BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan informasi terus meningkat seiring dengan perkembangan teknologi informasi. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, tidak terlepas dari kondisi dimana infrastruktur Teknologi Komunikasi dan Informasi (TIK) sudah menjadi kebutuhan masyarakat. Kemudahan dan kenyamanan untuk menikmati akses dan layanan informasi dan komunikasi tersebut belum sepenuhnya dapat dinikmati oleh seluruh penduduk negeri ini. Hal ini disebabkan kondisi perekonomian dan letak geografis yang berbeda-beda ditiap daerah. Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika telah mengembangkan wilayah perdesaan melalui program Telekomunikasi Perdesaan yang bertujuan menyambungkan seluruh desa di Indonesia melalui fasilitas teleponi dasar serta internet. Program Kewajiban Pelayanan Universal (KPU/USO) selama ini adalah layanan akses komunal yang faktanya di lapangan kurang atau tidak optimal dimanfaatkan oleh masyarakat. Adapun program yang sedang berjalan tahun 2011 adalah penyediaan Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) dengan target jumlah kecamatan layanan sebanyak 5.956 kecamatan. Dampak yang ditimbulkan oleh layanan jasa teleponi, data, dan internet di atas dapat saja positif, tetapi dapat pula negatif. Masuknya informasi melalui layanan telekomunikasi khususnya internet akan berpengaruh terhadap cara berfikir dan gaya hidup yang tentu saja bisa positif dan bisa pula negatif tergantung kepada norma hidup dan nilai-nilai budaya yang disepakati masyarakat setempat.
1
Berbagai kajian menjelaskan adanya internet masyarakat semakin berdaya dalam melakukan aktivitas harian baik dalam mendukung komunikasi selanjutnya meningkatkan taraf ekonomi. Masyarakat suatu daerah yang terisolasi tentu akan sulit dalam melakukan komunikasi dengan wilayah lain, hal ini akan berdampak pada ekonomi masyarakat yang berada di wilayah perdesaan. Namun dengan kehadiran akses telekomunikasi, masyarakat perdesaan mampu menggunakan fasilitas teknologi internet untuk melepaskan ketidakberdayaan mereka dalam melakukan aktivitas komunikasi yang berpengaruh pada sektor ekonomi. Dengan kehadiran internet pada program KPU/USO yaitu Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) masyarakat mampu mencari informasi seluas – luasnya dan melakukan aktifitas komunikasi sesuai kebutuhan mereka. Melalui internet pula masyarakat bisa mendapatkan informasi, yang pada akhirnya bisa mempengaruhi masyarakat tersebut dalam menentukan keputusan. Kajian yang dilakukan International Telecommunication Union (ITU) menyimpulkan bahwa peningkatan teledensitas telekomunikasi sebesar 1% dapat memberikan dampak pertumbuhan ekonomi sampai 3%. Akses telekomunikasi memungkinkan transaksi usaha terjadi tanpa batasan waktu, tempat dan jarak. Dari sudut pandang di atas akses informasi dipastikan memberikan dampak positif terhadap masyarakat secara ekonomi. Tetapi penggunaan akses informasi melalui internet secara tidak ekonomis, hanya akan menimbulkan gaya hidup konsumtif yang berlebihan. Apalagi bagi masyarakat terpencil yang relatif miskin. Dalam riset Deloitte Access Economic pada tahun 2012, diperkirakan Internet menyumbang 1,6 persen dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Angka itu diperkirakan tumbuh tiga kali lipat dalam lima tahun ke depan dan diharapkan menyumbang setidaknya 2,5 persen dari PDB pada tahun 2016. Kontribusi Internet yang 1,6 persen dari PDB Indonesia melebihi nilai ekspor gas alam cair (1,4 persen) dan tiga kali lipat kontribusi sektor listrik (0,5 persen).
2
Oleh karena itu, sudah selayaknya apabila seluruh desa di Indonesia juga dapat memiliki akses telekomunikasi. Selain bermanfaat, ketersediaan akses telekomunikasi di perdesaan juga akan memberi dampak positif bagi pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Pertimbangannya, komunikasi yang efektif dapat menjadi katalisator bagi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi suatu negara. Di samping memberi dampak positif bagi masyarakat desa, kehadiran akses telekomunikasi berupa internet di perdesaan juga akan mendukung penetrasi internet secara nasional. Peningkatan penetrasi internet secara umum akan memberi kontribusi bagi pembangunan ekonomi. Kehadiran seperangkat peralatan telekomunikasi yang sudah menjangkau beberapa wilayah, barang tentu menjadikan sebuah aset di lingkungan desa, fasilitasi ini diharapkan mampu menunjang aktivitas masyarakat dan pemerintah desa, untuk membantu dan melengkapi mereka dalam berkomunikasi, berpromosi, berkoneksi sesuai kepentingannya. Itu semua merupakan bagian dari implementasi kebijakan pembangunan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia hingga saat ini. Walaupun belum semua daerah bisa terkoneksi internet, namun proses yang sedang berjalan tersebut akan terus mencapai targetnya hingga nanti internet merambah atau ditemui di beberapa lokasi terpencil. Secara fisik, mulai nampak bahwa pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan informatika terutama internet kini telah merambah daerah perdesaan, bukan hanya di angan-angan. Akan tetapi, dibalik itu semua tentu tidak terlepas berbagai persoalan yang perlu dilakukan pencermatan sekaligus dicarikan solusinya, agar kehadiran internet di desa berfungsi optimal dan mampu memberdayakan masyarakatnya. Sejak tahun 2008 Program Universal Service Obligation (USO) sejak
tahun
2008
bertujuan
untuk
menyediakan
fasilitas
akses
telekomunikasi di wilayah perdesaan, yang secara ekonomi kurang menguntungkan, termasuk daerah perintisan, perbatasan, pedalaman,
3
pinggiran, dan terpencil. Program USO di Indonesia salah satunya juga untuk mengurangi kesenjangan digital. Pengembangan
infrastruktur
fastel
yang
bertujuan
untuk
menyediakan infrastruktur dan layanan yang berkualitas di seluruh wilayah Indonesia termasuk wilayah non komersial dalam rangka memperkecil kesenjangan digital (digital divide) dan menjamin kelancaran arus informasi (Rencana Strategis Kementerian Komunikasi Dan Informatika 2010-2014) Kesenjangan digital adalah kesenjangan antara kelompok yang dapat mengambil benefit dari teknologi digital dengan kelompok yang tidak mampu mengambil benefit dari teknologi tersebut. Fakta yang ada, saat ini kesenjangan digital cenderung semakin melebar (LAPI ITB, 2012). Kesenjangan digital adalah keterbatasan akses dari hardware dan sorftware seperti internet (ETS, 2007) Karakteristik kesenjangan digital harus dirubah dengan ditambah pengetahuan membaca, menghitung dan menyelesaikan masalah. Tanpa keahlian tersebut semua hardware dan akses tidak akan bisa untuk melangkah ke ICT Literasy. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mempersempit kesenjangan digital adalah membangun infrastruktur telekomunikasi pedesaan melalui kebijakan Kewajiban Pelayanan Universal (KPU) atau Universal Service Obligation (USO). Yang perlu digarisbawahi adalah bahwa memperkecil kesenjangan digital bukan hanya memberi akses terhadap fasilitas TIK, tetapi lebih pada bagaimana membuat masyarakat mampu mengambil benefit dari TIK untuk meningkatkan kesejahteraannya dan menciptakan komunikasi yang efektif untuk mendukung kegiatan masyarakat setempat. Dari fakta tersebut ada gejala bahwa pelaksanaan program USO saat ini lebih berorientasi pada membangun fasilitas telekomunikasi, sementara keberlangsungan dan pengambilan manfaat oleh masyarakat dari program ini masih belum menjadi perhatian.
4
Fasilitas telekomunikasi merupakan salah satu alat bantu yang diciptakan dari hasil kemampuan berpikir manusia. Rogers dalam bukunya Comunnication Technology mengatakan bahwa kunci dasar teknologi komunikasi baru adalah elektronik. Dan teknologi baru tersebut dapat kita sebut dengan media baru. Media
sebagai
saluran
komunikasi
dari
sudut
pandang
komunikator (pengirim pesan) terbagi menjadi saluran komunikasi tanpa media dan saluran komunikasi bermedia. Saluran komunikasi bermedia terbagi lagi menjadi non media massa dan media massa. The New Technologies atau The New Media ini membahas masalah perkembangan teknologi baru di bidang tulis, cetak, telekomunikasi, komunikasi interaktif, videotext dan teletext, dll. Dalam
konteks
komunikasi
kita
mengenal
media
untuk
menyampaikan proses komunikasi, internet merupakan teknologi terkini yang bisa menggabungkan antara komunikasi massa dan interpersonal komunikasi. “ The Internet and IT in general are not the same as previous communication media. While the telephone facilitates interpersonal communication,
and
the
television
and
radio
facilitate
mass
communication, Internet usage has both mass and interpersonal communication benefits “. (Allbritton and Rogers, 1995). “ Internet dan IT tidak sama dengan media komunikasi sebelumnya. Fasilitas telepon merupakan bentuk dari komunikasi interpersonal dan televisi serta radio merupakan bentuk dari komunikasi massa, penggunaan internet mempunyai keuntungan dari keduanya dimana merupakan gabungan dari komunikasi massa dan komunikasi interpersonal. Untuk dapat dimanfaatkan, informasi harus dialirkan dari sumbersumber informasi kepada para penggunanya. Adanya pemasok dan pengguna yang berbeda lokasi, berbeda kemampuan, berbeda kondisi sosial, ekonomi, budaya menyebabkan perlunya media atau kanal dan metode komunikasi yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari
5
pengirim, pengguna dan kandungan informasi. Peran komunikasi adalah untuk menciptakan iklim yang memungkinkan terjadinya aliran informasi yang demokratis, yaitu mampu memberikan informasi yang netral terhadap kepentingan pihak tertentu, dan seimbang terhadap keragaman pasokan dan kebutuhan informasi Informasi
melalui
media
internet
yang
dikelola
dan
dikomunikasikan dengan baik akan dapat memberikan manfaat yang sangat besar bagi yang melakukannya. Kegiatan komunikasi massa yang dilakukan untuk penyebaran informasi melalui segala macam media dengan memanfaatkan teknologi informasi seoptimal mungkin akan menjalin keterhubungan antar elemen masyarakat. Keterhubungan ini bukan hanya pada tingkatan teknikal saja, yang terbentuk dari elemen pengirim, penerima dan kandungan informasi yang dikomunikasikan, tetapi lebih kepada komunikasi pada tingkatan semantik dan perilaku. Komunikasi massa memiliki peran strategis sebagai komplemen dari teknologi informasi yang banyak berperan pada tingkatan teknis. Dengan demikian teknologi informasi dan komunikasi menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam usaha mengelola informasi untuk mewujudkan masyarakat berbasis pengetahuan sebagai syarat untuk memenangkan persaingan global. Tingkat penetrasi Internet di Indonesia sangat bervariasi, sehingga menimbulkan perbedaan dalam hal biaya akses dan infrastruktur. Keluarga Indonesia yang memiliki PC atau telepon rumah relatif sedikit. Sebagian besar pulau tidak terhubung dengan jaringan dan koneksi yang ada tidak mendukung volume lalu lintas data yang tinggi. Akibatnya, Internet memiliki tingkat penetrasi yang relatif rendah dan terbatas pada wilayah tertentu di Indonesia. Keberadaan internet merupakan wujud sebuah perkembangan literasi yang pada awalnya hanya menggunakan media baca seperti buku. Karena itu penguasaan literasi dalam segala aspek kehidupan memang menjadi tulung punggung kemajuan peradaban suatu bangsa. Tidak
6
mungkin menjadi bangsa yang besar, apabila hanya mengandalkan budaya oral yang mewarnai pembelajaran di lembaga sekolah maupun perguruan tinggi. Internet merupakan salah satu bentuk literasi yang mempunyai peran penting di kalangan masyarakat khususnya di wilayah perdesaan. Buku, perpustakaan, telepon dan aktivitas sehari – hari berubah dengan adanya ICT. Salah satu gambaran dimana masyarakat mampu menggunakan internet yaitu adanya kemampuan ICT Literacy. ICT Literacy tidak hanya mendefinisikan keahlian teknik saja. Panel Educational Testing Service (ETS) pada tahun 2007 menyimpulkan dari ICT Literacy diperluas menjadi keahlian kognitif. Dan penerapan dari keahlian teknis dan koginitf ini juga termasuk literasi pada umumnya seperti membaca, menghitung dengan didukung dengan kemampuan berfikir kritis dan penyelesaian masalah. Tanpa keahlian diatas ICT Literacy tidak akan tercapai. Karakteristik kesenjangan digital harus dirubah dengan ditambah kemampuan baca, menghitung dan menyelesaikan masalah. Tanpa keahlian tersebut semua hardware dan akses tidak akan bisa untuk melangkah ke ICT Literacy. Dengan demikian perubahan ICT secara fundamental merubah hampir aspek kehidupan, belajar dan pekerjaan. Karena saat ini masa depan seseorang tergantung dengan ICT Literacy. Untuk itu akses dan kesempatan kesempatan untuk belajar ICT harus dibuat seadil mungkin. Mengunjungi ke beberapa wilayah perdesaan sambil mengamati kehadiran infrastruktur telekomunikasi khususnya internet pada program PLIK,
sangat
menggugah
minat
peneliti
untuk
mengetahui
perkembangannya. PLIK di sejumlah daerah sangat dinantikan oleh masyarakat desa tersebut terlebih daerah tersebut jaringan telekomunikasi belum maksimal. Namun jika pada perkembangannya wilayah tersebut sudah tumbuh jaringan telekomunikasi dengan baik, ada perubahan sikap
7
masyarakat terhadap PLIK yang semula dinantikan bisa menjadi tersisihkan. Untuk itu peneliti sangat tertarik melihat kondisi PLIK di Banten yang notabene jaraknya sepelamparan batu dengan ibukota Jakarta. Meski demikian Banten masih masuk dalam kategori Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi (WPUT) yaitu belum tersedia jaringan telekomunikasi dan atau belum tersedia layanan telekomunikasi berbasis komunal seperti telepon umum dan atau warung telekomunikasi. Selain itu peneliti juga ingin mengetahui gambaran mengenai keberadaan PLIK di wilayah Banten apakah masih diminati ataupun hanya sekedar pajangan yang terpasang manis dijajaran meja, karena jarang digunakan. Kondisi idealnya dukungan infrastruktur berupa Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) di Provinsi Banten, diharapkan bisa membantu mempercepat penetrasi internet. Sehingga wilayah Banten yang berbatasan dengan ibukota negara di awal 2013 ini diharapkan tidak ditemukan lagi kawasan blankspot. Sehingga pada bulan Juli hingga November 2013, bisa dilihat hasil perkembangannya. Di wilayah Banten sebagian sudah menikmati internet dengan mudah. Namun demikian wilayah Banten masih ditemukenali wilayah blankspot dimana sebagian masyarakat di wilayah ini tidak menikmati akses internet dengan mudah. Dengan demikian keberadaan fasilitas TIK melalui PLIK bisa membantu masyarakat untuk bisa mengakses informasi. Di era digital seperti sekarang dalam berkomunikasi masyarakat di wilayah perdesaanpun bisa melakukan hal yang serupa seperti masyarakat perkotaan. Masyarakat perdesaan di Banten bisa menggunakan PLIK yang pada dasarnya mempunyai kesamaan dalam tujuan penggunaan teknologi informasi yaitu sebagai alat untuk komunikasi dan temu kembali informasi. Berbeda dengan warnet, biaya akses internet dengan menggunakan PLIK yang tersebar di beberapa kecamatan relatif lebih murah yaitu maksimal Rp.3000,-. PLIK yang sudah tersebar di beberapa kecamatan tidak semuanya digunakan dan dimanfaatkan dengan maksimal. Untuk itu
8
peneliti akan melihat gambarannya sejauh mana PLIK yang optimal dipergunakan masyarakat dan PLIK yang tidak beroperasi di beberapa Kecamatan. Jika PLIK beroperasi peneliti juga akan mencari tahu apa saja yang dilakukan masyarakat ketika mengakses internet. Sehingga ditemukan fungsi internet untuk masyarakat untuk masyarakat Banten itu seperti apa, termasuk digunakan untuk alat komunikasi dalam melakukan aktifitas komunikasi sehari – hari. PLIK yang notabene pemberian perangkatnya gratis dan biaya aksesnya murah, namun kondisinya masih ditemukan PLIK yang tidak dimanfaatkan. Padahal PLIK sangat membantu masyarakat untuk membuka dari keterisolasian informasi. Jika informasi berkembang dengan baik maka akan tercipta komunikasi yang lancar. Pada tahun 2013, sebanyak 5748 PLIK sudah terpasang di seluruh Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian atau kajian pada tahun 2011 ada beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5.
Kecepatan/Bandwith terlalu lamban. Pengelolaan PLIK yang kurang optimal. Penempatan lokasi PLIK yang kurang strategis. Sumber Daya Manusia (SDM) belum maksimal. Anggaran pemeliharaan yang belum memadai. Sedangkan
pada
penelitian
yang
dilakukan
Puslitbang
Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Badan Litbang SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika juga melakukan penelitian lebih lanjut pada Kajian tentang Tata kelola PLIK Bagi Pemberdayaan Masyarakat di Indonesia yang meneliti bagaimana PLIK dapat mendukung perluasan layanan akses internet bagi masyarakat luas dan sebagai percepatan peningkatan
keterjangkauan
pemerataan
layanan
sekaligus
guna
mendorong pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk tujuan peningkatan kecerdasan warga dan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan pada kemampuan ICT Literacy masyarakat Banten, permasalahan dalam penelitian ini yaitu dengan membangun infrastuktur PLIK, peneliti ingin mengetahui sejauh mana kemampuan ICT dari
9
masyarakat Banten. Konsep Kemampuan ICT bisa dilihat dari usaha masyarakat
untuk
mengidentifikasi
dengan
kemampuan
manage,integrate,evaluate dan create. Pernyataan permasalahan tersebut menarik untuk diteliti karena infrastruktur TIK sudah tersedia yaitu fasilitas internet yang notabene murah apakah bisa diterapkan dengan baik dan bisa memberikan gambaran terkait dengan kemampuan ICT lebih mendalam pada masyarakat yang berada di wilayah perdesaaan. Sehingga keberadaan internet pada program PLIK diharapkan bisa mengurangi jurang informasi dan mempresentasikan kemajuan sebuah bangsa. Berdasarkan uraian diatas, makan penulis tertarik untuk melakukan penelitan ilmiah dengan judul : ICT Literacy Pada Program Universal Service Oblogation Di Wilayah Perdesaan Banten. 1.2.
Masalah Penelitian : Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka masalah penelitiannya adalah : Bagaimanakah
gambaran ICT Literacy Pada
Program USO Di Wilayah Perdesaan Banten? 1.3.
Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan peneltian diatas, peneliti merumuskan maksud dan tujuan penelitian sebagai berikut : 1.3.1 Maksud penelitian : Maksud dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran ICT Literacy pada masyarakat perdesaan di wilayah Banten dalam menerapkan infrastruktur TIK pada program USO. 1.3.2 Tujuan Penelitian : Tujuan penelitian ini adalah : Untuk memberikan gambaran lebih mendalam ICT Literacy pada masyarakat perdesaan di Banten dalam menggunakan Pusat Layanan Internet Kecamatan ).
10
1.4.
Manfaat Penelitian 1.4.1. Kegunaan Akademis Untuk pengembangan Ilmu Komunikasi Massa dan Information Communication Technology (ICT) sebagai pendukung dalam infrastrukturnya. ICT mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Selain itu untuk mengetahui sejauh mana pentingnya perkembangan dan penerapan teknologi dan informasi, serta memberikan gambaran seputar ICT Literacy lebih mendalam pada masyarakat perdesaan. 1.4.2. Kegunaan Praktis a) Sumbangan pemikiran dan masukan kebijakan bagi program Pelayanan Kewajiban Universal (PKU/USO). b) Masukan bagaimana infrastruktur TIK yang sudah tersedia pada program PLIK agar bisa digunakan dengan baik. c) Memberikan rekomendasi gambaran kedepan ICT literacy pada masyarakat perdesaan di Banten sehingga diharapkan bisa mengurangi jurang informasi dan mempresentasikan kemajuan sebuah bangsa.
11