BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Istilah tumbuh kembang mencangkup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) adalah masalah dalam perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram, pound), ukuran panjang, umur tulang dan keseimbang metabolik dan Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur serta memenuhi fungsinya termasuk perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2008). Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan ukuran sel pada membelah diri dan sistesis protein baru dan perkembangan (development) perubahan dan perluasan secara bertahap kompleks dari yang rendah ke tinggi mealalui pertumbuhan (Wong, 2008). Menurut Ilmu Kesehatan Anak Tumbuh kembang adalah semua aspek kemajuan yanbg dicapai manusia sejak konsepsi hingga dewasa. Dewasa ini, banyak sekali perkembangan anak yang tidak sesuai. Mulai bayi sampai tahap perkembangan dan pertumbuhan. Perkembangan anak menuju dewasa terdapat berbagai tahapan yang harus dilalui anak. .Kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan fisik pada masa anak-anak ditandai dengan perkembangannya keterampilan motorik, baik kasar maupun halus (Mar’at, 2007). Tidak banyak pula para orang tua yang memiliki anak dengan masalah tumbuh kembang. Banyak resiko yang terjadi seperti orang tua yang masih muda sehingga mereka masih belum mampu merawat anak dengan usia perkembangan dan pertumbuhan, atau ibu hamil yang memiliki
riwayat infeksi dan belum diperiksa sehingga janin akan tertular juga atau perkembangnya tidak optimal. Kegagalan berbicara dan bahasa, salah satu penyimpangan
tumbuh
kembang
yang
tidak
berbahaya
tetapi
mengakibatkan fatal sehingga saat anak besar akan merasa minder atau terjadi harga diri rendah. Kalau tidak dilatih setiap hari maka stimulus itu akan hilang dan menjadi permanent. Kelambatan bicara atau gangguan perkembangan lain yang muncul di usia 3 tahun jika seorang anak mengalami kelambatan dalam perkembangan fungsi psikomotoriknya. Hal tersebut menandakan bahwa terjadi kelumpuhan otak atau berkurangnya fungsi intelektual kemampuan psikomotorik anak sangat berpengaruh dari faktor lingkungan baik di dalam maupun diluar rumah (Soedjatmiko, 2003). Perkembangan anak yang berusia 1-3 tahun dimana anak mengalami lompatan kemajuan yang menakjubkan tidak hanya kemajuan secara fisik tetapi secara social dan emosional pada anak usia toddler, anak mulai mengenal dunia secara lebih mendalam dan menyerap apa saja yang ada disekitarnya (Soejatmiko, 2008). Pada anak usia toddler (1-3 Tahun) mempunyai sistem kontrol tubuh yang mulai membaik, hampir setiap organ mengalami matiritas maksimal pengalaman dan perilaku mereka mulai dipengaruhi oleh lingkungan diluar keluarga terdekat, mereka mulai berinteraksi dengan mengembangkan perilaku atau moral secara simbolis, kemampuan berbahasa yang minimal. (Sutanto, 2009). Menurut UNICEF tahun 2005 didapat data masih tingginya angka kejadian gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia balita, didapatkan 27,5% anak mengalami gangguan tumbuh kembang. Badan pusat statistik Indonesia pada tahun 2000 melaporkan bahwa data statistik penduduk dari 206,2 juta terdapat 27,8 juta anak. Menurut BKKBN tahun 2007 saat ini jumlah balita ditanah air mencapai 17 % dengan laju pertumbuhan penduduk 2,7% pertahun. Dari perkembangan tersebut didapat peningkatan 7% dari tahun sebelumnya yang akan mempengaruhi perkembangan anak secara berbicra dan bahasa. Dinas Kesehatan tingkat I Propinsi Jawa Timur 2008 untuk deteksi tumbuh kembang balita di Jawa Timur di tetapkan 80% tetapi cakupan diperiksa 40-59% dan
nmengalami perkembangan tidak optimal sebanyak 0,14% (Depkes, Jatim, 2010). Data prevalensi di Puskesmas Kedung Kandang Malang pada tahun 2013-2014 terdapat perbandingan balita yang terlambat tumbuh kembang dan balita sehat 1 : 15 dan sekitar 5-10 persen pertahunnya.
Berdasarkan survey yang didata oleh puskesmas, terdapat 2 rumah tangga yang berada di sekitar puskesmas yang memiliki anak dengan gangguan tumbuh kembang. Rumah tangga ke 1 yang memiliki anak usia 6 tahun, keluarga mengatakan anaknya jarang pergi ke instalansi kesehatan karena keluarga menganggap bahwa anak tersebut sudah mampu untuk bicara walaupun saat diajak bicara orang lain sedikit susah serta tampak kurang interaksi sosial terhadap lingkungannya dan orang lain sehingga anak terlihat pasif dan tidak melihat ke arah lawan bicara. Anak dengan usia 5-6 tahun memiliki kosakata 2200 kata yang hampir sama dengan orang dewasa (Wahidi, 2009). Ibu dari anak tersebut sudah mengajari komunikasi dengan cara membaca buku cerita dan membantu melatih komunikasi di rumah. Peneliti menyarankan untuk membawa anak tersebut ke instalansi kesehatan terdekat untuk mendapatkan terapi rehab medik lainnya untuk membantu berbicara dan bahasa dengan bantuan petugas kesehatan. Rumah tangga ke 2 yang memiliki anak usia 4 tahun, keluarga mengatakan anakn sering ke instalansi kesehatan, untuk dirujuk ke rehab medik. Anak tersebut memiliki jadwal setiap minggu untuk melatih keterlambatan berjalan dan komunikasi. Tetapi saat ibunya mengandung, anak tersebut jarang melakukan rehab medik. Sehingga untuk saat ini pasien ini dilatih berbicara dan bahasanya dirumah.
Dari data diatas adalah salah satu penyimpangan perkembangan dan pertumbuhan yang berada di satu wilayah. Penyebabnya adalah bagaimana cara orang tua merawat mulai dari janin, sampai tahap perkembangannya selesai. Tidak hanya kondisi bayi yang diperhatikan, kondisi ibu juga perlu. Energi yang cukup, gizi seimbang, tidak stress, menghindar dari perokok
aktif dan pasif, tidak minum berakohol dan masih banyak lagi yang diperhatikan. (Susanto, 2011)
Disini peran keluarga sangat dibutuhkan dalam mendukung proses belajar anak, seperti memberi kesempatan pada anak untuk memilih apa yang akan dilakukan, bermain dengan balok, sehingga anak lebih bebas berkreativitas. Peran keluarga dalam tumbuh kembang anak sangat penting sehingga pengetahuan keluarga terhadap perkembangan anak sangat diperlukan dan diharapkan bisa mendeteksi adanya gangguan tumbuh kembang pada anak sedini mungkin. Dengan demikian deteksi dini dan intervensi dini sangat membantu agar tumbuh kembang anak dapat seoptimal mungkin (Narwoko & Suyanto, 2008) Berdasarkan hasil survey di atas menunjukkan bahwa keluarga berperan penting khusunya ibu dalam mengelola anak dalam masalah tumbuh kembang. Oleh
karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Peran Keluarga dalam mengelola anak dengan masalah Tumbuh Kembang bicara dan bahasa” 1.2
Rumusan Masalah Bagaimana peran keluarga dalam merawat klien dengan masalah tumbuh kembang bicara dan bahasa di wilayah puskesmas Kedung Kandang
1.3
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui peran keluarga dalam merawat klien dengan masalah tumbuh kembang bicara dan bahasa di wilayah puskesmas Kedung Kandang
1.4.
Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan ilmiah dalam bidang keperawatan, khususnya tentang peran keluarga dalam mengelola anak dengan masalah tumbuh kembang bicara dan bahasa
1.4.2. Manfaat Praktis a.
Keluarga Keluarga mampu menerapkan perannya sebagai keluarga untuk merawat klien denga masalah tumbuh kembang bicara dan bahasa
b.
Institusi Memberikan masukan serta memberikan informasi penambahan ilmu pengetahuan ilmu keperawatan.
c.
Puskesmas Dapat meningkatkan teknik perawatn klien dengan masalah gangguan tumbuh kembang bicara dan bahasa
d.
Peneliti Memberikan pengalaman yang nyata dalam melaksanakan penelitian sederhana dalam rangka mengembangkan diri melalui teknik – teknik ilmiah dan metode sederhana.