BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Dinamika perekonomian global masih diliputi oleh nuansa ketidakpastian
yang tinggi yang tercermin dari perubahan yang berlangsung sangat cepat dan sulit diprediksi kedalamannya. Harga komoditas dunia yang melejit di awal tahun secara cepat mengalami pembalikan arah seiring dengan penurunan pertumbuhan ekonomi dunia yang tajam di penghujung tahun 2008. Perlambatan ekonomi negara maju yang merupakan episentrum dari krisis keuangan global secara cepat merambat ke perekonomian negara-negara berkembang. Di tengah situasi perekonomian global yang demikian, ekonomi Indonesia masih mampu menunjukkan kinerja yang baik dengan tetap tumbuh sebesar 6,1% pada tahun 2008, walaupun dampak krisis sudah dirasakan di triwulan IV-2008. Setidaknya inilah kondisi yang hanya sebagian kecil dari dampak krisis finansial global. Krisis finansial global mulai muncul sejak bulan Agustus 2007, yaitu pada saat salah satu bank terbesar Perancis BNP Paribas mengumumkan pembekuan beberapa sekuritas yang terkait dengan kredit perumahan berisiko tinggi AS (subprime mortgage). Pembekuan ini lantas mulai memicu gejolak di pasar finansial dan akhirnya merambat ke seluruh dunia. Di penghujung triwulan III-2008, intensitas krisis semakin membesar seiring dengan bangkrutnya bank investasi terbesar AS Lehman Brothers, yang diikuti oleh kesulitan keuangan yang semakin parah di sejumlah lembaga keuangan berskala besar di AS, Eropa, dan Jepang. Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan salah satu industri andalan Indonesia yang terus memberi kontribusi terhadap devisa negara. Selain itu, Industri ini memainkan peranan penting pula dalam meningkatkan orientasi ekspor di negara-negara Asia lainnya, seperti Hong Kong, Singapura, Taiwan, Korea Selatan, Malaysia, Cina, Indonesia, Thailand, dan Vietnam.
1
2
Pasar tujuan ekspor industri TPT nasional adalah Amerika Serikat yang sejak tahun 2003 nilainya lebih dari US$ 2,3 milyar bahkan di tahun 2007 mencapai US$ 4,3 milyar. Amerika Serikat merupakan pasar komoditi TPT terbesar dunia, dan sejauh ini ekspornya masih didominasi oleh China yang nilai ekspornya lebih dari US$ 27 milyar di tahun 2007. Setelah Amerika Serikat, pasar ekspor TPT terbesar Indonesia adalah Uni Eropa,
Jepang merupakan pasar
terbesar ketiga ekspor TPT Indonesia dengan nilai ekspor rata-rata di atas US$ 350 juta sejak tahun 2003-2007. Dengan catatan ekspor yang besar tersebut, Indonesia masuk sepuluh besar pengekspor TPT peringkat atas dunia. Seiring dengan melesunya perekonomian dunia akibat krisis property Amerika Serikat (subprime mortgage), ekspor TPT Indonesia mengalami penurunan pada tahun 2009. Nilai ekspor tersebut hanya mencapai US$ 9,4 milyar atau turun sebesar 9,9 persen dibandingkan dengan angka ekspor tahun 2008. Bahkan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Suparno (Oktober 2008) mengatakan bahwa ada banyak perusahaan yang melakukan PHK (Pemutusan hubungan kerja) dalam jumlah tidak sedikit dan perusahaan yang melakukan PHK itu didominasi pada sektor manufaktur (perindustrian), khususnya penenunan (tekstil & garmen). Pemutusan hubungan kerja tersebut diakibatkan menurunnya tingkat penjualan ekspor. Memasuki tahun 2010, industri TPT Indonesia dihadapkan pada tantangan yang cukup serius. Bea masuk 0% dari China berdasarkan perjanjian CAFTA(China - ASEAN Free Trade Area) yang telah ditandatangani tahun 2005 dan akan berlaku di Indonesia pada tahun 2010, mau tidak mau akan memberikan dampak serius bagi pasar domestik. Impor TPT China ke Indonesia mengalami lonjakan besar dari hanya US$ 262 juta di tahun 2006 menjadi US$ 1,144 milyar di tahun 2009. Lonjakan ini membuktikan bahwa sebelum pemberlakuan CAFTA produk TPT China sudah sangat kompetitif. Mencermati situasi ini, Badan Standardisasi Nasional (BSN) menilai bahwa sektor industri TPT merupakan salah satu industri nasional yang paling terpengaruh dengan pemberlakuan CAFTA.
3
Kedua hal tersebut yakni krisis finansial global dan keikutsertaan Indonesia dalam CAFTA memberikan kondisi yang cukup sulit bagi perekonomian Indonesia khusunya industri tekstil dan produk tekstil. Perusahaan yang bergerak dalam bisnis tekstil dan produk tekstil (garmen) tentu harus mampu bersikap kritis dan peka menghadapi kedua hal tersebut. Tak bisa dipungkiri jika keadaan tersebut mampu mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan yang mungkin saja berakibat terjadinya financial distress (kesulitan keuangan) bagi perusahaan tekstil dan garmen. Financial distress merupakan tahapan penurunan kondisi keuangan suatu perusahaan sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Financial distress dimulai ketika perusahaan tidak dapat memenuhi jadwal pembayaran atau ketika proyeksi arus kas mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut akan segera tidak dapat memenuhi kewajibannya (Brigham dan Daves,2003). Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan .Untuk itu, akan lebih baik bagi perusahaan untuk mampu lebih awal mengidentifikasikan kecenderungan munculnya financial distress perusahaan, karena dengan mengetahui kondisi financial distress perusahaan sejak dini diharapkan dapat melakukan tindakan-tindakan untuk mengantisipasi yang mengarah kepada kebangkrutan. Untuk mengatasi dan meminimalisir terjadinya kebangkrutan, perusahaan dapat mengawasi kondisi keuangan dengan melakukan analisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan dapat menjadi alat ukur untuk memprediksi kesulitan keuangan yaitu dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Rasio-rasio yang bermanfaat dapat menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau kinerja operasi, dan membantu menggambarkan kecenderungan serta pola perubahan tersebut, yang pada gilirannya, dapat menunjukkan kepada analis risiko dan peluang bagi perusahaan yang sedang ditelaah (Helfert, 1997). Foster (1986) menyatakan empat hal yang mendorong analisis laporan keuangan dengan model rasio keuangan yaitu untuk mengendalikan pengaruh perbedaan besaran antar perusahaan atau antar waktu, membuat data menjadi lebih memenuhi asumsi alat statistik yang digunakan, menginvestigasi teori yang terkait dengan rasio keuangan, dan untuk mengkaji hubungan empirik antara rasio
4
keuangan dan estimasi atau prediksi variabel tertentu (seperti kebangkrutan atau financial distress). Dengan adanya gambaran kondisi yang telah disampaikan diatas, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai “Prediksi Rasio Keuangan Terhadap Kondisi Financial Distress Perusahaan Tekstil dan Garmen Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
1.2
Identifikasi Masalah Krisis finansial global yang terjadi membuat beberapa perusahaan
manufaktur khususnya perusahaan tekstil dan garmen mengalami penurunan jumlah ekspor. Hal tersebut berarti terjadinya penurunan permintaan yang tentunya berdampak pula terhadap jumlah produksi yang cenderung juga akan menurun. Di satu sisi lain, adanya keikutsertaan Indonesia dalam CAFTA(China ASEAN Free Trade Area), dirasakan semakin menjepit sebagian atau bisa jadi mayoritas produsen dalam bidang tekstil dan garmen. Hal tersebut dinyatakan demikian karena adanya pemberlakuan aturan bea masuk 0% bagi indudstri TPT (Tekstil dan Produk Tekstil). Tentu kedua hal tersebut cenderung menimbulkan kesulitan finansial (financial distress) bagi perusahaan. Financial distress merupakan kondisi dimana keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau krisis dan terjadi sebelum kebangkrutan. Diperlukan analisis untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan. Salah satu analisis yang dilakukan yaitu dengan penggunaan rasio-rasio keuangan yang merupakan salah satu bentuk penelitian berkaitan dengan manfaat laporan keuangan untuk tujuan memprediksikan kinerja perusahaan seperti kebangkrutan dan financial distress. Dalam penelitian terdahulu terdapat perbedaan pengaruh rasio keuangan terhadap kondisi financial distress. Rumusan masalah terkait dengan penurunan jumlah ekspor dan terdapat perbedaan hasil rasio yang berpengaruh terhadap financial distress sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk prediksi rasio keuangan terhadap kondisi financial ditress perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI periode 2007-2010. Berdasarkan research problem yang telah dipaparkan dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
5
1. Bagaimanakah rasio current assets to current liabilities (CACL) pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 2. Bagaimanakah rasio net Income to total assets (NITA) pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 3. Bagaimanakah rasio retained Earnings to total assets (RETA) pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 4. Bagaimanakah rasio total liabilities to total assets (TLTA) pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 5. Bagaimanakah rasio Sales to total assets (STA) pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 6. Bagaimana pengaruh variabel CACL, NITA, RETA, TLTA, dan STA terhadap financial distress pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Menganalisis rasio Current assets to current liabilities (CACL) pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Menganalisis rasio Net Income to total assets (NITA) pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3.
Menganalisis rasio Retained Earnings to total assets (RETA) pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4. Menganalisis rasio total liabilities to total assets (TLTA) pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 5. Menganalisis rasio Sales to total assets (STA) pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 6. Menganalisis pengaruh variabel CACL, NITA, RETA, TLTA, dan STA terhadap financial distress pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
6
1.4
Kegunaan Penelitian Penelitian ini mengungkapkan pengaruh rasio keuangan terhadap kondisi
financial distress pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan untuk: 1.4.1
Kontribusi Teoritis Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan yang
meliputi rasio CACL, NITA, RETA, TLTA, STA terhadap kondisi financial distress perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI. Baik penelitian indikator variabel tersebut terbukti signifikan atau tidak, diharapkan faktor-faktor yang mendukung dapat teridentifikasi, sehingga mampu memberikan kontribusi terhadap teori. 1.4.2
Kontribusi Praktis Untuk dapat memberikan early warning terhadap kondisi perusahaan yang
mengarah kepada financial distress, sehingga manajemen perusahaan dapat menetapkan keputusan secara tepat dan cepat.
1.5
Definisi Variabel Penelitian Definisi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut : 1.5.1
Financial Distress Platt dan Platt (2002) mendefinisikan financial distress sebagai tahap
penurunan
kondisi
keuangan
perusahaan
yang
terjadi
sebelum
terjadi
kebangkrutan ataupun likuidasi.
1.5.2
Rasio CACL (current asset to current liabilities) Rasio lancar (current ratio) dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan
kewajiban lancar (Brigham dan Houston,2001). Beberapa komponen aktiva lancar yaitu kas, piutang, dan persediaan. Sedangkan kewajiban lancar sendiri merupakan kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan (Munawir, 2002).
7
1.5.3
Rasio NITA (net income to total asset) Rasio ini dikenal dengan Return on Assets (ROA). Ang (1997) menjelaskan
bahwa ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
1.5.4
Rasio RETA (return earning to total asset) Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
ditahan dari total aktiva perusahaan. Laba ditahan merupakan laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham.
1.5.5
Rasio STA (sales to total asset) Rasio STA juga disebut rasio perputaran total aktiva (total assets turnover
ratio), yang dihitung dengan membagi penjualan dengan total aktiva. Besar kecilnya penjualan dan total aktiva akan mempengaruhi rasio perputaran total aktiva ini. Dimana peningkatan penjualan yang relatif lebih besar dari peningkatan aktiva membuat rasio ini semakin tinggi, sebaliknya peningkatan penjualan yang relatif lebih kecil dari peningkatan aktivanya membuat rasio ini semakin rendah.
1.5.6
Rasio TLTA (total liabilities to total asset) Rasio ini sering disebut debt ratio. Debt ratio mengukur persentase dana
yang disediakan oleh kreditur (Brigham dan Houston, 2001). Rasio ini memperlihatkan proporsi seluruh aktiva yang didanai oleh hutang (Fraser dan Ormiston, 2008).
1.6
Outline Skripsi Outline skripsi ini dimaksudkan untuk memudahkan penyampaian
informasi berdasarkan urutan dan aturan logis penelitian. Pembahasan skripsi ini disusun dalam 5 bab yang secara keseluruhan membahas pengaruh rasio keuangan terhadap kondisi financial distress perusahaan. Hal pertama yang dilakukan adalah
8
menentukkan judul skripsi yang menggambarkan secara singkat tentang masalah yang diteliti. Kemudian skripsi ini diawali Bab I yang berisi
pendahuluan. Dalam
pendahuluan ada beberapa hal yang disampaikan yaitu latar belakang penelitian, idenntifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan definisi variabel penelitian. Dilanjutkan pada Bab II yaitu tinjauan pustaka yang menyampaikan teoriteori maupun hal lainnya yang berkaitan dengan topic penelitian. Tinjauan pustaka Bab II pada penelitian ini memuat hal-hal sebagai berikut : definisi kesulitan keuangan (financial distress), penyebab kesulitan keuangan, definisi rasio keuangan, pengaruh rasio keuangan terhadap financial distress, kajian penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran. Selanjutnya diikuti oleh Bab III berisi uraian mengenai metodelogi penelitian. Dimulai dari objek penelitian, populasi dan sampel, metode penelitian dan teknik pengumpulan data, desain dan prosedur penelitian, operasionalisasi variabel, metode analisis dan pengujian hipotesis. Pada Bab IV hasil penelitian dan pembahasan di dalamnya memuat pendeskripsian yang dilakukan menyangkut data hasil penelitian, baik data mengenai perkembangan variabel setiap tahunnya, maupun mengenai hasil pengukuran variabel-variabel yang diteliti, pengujian hipotesis dan analisis hasil penelitian, serta interpretasi data. Kemudian pada akhir penulisan skripsi ini adalah Bab V yaitu kesimpulan dan saran yang merupakan bab terakhir, dimana pada bagian ini diambil kesimpulan dari keseluruhan hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran yang dapat bermanfaat bagi objek penelitian.