BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Saat ini Indonesia memiliki indeks pencemaran udara 98,06 partikel per meter kubik yang menempati peringkat ke empat tingkat pencemaran udara di dunia (Numbeo, 2013). Angka tersebut mengalami kenaikan dari tahun 2011, yaitu 60,25 partikel per meter kubik (Djajadilaga, 2012). Pencemaran udara dan kebisingan akibat kegiatan industri dan transportasi meningkat 2 kali pada tahun 2000 dari kondisi tahun 1990 dan diperkirakan akan meningkat 10 kali pada tahun 2020 (Departemen Kesehatan, 2013). Hal ini dapat dilihat dari hasil studi yang dilakukan oleh Ditjen PPM & PL, tahun 1999 pada pusat keramaian di 3 kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Yogyakarta, dan Semarang yang menunjukkan kadar debu (SPM) 280 ug/m3, kadar SO2 sebesar 0,76 ppm, dan kadar NOx sebesar 0,50 ppm, dimana angka tersebut telah melebihi nilai ambang batas/ standar kualitas udara. Selain itu, 16% kualitas udara dalam ruangan terkontaminasi dari udara luar ruangan. Dari hasil penelitian tahun 1998 pada 131 anak sekolah usia 7 tahun di Jakarta dilaporkan terdapat kandungan timbal dalam darah sebesar 7,7 ug/dl dan 14,4% kematian balita di Indonesia yang menempati urutan kedua disebabkan oleh permasalahan pernafasan akut akibat dari polusi udara (Ali, 2008). Hal tersebut menunjukan perlunya perhatian terhadap kesehatan akibat pencemaran lingkungan. Pertumbuhan industri dan transportasi selain memberi dampak positif juga memberikan dampak negatif, terutama terhadap lingkungan. Salah satunya adalah berupa pencemaran udara dan kebisingan. Pencemaran udara di Indonesia yang berasal dari sektor transportasi mencapai 60%, selebihnya
1
2
sektor industri 25%, rumah tangga 10%, dan sampah 5% (Asmawi, 2013). Perkiraan persentase
komponen
pencemar
udara
utama,
khususnya
transportasi dan industri di Indonesia, yaitu karbon monoksida (CO) 70,50%, oksida sulfur (SOx) 0,9%, nitrogen oksida (NOx) 8,9%, partikulat 1,33%, hidrokarbon (HC) 18,34%, dan gas rumah kaca (Sugiarti, 2009). Bahkan untuk daerah perkotaan angka tersebut masih bisa lebih tinggi lagi. Hal ini juga dapat dilihat dari proyeksi tingkat polusi emisi CO2 yang dihasilkan pada sektor industri, rumah tangga, transportasi, pembangkit listrik, dan energi industri dari tahun 2000 sampai tahun 2025 yang terus mengalami kenaikan. Dimana sektor transportasi menempati posisi kedua setelah sektor pembangkit listrik (Kementrian Lingkungan Hidup, 2001). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2013), jumlah total kendaraan bermotor yang beroperasi pada tahun 2011 mencapai 85.601.351 unit dengan presentase terbanyak 79% sepeda motor, 12% mobil penumpang, 6% truk, dan 3% adalah bus. Jumlah ini terus mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor khususnya mobil penumpang di Indonesia mencapai 2,41% sampai 9,07% per tahun. Pertumbuhan kendaraan bermotor yang tidak diimbangi dengan pertambahan panjang jalan, menyebabkan meningkatnya kemacetan lalu-lintas dan pencemaran udara yang semakin parah (Suryani, 2010). Selain itu juga menimbulkan masalah dalam hal konsumsi bahan bakar minyak karena tingkat efisiensi keseluruhan mobil BBM lebih rendah, yaitu 25% sedangkan tingkat efisiensi mobil listrik dapat mencapai 48% (Dahono, 2013). Cadangan dan produksi bahan bakar minyak bumi di Indonesia yang mengalami penurunan 10% setiap tahunnya (Bambang, 2006) dan tingkat konsumsi yang rata-rata naik 6% per tahun (Suroso, 2005), maka diproyeksikan kebutuhan cadangan minyak Indonesia akan habis pada 11 tahun ke depan (Wahyudi, 2013). Meningkatnya tuntutan peraturan dunia terhadap pertanggungjawaban yang lebih besar terhadap terjadinya krisis lingkungan dan energi, serta berdasarkan standar ISO 14001 (2004) yang fokus terhadap pengendalian aspek lingkungan untuk menjaga keberlanjutan kehidupan di bumi agar tetap
3
dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan suatu pendekatan yang digunakan untuk mengevaluasi suatu sistem produk terhadap lingkungan. Salah satunya adalah metode Life Cycle Assessment (LCA) yang diperkuat dalam Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14000. Metode LCA ini banyak digunakan untuk menilai potensi dampak lingkungan dari sistem produk atau jasa pada semua tahap dalam siklus hidup produk tersebut yang memperhatikan input, proses, serta output-nya yang berhubungan dengan pemanfaatan bahan baku, sampai pengelolaan limbah yang ditimbulkan dalam industri tersebut (Kopffer, 1997). Selain itu, LCA juga digunakan untuk mengidentifikasi peluang bagi perbaikan dan menaikan efisiensi perusahaan dalam proses perbaikan produk, sehingga dapat membuat produk lebih komparatif dan menarik di pasaran (Lewis dan Demmers, 1996). Penelitian yang berkaitan dengan studi untuk mengevaluasi mobil penumpang selama siklus hidupnya terhadap aspek lingkungan dengan menggunakan Life Cycle Assessment di Indonesia belum pernah diteliti sebelumnya. Penelitian ini diperlukan untuk memberikan informasi kepada pemegang kebijakan energi terkait dengan konsumsi energi dan dampak terhadap lingkungan yang disebabkan oleh penggunaan mobil penumpang. Dengan demikian, kebijakan energi dapat dirancang sesuai dengan target yang diinginkan, misalnya dalam menentukan area yang perlu ditingkatkan dalam mengurangi emisi kendaraan selama siklus hidup mobil penumpang atau dalam menentukan sarana transportasi yang lebih ramah lingkungan.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang disebutkan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Mengevaluasi konsumsi energi dan dampak lingkungan dari penggunaan mobil penumpang di Indonesia selama siklus hidupnya dengan menggunakan Life Cycle Assessment”.
4
1.3. Asumsi dan Batasan Masalah Asumsi dan batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Objek penelitian dilakukan pada kendaraan mobil penumpang jenis MPV Suzuki Ertiga dengan bahan bakar premium di Indonesia. 2. Emisi yang dianalisis dalam penelitian ini, yaitu Iron (Fe), Silicon (Si), Carbon Dioxide (CO2), Methane (CH4), Dinitrogen Monoxide (N2O), Sulfur Hexafluoride (SF6), PAH-carcinogenic, Trichloromonofluoromethane atau freon-11 (CFC-11), Sulfur Dioxide (SO2), Dust (PM10), Plumbum (Pb), Nickel (Ni), Hydrogen Floride (HF) Carbon Monoxide (CO), Hydrogen Chloride (HCl), Nitrogen Oxides (NOx), dan Ammonia (NH3). 3. Dampak lingkungan yang dianalisis dalam penelitian ini adalah delapan dari sebelas kategori dampak dasar, yaitu Abiotic Resource Depletion Potential (ADP), Global Warming Potential (GWP), Ozone Depletion Potential (ODP), Human Toxicity Potential (HTP), Ecotoxicity Potential (emisi ke udara) (Eco), Photochemical Ozone Creation
Potential
(POCP),
Acidification
Potential,
dan
Eutrophication Potential (EP).
1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: 1. Membangun database inventory mobil penumpang from cradle to grave. 2. Mengevaluasi emisi dan dampak lingkungan terhadap siklus hidup dari produk mobil penumpang dengan Life Cycle Assessment.
1.5. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut:
5
1.
Menghasilkan database yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dalam melakukan Life Cycle Assessment terhadap sistem transportasi di Indonesia.
2.
Dapat dijadikan bahan pertimbangan pemerintah dalam kebijakan transportasi.
3.
Memberikan informasi mengenai dampak terhadap lingkungan yang disebabkan oleh emisi penggunaan mobil penumpang.