BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Identitas penting bagi perkembangan kota. Sebagaimana identitas manusia, Heidari dan Mirzaii (2013) mengatakan bahwa identitas kota terkait erat dengan eksistensi. Menurut mereka, identitas tidak dapat dibuat karena terbentuk dari proses yang tidak disadari. Selain itu, identitas dipandang sebagai sesuatu yang dinamis dan dapat berubah sesuai tuntutan konteks sosial sehingga untuk menemukan suatu identitas dibutuhkan kepekaan antara individu, lingkungan dan masyarakat yang tinggal didalamnya. Dalam kaitannya dengan perkotaan, Gorengeli (2005) dalam Kaymaz (2013) menjelaskan bahwa identitas perkotaan tercipta dari gabungan ciri khas fisik lingkungan dan interaksi sosial yang unik pada kota sehingga membentuk citra yang dapat mencerminkan pengalaman, keyakinan dan nilai-nilai di dalam masyarakat. Selanjutnya, Lynch (1960) mengungkapkan bahwa identitas merupakan salah satu komponen dalam menciptakan suatu citra lingkungan, dimana sesuatu disebut identitas jika tidak memiliki rasa (sense) yang sama dengan sesuatu yang lain serta memiliki makna individualis tersendiri. Adanya suatu identitas kota akan memberikan ciri khas tersendiri bagi kota sehingga akan membedakannya dengan kota lainnya. Hal tersebut disebabkan setiap kota memiliki karakter pembentuk ruang yang unik baik fisik maupun non fisik sehingga tidak memungkinkan bagi seseorang untuk merasakan pengalaman yang persis sama ketika berada di satu tempat dengan tempat lain. Suatu identitas kota terbentuk melalui suatu proses yang panjang. Proses tersebut berupa karakter yang membedakan kota dengan kota lainnya, pengalaman di masa lalu, keterikatan emosi dengan kota, pengetahuan terhadap setiap bagian kota, serta komitmen untuk tinggal di kota tersebut (Lalli, 1992). Selain itu, Relph (1976) mengungkapkan bahwa terdapat tiga komponen dasar pembentuk identitas antara lain setting fisik, aktivitas dan makna. Manusia merupakan subjek utama
1
yang akan merasakan keterikatan dengan ruang fisik melalui aktivitas yang dilakukannya di ruang tersebut. Melalui hubungan antara aktivitas dengan ruang fisik tersebut akan membentuk suatu makna pada benak manusia sehingga akan terjadi proses pembentukan identitas pada kota tersebut. Identitas penting dibahas dalam perencanaan suatu kota karena memiliki pengaruh dalam perkembangan kota melalui kemampuannya dalam memasarkan diri. Kavaratzis (2004) mengemukakan bahwa pemasaran kota (city marketing) sebagian besar tergantung pada kontruksi, komunikasi dan manajemen citra kota. Oleh karena itu, identitas kota yang merupakan salah satu elemen pembentuk citra kota penting diperhatikan untuk menyukseskan pemasaran kota. Adapun usaha untuk memasarkan kota melalui pembentukan identitas kota tersebut diterapkan dalam pemberian merek kota (city branding). Lebih lanjut Kavaratziz (2004) mengemukakan city branding merupakan sarana yang baik untuk mencapai keunggulan kompetitif dalam rangka meningkatkan investasi masuk dan pariwisata, dan juga untuk mencapai pembangunan masyarakat. Oleh karena itu, dengan adanya city branding diharapkan akan berimplikasi pada perkembangan kota baik secara fisik maupun secara ekonomi. Suatu kawasan perkotaan seharusnya memiliki manajemen pembangunan yang baik dalam pengembangan kawasannya. Hal tersebut berguna untuk meningkatkan marketing bagi kotanya sehingga baik penduduk asli maupun pendatang merasa nyaman untuk berada didalamnya. Sebagaimana yang diketahui bahwa Kota Yogyakarta merupakan kota pendidikan yang memililiki jumlah penduduk masuk (pendatang) yang tinggi. Berdasarkan fakta tersebut salah satu kawasan di Yogyakarta yang menarik untuk dibahas pembentukan identitasnya adalah Kawasan Seturan. Kawasan Seturan merupakan salah satu kawasan yang tumbuh cepat di wilayah perkotaan Yogyakarta. Dalam perkembangannya, fungsi bangunan di kawasan ini telah mengalami perubahan yang sangat besar dari periode tahun 1970 hingga saat ini. Kawasan ini memiliki keanekaragaman fungsi seperti pendidikan, komersial, jasa dan permukiman. Selain fungsi bangunannya, mobilitas kegiatan manusia didalamnya juga cenderung dinamis sehingga kawasan ini hidup baik 2
siang maupun malam hari. Kawasan Seturan sebagai salah satu kawasan perkotaan di Kota Yogyakarta harus meningkatkan nilai jual kawasannya agar para pendatang tersebut lebih memilih untuk berada di kawasan tersebut dibandingkan kawasan lainnya. Adapun salah satu upaya untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan menentukan identitas kawasan agar pemasaran kawasan dapat berkembang dengan baik hingga membentuk suatu merek bagi kawasan tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian mengenai pembentukan identitas Kawasan Seturan menarik untuk dilakukan. 1.2. Rumusan Masalah
Kawasan Seturan merupakan kawasan tumbuh cepat baik dalam hal perkembangan guna lahan maupun ragam kegiatan manusianya. Kawasan ini memulai perkembangannya dari tahun 1970-an dan masih terus berlangsung hingga saat ini. Pembangunan pada kawasan ini dimulai dari pembangunan Ringroad utara serta kampus UPN dan STIE YKPN. Selanjutnya, dalam rangka memanfaatkan kesempatan investasi dengan menyediakan layanan-layanan untuk memenuhi kebutuhan para pendatang maka tumbuhlah berbagai jenis fungsi baru pada kawasan ini. Jika dilihat pada kondisi saat ini, pembangunan pada Kawasan Seturan semakin menjamur dan tampak kurang terarah. Hal tersebut mengakibatkan terjadi ketidakteraturan dalam pembangunan yang dapat berdampak pada ketidakjelasan identitas dan kekurangnyamanan bagi penghuninya. Kejelasan suatu identitas penting bagi perkembangan perkotaan. Suatu identitas yang baik seharusnya memiliki kesesuaian yang tidak saling kontradiktif antara fungsi maupun bentuk kegiatan didalamnya. Pada kawasan Seturan, perlu dilakukan identifikasi identitas untuk memperjelas arah pembangunan kawasan kedepannya. Berdasarkan hal tersebut, maka pertanyaan penelitian yang akan dibahas pada penelitian ini antara lain : 1. Apakah pada kawasan terbentuk suatu identitas? 2. Seperti apakah identitas yang terbentuk pada kawasan? 3. Apa faktor yang berpengaruh dalam pembentukan identitas suatu kawasan?
3
1.3.Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan peran komponen fisik dalam pembentukan identitas kota yang dapat digunakan sebagai panduan bagi para perencana. Adapun secara spesifik tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengidentifikasi kekuatan identitas di kawasan Seturan. 2. Untuk mengidentifikasi bentuk identitas di kawasan Seturan. 3. Untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi pembentukan identitas di kawasan Seturan. 1.4.Hasil dan Manfaat Penelitian Adapun hasil dari penelitian ini adalah penjelasan mengenai kekuatan, bentuk dan faktor terkait pembentukan identitas. a. Teoritis
Secara teoritis, hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat dalam memberikan kontribusi dalam mengembangkan ilmu mengenai proses dan faktor pembentukan identitas kawasan. b. Praksis
Secara praksis, pengetahuan mengenai proses dan faktor pembentukan identitas kawasan dapat menjadi acuan dalam perencanaan pembangunan kawasan, kota maupun wilayah agar memiliki identitas yang kuat sehinga dapat mempermudah terbentuknya city marketing dan branding. 1.5. Batasan Penelitian Adapun penelitian yang berjudul “Pembentukan Identitas di Kawasan Seturan” ini memiliki batasan sebagai berikut: a. Batasan Substansi Penelitian ini berfokus untuk mengungkap kekuatan identitas, bentuk identitas dan faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan identitas pada Kawasan Seturan.
4
b. Batasan Areal Cakupan area yang menjadi objek penelitian adalah Kawasan Seturan. Sedangkan sampel yang menjadi pengamat/responden pada penelitian ini tersebar di Kecamatan Depok. c. Batasan Temporal Penelitian ini akan dilakukan selama kurang lebih 4 bulan dari bulan Januari sampai April 2016. 1.6.Keaslian Penelitian Secara umum dalam melakukan suatu penelitian terdapat tiga hal utama yang harus diperhatikan oleh peneliti. Adapun ketiga hal tersebut antara lain fokus, lokus dan metode penelitian. Berikut fokus, lokus dan metode yang digunakan pada penelitian ini : a. Fokus : Mengidentifikasi terjadinya identitas, bentuk identitas serta faktor yang mempengaruhi pembentukan identitas tersebut. b. Lokus : Kawasan Seturan yang merupakan bagian dari Kecamatan Depok, Sleman, D.I. Yogyakarta c. Metode: Deduktif Kuantitatif Kualitatif. Berdasarkan
beberapa
referensi
penelitian
yang pernah
dilakukan
sebelumnya, terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian tentang pembentukan identitas di Kawasan Seturan. Adapun penelitian tersebut antara lain
5
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian Nama (Tahun) Andina Oktavia Sulistya Putri (2014) Arnies Fasya Meininda (2014)
Jenis Judul Penelitian Skripsi Citra Koridor Jalan PWK UGM Muhammad Husni Thamrin, DKI Jakarta Thesis Arsitektur UGM
Identifikasi Elemen Pembentuk Identitas Jalan Malioboro Yogyakarta
Mudassir (2004)
Thesis MPKD UGM
Peran Kampus terhadap Perkembangan Wilayah Kecamatan Depok Kabupaten Sleman
Risa Maulida Putri
Skripsi Perkembangan PWK UGM Guna Lahan Kawasan Seturan
Fokus
Lokus
Metode
Mengidentifikasi citra koridor Jalan M.H. Thamrin berdasarkan persepsi masyarakat Mengidentifikasi elemen fisik pembentuk identitas Jalan Malioboro
Koridor Jalam Muhammad Husni Thamrin, DKI Jakarta Ruas jalan Malioboro Yogyakarta
Induktif kualitatif
Mengidentifikasi hubungan antara pembangunan kampus dan perkembangan wilayah
Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman
Deduktif Kuantitatif
Mengidentifikasi perkembangan guna lahan dan faktor-
Kawasan Seturan
Deduktif Induktif
Deduktif
Perbedaan dengan Penelitian Putri (2014) berfokus pada pembentukan citra pada koridor jalan sedangkan pada penelitian ini berfokus pada identitas kawasan. Meininda (2014) berfokus pada elemen pembentuk identitas koridor jalan sedangkan penelitian ini berfokus pada identifikasi kekuatan, bentuk dan faktor pembentuk identitas kawasan. Mudassir (2004) berfokus pada hubungan pembangunan kampus dengan perkembangan wilayah sedangkan penelitian ini mengungkap mengenai pembentukan identitas kawasan Putri (2011) berfokus pada perkembangan gunalah Kawasan Seturan Bersambung 6
Lanjutan tabel 1.1. (2011)
faktor yang mempengaruhi perekembangan serta pegaruh perkembangan terhadap kondisi fisik di Kawasan Seturan. Sumber : Peneliti, 2016
Kualitatif Eksploratif
sedangkan pada penelitian ini berfokus pada pembentukan identitas Kawasan Seturan
7
Pada penelitian yang dilakukan oleh Putri (2014), terdapat beberapa hal yang memiliki persamaan yakni dari metode yang digunakan dan fokus yang dibahas, sedangkan dari lokusnya kedua penelitian tidak memiliki persamaan. Dari segi fokus, kedua penelitian ini memiliki keterkaitan yaitu sama-sama menggunakan teori citra kota dalam penelitiannya. Teori tersebut kemudian disesuaikan dengan objek penelitian masing-masing peneliti dimana Putri (2014) membahas mengenai citra jaringan jalan sedangkan pada penelitian ini membahas mengenai identitas kawasan. Dari metode yang digunakan, kedua penelitian ini sama-sama menggunakan mental map sebagai salah satu instrumen penelitian. Putri (2014) menggunakan mental map untuk menentukan citra jaringan jalan sedangkan pada penelitian ini digunakan untuk menentukan bentuk dari identitas kawasan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Meininda (2014), terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaan antara kedua penelitian ini terdapat pada metode yang digunakan yaitu metode deduktif. Selanjutnya pada fokus yang dibahas, penelitian Meininda (2014) memiliki fokus yang sama dengan penelitian ini yaitu sama-sama membahas identitas. Namun pada penelitian Meininda (2014) membahas mengenai elemen pembentuk identitas sedangkan pada penelitian ini membahas mengenai pembentukan identitas dan faktor yang mempengaruhinya. Sedangkan lokus yang menjadi lokasi amatan memiliki perbedaan. Lokus pada penelitian sebelumnya mengambil lokasi di koridor Jaan Malioboro sedangkan pada penelitian ini mengambil lokasi di Kawasan Seturan. Selanjutnya pada penelitian yang dilakukan oleh Mudassir (2004), terdapat persamaan lokus dengan penelian ini yaitu Kecamatan Depok. Pada penelitian Mudassir (2004) tersebut, Kecamatan Depok dijadikan sebagai wilayah amatan, namun pada penelitian ini Kecamatan Depok hanya berperan sebagai lokasi populasi dan sebaran sample sedangkan kawasan yang menjadi lokasi amatan adalah Kawasan Seturan yang merupakan bagian dari wilayah tersebut. Dari metode yang digunakan, terdapat persamaan yaitu dengan menggunakan analisis statistik. Pada penelitian Mudassir (2004) teknik korelasi digunakan sebagai alat utama dalam penelitian sedangkan pada penelitian ini teknik korelasi hanya
8
digunakan untuk mendukung temuan yang ada. Selanjutnya dari segi fokus, antara kedua penelitian ini memilki perbedaan fokus yang jelas. Penelitian Mudassir (2004) lebih menekankan pada peran kampus terhadap perkembangan wilayah sedangkan pada penelitian ini adalah untuk mengidentifikan pembentukan identitas kawasan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2011), terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaan antara kedua penelitian ini terdapat pada lokasi penelitiannya yaitu sama-sama berada pada Kawasan Seturan. Sedangkan fokus dan metode yang digunakan pada penelitian ini sangat berbeda. Pada penelitian Putri (2011) membahas mengenai perkembangan guna lahan dengan metode deduktif induktif kualitatif eksploratif, sedangkan pada penelitian ini membahas mengenai pembentukan identitas kawasan dan faktor yang mempengaruhinya dengan metode deduktif kuantitatif kualitati. Berdasarkan komparasi yang telah dilakukan di atas, terdapat beberapa persamaan dan perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Namun secara keseluruhan penelitian ini cenderung berbeda terutama dalam hal fokus yang dibahas. Berdasarkan hal tersebut, penelitian dengan judul “Pembentukan Identitas Kawasan Seturan” dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.
9