangu YA
Banyak kucing dan anjingmendatangi…
Tidak
Banyak nyamuk Banyak tikus berkeliaran Banyak lalat di sekitar tumpukan sampah Banyak sampah berserakan atau… 0
20
40
60
80
100
120
Grafik 3. 8 Distribusi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Distribusi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Tidak tahu
0.2
Lain-lain 1.6 Dibuang Ke Lahan Kosong/Kebun/hutan… 1.8 Dibiarkan saja sampai membusuk 0.1 Dibuang ke sungai/kali/laut/danau
0.6 Series1
Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak… 1 Dibuang ke dalam lubang dan ditutup… 0.3 Dibakar
25.9
Dikumpulkan dandibuangke TPS
65.4
Dikumpulkan oleh kolektor informal… 3.1 0
10
20
30
40
50
60
70
Dari grafik 3.8 dapat dilihat bahwa dari 6.720 responden yang didata, sebanyak 65.4% responden memilih mengelola sampahnya dengan dikumpulkan dan dibuang ke TPS. Kota Bekasi memiliki 1 (satu) buah TPS di Sumurbatu, Bantargebang Bekasi. Grafik 3. 9 Pemilahan Sampah Rumah Tangga
Distribusi Pemilahan Sampah Rumah Tangga 15%
Ya Tidak 85%
Sebanyak 85 persen responden tidak melakukan pemilahan sampah terlebih dahulu sebelum dibuang ke tempat sampah, hanya 15 persen responden yang melakukan pemilahan sampah terlebih
dahulu, kondisi ini sangat mempengaruhi tumpukan sampah yang ada di TPA sumurbatu yang merupakan TPS milik kota Bekasi.
Grafik 3. 10 Jenis Sampah Yang Dipilah
Jenis Sampah Yang Dipilah Sampah organik/sampah basah
4% 1%
Plastik
21%
17%
Gelas atau kaca 18%
23%
Kertas
16% Besi/logam Lainnya
Dari 15 persen responden yang melakukan pemilahan, maka jenis sampah yang paling banyak dipilah adalah sampah plastik sebesar 23 persen, kemudian diikuti dengan sampah organic/basah sebesar 21 persen.
Grafik 3. 11 Frekuensi Pengangkutan Sampah
Frekuensi Pengangkutan Sampah 3% 1%
1%
Tiap hari
2% 1%
Beberapa kali dalam seminggu
16%
15%
Sekali dalam seminggu Beberapa kali dalam sebulan Sekali dalam sebulan
61%
Tidak pernah Lainnya Tidak tahu
Dari grafik 3.11 dapat terlihat frekuensi pengangkutan sampah sebesar 61 persen dilakukan beberapa kali dalam satu minggu, sedangkan pengangkutan sampah yang dilakukan tiap hari hanya 16 persen dari responden. Grafik 3. 12 Ketepatan Waktu Dalam Pengangkutan Sampah
Ketepatan Waktu Dalam Pengangkutan Sampah Tepat waktu
Sering terlambat
Tidak tahu
2% 22%
76%
Sebanyak 76 persen dari responden menjawab bahwa pelaksanaan pengangkutan sampah diwilayah mereka dilaksanakan secara tepat waktu, sementara 22 persen dari responden merasa pengangkutan sampah sering terlambat.
Grafik 3. 13 Pembiayaan Pengangkutan Sampah
Pembiayaan Pengangkutan Sampah Ya
Tidak
2%
98%
Responden dalam studi ini menjawab sebanyak 98 persen mengeluarkan uang untuk membayar pengangkutan sampah, hanya 2 persen yang menjawab tidak membayar pengangkutan sampah. Grafik 3. 14 Pemungut Uang Sampah
Pemungut Uang Sampah 1% 2%
Pemungut uang sampah dari RT
13%
Pemungut uang sampah dari desa/Kelurahan Pemungut uang sampah dari perusahaan swasta/KSM Tidak tahu 84%
Dari grafik 3.14 dapat dilihat bahwa sebesar 84 persen responden menjawab pemungut uang sampah berasal dari RT, selanjutnya sebanyak 13% responden menjawab pemungutan uang sampah berasal dari perusahaan swasta, dan 2 persen responden menjawab uang sampah dipungut oleh pihak kelurahan
Grafik 3. 15 Biaya Pengangkutan Sampah
Distribusi Biaya Pengangkutan Sampah 5%
4% 5%
19%
<10.000 10.000-20.000
20%
20.100-30.000 30.100-40.000 47%
40.100-50.000 >50.000
Biaya pemungutan uang sampah sebanyak 47% menjawab membayar Rp.10.000-20.000 setiap bulannya, hanya 4 % responden yang membayar uang sampah di angka rupiah Rp.40.100-50.000 AREA BERISIKO PERSAMPAHAN BERDASARKAN HASIL STUDI EHRA Tabel 3 1 Area Berisiko Persampahan
Pengelolaan Sampah
NO
Frekuensi Pengangkutan Sampah
KELURAHAN
Ketepatan Waktu Pengangkutan Sampah
Pengelolaan Sampah Setempat
Tidak
Ya
Tidak Memadai
Memadai
Tidak Tepat Waktu
Tepat Waktu
Tidak Diolah
Diolah
%
%
%
%
%
%
%
%
1
Jatibening Baru
63.0
37.0
100.0
.0
100.0
.0
98.3
1.7
2
Ciketing Udik
62.5
37.5
100.0
.0
66.7
33.3
75.0
25.0
3
Sumur Batu
70.0
30.0
50.0
50.0
100.0
.0
75.0
25.0
4
Jatibening
41.7
69.7
30.3
.0
100.0
50.0
99.2
.8
5
Jatiwaringin
38.7
61.3
.0
100.0
100.0
.0
95.8
4.2
6
Jatiasih
35.8
64.2
.0
100.0
100.0
.0
80.8
19.2
7
Jatikramat
31.7
68.3
33.3
66.7
66.7
33.3
78.3
21.7
8
Sepanjang Jaya
17.5
82.5
87.5
12.5
6.2
93.8
93.3
6.7
9
Harapan Baru
99.2
.8
.0
.0
.0
.0
100.0
.0
10
Mustikajaya
24.2
75.8
50.0
50.0
50.0
50.0
74.2
25.8
Pengelolaan Sampah
NO
Frekuensi Pengangkutan Sampah
KELURAHAN
Ketepatan Waktu Pengangkutan Sampah
Pengelolaan Sampah Setempat
Tidak
Ya
Tidak Memadai
Memadai
Tidak Tepat Waktu
Tepat Waktu
Tidak Diolah
Diolah
%
%
%
%
%
%
%
%
11
Jatiraden
67.2
32.8
25.0
75.0
25.0
75.0
80.8
19.2
12
Jatimurni
73.3
26.7
8.7
91.3
4.3
95.7
94.2
5.8
13
Jatiranggon
81.7
18.3
.0
100.0
.0
100.0
98.3
1.7
14
Bojong Menteng
25.0
75.0
50.0
50.0
.0
100.0
98.3
1.7
15
Jatiwarna
19.2
80.8
33.3
66.7
33.3
66.7
86.7
13.3
16
Jatirangga
73.3
26.7
.0
.0
.0
.0
98.3
1.7
17
Bekasi Jaya
20.0
80.0
25.0
75.0
33.3
66.7
90.8
9.2
18
Perwira
46.6
53.4
0
100.0
50.0
50.0
71.7
28.3
19
Jatisampurna
52.5
47.5
.0
100.0
25.0
75.0
86.7
13.3
20
Jatiluhur
66.7
33.3
.0
.0
.0
.0
87.5
12.5
21
Kota Baru
56.7
43.3
.0
.0
.0
.0
97.5
2.5
22
Jakasetia
8.3
91.7
.0
100.0
50.0
50.0
94.2
5.8
23
Jakamulya
10.0
90.0
.0
100.0
50.0
50.0
90.0
10.0
24
Kali Abang Tengah
52.1
47.9
.0
100.0
.0
100.0
95.8
4.2
25
Bintara
.8
99.2
25.0
75.0
25.0
75.0
94.2
5.8
26
Pekayon Jaya
6.7
93.3
37.5
62.5
37.5
62.5
60.8
39.2
33.6
66.4
.0
.0
.0
.0
99.2
.8
27
Jaticempaka
28
Jatirahayu
39.2
60.8
.0
.0
.0
.0
92.5
7.5
29
Jati Karya
50.0
50.0
.0
100.0
.0
100.0
80.0
20.0
30
Teluk Pucung
7.9
92.1
33.3
66.7
.0
100.0
88.7
11.3
31
Jatisari
30.8
69.2
.0
.0
.0
.0
98.3
1.7
32
Pejuang
4.2
95.8
12.5
87.5
25.0
75.0
86.7
13.3
33
Bantargebang
52.5
47.5
.0
.0
.0
.0
75.8
24.2
34
Cikiwul
30.8
69.2
.0
.0
.0
.0
95.0
5.0
35
Kayuringin Jaya
.0
100.0
.0
100.0
33.3
66.7
90.0
10.0
30.8
69.2
.0
100.0
.0
100.0
90.8
9.2
36
Jatimakmur
37
Cimuning
21.7
78.3
.0
.0
.0
.0
92.5
7.5
38
Pedurenan
28.3
71.7
.0
100.0
.0
100.
85.8
14.2
39
Jakasampurna
5.8
94.2
5.9
94.1
5.9
94.1
95.8
4.2
40
Jatimelati
25.0
75.0
.0
.0
.0
.0
88.3
11.7
41
Jatirasa
19.2
80.8
.0
.0
.0
.0
93.3
6.7
42
Duren Jaya
13.3
86.7
.0
.0
.0
.0
99.2
.8
43
Medan Satria
8.3
91.7
.0
100.0
20.0
80.0
79.2
20.8
Pengelolaan Sampah
NO
Frekuensi Pengangkutan Sampah
KELURAHAN
Ketepatan Waktu Pengangkutan Sampah
Pengelolaan Sampah Setempat
Tidak
Ya
Tidak Memadai
Memadai
Tidak Tepat Waktu
Tepat Waktu
Tidak Diolah
Diolah
%
%
%
%
%
%
%
%
44
Margajaya
21.8
78.2
.0
100.0
.0
100.0
81.7
18.3
45
Jatimekar
26.7
73.3
.0
.0
.0
.0
75.8
24.2
46
Bintara Jaya
10.0
90.0
.0
100.0
.0
100.0
92.5
7.5
47
Bojong Rawalumbu
5.8
94.2
.0
.0
.0
.0
95.8
4.2
48
Marga Mulya
44.2
55.8
.0
100.0
.0
100.0
56.9
43.1
49
Harapan Mulya
.0
100.0
.0
.0
.0
.0
99.2
.8
50
Kranji
1.7
98.3
.0
100.0
.0
100.0
95.0
5.0
51
Margahayu
4.2
95.8
.0
.0
.0
.0
90.8
9.2
52
Pengasinan
5.8
94.2
.0
100.0
.0
100.0
88.3
11.7
53
Mustikasari
49.2
50.8
.0
.0
.0
.0
40.0
60.0
54
Aren Jaya
16.7
83.3
7.4
92.6
3.7
96.3
59.2
40.8
55
Kalibaru
1.7
98.3
.0
.0
.0
.0
70.8
29.2
56
Harapan Jaya
.0
100.0
.0
.0
.0
.0
25.9
74.1
Dari table diatas diketahui 4 (empat) kelurahan yang memiliki risiko persampahan berdasarkan studi EHRA adalah kelurahan Jaribening Baru, Ciketing Udik, Sumur Batu dan Jatibening.
3.3. Pembuangan air kotor/limbah tinja manusia dan lumpur tinja Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitasdomestik lainnya (grey water). a. Perilaku Buang Air Besar (BAB) Dari Grafik 3.16 diketahui bahwa responden dalam studi EHRA di tahun 2015 ini sebanyak 96.7 % Buang air Besar di Jamban milik pribadi, 3.6% pada MCK/WC Umum, 0.9% di WC helicopter, 0.2% di sungai, sebanyak 0.1% di parit/di kebun, dan 0.3% pada lubang galian.
Grafik 3. 16 Perilaku Buang air besar
Perilaku Buang Air Besar Iya
Tidak 0.3 0.3 0.3 0.1 0.1 0.2 0.9 3.6
Tidak tahu Lainnya Ke lubang galian Ke selokan/parit/got Ke kebun/pekarangan rumah Ke sungai/pantai/laut Ke WC “helikopter” di empang/ kolam MCK/WC Umum Jamban pribadi
3.3
99.7 99.7 99.7 99.9 99.9 99.8 99.1 96.4 96.7
b. Kepemilikan Jamban Dari gambar 3.17 dapat terlihat bahwa sebesar 97 % responden telah memiliki jamban pribada dan yang belum memiliki jamban pribadi sebesar 3 % Grafik 3. 17 Kepemilikan Jamban
KEPEMILIKAN JAMBAN PRIBADI Ya
Tidak
3%
97%
c. Jenis Closet yang Digunakan Kloset yang digunakan oleh responden, sebanayak 82 persen menggunakan kloset jongkok leher angsa, 15.8 persen kloset duduk leher angsa, 0.7 persen cemplung, dan 0.2 persen plengsengan.
Grafik 3. 18 Jenis kloset Yang digunakan
Jenis Kloset Yang Digunakan Series1
82 15.8
0.2
0.7
1.3
d. Tempat Penyaluran Buangan akhir Tinja Dari grafik 3.19 didapatkan sebanyak 8.7 persen responden sudah melengkapi jambannya dengan tangki septic sebagai pembuangan. Grafik 3. 19 Tempat Penyaluran Buangan Air Tinja
Tempat Penyaluran Buangan Akhir Tinja Series1 Lainnya, sebutkan 0 Tidak tahu 3.2 Kebun/tanah lapang 0 Kolam/sawah 1.5 Sungai /danau/pantai/laut
1
Langsung ke saluran drainase 0.6 Cubluk/Lubang tanah
5.1
Pipa sewer (sambungan rumah air…1.3 Tangki septik
87.2
e. Lamanya tangki septic dibangun Sebanyak 49 persen responden sudah membangun tangki saptik pada jamban pribadinya lebih dari sepuluh tahun yang lalu, dan 3 persen responden yang membangun tangki septic 0-12 bulan yang lalu. Grafik 3. 20 Lama Tangki Septik Sudah Dibangun
Lama Tangki Septik Sudah Dibangun 0 – 12 bulan yang lalu
1 – 5 tahun yang lalu
Lebih dari 5 – 10 tahun yang lalu
Lebih dari 10 tahun yang lalu
Tidak tahu 3%
10%
13% 25%
49%
f.
Pengurasan tangki septic Dari gambar 3.21 dapat dilihat sebanyak 49 % responden tidak pernah melakukan pengurasan septic tank, dan hanya 9 % responden yang melakukan pengurasan pada waktu 012 bulan yang lalu. Grafik 3. 21 Waktu Terakhir Septik Tank Di Kuras
Waktu Terakhir Septik Tank Di Kuras 0 – 12 bulan yang lalu
1 – 5 tahun yang lalu
Lebih dari 5 – 10 tahun yang lalu
Lebih dari 10 tahun yang lalu
Tidak pernah D.10
Tidak tahu 12% 9% 18% 49% 8% 4%
Grafik 3. 22 Pelaku Pengurasan Tangki
Pelaku Pengurasan Tangki 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
76.8
20.7
Layanan sedot tinja atau truk sedot tinja
1.8
0.6
0.2
Membayar tukang
Dikosongkan sendiri
Bersih karena banjir
Series1
Tidak tahu
Dari grafik 3.22 didapatkan hasil bahwa responden menjawab sebesar 76.8 persen pelaku pengurasan tangki adalah layanan sedot tinja atu truk sedot tinja, 20.7 persen tidak tahu, 1.8 persen membayar tukang, 0.6 persen dikosongkan sendiri dan 0.2 persen bersih karena banjir g. Perilaku BAB sembarangan anak balita Dari grafik 3.23 didapatkan hasil bahwa sebanyak 54 persen responden menjawab tidak biasa anak balitanya BAB sembarangan dan sebanyak 35 persen menjawab tidak tahu, dimungkinkan responden tidak memiliki anak balita. Grafik 3. 23 Perilaku BAB Sembarangan Anak Balita
5%
6%
35%
YA, sangat sering YA, kadang-kadang 54%
TIDAK, tidak biasa Tidak tahu
h. Perilaku Ibu membuang tinja anak Dari responden yang diambil dalam studi EHRA ini didapatkan sebanyak 44.5 persen responden menjawab membuang tinja anak ke wc/jamban, sedangkan sebanyak 50.5 persen menjawab tidak tahu. Grafik 3. 24 Perilaku Ibu Membuang Tinja Anak
Perilaku Ibu Membuang Tinja Anak Ke WC/Jamban
Ke tempat sampah
Ke kebun/pekarangan/jalan
44.5% 50.5%
Ke sungai/selokan/got/pantai/la ut Lainnya
0.8%
Tidak tahu
2% 1.7%
0.5%
Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Study EHRA Tabel 3 2 Area Berisiko air Limbah domestik
Tangki Septik Suspek Aman
Pencemaran Karena Pembuangan Isi Tangki Septik
Pencemaran Karena SPAL
KELURAHAN Tidak
Ya
Ya
Tidak
Ya
Tidak
%
%
%
%
%
%
Harapan Jaya
97.3
2.7
2.7
97.3
1.8
98.2
Pedurenan
64.2
35.8
7.7
92.3
11.7
88.3
Duren Jaya
74.2
25.8
29.1
70.9
14.2
85.8
Jati Karya
49.2
50.8
.0
100.0
19.2
80.8
Tangki Septik Suspek Aman
Pencemaran Karena Pembuangan Isi Tangki Septik
Pencemaran Karena SPAL
KELURAHAN Tidak
Ya
Ya
Tidak
Ya
Tidak
%
%
%
%
%
%
Margahayu
39.2
60.8
6.1
93.9
5.8
94.2
Jatimekar
49.2
50.8
11.8
88.2
10.8
89.2
Mustikasari
69.2
30.8
32.4
67.6
10.8
89.2
Jatikramat
40.0
60.0
2.8
97.2
12.5
87.5
Marga Mulya
82.9
17.1
7.9
92.1
50.4
49.6
Cikiwul
62.5
37.5
13.8
86.2
30.0
70.0
Pejuang
53.3
46.7
34.2
65.8
.8
99.2
Bintara
86.7
13.3
53.7
46.3
19.2
80.8
Mustikajaya
61.7
38.3
9.4
90.6
46.7
53.3
Aren Jaya
39.2
60.8
30.8
69.2
3.3
96.7
Kalibaru
51.7
48.3
16.7
83.3
35.8
64.2
Jatimakmur
60.0
40.0
42.9
57.1
20.0
80.0
Jatiwarna
64.2
64.2
16.7
83.3
51.7
48.3
Kota Baru
70.8
29.2
2.8
97.2
74.2
25.8
Jatisari
61.7
38.3
.0
100.0
73.3
26.7
Jatiraden
50.8
49.2
16.7
83.3
49.2
50.8
Jatirasa
50.8
49.2
20.3
79.7
46.7
53.3
Jatibening Baru
47.5
52.5
31.2
68.8
34.2
65.8
Bojong Rawalumbu
42.5
57.5
39.2
60.8
21.7
78.3
Teluk Pucung
23.3
76.7
2.0
98.0
42.1
57.9
Jatiasih
42.5
57.5
27.1
72.9
40.0
60.0
Medan Satria
51.7
48.3
45.7
54.3
32.5
67.5
Jatibening
14.2
85.8
1.6
98.4
58.3
58.3
Pengasinan
54.2
45.8
4.2
95.8
81.7
18.3
Jaticempaka
73.3
26.7
41.0
59.0
70.0
30.0
Pekayon Jaya
35.0
65.0
2.7
97.3
73.3
26.7
Harapan Baru
52.5
47.5
3.0
97.0
90.8
9.2
Kranji
66.7
33.3
9.8
90.2
98.3
1.7
Cimuning
60.0
40.0
38.1
61.9
65.8
34.2
Jakasetia
47.5
52.5
1.6
98.4
91.7
8.3
Perwira
50.8
49.2
50.0
50.0
46.7
53.3
Jatirahayu
72.5
27.5
41.9
58.1
76.7
23.3
Tangki Septik Suspek Aman
Pencemaran Karena Pembuangan Isi Tangki Septik
Pencemaran Karena SPAL
KELURAHAN Tidak
Ya
Ya
Tidak
Ya
Tidak
%
%
%
%
%
%
Kayuringin Jaya
60.0
40.0
14.6
85.4
98.3
1.7
Harapan Mulya
68.3
31.7
22.2
77.8
100.0
.0
Bintara Jaya
63.3
36.7
25.0
75.0
92.5
7.5
Jakamulya
37.5
62.5
35.5
64.5
56.7
43.3
Jakasampurna
53.3
46.7
11.2
88.8
100.0
.0
Margajaya
60.8
39.2
34.3
65.7
86.7
13.3
Jatiluhur
.8
99.2
16.7
83.3
45.8
54.2
Jatimelati
52.5
52.5
16.3
83.7
99.2
.8
Bekasi Jaya
52.5
47.5
55.4
44.6
62.5
37.5
Ciketing Udik
79.2
20.8
82.4
17.6
62.5
37.5
Jatisampurna
21.7
78.3
12.5
87.5
80.0
20.0
Jatimurni
61.7
61.7
50.0
50.0
92.5
7.5
Sepanjang Jaya
39.2
60.8
63.6
36.4
57.5
42.5
Jatirangga
62.5
37.5
49.2
50.8
96.7
3.3
Kali Abang Tengah
17.5
82.5
8.1
91.9
95.0
5.0
Jatiwaringin
85.8
14.2
74.1
25.9
97.5
2.5
Jatiranggon
69.2
30.8
70.0
30.0
88.3
11.7
Bantargebang
52.5
47.5
61.5
38.5
83.3
16.7
Bojong Menteng
10.0
90.0
10.3
89.7
98.3
1.7
Sumur Batu
4.2
95.8
33.3
66.7
77.5
22.5
3.4. Drainase Lingkungan/Selokan Sekitar Rumah dan Banjir Kota Bekasi merupakan daerah rawan banjir, sampai dengan awal tahun 2015 memiliki 49 titik rawan banjir, salah satu penyebabnya adalah kondisi topografi Kota Bekasi yang relatif datar menjadi masalah bagi pengembangan drainase dengan timbulnya daerah-daerah genangan pada saat musim hujan, selain itu adalah luasan yang terbangun sudah lebih besar dari yang belum terbangun sehingga resapan air berkurang sementara infrastruktur penanggulangannya masih sedikit.
a. Presentase Kepemilikan SPAL Dari gambar 3.25 didapatkan hasil bahwa sebanyak 84 persen responden memiliki Sistem Pembuangan Air Limbah non tinja yang berupa saluran dan sebanyak 16 persen responden tidak memiliki sistem pembuangan air limbah. Hanya saja bisa dilihat pada grafik 3.26 sebanyak 52.5 persen responden dari dapur, kamar mandi, tempat cuci pakaian mengalirkan langsung ke sungai dan hanya sekitar 20-23 persen responden yang membuang ke saluran tertutup maupun saluran terbuka Grafik 3. 25 Presentase Kepemilikan SPAL
Presentase Kepemilikan SPAL Ya
TIDAK ADA
16%
84%
b. Prosentase Buangan Akhir Air limbah Grafik 3. 26 Pembuangan akhir air limbah
Persentase
Pembuangan Akhir Air Limbah 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
Westafel Tempat Cuci Pakaian Kamar Mandi Dapur
Ke Ke Saluran Lubang sungai, jalan, terbuk Saluran galian kanal, halama a tertutu empan n, p g, kebun seloka n 35.4 1.1 17.2 15.1 3.2
Pipa Pipa Tidak saluran IPAL tahu pembu Sanima angan s kotora n 4.8
0.3
1
51.5
1.9
22.4
19.5
3.7
3.8
0.3
0.9
52
1.2
22.3
20
4.4
4
0.3
0.9
52.5
1.5
22
19.5
3.8
3.9
0.3
0.9
Dari grafik 3.27 dapat terlihat bahwa sebanyak 74 persen responden tidak pernah mengalami banjir di rumahnya, sebanyak 12 persen mengalami banjir sekali dalam setahun, dan 12 persen responden mengalami banjir beberapakali dalam satu tahun. Grafik 3. 27 Rumah Tangga Yang Pernah Mengalami Banjir
Rumah Tangga Yang Pernah Mengalami Banjir 1% 1%
Tidak pernah
12%
Sekali dalam setahun
12%
Beberapa kali dalam setahun
74%
Sekali atau beberapa kali dalam sebulan Tidak tahu
Presentase Rumah tangga Yang Pernah Mengalami Banjir Secara rutin Sebanyak 44 persen responden mengalami banjir secara rutin tiap tahunnya, sementara 56 persen responden tidak rutin. Grafik 3. 28 Rumah Tangga Yang mengalami banjir Secara rutin
Rumah Tangga Yang Pernah Mengalami Banjir Ya
Tidak
44% 56%
c. Presentase rumah Tangga Yang Mengalami Banjir Masuk rumah Seperti grafik 3.29 dan 3.30 rumah tangga yang mengalami banjir dan masuk kedalam rumah sebesar 44 persen dengan ketinggian air sebanyak 46 persen setinggi tumit. Pada grafik 3.31 sebanyak 22% responden menjawab air selalu menggenangi kamar manid, lamanya surut saat banjir antara 1-3 jam, lokasi genangan sebanyak 61 persen responden menjawab di halaman/pekarangan rumah seperti tergambar dalam grafik 3.33. Grafik 3. 29 rumah tangga Yang Mengalami Banjir Masuk Rumah
Rumah tangga yang Mengalami Banjir Masuk Rumah Ya
Tidak
44% 56%
d. Ketinggian air saat Banjir Grafik 3. 30 Ketinggian Air Saat Banjir
Ketinggian Air Saat Banjir Setumit orang dewasa 1% 3%
16% 46%
5%
Setengah lutut orang dewasa Selutut orang dewasa
13% 16%
Sepinggang orang dewasa Sebahu orang dewasa Lebih tinggi dari orang dewasa
e. Kondisi Km/WC Saat banjir Grafik 3. 31 Kondisi KM/WC Saat Banjir
Tidak tahu 21%
Tidak pernah 33%
Selalu 22% Kadang-kadang 24%
f.
Lamanya Surut Saat Banjir Grafik 3. 32 Lamanya Surut Saat Banjir
Lamanya surut Saat banjir 14%
15%
Kurang dari 1 jam
10%
Antara 1 – 3 jam Setengah hari
12%
35% 14%
Satu hari Lebih dari 1 hari Tidak tahu
g. Persentase Lokasi Genangan Air di Rumah Grafik 3. 33 Lokasi Genangan Air
Lokasi Genangan Di tempat lainnya 20% Di dekat bak penampung an air hujan. 8%
Di halaman/pekar angan rumah 61%
Di dekat kamar mandi 5%dekat dapur Di 6%
h. Grafik akibat Tidak Memiliki SPAL rumah Tangga Dari hasil pengamatan saat survey studi EHRA didapatkan bahwa sebanyak 10% responden diketahui sebanyak 10% halaman tergenang akibat tidak memiliki SPAL, sementar 90% responden tidak ada genangan . Grafik 3. 34 Akibat Tidak Memiliki SPAL
AKIBAT TIDAK MEMILIKI SPAL YA 10%
TIDAK 90%
i.
Presentase SPAL Yang Berfungsi Grafik 3. 35 Presentase SPAL Yang Berfungsi
Presentase SPAL Yang Berfungsi YA
TIDAK
Tidak dapat dipakai: saluran kering
Tidak ada saluran
4%1% 5%
90%
Dari grafik 3.35 didapatkan bahwa 90% SPAL berupa saluran pembuangan limbah berfungsi, 4% responden menjawab tidak berfungsi, 1% tidak dapat dipakai, dan 5% tidak memiliki saluran pembuangan air limbah j.
Pencemaran Karena SPAL Grafik 3. 36 Pencemaran Karena SPAL
Pencemaran Karena SPAL tidak 43% ya 57%
Berdasarkan Indeks Risiko Sanitasi didapatkan hasil sebanyak 57% kondisi lingkungan aman dari pencemaran SPAL dan sebanyak 43% tidak aman akibat pencemaran SPAL.
Tabel 3 3 Area Berisiko Genangan Air
Adanya Genangan Air NO
KELURAHAN
Ya
Tidak
%
%
1
Harapan Jaya
5.0
95.0
2
Pedurenan
43.3
56.7
3
Duren Jaya
10.8
89.2
4
Jati Karya
5.0
95.0
5
Margahayu
18.3
81.7
6
Jatimekar
10.0
90.0
7
Mustikasari
10.0
90.0
8
Jatikramat
.8
99.2
9
Marga Mulya
5.8
94.2
10
Cikiwul
20.0
80.0
11
Pejuang
5.0
95.0
12
Bintara
5.8
94.2
13
Mustikajaya
1.7
98.3
14
Aren Jaya
4.2
95.8
15
Kalibaru
15.8
84.2
16
Jatimakmur
57.5
42.5
17
Jatiwarna
23.3
76.7
18
Kota Baru
20.0
80.0
19
Jatisari
9.2
90.8
20
Jatiraden
31.7
68.3
21
Jatirasa
45.0
55.0
22
Jatibening Baru
15.0
85.0
23
Bojong Rawalumbu
30.0
70.0
24
Teluk Pucung
10.0
90.0
25
Jatiasih
10.8
89.2
26
Medan Satria
37.5
62.5
27
Jatibening
44.2
55.8
28
Pengasinan
45.8
54.2
29
Jaticempaka
62.5
37.5
30
Pekayon Jaya
42.5
57.5
31
Harapan Baru
62.5
37.5
32
Kranji
35.0
65.0
33
Cimuning
55.0
45.0
Adanya Genangan Air NO
KELURAHAN
Ya
Tidak
%
%
34
Jakasetia
70.8
29.2
35
Perwira
32.5
67.5
36
Jatirahayu
12.5
87.5
37
Kayuringin Jaya
58.3
41.7
38
Harapan Mulya
35.8
64.2
39
Bintara Jaya
42.5
57.5
40
Jakamulya
38.3
61.7
41
Jakasampurna
49.2
50.8
42
Margajaya
30.0
70.0
43
Jatiluhur
45.8
54.2
44
Jatimelati
37.5
62.5
45
Bekasi Jaya
20.0
80.0
46
Ciketing Udik
43.3
56.7
47
Jatisampurna
79.2
20.8
48
Jatimurni
45.0
55.0
49
Sepanjang Jaya
6.7
93.3
50
Jatirangga
19.2
80.8
51
Kali Abang Tengah
80.8
19.2
52
Jatiwaringin
4.5
95.5
53
Jatiranggon
52.8
47.2
54
Bantargebang
38.3
61.7
55
Bojong Menteng
86.7
13.3
56
Sumur Batu
39.8
60.2
3.5 Pengelolaan air Minum Rumah tangga Grafik 3. 37 Penggunaan Sumber Air Kebutuhan Sehari-hari
Sumber Air Untuk Kebutuhan Sehari-hari
Persentase
90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
Minum
Botol Isi Lede Hidra Kran Sum Sum Sum Mata Mata huja Air Air Lainn kema ulang ng n umu ur ur ur air air n dari dari ya san dari umu m - pom gali gali terlin tdk sung wadu PDA m - PDA pa terlin tdk dungi terlin ai k/da M PDA M tang dungi terlin dungi nau M an/lis dung trik/ mesi n 36% 37% 3% 1% 1% 44% 2% 0% 1% 0% 0% 0% 0% 1%
Masak
7%
19%
8%
2%
2%
68%
2%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
1%
Cuci piring & gelas
1%
2%
10%
2%
3%
83%
2%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
Gosok gigi
2%
2%
2%
3%
82%
2%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
a. Grafik Penggunaan Sumber air Untuk Kebutuhan Sehari-hari Dari hasil pertanyaan, responden menjawab sumber air minum berasal dari botol kemasan sebanyak 36%, isi ulang sebanyak 37%, ledeng dari PDAM sebanyak 3%, Hidran Umum-PDAM sebanyak 1%, Kran Umum-PDAM sebanyak 1%, Sumur pompa tangan/listrik/mesin sebanyak 44%, sumur gali terlindungi sebesar 2%, sumur gali tidak terlindungi 0%, Mata air terlindungi sebesar 1 %, mata air tidak terlindungi, air hujan, air dari sungai, dan air waduk sebesar 0%, serta lainnya 1%. Untuk masak bersumber dari botol kemasan 7%, isi ulang 19%, ledeng dari PDAM sebanyak 8%, Hidran Umum-PDAM sebanyak 2%, Kran Umum-PDAM sebanyak 2%, Sumur pompa tangan/listrik/mesin sebanyak 68%, sumur gali terlindungi sebesar 2%, sumur gali tidak terlindungi, Mata air terlindungi, mata air tidak terlindungi, air hujan, air dari sungai, dan air waduk sebesar 0%, serta lainnya 1%. Untuk cuci piring dan gelas bersumber dari botol kemasan 1%, isi ulang 2%, ledeng dari PDAM sebanyak 10%, Hidran Umum-PDAM sebanyak 2%, Kran Umum-
PDAM sebanyak 3%, Sumur pompa tangan/listrik/mesin sebanyak 83%, sumur gali terlindungi sebesar 2%, sumur gali tidak terlindungi, Mata air terlindungi, mata air tidak terlindungi, air hujan, air dari sungai, dan air waduk sebesar 0%, serta lainnya 0%. Untuk gosok gigi bersumber dari botol kemasan 2%, isi ulang 2%, ledeng dari PDAM tidak ada, Hidran Umum-PDAM sebanyak 2%, Kran Umum-PDAM sebanyak 3%, Sumur pompa tangan/listrik/mesin sebanyak 83%, sumur gali terlindungi sebesar 2%, sumur gali tidak terlindungi, Mata air terlindungi, mata air tidak terlindungi, air hujan, air dari sungai, air waduk serta lainnya sebesar 0%. Grafik 3. 38 Sumber air Rumah tangga melalui Pengamatan
Presentase
Hasil Pengamatan Sumber Air Rumah Tangga 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 air ledeng PDAM 13.3
dari dari sumur sumur gali yg gali yg terlindun tidak gi 2.5
0.8
dari dari dari dari kran sumur dari sumur hidran umum bor/pom penjual Lainnya bor/pom umum/kr Proyek pa air kelilin pa mesin an um HI tangan 1.5
81.9
2.6
2.1
4
4.9
Tidak ada 0.7
Dari hasil pengamatan studi EHRA didapatkan hasil, bahwa responden dalam memasak, minum, gosok gigi dan mencuci pakaian menggunakan air sebesar 13.3% dari air ledeng PDAM, dari sumur gali yang terlindungi 2.5%, dari sumur gali yang tidak terlingdungi sebesar 0.8%, dari sumur bor/pompa tangan 1.5%, dari sumur bor/pompa mesin sebesar 81.9%, dari hidran umum 2.6%, dari kran proyrk hidran 2.1 %, dari penjual keliling 4%, serta lainnya sebesar 0.7%
b. Waktu Lamanya Mengalami Kesulitan air Dari grafik 3.39 tergambar bahwa sebanyak 80.4 % responden tidak pernah mengalami kesulitan air, 13% menjawab beberapa jam saja, dan 4% menjawab satu sampai beberapa hari Grafik 3. 39 Lamanya Mengalami Kesulitan air
Kesulitan Air 1. Tidak pernah
2. Beberapa jam saja
3. Satu sampai beberapa hari
4. Seminggu
5. Lebih dari satu minggu
8. Tidak tahu
13%
4% 1% 1%1%
80%
c. Tingkat Kepuasan Terhadap kualitas air Sebanyak 84,4% responden menjawab puas terhadap tingkat kualitas air dan 15.2% menjawab tidak puas Grafik 3. 40 Tingkat Kepuasan Terhadap Kualitas Air
Tingkat Kepuasan Terhadap kualitas air Puas
Tidak Puas
15.2%
84.8%
d. Jarak Sumur ke tempat Penampungan/Pembuangan tinja Jarak sumur ke tempat penampungan/pembuangan tinja sebanyak 48% menjawab lebih dari 10 meter, 34 % menjawab kurang dari 10 meter dan 18 % menjawab tidak tahu.
Grafik 3. 41 Jarak Sumur Ke Tempat Penampungan/Pembuangan Tinja
Jarak Sumur ke tempat Penampungan/Pembuangan tinja Tidak tahu0% 18% < 10 m 34% ≥ 10 m 48%
Mengolah/Menangani Air sebelum digunakan untuk Minum dan Masak Sebanyak 74.90 persen responden menjawab mengolah/menangani air sebelum di konsumsi dan 25.10% menjawab tidak mengolah/menangani sebelum di konsumsi Grafik 3. 42 Menangani air Sebelum digunakan untuk Minum dan Masak
Mengolah Air Sebelum di Konsumsi
25.10%
74.90%
Ya
Tidak
e. Tekhnik Pengolahan air Sebelum digunakan untuk Minum dan Masak Dari grafik 3.43,3.44, dan 3.45 dilihat sebanyak 92.3 persen responden mengolah air dengan direbus sebelum digunakan untuk minum. Adapun tempat penyimpanan air yang sering digunakan berupa ketel/teko/ceret. Dari tempat penyimpanan responden sebanyak 56.8 persen menggunakan gayung Grafik 3. 43 Tekhnik Mengolah air
Tekhnik Mengolah Air Tidak tahu
0.1%
Lainnya, sebutkan: ….......
5.7%
Menggunakan filter keramik
0.8%
Ditambahkan kaporit
1.1%
Direbus 0.0%
92.3% 20.0%
40.0%
60.0%
80.0%
100.0%
f.
Tempat Penyimpanan Air Yang sudah Diolah Grafik 3. 44 Tempat Penyimpanan air Yang telah Diolah
APAKAH IBU MENYIMPAN AIR YANG SUDAH DIOLAH DI TEMPAT YANG AMAN ?
Lainnya, sebutkan: …......., 1.10%
Tidak tahu, 0.30%
Ya, dalam botol galon, 10.10%
Tidak disimpan , 7.20% Ya, dalam panci terbuka , 1.30%
Ya, dalam botol/termos, 21.60%
Ya, dalam panci yang mempunyai tutup , 21.70%
Ya, dalam teko/ketel/ce ret, 36.70%
g. Tekhnik Mengambil Air dari Tempat Penyimpanan Air Grafik 3. 45 Tekhnik Mengambil air Dari Tempat Penyimpanan
Bagaimana Ibu mengambil air untuk minum dan untuk masak, dari tempat penyimpanair ? Tidak tahu, Lainnya, 5.50% Dengan menggunakan gelas, 14.80%
0.90% Langsung dari dispenser, 21.90%
Dengan menggunakan gayung, 56.80%
Tabel 3. 4 Area Berisiko Sumber Air Berdasarkan Survey EHRA
NO
KELURAHAN
Sumber Air Terlindungi
Penggunaan Sumber Air Terlindungi
Kelangkaan Air
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Sumber Air Berisiko Tercemar
Sumber Air Terlindungi
%
%
%
%
%
%
1
Harapan Jaya
92.9
7.1
76.8
23.2
.0
100.0
2
Pedurenan
22.5
77.5
52.5
47.5
.8
99.2
3
Duren Jaya
10.8
89.2
27.5
72.5
1.7
98.3
4
Jati Karya
20.0
80.0
10.8
89.2
1.7
98.3
5
Margahayu
20.8
79.2
41.7
58.3
5.0
95.0
6
Jatimekar
7.5
92.5
50.0
50.0
3.3
96.7
7
Mustikasari
52.5
47.5
47.5
52.5
1.7
98.3
8
Jatikramat
37.5
62.5
28.3
71.7
7.5
92.5
9
Marga Mulya
35.0
65.0
22.0
78.0
8.9
91.1
10
Cikiwul
11.7
88.3
44.2
55.8
.8
99.2
11
Pejuang
15.8
84.2
79.2
20.8
1.7
98.3
12
Bintara
11.7
88.3
80.0
20.0
.0
100.0
13
Mustikajaya
35.0
65.0
44.2
55.8
.8
99.2
14
Aren Jaya
50.0
50.0
66.7
33.3
4.2
95.8
15
Kalibaru
55.8
44.2
69.2
30.8
5.8
94.2
16
Jatimakmur
73.3
26.7
31.7
68.3
12.5
87.5
17
Jatiwarna
26.7
73.3
.8
99.2
.0
100.0
18
Kota Baru
26.7
73.3
28.3
71.7
6.7
93.3
19
Jatisari
14.2
85.8
14.2
85.8
1.7
98.3
20
Jatiraden
75.0
25.0
1.7
98.3
2.5
97.5
21
Jatirasa
25.8
74.2
39.2
60.8
6.7
93.3
22
Jatibening Baru
49.2
50.8
35.0
65.0
10.0
90.0
23
Bojong Rawalumbu
42.5
57.5
36.7
63.3
1.7
98.3
24
Teluk Pucung
12.8
87.2
55.6
44.4
9.0
91.0
25
Jatiasih
65.8
34.2
10.0
90.0
4.2
95.8
26
Medan Satria
60.8
39.2
41.7
58.3
2.5
97.5
27
Jatibening
89.2
10.8
75.8
24.2
1.7
98.3
28
Pengasinan
32.5
67.5
57.5
42.5
4.2
95.8
29
Jaticempaka
75.0
25.0
51.7
48.3
3.3
96.7
30
Pekayon Jaya
46.7
53.3
41.7
58.3
18.3
81.7
NO
Sumber Air Terlindungi
Penggunaan Sumber Air Terlindungi
Kelangkaan Air
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Sumber Air Berisiko Tercemar
Sumber Air Terlindungi
%
%
%
%
%
%
KELURAHAN
31
Harapan Baru
54.2
45.8
59.2
40.8
.0
100.0
32
Kranji
21.7
78.3
68.3
31.7
1.7
98.3
33
Cimuning
68.3
31.7
44.2
55.8
29.2
70.8
34
Jakasetia
63.3
36.7
56.7
43.3
10.8
89.2
35
Perwira
42.5
57.5
44.2
55.8
7.5
92.5
36
Jatirahayu
43.3
56.7
70.8
29.2
9.2
90.8
37
Kayuringin Jaya
27.5
72.5
85.0
15.0
2.5
97.5
38
Harapan Mulya
48.3
51.7
44.2
55.8
.0
100.0
39
Bintara Jaya
35.8
64.2
68.3
31.7
3.3
96.7
40
Jakamulya
26.7
73.3
82.5
17.5
21.7
78.3
41
Jakasampurna
35.0
65.0
52.5
47.5
1.7
98.3
42
Margajaya
60.8
39.2
61.7
38.3
23.3
76.7
43
Jatiluhur
8.3
91.7
53.3
46.7
.8
99.2
44
Jatimelati
1.7
98.3
5.0
95.0
.0
100.0
45
Bekasi Jaya
33.3
66.7
55.8
44.2
5.0
95.0
46
Ciketing Udik
39.2
60.8
69.2
30.8
15.8
84.2
47
Jatisampurna
64.2
25.8
2.5
97.5
17.5
82.5
48
Jatimurni
94.2
5.8
22.5
77.5
3.3
96.7
49
Sepanjang Jaya
64.2
35.8
55.8
44.2
.8
99.2
50
Jatirangga
5.8
94.2
84.2
15.8
.8
99.2
51
Kali Abang Tengah
18.3
81.7
70.0
30.0
5.8
94.2
52
Jatiwaringin
58.3
41.7
46.7
53.3
33.3
66.7
53
Jatiranggon
56.7
43.3
2.5
97.5
2.5
97.5
54
Bantargebang
53.3
46.7
39.2
60.8
12.5
87.5
55
Bojong Menteng
74.2
25.8
.0
100.0
.0
100.0
56
Sumur Batu
65.8
34.2
35.0
65.0
37.5
62.5
3.5. Perilaku Higiene dan Sanitasi a. Waktu mencuci tangan dengan sabun Dari gambar 3.46 di bawah ini diketahui bahwa sebagian besar responden tidak melakukan cuci tangan pakai sabun di lima waktu penting yaitu sebanyak 83%. Dan yang melakukan cuci tangan pakai sabun dilima waktu penting hanya 17%. Lima waktu penting cuci tangan pakai sabun yaitu
sebelum makan, sesudah buang air besar, sesudah menceboki anak, sebelum menyiapkan makan, setelah memegang/menyentuh hewan. Grafik 3. 46 CTPS dilima Waktu Penting
CTPS DIlima Waktu Penting Ya 17%
Tidak 83%
b. Pola Pemanfaatan Sabun Waktu mencuci tangan paling sering dilakukan responden yaitu saat mandi, responden yang menjawab sebesar 96.5%, diikuti mencuci tangan pakai sabun saat mencuci peralatan makan dan minum.
Grafik 3. 47 Pola Pemanfaatan Sabun
Untuk apa saja sabun itu digunakan oleh anggota keluarga ? 120.00% 100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00%
96.50%
78.70%
69.90% 38.20%
32%
75%
40% 1.50%
1.20%
c. Lokasi Tempat Cuci Tangan Dari grafik 3.48 tergambar bahwa sebanyak 74.10 persen responden mencuci tangan di kamar mandi, kemudian sebanyak 48.8% responden mencuci tangan di tempat cuci piring. Grafik 3. 48 Lokasi Tempat Cuci Tangan
Lokasi Tempat Cuci Tangan Lainnya
4.30% 3.90% 19%
Di tempat cuci piring Di sumur Di jamban
48.80% 3.70% 7.90% 3.10% 6.70% 12.10%
Di kamar mandi
74.10%
d. Presentase Waktu Melakukan CTPS Sebanyak 86.10 persen responden menjawab biasa mencuci tangan pakai sabun di waktu sebelum makan, 82.10persen setelah makan, dan 67.80 melakukan CTPS setelah buang air besar Grafik 3. 49 Presentase Waktu Melakukan CTPS
Presentase Waktu Mencuci Tangan Dengan Sabun Lainnya Sebelum sholat Setelah memegang hewan Sebelum menyiapkan masakan Sebelum memberi menyuapi anak Setelah makan Sebelum makan Setelah dari buang air besar Setelah menceboki bayi/anak Sebelum ke toilet
0.90% 36.50% 35.50% 39.80% 27.40% 82.10% 86.10% 67.80% 26.70% 11.80%
e. Presentase Penduduk yang Melakukan BABS Dari gambar 3.50 dapat terlihat sebanyak 88 responden menjawab tidak buang air besar sembarangan dan 12 persen menjawab masih buang air besar sembarangan. Grafik 3. 50 Penduduk yang Melakukan BABS
Perilaku BABS Ya 12%
Tidak 88%
Tabel 3 5 Area Berisiko Perilaku Higiene dan Sanitasi
CTPS di Lima Waktu Penting KELURAHAN
Apakah Lantai dan Dinding Jamban Bebas dari Tinja?
Apakah Jamban Bebas dari Kecoa dan Lalat?
Keberfungsian Penggelontor
Apakah Terlihat Ada Sabun di dalam atau di dekat Jamban?
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
YA
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
Bojong Menteng
100.0
.0
92.5
7.5
10.8
89.2
79.2
20.8
3.3
Medan Satria
100.0
.0
33.3
66.7
35.8
64.2
25.0
75.0
Jakamulya
94.2
5.8
29.2
70.8
50.0
50.0
10.0
Kali Abang Tengah
93.3
6.7
58.3
41.7
59.2
40.8
Jatirasa
78.3
21.7
30.0
70.0
50.0
Cimuning
100.0
.0
9.2
90.8
Kota Baru
100.0
.0
44.2
Bekasi Jaya
97.5
2.5
Kayuringin Jaya
90.8
Pejuang
Pencemaran pada Wadah Penyimpanan dan Penanganan Air
Perilaku BABS
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tercemar
Tercemar
BABS
BABS
%
%
%
%
96.7
5.8
94.2
85.0
15.0
10.0
90.0
31.7
68.3
55.0
45.0
90.0
15.0
85.0
10.0
90.0
75.0
25.0
12.5
87.5
10.8
89.2
4.2
95.8
45.0
55.0
50.0
7.5
92.5
30.0
70.0
6.7
93.3
75.0
25.0
5.0
95.0
.0
100.0
75.0
92.5
.8
99.2
80.0
20.0
55.8
45.8
54.2
5.8
94.2
1.7
98.3
5.8
94.2
65.8
34.2
51.7
48.3
10.8
89.2
40.0
60.0
4.2
95.8
20.8
79.2
30.8
69.2
9.2
35.8
64.2
25.0
75.0
12.5
87.5
40.0
60.0
5.8
94.2
43.3
56.7
95.8
4.2
7.5
92.5
67.5
32.5
8.3
91.7
21.7
78.3
2.5
97.5
45.8
54.2
Perwira
96.7
3.3
4.2
95.8
23.3
76.7
.0
100.0
45.0
55.0
33.3
66.7
45.8
54.2
Harapan Baru
100.0
.0
7.5
92.5
10.0
90.0
.0
100.0
15.8
84.2
38.3
61.7
65.8
34.2
CTPS di Lima Waktu Penting KELURAHAN
Apakah Lantai dan Dinding Jamban Bebas dari Tinja?
Apakah Jamban Bebas dari Kecoa dan Lalat?
Keberfungsian Penggelontor
Apakah Terlihat Ada Sabun di dalam atau di dekat Jamban?
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
YA
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
Sumur Batu
90.2
9.8
20.3
79.7
18.0
82.0
8.3
91.7
7.5
Pedurenan
95.0
5.0
20.0
80.0
18.3
81.7
1.7
98.3
Duren Jaya
100.0
.0
14.2
85.8
15.0
85.0
3.3
Jatimakmur
85.8
14.2
21.7
78.3
45.0
55.0
Kalibaru
81.7
18.3
10.0
90.0
40.8
59.2
Pencemaran pada Wadah Penyimpanan dan Penanganan Air
Perilaku BABS
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tercemar
Tercemar
BABS
BABS
%
%
%
%
92.5
8.3
91.7
80.5
19.5
7.5
92.5
35.0
65.0
54.2
45.8
96.7
9.2
90.8
41.7
58.3
40.8
59.2
5.0
95.0
1.7
98.3
1.7
98.3
59.2
40.8
10.8
89.2
12.5
87.5
9.2
90.8
50.0
50.0
Bintara
70.8
29.2
55.8
44.2
53.3
46.7
4.2
95.8
.8
99.2
.0
100.0
30.0
70.0
Jatibening Baru
45.8
54.2
30.8
69.2
28.3
71.7
11.7
88.3
17.5
82.5
10.8
89.2
65.8
34.2
Bintara Jaya
75.0
25.0
22.5
77.5
19.2
80.8
6.7
93.3
2.5
97.5
12.5
87.5
71.7
28.3
Jatisampurna
85.8
14.2
6.7
93.3
7.5
92.5
.0
100.0
2.5
97.5
44.2
55.8
61.7
38.3
Jatiwaringin
90.2
9.8
9.8
90.2
3.6
96.4
.9
99.1
.9
99.1
.9
99.1
100.0
.0
Jakasampurna
39.2
60.8
23.3
76.7
40.8
59.2
5.8
94.2
6.7
93.3
10.8
89.2
78.3
25.0
Margahayu
78.3
21.7
20.0
80.0
35.0
65.0
2.5
97.5
10.0
90.0
33.3
66.7
17.5
82.5
Jatiranggon
99.2
.8
17.1
82.9
9.8
90.2
4.9
95.1
3.3
96.7
5.7
94.3
54.5
45.5
Jakasetia
86.7
13.3
10.0
90.0
23.3
76.7
2.5
97.5
6.7
93.3
4.2
95.8
60.8
39.2
Jatirahayu
88.3
11.7
5.0
95.0
37.5
62.5
.0
100.0
2.5
97.5
10.8
89.2
50.0
50.0
Mustikasari
79.2
20.8
31.7
68.3
51.7
48.3
3.3
96.7
1.7
98.3
8.3
91.7
17.5
82.5
Bantargebang
95.0
5.0
2.5
97.5
2.5
97.5
5.8
94.2
1.7
98.3
3.3
96.7
82.5
17.5
Margajaya
69.2
30.8
9.2
90.8
40.0
60.0
3.3
96.7
.8
99.2
2.5
97.5
66.7
33.3
Harapan Jaya
98.3
1.7
5.0
95.0
35.0
65.0
11.7
88.3
6.7
93.3
9.2
90.8
24.2
75.8
Harapan Mulya
95.0
5.0
5.8
94.2
14.2
85.8
2.5
97.5
10.8
89.2
6.7
93.3
55.0
45.0
Kranji
75.8
24.2
17.5
82.5
12.5
87.5
2.5
97.5
4.2
95.8
20.8
79.2
55.0
45.0
Bojong Rawalumbu
95.0
5.0
17.5
82.5
25.0
75.0
5.0
95.0
5.8
94.2
22.5
77.5
16.7
83.3
Jatimurni
70.8
29.2
4.2
95.8
29.2
70.8
7.5
92.5
25.0
75.0
4.2
95.8
40.8
59.2
Jaticempaka
85.0
15.0
10.0
90.0
7.5
92.5
3.3
96.7
5.8
94.2
3.3
96.7
65.8
34.2
Jati Karya
97.5
2.5
9.2
90.8
5.8
94.2
5.0
95.0
13.3
86.7
7.5
92.5
35.8
64.2
Jatimekar
95.8
4.2
10.8
89.2
16.7
83.3
11.7
88.3
9.2
90.8
1.7
98.3
21.7
78.3
Jatiraden
96.7
3.3
5.8
94.2
6.7
93.3
11.7
88.3
7.5
92.5
3.3
96.7
34.2
65.8
Jatiluhur
100.0
.0
.8
99.2
8.3
91.7
1.7
98.3
14.2
85.8
3.3
96.7
35.0
65.0
Jatisari
73.3
26.7
3.3
96.7
7.5
92.5
2.5
97.5
.8
99.2
56.7
43.3
17.5
82.5
Jatikramat
46.7
53.3
27.5
72.5
28.3
71.7
.8
99.2
2.5
97.5
.8
99.2
55.0
45.0
Cikiwul
79.2
20.8
5.0
95.0
18.3
81.7
4.2
95.8
7.5
92.5
15.0
85.0
23.3
76.7
Ciketing Udik
93.3
6.7
5.0
95.0
3.3
96.7
.0
100.0
4.2
95.8
9.2
90.8
35.0
65.0
Jatiwarna
77.5
22.5
.8
99.2
.0
100.0
1.7
98.3
4.2
95.8
.0
100.0
64.2
35.8
Jatimelati
99.2
.8
2.5
97.5
1.7
98.3
.0
100.0
.0
100.0
1.7
98.3
43.3
56.7
Pengasinan
98.3
1.7
11.7
88.3
3.3
96.7
.0
100.0
.0
100.0
4.2
95.8
26.7
73.3
Jatiasih
75.8
24.2
3.3
96.7
9.2
90.8
2.5
97.5
21.7
78.3
11.7
88.3
12.5
87.5
Jatirangga
82.5
17.5
7.5
92.5
1.7
98.3
.0
100.0
10.0
90.0
.8
99.2
33.3
66.7
CTPS di Lima Waktu Penting KELURAHAN
Apakah Lantai dan Dinding Jamban Bebas dari Tinja?
Apakah Jamban Bebas dari Kecoa dan Lalat?
Keberfungsian Penggelontor
Apakah Terlihat Ada Sabun di dalam atau di dekat Jamban?
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
YA
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
Jatibening
72.5
27.5
7.5
92.5
5.0
95.0
2.5
97.5
9.2
Marga Mulya
79.2
20.8
3.3
96.7
27.5
72.5
.8
99.2
Sepanjang Jaya
71.7
28.3
10.0
90.0
.0
100.0
.0
Aren Jaya
93.3
6.7
1.7
98.3
7.5
92.5
Pekayon Jaya
8.3
91.7
3.3
96.7
35.8
Teluk Pucung
77.5
22.5
.8
99.2
Mustikajaya
1.7
98.3
1.7
98.3
Pencemaran pada Wadah Penyimpanan dan Penanganan Air
Perilaku BABS
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tercemar
Tercemar
BABS
BABS
%
%
%
%
90.8
4.2
95.8
33.3
66.7
.0
100.0
2.5
97.5
10.0
90.0
100.0
.0
100.0
.8
99.2
37.5
62.5
1.7
98.3
.8
99.2
1.7
98.3
11.7
88.3
64.2
.8
99.2
.0
100.0
5.0
95.0
56.7
43.3
.8
99.2
1.7
98.3
1.7
98.3
.0
100.0
25.8
74.2
.8
99.2
.0
100.0
.8
99.2
5.8
94.2
36.7
63.3
Kejadian Penyakit Diare a. Presentase Kejadian Diare Dari grafik 3.51 dan 3.52 didapatkan gambaran bahwa 81.7% responden menjawab tidak pernah ada anggota keluarga yang mengalami diare dalam waktu akhir-akhir ini, ada 8.5% responden menjawab mengalami diare dalam kurun waktu lebih dari 6 bulan, ada 2.8% mengalami diare dalam kurun waktu 6 bulan terakhir. Presentase tertinggi kejadian diare ada pada perempuan dewasa sebanyak 33 persen, laki-laki dewasa 22%, dan balita sebanyak 18%. Grafik 3. 51 Presentase Kejadian Diare
Persen
Presentase Kejadian diare 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 1 1 3 bulan 6 bulan Hari ini Kemari minggu bulan terakhir terakhir n terakhir terakhir Series1
0.5
0.6
1.4
2.1
2.4
2.8
Lebih dari 6 bulan lalu
Tidak pernah
8.5
81.7
b. Presentase Anggota Keluarga yang Menderita Diare Grafik 3. 52 Presentase Keluarga Menderita Diare
Persentase Anggota Keluarga Menderita diare Orang dewasa perempuan 33%
Orang dewasa lakilaki 22%
Anakanak balita 18%
Anak-anak non balita 8%
Anak Anak remaja laki-laki remaja 12% perempua n 7%
3.8 Indeks Risiko Sanitasi (IRS) Risiko Sanitasi dapat didefinisikan sebagai penurunan kualitas hidup, kesehatan, dan lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Indeks Risiko Sanitasi (IRS) merupakan ukuran atau tingkatan risiko sanitasi dihitung berdasarkan lima aspek sanitasi seperti sumber air bersih, air limbah domestik, persampahan, genangan air dan perilaku hidup bersih dan sehat yang didapatkan dari hasil survey EHRA di Kota Bekasi tahun 2015. Grafik 3. 53 Indeks Risiko Sanitasi
Grafik Indeks Risiko Sanitasi Kota Bekasi 2015 300
47
250
150
100
50
-
37 5
49
59 43
45
36
53
18 33 48 37
10
29 32 1
43
41 27 4 40
36
30
44
42
37 33
40
53
41 48
40 47
33
41 58
49
51 37 43
36 36 38
35 33
81
42 46 87
76 44 38 29 35 36 48 32 36 38 49 15 43 40 38 5 28 46 71 5 46 79 43 45 45 16 58 38 30 49 38 45 7 30 74 11 20 20 33 32 10 43 49 53 29 44 32 33 90 51 13 26 63 20 63 42 55 32 36 26 27 55 30 31 50 40 38 26 38 25 19 42 6 11 36 28 24 9 2 10 36 86 39 20 5 54 50 50 41 27 24 25 11 43 43 6 25 37 18 22 28 23 43 28 61 32 32 53 75 25 6 22 31 29 55 64 68 76 28 38 25 41 61 66 32 34 47 58 43 60 69 53 57 26 39 49 38 55 58 37 53 43 64 35 49 47 33 38 24 40 37 24 47 49 39 39 37 39 29 40 34 22 35 28 44 56 24 21 45 18 17 39 44 43 51 42 33 33 43 42 42 23 38 35 35 34 33 31 31 31 30 29 29 28 28 27 26 20 23 26 20 25 25 23 23 23 22 21 20 16 16 8 20 19 25 19 18 10 25 21 25 17 23 25 14 19 9 7 2
JATIWARINGIN JATIBENING JATIMAKMUR JATICEMPAKA JATIBENING BARU JATIRANGGON JATIRADEN JATIRANGGA JATIKARYA JATISAMPURNA JATIRAHAYU JATIWARNA JATIMELATI JATIMURNI JATIASIH JATIRASA JATIMEKAR JATILUHUR JATISARI JATIKRAMAT CIKETING UDIK BANTAR GEBANG SUMUR BATU CIKIWUL PEDURENAN CIMUNING MUSTIKASARI MUSTIKAJAYA AREN JAYA MARGAHAYU DUREN JAYA BEKASI JAYA BOJONG… PENGASINAN SEPANJANG JAYA BOJONG MENTENG MARGAJAYA JAKASETIA PEKAYON JAYA KAYURINGIN JAYA JAKAMULYA JAKASAMPURNA KRANJI BINTARA JAYA KOTA BARU BINTARA PEJUANG MEDAN SATRIA HARAPAN MULYA KALIBARU PERWIRA HARAPAN JAYA MARGA MULYA KALIABANG TENGAH HARAPAN BARU TELUK PUCUNG
200
59
1. SUMBER AIR
2. AIR LIMBAH DOMESTIK.
3. PERSAMPAHAN.
4. GENANGAN AIR.
5. PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT.
Dari hasil perhitungan IRS maka langkah selanjutnya dari analisis survey EHRA adalah menentukan kategori daerah berisiko sanitasi dengan membagi tingkat risiko sanitasi dalam 4 kategori,yaitu: kurang berisiko yang ditandai dengan warna hijau, risiko sedang warna biru, Risiko tinggi warna kuning dan Risiko sangat tinggi warna merah. Cara pengkategorian daerah berisiko di peroleh dengan cara mencari interval nilai Risiko yaitu Total indeks Risiko maksimal dikurangi total indeks Risiko minimal dibagi 4 kategori didapat interval 46. Batas kategori area berisiko dapat dilihat pada table 3 Tabel 3. 1 Kategori Daerah Berisiko Sanitasi
Kategori Daerah BeRisikoSanitasi Total Indeks Risiko Max Total Indeks Risiko Min Interval Kategori Area BeRisiko Kurang Berisiko Risiko Sedang Risiko Tinggi RisikoSangatTinggi
Batas NilaiRisiko 278 95 46 Batas bawah 95 141 187 232
Keterangan
Batas Atas 141 187 232 278
Setelah penentuan skor dan interval untuk tiap kategori area berisiko maka didapatkan 3 (tiga) kelurahan dengan tingkat Risiko sangat tinggi yaitu Kelurahan Ciketing Udik, kelurahan Perwira dan Kelurahan Harapan Baru, 20 Kelurahan dengan tingkat Risiko tinggi, 23 kelurahan dengan tingkat Risiko sedang dan 10 Kelurahan dengan tingkat Risiko rendah atau kurang berisiko. Berikut table hasil skoring berdasarkan studi EHRA. Tabel 3. 2 Hasil Skoring Studi EHRA Berdasarkan Indeks Rasio
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kelurahan CIKETING UDIK PERWIRA HARAPAN BARU JATIWARINGIN JATIBENING JATIBENING BARU JATIRANGGON SUMUR BATU CIMUNING MUSTIKAJAYA DUREN JAYA BEKASI JAYA PENGASINAN
Nilai IRS 278 242 273 229 222 216 190 223 217 188 193 199 206
Kategori IRS Risiko Sangat Tinggi Risiko Sangat Tinggi Risiko Sangat Tinggi Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Tinggi
No 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56
Kelurahan SEPANJANG JAYA MARGAJAYA JAKASETIA PEKAYON JAYA KAYURINGIN JAYA JAKAMULYA KRANJI BINTARA JAYA BINTARA PEJUANG MARGA MULYA KALIABANG TENGAH JATIMAKMUR JATICEMPAKA JATIRADEN JATIRANGGA JATISAMPURNA JATIRAHAYU JATIMURNI JATIASIH JATIRASA JATILUHUR JATIKRAMAT BANTAR GEBANG MUSTIKASARI AREN JAYA BOJONG RAWALUMBU BOJONG MENTENG JAKASAMPURNA KOTA BARU MEDAN SATRIA HARAPAN MULYA TELUK PUCUNG JATIKARYA JATIWARNA JATIMELATI JATISARI CIKIWUL PEDURENAN MARGAHAYU HARAPAN JAYA KALIBARU JATI MEKAR
Nilai IRS 216 229 198 189 207 205 188 187 191 214 186 186 172 169 151 165 156 177 176 167 186 144 158 178 159 180 182 154 174 169 175 146 164 95 132 99 132 117 114 121 136 137 125
Kategori IRS Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Sedang Risiko Sedang Risiko Sedang Risiko Sedang Risiko Sedang Risiko Sedang Risiko Sedang Risiko Sedang Risiko Sedang Risiko Sedang Risiko Sedang Risiko Sedang Risiko Sedang Risiko Sedang Risiko Sedang Risiko Sedang Risiko Sedang Risiko Sedang Risiko Sedang Risiko Sedang Risiko Sedang Risiko Sedang Risiko Sedang Kurang Berisiko Kurang Berisiko Kurang Berisiko Kurang Berisiko Kurang Berisiko Kurang Berisiko Kurang Berisiko Kurang Berisiko Kurang Berisiko Kurang Berisiko
Hasil analisa indeks risiko sanitasi adalah sebagai berikut: 1. Kelurahan dengan risiko sangat tinggi adalah kelurahan Ciketing Udik, Perwira dan Harapan Baru dengan nilai IRS 278, 242, 273. 2. Kelurahan dengan risiko tinggi adalah kelurahan Jatiwaringin, Jatibening, Jatibening Baru, Jatiranggon, Sumur Batu, Cimuning, Mustikajaya, Duren Jaya, Bekasi Jaya, Pengasinan, Sepanjang Jaya, Margajaya, Jakasetia, Pekayon Jaya, Kayuringin Jaya, Jakamulya, Kranji, Bintara Jaya, Bintara, Pejuang, Tengah dengan nilai IRS berturut-turut yaitu 229, 222, 216, 190, 223, 217, 188, 193, 199, 206, 216, 229, 198, 189, 207, 205, 188, 187, 191, 214 3. Kelurahan dengan risiko sedang adalah Kelurahan Jatimakmur, Jaticempaka, Jatirangga, Jatisampurna, Jatirahayu, Jatimurni, Jatiasih, Jatirasa, Jatiluhur, Jatikramat, Bantar Gebang, Mustikasari. 4. Aren Jaya, Bojong Rawalumbu, Bojong Menteng, Jakasampurna, Kota Baru, Medan Satria, Harapan Mulya, Teluk Pucung,Margamulya, dan Kaliabang dengan nilai IRS berturut-turut 172, 169, 151, 165, 156,177,176, 167, 186, 144, 158,178, 159,180,182, 154, 174, 169, 175, 146, 164, 186,186 5. Kelurahan yang kurang berisiko yaitu Kelurahan Jatikarya, Jatiwarna, Jatimelati, Jatisari, Cikiwul, Pedurenan, Margahayu, Harapan Jaya, KalibarudanJatimekar, dengan nilai IRS berturut-turut 95,132,99,132,117,114,121,136,137,125
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Studi
Penilaian
Assessment=EHRA)
Risiko
merupakan
Kesehatan survey
Lingkungan
partisipatif
di
(Envinronmental tingkat
Health
Risk
Kabupaten/Kota
untuk
memahami/mengetahui kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga. Hasil studi EHRA memberi data ilmiah dan faktual tentang ketersediaan layanan sanitasi pada tingkat rumah tangga dalam skala kota. Sektor sanitasi yang menjadi obyek studi sekaligus variabel Indeks Risiko Sanitasi meliputi air bersih, sampah, limbah cair domestik, drainase lingkungan, dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dan perilaku Buang Air Besar. Data yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kota sampai dengan tingkat kelurahan. Data ini juga akan digunakan Pokja Sanitasi Kota Bekasi sebagai salah satu bahan untuk menyusun Buku Putih Sanitasi, penetapan area berisiko dan Strategi Sanitasi Kota (SSK). Adapun hasil Studi EHRA yang telah dilaksanakan Pokja Sanitasi Kota Bekasi, secara singkat dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Fasilitas sanitasi 1)
Air Bersih Sumber air bersih masyarakat Kota Bekasi dari Sumur Pompa Tangan/Listrik untuk masak sebanyak 68% dan untuk minum sebanyak 44%. Dengan daerah yang paling berisiko terhadap air bersih adalah Kelurahan Jatibening
2)
Air Limbah dan Tinja Persentase jumlah keluarga yang memiliki jamban pribadi sebanyak 97% serta masih ada sebagian masyarakat yang membuang tinjanya di kebun, sungai, selokan, lubang galian, dan lainnya. Sebagian masyarakat, meskipun telah memiliki sarana jamban tetapi masih ada kondisi yang kurang memadai dari pembuangan tinjanya, yaitu tidak memiliki tangki septik, tinjanya dibuang ke sungai/selokan. Dan area berisiko air limbah domestic berdasarkan hasil studi EHRA diantaranya adalah Kelurahan Jatiwaringin
3) Drainase / SPAL Sebanyak 84% rumah tangga memiliki saluran pembuangan air limbah. sebagian besar air limbah baik dari dapur, kamar mandi, tempat cuci pakaian, maupun dari wastafel dibuang ke sungai/empang/selokan/kanal sekitar 35-53%. Akibat tidak memiliki SPAL, terjadi genangan yang dialami oleh 10% responden. Sedangkan area berisiko genangan air berdasarkan hasil studi EHRA yaitu Kelurahan Harapan Baru 4) Persampahan Sebagian besar masyarakat Kota Bekasi (65.4%) pengelolaan sampah rumah tangganya adalah dengan dikumpulkan dan dibuang ke TPS. Frekuensi pengangkutan sampah ke TPS dilakukan dalam beberapa kali dalam seminggu. Upaya pemilahan sampah baru dilakukan oleh 15% responden. Dan yang merupakan area berisiko persampahan menurut studi EHRA adalah kelurahan Jatibening Baru b. Perilaku Higiene dan Sanitasi Praktik cuci tangan pakai sabun (CTPS) sebagian besar (83%) tidak dilakukan oleh masyarakat Kota Bekasi sedangkan praktik buang air besar sembarangan masih dilakukan oleh 12% responden. Dan area yang paling berisiko perilaku hygiene dan sanitasi berdasarkan hasil studi EHRA adalah kelurahan Harapan Baru c. Indeks Risiko Sanitasi (IRS) Kelurahan dengan risiko sangat tinggi adalah kelurahan Ciketing Udik, Perwira dan Harapan Baru dengan nilai IRS 278, 242, 273. 4.2 Hambatan/Kendala 1. Keterbatasan anggaran sehingga pelatihan enumerator kurang optimal
dan tidak
menghadirkan fasilitator PPSP. 2. Waktu pelaksanaan bersamaan dengan pembuatan updating SSK sehingga kurang focus antara dokumen EHRA dan SSK, informasi yang diberikan oleh Pusat pun mendadak serta kurang jelas. 3. Pelatihan entry data dilakukan secara singkat. 4. Pada saat kunjungan /survey ke rumah calon responden, enumerator juga mengalami kesulitan untuk bertemu dan wawancara dengan calon responden, beberapa memang tidak bersedia diwawancarai
5. perumahan yang cukup mewah susah untuk dilakukan survey, karena pengamanannya cukup ketat, bahkan pihak RW kurang membantu dalam pelaksanaan survey ini 4.3 Saran 1. Agar pelaksanaan studi EHRA selanjutnya dapat terencana dengan matang, baik itu masalah anggaran maupun pelaksanaan di lapangan sehingga jika akan dilaksanakan kembali studi EHRA dapat terlaksana dengan baik pada seluruh tahapannya, termasuk pelatihan enumerator, pelatihan supervisor, pelatian petugas entry data, pelatihan analisis data dan pembuatan laporan studi EHRA, dan lainnya yang terkait. 2.
Hasil study EHRA ini agar dijadikan sebagai acuan dalam pembangunan di Kota Bekasi, khususnya terkait bidang sanitasi.
3.
Sudi EHRA harus dilakukan secara berkesinambungan dan bertahap mengingat dinamika laju pertumbuhan penduduk dan perkembangan wilayah kota yang selalu dinamis.
4.
Tersusunnya peraturan daerah yang mengatur penanganan/pengelolaan sanitasi di Kota Bekasi
5.
Hasil studi EHRA dengan Indeks Risiko Sanitasi sangat tinggi perlu ditindaklanjuti dengan desain program/kegiatan untuk penanganannya.