BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi lokal dalam kontek pengembangan wilayah dilakukan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat di daerah melalui pembangunan daerah yang serasi dan terpadu baik antar sektor maupun antara pembangunan sektoral dalam rangka mendorong wilayah tersebut untuk tumbuh secara mandiri berdasarkan potensi sosial ekonomi serta karakteristik fisik yang dimilikinya. Oleh karenanya, pendekatan pembangunan ekonomi lokal (local economic development) menurut Blakely (1989) merupakan salah satu alternative bagi pengembangan wilayah yang memiliki karakteristik yang beragam tersebut.
Dewasa ini, dengan diberlakukannya otonomi daerah diharapkan dapat menjamin lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional di daerah, dan dilain pihak terbukanya peluang bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan kebijakan regional dan lokal untuk mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi di daerahnya dalam rangka membawa masyarakat ke tingkat kesejahteraan yang tinggi dari waktu ke waktu (Rasyid, 2002). Hal ini berarti daerah harus lebih mampu menetapkan skala prioritas yang tepat untuk memanfaatkan potensi daerahnya masing-masing dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan hidup agar pertumbuhan bisa berkesinambungan.
Potensi sumberdaya alam pada suatu daerah tidak akan berarti bagi pembangunan perekonomian daerah tersebut tanpa adanya pemanfaatan dan pengembangan atas potensi tersebut. Salah satu bentuk dari pemanfaatan dan pengembangan potensi sumber daya alam daerah adalah pariwisata. Sektor pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang memiliki banyak alasan untuk dikembangkan.
Cleverdon
dalam Supriatna (1997) menyatakan bahwa manfaat ekonomi tumbuh jauh lebih cepat dari industri pariwisata dibandingkan dengan banyak industri lainnya yang 1
padat modal. Dengan demikian, sektor pariwisata di Indonesia/ daerah menunjukkan peranan yang strategis dalam pembangunan perekonomian nasional/ daerah sebagaimana dijelaskan dalam UU No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan yang menyebutkan bahwa kepariwisataan mempunyai peranan penting dalam rangka memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperbesar pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat serta memupuk rasa cinta tanah air, memperkaya kebudayaan nasional dan memantapkan pembinaannya dalam rangka memperkokoh jati diri bangsa dan mempererat persahabatan antar bangsa.
Selanjutnya, di dalam GBHN tahun 1993 juga digambarkan bahwa pariwisata dikembangkan sebagai sektor andalan untuk menggiatkan kegiatan ekonomi karena pariwisata dapat menimbulkan multiplier effect bagi kegiatan sektor lain yang terkait dengan pariwisata. Kegiatan ekonomi yang berlangsung akan membuka lapangan pekerjaan yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah. Pendapatan pemerintah meningkat melalui pajak dari pariwisata yang dapat dipergunakan untuk membangun fasilitas prasarana dan pelayanan masyarakat (Inskeep 1991).
Dalam usaha pengembangan wilayah, apabila kelebihan sektor pariwisata tersebut dikaitkan dengan upaya mendorong percepatan pembangunan di wilayah Kabupaten Lampung Selatan, maka sektor pariwisata merupakan sektor unggulan yang memiliki keunggulan komparatif bagi wilayah Kabupaten Lampung Selatan. Keunggulan komparatif ini tentunya diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perekonomian Kabupaten Lampung Selatan itu sendiri. Mathiesen,A dan Wall, G (1994) menyatakan bahwa kegiatan pariwisata memberikan keuntungan ekonomi bagi sebuah wilayah, yang meliputi kontribusi pariwisata terhadap neraca pembayaran, peningkatan pendapatan, peningkatan peluang kerja, penyempurnaan struktur ekonomi, dan membangkitkan aktivitas kewiraswastaan. Selain memberikan keuntungan ekonomi, kegiatan pariwisata juga memiliki efek pengganda yang sangat dipengaruhi oleh struktur internal perekonomian dan sikap 2
wisatawan dalam membelanjakan uangnya demi memenuhi kebutuhannya yang akan didistribusikan dalam berbagai sektor.
Dengan demikian, pariwisata sebagai industri yang tumbuh, berkembang dan memiliki prospek cukup menjanjikan, juga dapat memberikan peluang bagi tumbuh dan berkembangnya sektor-sektor usaha baru yang terkait. Keterkaitan tersebut dapat berbentuk keterkaitan langsung seperti penyediaan produk-produk dan jasa pelayanan yang dibutuhkan dalam kegiatan pariwisata maupun keterkaitan tidak langsung seperti pembinaan pengrajin yang dilakukan oleh instansi diluar pariwisata, pembangunan dan perbaikan jalan, maupun bentuk keterkaitan lainnya.
Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu dari sepuluh kabupaten/kota yang berada di Propinsi Lampung, dan letaknya berada di ujung selatan Pulau Sumatera. Daerah ini dapat dikatakan sebagai muara dari Trans Sumatera atau sebagai pintu gerbang Pulau Sumatera. Berkaitan dengan letaknya yang strategis dan luasnya wilayah yang dimiliki dengan berbagai macam potensi sumberdaya alam yang dimiliki dari masing-masing wilayah serta berbagai corak kegiatan perekonomian, maka kegiatan pariwisata di Kabupaten Lampung Selatan berpotensi untuk dikembangkan.
Perkembangan kepariwisataan di Kabupaten Lampung Selatan dalam beberapa tahun terakhir telah menunjukkan peningkatan dan memberikan dampak yang positif bagi pertumbuhan pembangunan daerah. Sektor pariwisata telah mampu memberikan sumbangan yang memadai bagi keuangan daerah dan juga memberikan sumbangan yang cukup berarti dalam memperluas kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat.
Mengingat pentingnya sektor kepariwisataan di masa yang akan datang, maka diperlukan suatu kajian dan konsepsi perencanaan rute perjalanan wisata yang komprehensif dan matang sebagai masukan bagi pembuatan kerangka kerja atau arahan kebijaksanaan pemerintah bagi pengembangan kepariwisataan baik dalam 3
jangka menengah dan panjang dalam rangka memaksimalkan sumbangan sektor pariwisata terhadap pendapatan asli daerah dan pengembangan wilayah.
1.2 Perumusan Masalah
Sebagai suatu kawasan yang memiliki potensi pariwisata yang beragam dan tersebar, Kabupaten Lampung Selatan sangat memerlukan bentuk-bentuk alternative jaringan/ rute wisata ditinjau dari aspek penawaran. Alternatif rute-rute wisata tersebut, yang merupakan gambaran keterkaitan potensi satu dengan yang lainnya, dari aspek penawaran, manajemen, maupun rangkaian perjalanan, akan menawarkan pengalaman perjalanan yang menarik, efesien dari berbagai alternative
pencapaian
dengan
memperhatikan
waktu,
kenyamanan
dan
pengalaman perjalanan wisatawan, dan selanjutnya dapat memberikan arah bagi pengembangan potensi pariwisata di Kabupaten Lampung Selatan.
1.3 Tujuan dan Sasaran Studi
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, studi ini bertujuan untuk mengkaji alternatif rute perjalanan wisata antar kawasan wisata ditinjau dari aspek penawaran objek pariwisata bagi pengembangan pariwisata di Kabupaten Lampung Selatan. Kemungkinan terbentuknya rute perjalanan pariwisata merupakan produk jasa nyata bagi wisatawan kelompok maupun wisatawan yang datang secara perseorangan yang disesuaikan dengan urutan prioritas tujuan wisata, pintu gerbang masuk/ keluar wisatawan, dan lama tinggal wisatawan. Dengan tujuan yang telah diuraikan di atas, maka sasaran dalam studi ini adalah: 1.
Teridentifikasinya potensi daya tarik wisata KPP Kalianda.
2.
Teridentifikasinya prioritas tujuan pariwisata KPP Kalianda
3.
Terumuskannya alternatif rute perjalanan wisata KPP Kalianda
4.
Tersusunnya arahan pengembangan pariwisata KPP Kalianda berdasarkan alternatif rute perjalanan wisata.
4
1.4 Pendekatan dan Metodologi Studi
Pendekatan dalam studi ini adalah pendekatan dari segi pemanfaatan objek-objek wisata sebagai satu kesatuan ruang dan perjalanan wisata. Berdasarkan pendekatan dalam mencapai tujuan studi tersebut, maka urutan pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1. Menentukan objek pariwisata di Kabupaten Lampung Selatan yang akan dijadikan tujuan perjalanan pariwisata karena tidak semua objek yang ada disertakan dalam pembahasan, hanya objek yang sudah/ sedang berkembang, telah dipasarkan dan di kenal dalam skala regional dalam arti sudah dikunjungi wisatawan di luar daerah yang akan dijadikan tujuan perjalanan wisata. 2. Menentukan prioritas tujuan perjalanan pariwisata dengan melihat aspek penawaran objek pariwisata. Untuk itu dilihat faktor yang mempengaruhi, seperti daya tarik objek, aksessibilitas, aminities dan pemasaran, sehingga didapatkan 9 faktor yaitu daya tarik, kondisi fisik prasarana jaringan transportasi, pelayanan sarana angkutan umum, fungsi/ status jalur transportasi, tingkat kemudahan pencapaian, penyediaan fasilitas pariwisata, kegiatan pengelolaan, pemasaran, dan fungsi kawasan dalam kegiatan pariwisata. Untuk menilai sejauh mana faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh terhadap tingkat daya tarik objek, terlebih dahulu dihitung seberapa besar korelasi dari masing-masing faktor. Selanjutnya faktor-faktor penawaran tersebut dihitung batas dari tiap parameter rata-rata untuk menentukan kualifikasi rendah, sedang dan tinggi dengan menggunakan metode distribusi-t bagi pembobotan pada skalogram. Kemudian dengan menggunakan scaling technique pada tiap faktor akan dihasilkan peringkat prioritas tujuan wisata yang berpengaruh pada urutan perjalanan dan pengembangan pariwisata. 3. Menyusun alternatif rute perjalanan pariwisata berdasarkan: urutan prioritas tujuan wisata, pintu gerbang masuk/ keluar wisatawan, dan lama tinggal wisatawan.
5
4. Menyusun arahan pengembangan pariwisata berdasarkan alternatif rute perjalanan wisata.
1.5 Ruang Lingkup Studi
Dalam melakukan studi ini, lingkup wilayah studi dibatasi pada empat kecamatan yang berada di wilayah pesisir timur Kabupaten Lampung Selatan, terdiri dari Kecamatan Penengahan, Kalianda, Rajabasa, dan Katibung.
1.6 Sistematika Pembahasan
Cakupan keseluruhan pembahasan secara garis besar tertuang pada sistematika sebagai berikut: BAB I
: PENDAHULUAN Berisi ulasan mengenai kondisi eksisting kepariwisataan KPP Kalianda saat ini dan kedudukannya dalam DTW Lampung serta kendala yang dihadapi dalam usaha pengembangan. Bab ini juga menjelaskan tentang maksud dan tujuan dilakukannya studi, lingkup dan batasan studi, metode pendekatan yang dipakai untuk mencapai tujuan serta sistematika pembahasan.
BAB II : LANDASAN TEORI Berisi tentang teori pengembangan kepariwisataan dan kebijaksanaan pengembangan pembangunan daerah dalam kaitannya dengan kegiatan kepariwisataan di pesisir timur Kabupaten Lampung Selatan sebagai wilayah studi. Bagian kepariwisataan berisi pengertian kepariwisataan, wisatawan, jenis objek dan daya tarik wisata, sarana dan prasarana, aksessibilitas, dan komponen lainnya yang berpengaruh.
6
BAB III : KARAKTERISTIK/ KONDISI KEPARIWISATAAN – KPP Kalianda Pada bab ini berisikan mengenai gambaran umum kondisi Kabupaten Lampung Selatan, visi, misi dan isu-isu strategis pembangunan Kabupaten Lampung Selatan 2006-2011, kondisi perekonomian, sarana dan prasarana yang menunjang kepariwisataan serta potensi kepariwisataan. BAB IV : PENENTUAN PRIORITAS TUJUAN WISATA BERDASARKAN ASPEK PENAWARAN WISATA Berisi tentang penentuan prioritas tujuan wisata berdasarkan aspek penawaran objek wisata pada masing-masing kelompok berdasarkan analisis skalogram.
Selanjutnya dalam bab ini juga dikemukakan
kerangka dasar pengembangan wisata berdasarkan potensi, kendala dan peluang pengembangan. BAB V : PENENTUAN ALTERNATIF RUTE PERJALANAN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA KPP KALIANDA. Berisi arahan pengembangan pariwisata KPP Kalianda berdasarkan alternatif rute perjalanan wisata.
Alternatif rute perjalanan wisata
tersebut dengan mempertimbangkan urutan prioritas tujuan wisata, lama tinggal dan pintu gerbang keluar/ masuk wisatawan.
7
Gambar 1.1 KERANGKA PEMIKIRAN STUDI
Kedudukan Pariwisata Lampung Selatan dalam kontek pengembangan pariwisata di DTW Lampung
Kebijaksanaan pariwisata nasional dan Propinsi Lampung
Karakteristik pariwisata KPP Kalianda
Karakteristik wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata di KPP Kalianda
Komponen Penawaran: • Aksessibilitas • Objek dan daya tarik wisata • Fasilitas dan utilitas
Penentuan prioritas tujuan wisata berdasarkan aspek penawaran objek wisata
Alternatif rute perjalanan wisata berdasarkan : Pola jaringan perhubungan Lama Tinggal Gerbang masuk/keluar
Arahan pengembangan pariwisata
8
Teknik skalogram