BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Tarnawan (2007, dalam Martunus, 2013) “usaha Kesehatan Sekolah adalah bentuk dari usaha kesehatan masyarakat yang dilaksanakan di sekolah”. Ananto (2009, dalam Efendi & Makhfudli, 2006)“ menyatakan usaha kesehatan sekolah merupakan perpaduan antara dua upaya dasar, yaitu upaya pendidikan dan upaya kesehatan, yang pada gilirannya nanti diharapkan UKS dapat dijadikan sebagai usaha untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur, dan jenjang pendidikan”. Pengaruh UKS secara langsung dapat terlihat dalam peningkatkan derajat kesehatan anak sekolah, dan memiliki kontribusi besar dalam menyukseskan program kesehatan pada masyarakat sekolah. Oleh karena itulah UKS dapat digunakan sebagai alat dalam penyampaian program kesehatan,
seperti
pendidikan
kesehatan,
kesehatan
lingkungan,
pengobatan, promosi kesehatan dan lain-lain. Wahyuni (2005, dalam Saryono, Rahmawati & Purnama, 2007) “menyatakan bahwa berdasarkan pengamatan tim pembina UKS pusat, hingga saat ini baru sekitar 30% SLTP dan SMU di Indonesia yang melaksanakan program UKS, yang dirasakan masih kurang sesuai dengan yang diharapkan. Banyak faktor yang menghambat pelaksanaan program UKS di antaranya pembina belum mengerti dan kurangnya pengetahuan serta tenaga belum terlatih untuk melaksanakan program, sarana dan prasarna yang masih kurang, menyebabkan tidak terlaksana dan tidak maksimalnya penyampaian program UKS sesauai dengan yang diharapkan”. UKS sangat berguna
keberadaannya bagi masyarakat sekolah
sebagai alat dalam penyampaian program kesehatan yang telah dirintis sejak 1956, sebagaimana tercermin dalam pasal 45 UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, yaitu usaha kesehatan sekolah diselenggarakan sebagai alat untuk menyampaikan pesan kepada peserta didik untuk meningkatkan 1
kwalitas hidup sehat, tumbuh dan, berkembang secara optimal menjadi manusia yang unggul. Berdasarkan pokok kebijakan pembinaan dan pengembangan UKS dan tim pembina UKS yang di tetapkan oleh pemerintah, UKS memiliki tiga program utama yang kenal dengan TRIAS UKS. Ketiga program tersebut meliputi pendidikan kesehatan, pelayana kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat untuk menyukseskan pelaksanaan program UKS. Depkes RI (2004, dalam Saryono, Rahmawati & Purnama, 2007). Permasalah kesehatan yang dihadapkan pada anak sekolah sangat komplek dan bermacam – macam, apalagi anak usia sekolah masih sangat rentan terhadap pengaruh dari lingkungan, mencoba pengalaman baru atau mencoba hal-hal yang baru dan gampang percaya dengan hal-hal baru yang negatif. Oleh karena itu, dibutuhkan perhatian khusus dalam mengawasi, menanggapi dan menghadapinya. Depkes RI (2004, dalam Saryono, Rahmawati & Purnama, 2007) “menyatakan bahwa masalah kesehatan pada anak usia SLTP biasanya berkaitan dengan perilaku beresiko seperti penyalahgunaan NAPZA (narkotika, psikotropika, dan zat aditif lainnya), kehamilan yang tidak diinginkan, abortus yang tidak aman, penyakit menular seksual (PMS), termasuk HIV/AIDS, dan kesehatan reproduksi (KRR). UKS dengan tiga program pokok yang dikenal dengan TRIAS UKS (pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sehat) untuk penyampaian pesan kesehatan”. Hasil yang dilakukan oleh Johari (2008) dalam kegiatan evaluasi UKS tahun 2004, menunjukkan bahwa terdapat 413 dari 787 sekolah (52,48 %) yang melaksanakan penjaringan kesehatan di Kabupaten Purwakarta sehingga masih terdapat sekolah yang belum terpantau kesehatan muridnya. Data Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) tahun 2005 terdapat penyakit ISPA sebanyak 1.406 murid, penyakit gigi 7.238 murid, penyakit kulit 719 murid, penyakit mata 125 murid, penyakit kusta 3 murid dan penyakit TB Paru 389 murid. Untuk itu perlu dikembangkan sistem penjaringan kesehatan dan sistem pelayanan
2
kesehatan pada anak sekolah perlu di tingkatkan untuk meningkatkan kesehatan pada anak sekolah. Johari, (2008) menyatakan berdasarkan data laporan tahun 2004, sekolah yang mempunyai guru UKS adalah 65,69% sekolah. Sedangkan jumlah sekolah yang memiliki kader UKS termasuk dokter kecil hanya 57,43%. Standar/paket pelayanan UKS tahun 2004 menunjukan hanya 72 sekolah (9,15%) yang mencapai katagori optimal dan tidak ada sekolah yang mencapai katagori paripurna. Sistem informasi UKS di saat ini masih berjalan secara manual yang ditandai dengan pencatatan dan pelaporan yang belum terdokumentasikan secara baik. Hal ini disebabkan oleh sistem pencatatan dan pelaporan tidak lengkap, belum ada kesamaan format pencatatan dan pelaporan. Untuk itu, perlu dikembangkan sistem informasi UKS yang diharapkan dapat membantu pelaksana program UKS. Sistem informasi UKS tersebut dapat dimanfaatkan dalam evaluasi program, bahan pengambilan keputusan dan untuk peningkatan kinerja dan mutu program UKS. Dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di MTs Muhammadiyah 2 Kedung Kandang Malang, UKS sudah dua bulan tidak aktif, karena kebanyakan kader UKS adalah siswa kelas IX yang sedang dihadapkan dengan ujian akhir sekolah, sehingga kader kurang aktif. Menurut pembina, kegiatan di UKS aktif ketika ada siswa yang sakit, sehingga kader aktif mengurus siswa yang sakit, mengantarkan ke puskesmas, rumah sakit atau ke rumahnya. Tiga tahun yang lalu UKS memiliki tenaga dokter dan perawat yang aktif jaga setiap hari. pernah ada kegiatan penyuluhan kesehatan kepeda anak sekolah. Akan tetapi, lima bulan terakhir program penyuluhan kesehatan tidak berjalan lagi, karena kurangnya pembinaan serta bimbingan dari pembina atau puskesmas, dan dana serta fasilitas UKS masih kurang memadai. Oleh karena itu, dengan tidak adanya dokter dan perawat yang jaga, serta kurangnya pembinaan dan bimbingan, kurangnya dana serta fasilitas, sehingga menjadikan kader tidak memiliki pengetahuan tentang UKS. Hal ini berdampak pada kurangnya pelayanan kesehatan di sekolah, sehingga apabila ada siswa 3
yang sakit di sekolah, tindakan pelayanan kesehatan oleh UKS tidak ada, tetapi siswa langsung dirujuk ke puskesmas, rumah sakit, atau langsung dibawah pulang ke rumahnya. Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Identifikasi Hambatan dalam Pelaksanaan Program UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) di MTs Muhammdiyah 2 Kedung Kandang Malang. 1.2.
Rumusan Masalah Apa sajakah hambatan dalam pelaksanaan program UKS di MTs Muhammadiyah 2 Kedung Kandang Kota Malang?
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum Mengidentifikasi hambatan dalam dalam pelaksanakan program UKS di MTs Muhammadiyah 2 Kedung Kandang Kota Malang.
1.3.1
Tujuan Khusus Memberikan penjelasan tentang hambatan dalam pelaksanaan program UKS MTs Muhammadiyah 2 Kedung Kandang Kota Malang, melputi: a. Hambatan dalam pendanaan program UKS b. Hambatan dalam pembinaan program UKS c. Hambatan dalam regenerasi kader UKS
1.4.
Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi sekolah Diharapkan dengan adanya penelitian ini bisa menjadi ilmu tambahan dalam mengembangkan program UKS dan memahami hambatan dalam pelaksanaan program UKS. 1.4.2. Bagi perawat Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi ilmu tambahan dalam mengembangkan program UKS, menjadi acuan dalam menghadapi masalah dalam program kerja UKS dan menjadi lebih memahami tentang cara mengidentifikasi masalah yang ada di UKS. 4
1.4.3. Bagi institusi Hasil
penelitan
ini
diharapkan
menjadi
landasan
dalam
pengembangan penanganan hambatan dalam program pelaksanaan program UKS.
5