BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pertanian merupakan suatu usaha manusia untuk memperbaiki keadaan
hidup dan memenuhi kebutuhan melalui kehidupan tumbuhan dan hewan. Pembangunan pertanian dapat dikatakan sebagai pembangunan ekonomi di sektor pertanian. Meskipun demikian pembangunan pertanian tidak saja hanya dipandang dari segi ekonomi namun juga meliputi aspek sosial kelembagaan, teknologi, dan aspek lainnya. Hadisapoetro (1975) mengemukakan bahwa pembangunan pertanian menghasilkan perubahan-perubahan : (1) dalam susunan kekuatan dalam masyarakat, (2) dalam produksi, produktivitas dan pendapatan, (3) dalam alat-alat dan bahan produksi, (4) dalam tujuan ekonomi dari subsisten ke komersial, dan (5) dalam corak sosial. Ujung tombak pembangunan pertanian adalah petani. Masyarakat petani yang mendiami pedesaan dianggap dan disimpulkan oleh banyak kalangan yang mempunyai pola kebiasaan sebagai masyarakat tradisional, dan tradisional tersebut identik dipahami sebagai masyarakat yang terbelakang dan bersahaja. Masyarakat petani kehidupannya bergantung pada tanah sebagai sarana produksi, tanpa adanya teknologi modern maka variasi lapangan pekerjaan belum banyak. Dengan demikian maka petani melakukan diversifikasi tanaman untuk melahirkan inovasi dan memperbaiki pendapatan. Kabupaten Sleman mempunyai penggunaan lahan paling besar adalah sawah. Luas sawah mencapai 24.774,00 hektar yang terbagi dan tersebar di 17 kecamatan. Penduduk yang mendiami Kabupaten Sleman dan bekerja di sektor pertanian sebanyak 129.249 jiwa atau sekitar 11,32% dari total keseluruhan jumlah penduduk (BPS Kabupaten Sleman, 2014). Potensi komoditas sektor pertanian di Kabupaten Sleman dibagi menjadi potensi sub sektor tanaman pangan, holtikultura, peternakan dan perikanan serta perkebunan dan kehutanan. Berdasarkan pengolahan data komoditas tanaman pangan dan holtikultura menggunakan perhitungan LQ diketahui bahwa Kecamatan Minggir memiliki 1
keunggulan dalam produksi padi sawah, jagung, ubi jalar, ubi kayu, petsai, kacang panjang, cabe merah, terung, bayam, kangkung, petai dan mlinjo. Tabel 1 Perhitungan LQ Komoditas Pertanian Tahun 2014
Tabel 1 menunjukkan bahwa beberapa komoditas pertanian merupakan basis di Kecamatan Minggir. Hal tersebut memberikan arti bahwa pertanian di kecamatan tersebut mempunyai hasil yang baik. Desa yang mempunyai produksi padi sawah terbesar yaitu Desa Sendangrejo. Selain itu Kecamatan Minggir juga unggul dalam tenaga kerja bidang pertanian. (BPS Kabupaten Sleman 2014) Desa Sendangrejo Kecamatan Minggir merupakan salah satu desa di kecamatan tersebut yang memiliki keunggulan dalam hal produksi pertanian, luasan lahan dan jumlah petani. Luas area Desa Sendangrejo menduduki urutan ketiga dari lima desa di Kecamatan Minggir yaitu seluas 5,98 km² dan sebagian besar wilayahnya digunakan sebagai lahan pertanian yaitu seluas 349,26 hektar. Selain itu, jumlah penduduk yang tercatat sebagai petani berjumlah 18% dari keseluruhan orang yang bekerja. PNS dan pegawai lainnya yang juga mempunyai
2
pekerjaan sampingan bertani juga menambah banyaknya jumlah orang yang menekuni kegiatan pertanian. (BPS Kabupaten Sleman dan Profil Desa 2014) Desa Sendangrejo teridentifikasi berdasarkan hasil pengamatan lapangan bahwa terdapat petani dan buruh tani, petani merupakan sebutan bagi mereka yang memiliki lahan pertanian sendiri, sedangkan buruh tani adalah mereka orang yang menggarap pertanian akan tetapi lahannya menyewa atau dengan cara bagi hasil, tidak memiliki lahan sendiri. Terdapat perbedaan dalam hal usaha pertanian dan dalam rangka mempertahankan kehidupan antara petani dan buruh tani. Berdasarkan laporan kajian pengembangan komoditas pertanian unggulan Kabupaten Sleman yang disusun oleh Bappeda Kabupaten Sleman tahun 2012, secara umum petani memilih untuk mengembangkan sawah dan pekarangan rumah dengan berbagai macam komoditas. Kondisi keluarga petani yang beragam mempengaruhi pemilihan komoditas juga berbeda dengan alasan untuk pertimbangan pemenuhan kebutuhan antar keluarga petani yang juga beragam. Faktor lain yang mempengaruhi berbagai macam usaha pertanian antara lain juga dipengaruhi oleh alam, tenaga kerja dan modal. Keberagaman usaha pertanian tentu akan memiliki dampak dan pengaruh yang bervariasi terhadap kehidupan masyarakat. Perbedaan skala usaha, jenis tanaman pertanian, sistem pertanian yang diterapkan, dan lainnya akan mengakibatkan perbedaan kehidupan yang terjadi di masyarakat. Selain itu perbedaan jenis tanaman juga akan menciptakan perbedaan pendapatan yang mendukung pola kehidupan masyarakat yang selanjutnya akan mempengaruhi strategi masyarakat dalam bertahan hidup dan memperbaiki kondisi hidupnya. Hal tersebut diatas yang mendasari penelitian mengenai pola kehidupan dan strategi bertahan masyarakat petani ini dilakukan. Dengan harapan untuk dapat mengetahui pola kehidupan yang berkembang di masyarakat dan strategi bertahan hidup yang diterapkan.
3
1.2
Rumusan masalah Keberagaman usaha pertanian atau diversifikasi tanaman pertanian perlu
dilakukan sebagai salah satu strategi agar pertanian dapat memiliki kondisi yang lebih baik dan dapat memperluas penyerapan tenaga kerja di bidang pertanian yang selanjutnya akan memberi peningkatan produksi dan produktivitas pertanian serta berdampak bagi meningkatnya pendapatan perkapita keluarga petani. Selain itu masyarakat juga menggeluti beragam jenis pekerjaan non pertanian untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Diversifikasi yang dilakukan dalam usaha tani inilah yang akan mempengaruhi pola kehidupan masyarakat dan strategi bertahan hidup petani. Perbedaan jenis tanaman pertanian yang membutuhkan penanganan dan perawatan serta masa tanam yang berbeda tentu akan menciptakan pola keberagaman petani dalam kegiatan pertanian dan strategi dalam bertahan hidup selama masa tanam hingga menunggu masa panen. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana perbedaan corak kehidupan petani dengan berbagai macam usaha pertaniannya serta bagaimana strategi hidup petani tersebut. Sehingga judul penelitian ini adalah Pola Kehidupan dan Strategi Bertahan Masyarakat Petani di Sendangrejo, Minggir, Sleman. Penelitian tersebut perlu di lakukan di Desa Sendangrejo sebab wilayah Desa Sendangrejo mayoritas lahannya digunakan untuk sawah, mayoritas penduduknya menekuni pekerjaan sebagai petani, dan jenis petani yang beragam dari mulai petani pemilik lahan sampai dengan buruh tani sebagai penggarap berpengaruh pada kehidupan dan strategi hidup yang diterapkan. Permasalahan yang dikaji meliputi : 1. seperti apa karakteristik pola kehidupan petani di Sendangrejo, Minggir, Sleman? 2. seperti apa strategi bertahan hidup yang diterapkan oleh petani di Sendangrejo, Minggir, Sleman?
4
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini diformulasikan ke dalam dua tujuan sebagai berikut: 1. mengidentifikasi karakteristik pola kehidupan antar jenis petani dengan berbagai macam usaha pertanian di Sendangrejo, Minggir, Sleman. 2. mengetahui strategi bertahan hidup masyarakat petani di Sendangrejo, Minggir, Sleman.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan beberapa manfaat yaitu mengetahui corak kehidupan petani di Sendangrejo, Minggir, Sleman dalam melakukan usaha pertaniannya serta seperti apakah strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh petani. Dapat juga digunakan untuk memperluas pengetahuan tentang teori kehidupan sosial masyarakat di pedesaan yang dominan ditinggali oleh para petani. 1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan masukan terhadap pemerintah dalam menentukan komoditas unggulan daerah sesuai dengan jenis tanaman yang banyak diusahakan oleh petani serta faktor-faktor yang mempengaruhi usaha tani seperti alam, tenaga kerja dan modal. Selain itu dapat juga digunakan sebagai masukan untuk pemerintah desa untuk melakukan pengembangan modal sosial bagi warga masyarakatnya.
1.5
Tinjauan Pustaka
1.5.1 Geografi Pertanian Geografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang permukaan bumi yang didalamnya terdapat banyak sistem yang terdiri dari banyak komponen kompleks yang saling terkait satu sama lain membentuk satu kesatuan. Agar lebih mudah dalam mempelajarinya maka muncullah pendekatan utama Geografi yang digunakan dalam studi dan analisis hal-hal yang berkaitan dengan ke-geografian-
5
an yaitu pendekatan keruangan, pendekatan ekologikal, dan pendekatan kompleks wilayah. Pendekatan keruangan digunakan sebagai metode analisis khususnya menekankan pada ruang yang merupakan wadah dalam segala aktivitas manusia dalam menjelaskan fenomena geosfer. Pendekatan ekologikal merupakan pendekatan yang digunakan mempelajari geografi melalui keterkaitan antara organisme dengan lingkungannya baik lingkungan biotik maupun abiotik serta akibat yang ditimbulkannya. Pendekatan ini dikembangkan dalam ilmu geografi karena objek kajian geografi salah satunya mengenai manusia yang secara pasti manusia tersebut melakukan aktivitas kegiatan berkaitan dengan lingkungan, baik biotik, abiotik, sosial, ekonomi, dan budaya. Khususnya geografi pembangunan mempunyai hubungan yang saling melengkapi dengan ilmu-ilmu lain seperti ilmu kartografi, ekonomi, fotografi, geologi, dan ilmu-ilmu lainnya termasuk pertanian. Sasaran dari geografi pertanian adalah a. Masalah kependudukan, yaitu dinamika penduduk dan migrasi penduduk b. Masalah lingkungan hidup, yaitu ekologi dan pendidikan lingkungan c. Masalah sumber pangan dan teknologi, termasuk ekspansi pangan, teknologi, dan diet penduduk d. Masalah perencanaan kota dan desa Geografi pertanian termasuk dalam kelompok geografi manusia yang kajiannya menekankan pada aktivitas manusia dalam konteks keruangan, karakteristik penduduk, organisasi sosial yang terbentuk dari sikap bermasyarakat dan budaya unik yang tercipta dari aktivitas tersebut ( Banowati, 2013) Penelitian terkait pola kehidupan dan strategi bertahan hidup petani ini cenderung menggunakan pendekatan ekologikal karena mengkaji keterkaitan antara organisme yang dalam hal ini manusia lebih khususnya petani dengan kondisi lingkungannya.
6
1.5.2 Pembangunan Sektor Pertanian Menurut UU Nomor 19 Tahun 2013, pertanian merupakan kegiatan mengelola sumberdaya alam hayati dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk menghasilkan komoditas pertanian yang mencakup tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, dan/atau peternakan dalam suatu agroekosistem. Sektor pertanian mempunyai peran penting baik dalam jangka panjang maupun pemulihan ekonomi dalam jangka pendek, maka dari itu pembangunan pertanian yang mengarah pada pertanian tangguh dan mampu menghadapi arus global dengan sistem pertanian berkelanjutan merupakan suatu keharusan yang harus segera dipikirkan. Semakin terbatasnya sumberdaya alam menuntut keharusan untuk memperhatikan pembangunan yang berkelanjutan, termasuk pembangunan pertanian juga perlu menerapkan pertanian berkelanjutan (Widodo, 1994 dalam Masyuri, 2001) Pembangunan sektor pertanian dalam masa orde baru mempunyai sejarah perkembangan yang menunjukkan perkembangan signifikan dalam peningkatan produk pertanian khususnya padi. Era otonomi daerah ini pembangunan pertanian perlu disusun berdasarkan konsep pembangunan pertanian yang memprioritaskan eksistensi petani sebagai produsen yang membutuhkan infrastruktur dan kebijakan yang tepat agar dapat mencapai keadaan lebih baik. Pembangunan pertanian juga harus mendorong, memotivasi, membantu dan memberikan fasilitas kepada petani sebagai subjek utama pembangunan pertanian. Selain itu peran masyarakat dalam menetukan arah, tujuan, pelaksanan dan nilai manfaat pembangunan pertanian menjadi sangat sentral dan penting. Pembangunan pertanian harus mempunyai strategi agar kebijakannya sesuai dengan potensi yang dimiliki dan mengapresiasi kemampuan masyarakat lokal dalam mengelola sumberdaya yang dimiliki. Visi pembangunan pertanian pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025 yaitu “Terwujudnya sistem industrial berkelanjutan yang berdayasaing dan mampu menjamin ketahanan pangan dan kesejahteraan petani”. Artinya bahwa pada tahap industrialisasi, pengembangan industri harus bersinergi 7
dengan pertanian yang berdaya saing dan bekelanjutan serta dapat memenuhi pangan bagi rumah tangga dengan jumlah yang tercukupi dan mutu yang terpenuhi. Perlakuan khusus atau pemberian prioritas pada sektor pertanian karena sektor ini merupakan sektor yang dianggap pasif, berbeda dengan sektor industri yang lebih dinamis. Namun pertanian merupakan penyedia bahan-bahan mentah untuk sektor industri. Menurut Rusastra, dkk. 2000 dalam Sutaryono. 2013, Berdasarkan persoalan-persoalan sektor pertanian dan orientasi pembanguan lima aspek yang digunakan sebagai landasan kebijakan pembangunan pertanian dan perdesaan adalah 1. Pembangunan pertanian yang berorientasi pemerataan 2. Peningkatan daya saing dan pemberdayaan masyarakat tani dan wilayah perdesaan 3. Pembangunan pertanian berwawasan kerakyatan 4. Reformasi dan pembaharuan agrarian sebagai basis pembangunan daerah perdesaan 5. Peranan pemuda dalam pembangunan pertanian dan perdesaan.
1.5.3 Kegiatan Pertanian Menurut
Soeharjo
dan
Patong
(1973):
Usahatani
adalah
proses
pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan oleh perorangan atau sekumpulan orang untuk menghasilkan output yang dapat memenuhi kebutuhan keluarga ataupun orang lain di samping bermotif mencari keuntungan. Macam pola usahatani yaitu lahan basah atau sawah lahan kering. Ada beberapa sawah yang irigasinya dipengaruhi oleh sifat pengairannya, yaitu: Sawah dengan pengairan tehnis, Sawah dengan pengairan setengah tehnis, Sawah dengan pengairan sederhana, Sawah dengan pengairan tadah hujan, Sawah pasang surut yaitu sawah yang terletak di muara sungai. Selain Pola terdapat pula Tipe usahatani. Tipe usahatani menunjukkan klasifikasi
tanaman
pada macam dan cara penyusunan tanaman yang diusahakan. 8
yang
didasarkan
a. Macam tipe usahatani : Usahatani padi Usahatani palawija b. Pola tanam: Usahatani Monokultur: satu jenis tanaman sayuran yang ditanam pada suatu lahan. Pola ini tidak memperkenankan adanya jenis tanaman lain pada lahan yang sama. Jadi bila menanam cabai, hanya cabai saja yang ditanam di lahan tersebut. Pola tanam monokultur banyak dilakukan petani sayuran yang memiliki lahan khusus. Jarang yang melakukannya di lahan yang sempit. Pola tanam ini memang sudah sangat mengacu ke arah komersialisasi tanaman. Jadi perawatan tanaman pada lahan diperhatikan dengan sungguh-sungguh (Nazaruddin, 1994 dalam Shinta, 2011). Penataan tanaman secara monokultur di atas tanah tertentu dan dalam waktu tertentu (sepanjang umur tanaman) hanya ditanami satu jenis tanaman. Setelah dilakukan pemanenan atas tanaman itu, maka tanah yang bersangkutan itu kemudian ditanami lagi dengan jenis tanaman yang sama dan atau dengan jenis-jenis tanaman lain. Atau dengan kata lain: di atas tanah itu dilakukan penataan pertanaman secara bergiliran urutan/rotasi (Tohir, 1983). Usahatani Campuran/tumpangsari Pola tanam tumpangsari merupakan penanaman campuran dari dua atau lebih jenis sayuran dalam suatu luasan lahan. Pola tanam ini sebagai upaya memanfaatkan lahan semaksimal mungkin. Tumpangsari juga dapat dilakukan di ladang-ladang padi atau jagung, maupun pematang sawah. Pola tanam tumpangsari bisa diterapkan untuk tanaman semusim yang umurnya tidak jauh berbeda dengan tanaman berumur panjang yang nantinya menjadi tanaman pokok (Nazarudin, 1994 dalam Shinta, 2011). Pola tanam tumpangsari akan berhasil guna dan berdaya
guna apabila beberapa prinsip tidak ditinggalkan. Menurut
Suryanto, 1990 dan Tono, 1991 dalam Shinta, 2011 bahwa prinsip tumpangsari lebih banyak menyangkut tanaman diantaranya : - Tanaman yang ditanam secara tumpangsari, dua tanaman atau lebih mempunyai umur yang tidak sama 9
- Apabila tanaman yang ditumpangsarikan mempunyai umur yang hampir sama, sebaiknya fase pertumbuhannya berbeda. - Terdapat perbedaan kebutuhan terhadap air, cahaya dan unsur hara. - Tanaman mempunyai perbedaan perakaran. Pola tanam tumpangsari memberikan berbagai keuntungan, baik ditinjau dari aspek ekonomis, maupun lingkungan agronomis. Sektor pertanian terbagi atas sub sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Hortikultura adalah salah satu sub sektor pertanian yang terdiri dari komoditas buah-buahan, sayuran dan tanaman hias.
1.5.4 Pola Kehidupan Masyarakat Masyarakat yang mendiami suatu desa identik dengan masyarakat yang tradisional dan tidak pernah dapat lepas dari anggapan bahwa masyarakat desa yang umumnya memiliki mata pencaharian sebagai petani tersebut merupakan masyarakat yang lekat dengan keterbelakangan serta hidup dalam keadaan yang bersahaja. Dianggap pula sebagai masyarakat yang mempunyai orientasi pemikiran berdasarkan pada tradisi. Ciri-ciri pola kebudayaan masyarakat tradisional diungkapkan oleh Paul H. Landis sebagai berikut : 1. Mengembangkan adaptasi yang kuat terhadap lingkungan alam 2. Tingkat inovasi yang rendah sebagai akibat dari pola adaptasi yang pasif terhadap alam 3. Sebagai
akibat
dari
kedekatannya
terhadap
alam
masyarakat
desa
mengembangkan kepribadian yang bersifat organik 4. Kuatnya pengaruh alam terlihat pada pola kebiasaan hidup yang lamban sehingga masyarakat desa sering dinilai statis 5. Dominasi alam terhadap mereka juga mengakibatkan tebalnya kepercayaan terhadap takhayul 6. Sikap pasif dan adaptatif juga nampak dalam aspek kebudayaan materiil mereka yang relatif bersahaja
10
7. Ketundukan yang besar terhadap alam mengakibatkan kesadaran mereka yang rendah terhadap waktu (presisi yang rendah terhadap waktu) 8. Pengaruh alam yang kuat juga mengakibatkan mereka cenderung bersifat praktis 9. Pengaruh alam yang kuat juga menciptakan standar moral yang kaku, sehingga moralitas bagi masyarakat desa merupakan sesuatu yang absolut Namun lebih lengkap Paul H. Landis dalam Rahardjo, 1999 menjelaskan bahwa kebudayaan tradisional diatas dipengaruhi oleh besar kecilnya pengaruh alam terhadap masyarakat desa atau yang lebih identik dengan petani. Besar kecilnya pengaruh alam ditandai oleh sejauh mana masyarakat bergantung terhadap pertanian, tingkat kemajuan teknologi, dan sistem produksi yang diterapkan. Pola kehidupan tradisional akan tercipta apabila masyarakat sangat menggatungkan hidupnya terhadap pertanian, penguasaan teknologi rendah dan produksi yang dihasilkan hanya untuk kebutuhan rumah tangga semata. Namun di era saat ini kebudayaan tradisional umumnya telah sedikit demi sedikit memudar seiring dengan semakin beralihnya masyarakat meninggalkan pertanian, berkembangnya
teknologi
dan
sebagian
petani
tidak
lagi
berproduksi
menghasilkan pertanian semata untuk kebutuhan rumah tangga. Pola kehidupan dapat dijelaskan menggunakan teori Emile Durkheim tentang perubahan sosial dalam hal solidaritas. Setiap manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain. Manusia selalu berhubungan dengan manusia lain sehingga tercipta relasi sosial yang menimbulkan pengaruh timbal balik antar individu. Relasi sosial yang tercipta akan mengakibatkan terbentuknya solidaritas. Durkheim membagi solidaritas sosial menjadi dua antara lain: 1. Solidaritas Mekanik yaitu solidaritas yang berdasarkan tali ikatan tradisional. 2. Solidaritas Organik yaitu masyarakat yang berkembang atas dasar pembagian kerja. (Maliki, 2004). Desa Sendangrejo yang menjadi lokasi penelitian dapat diidentifkasi karakteristik perbedaan antar kedua solidaritas seperti pendapat Maliki 2004 11
diatas. Solidaritas mekanik terdapat pada mereka para buruh tani, sedangkan solidaritas organik para petani. Selanjutnya konsep tentang solidaritas mekanik dan organik dibagi dalam beberapa ciri mengadopsi dari karakteristik desa kota yaitu: Pembagian kerja, Kesadaran kolektif, Hukum represif, Individualitas, Konsensus, Keterlibatan dalam komunitas, Tingkat Ketergantungan, dan Sifat masyarakat. Pola kehidupan masyarakat petani dapat dijelas menggunakan teori Emile Durkheim tentang perubahan sosial dalam hal solidaritas sosial.
1.5.5 Perilaku Petani Setiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang mempertimbangkan keuntungan dan kerugian yang bukan saja hanya terkait material namun juga dalam bentuk psikis. Petani misalnya mempertimbangkan perolehan perhatian, penghargaan status, pelayanan dan lain-lain. Keuntungan adalah hasil yang diperoleh lebih besar dari pada usaha yang dikeluarkan, sedangkan kerugian adalah hasil yang diperoleh lebih kecil dari usaha yang dikeluarkan. Hal tersebut sejalan dengan prinsip sosial ekonomi yang mendasari teori pertukaran sosial atau Social Exchange Theory (Sarwono, 2002). Perilaku petani dipengaruhi oleh karakteristik petani. Petani dapat dibedakan menjadi dua yaitu petani subsisten dan petani komersial. Petani subsisten berorientasi usaha pertanian “risk minimization”, petani subsisten takut risiko gagal panen karena petani ini hanya bergantung pada pertanian saja sehingga apabila gagal panen maka kehancuran hidup yang akan diperoleh, sedangkan untuk petani komersial mempunyai orientasi “profit maximization” Banyak petani padi bersifat sebagai petani yang meminimalkan risiko, maka meskipun keuntungan dari bertanam padi tidak seberapa bila dibandingkan dengan bertanam holtikultura namun petani subsisten tetap bertanam padi untuk mencari aman dan menghindari risiko gagal panen. Hal tersebut juga terjadi di Desa Sendangrejo, masyarakat pemilik lahan pertanian pada umumnya merupakan petani komersial yang berorientasi pada profit mereka memiliki modal cukup dan kemampuan sehingga mempunyai keberanian untuk bersifat komersial 12
terhadap pertanian yang ditekuni. Berbeda dengan buruh tani yang hanya berperan sebagai buruh penggarap, mereka hanya akan mencari aman dan berorientasi pada risk minimization saja. Buruh tani umumnya hanya akan menanam tanaman yang sudah sering mereka tanam seperti padi, tanpa berani mencoba melakukan diversifikasi tanaman lainnya sebab kebiasaan menanam padi dianggap sebagai cara untuk menghindari risiko gagal panen.
1.5.6 Strategi Penghidupan Menurut Chambers dan Conway 1992 dalam Baiquni 2007 penghidupan berkelanjutan merupakan suatu penghidupan yang meliputi kemampuan atau kecakapan, aset-aset (simpanan, sumberdaya, claims dan akses) dan kegiatan yang dibutuhkan untuk sarana untuk hidup; suatu penghidupan dikatakan berkelanjutan jika dapat mengatasi dan memperbaiki diri dari tekanan dan bencana, menjaga atau meningkatkan kecakapan dan aset-aset, dan menyediakan penghidupan berkelanjutan untuk generasi berikutnya; dan yang memberi sumbangan terhadap penghidupan-penghidupan lain pada tingkat lokal dan global dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut White 1991 dalam Baiquni 2007 strategi penghidupan rumah tangga tani dibedakan menjadi tiga, yaitu : 1. Strategi akumulasi yaitu strategi yang memungkinkan petani untuk melakukan diversifikasi usaha. Orang atau petani yang melakukan strategi ini memiliki sumberdaya yang banyak sehingga mampu mendapatkan modal yang lebih dari hasil suatu kegiatan. Keuntungan yang diperoleh dari kegiatannya digunakan untuk mendapatkan akses sumberdaya produktif yang lebih tinggi dan lebih baik lagi dari berbagai macam sektor baik pertanian maupun non-pertanian. 2. Strategi konsolidasi yaitu mengutamakan keamanan dan kestabilan pendapatan dari pengolahan sumberdaya yang dimiliki. 3. Strategi survival yaitu strategi yang sebatas hanya untuk menyambung kehidupan tanpa mampu melakukan pengembangan modal. Biasanya strategi ini diterapkan oleh mereka para pelaku pertanian yang memiliki lahan sempit atau tidak memiliki lahan juga keterbatasan sumberdaya. 13
United Nation Development Program atau UNDP (2007) mengembangkan prinsip penghidupan berkelanjutan dimana manusia sebagai fokus utama pembangunan (people-centered), memahami penghidupan secara menyeluruh (holistic),
merespon
dinamika
penghidupan
masyarakat
(dynamic),
mengoptimalkan potensi masyarakat (building on strengths), menyelaraskan kebijakan makro dan mikro (macro-micro links), mewujudkan keberlanjutan penghidupan (sustainability). Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan strategi penghidupan berkelanjutan adalah pendapatan masyarakat menjadi lebih baik, kesejahteraan meningkat, kerentanan berkurang, ketahanan pangan meningkat dan pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan.
1.6 1.
Batasan Operasional Pertanian : menurut UU Nomor 19 Tahun 2013 kegiatan mengelola sumberdaya alam hayati dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk menghasilkan komoditas pertanian yang mencakup tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, dan/atau peternakan dalam suatu agroekosistem. Menurut Hadisapoetro (1975) pertanian diartikan sebagai setiap campur tangan tenaga manusia dalam perkembangan tanaman maupun hewan agar diperoleh manfaat yang lebih baik daripada tanpa campur tangan tenaga manusia.
2.
Pembangunan pertanian : menurut Hadisapoetro (1975) pembangunan pertanian menghasilkan perubahan-perubahan : (1) dalam susunan kekuatan dalam masyarakat, (2) dalam produksi, produktivitas dan pendapatan, (3) dalam alat-alat dan bahan produksi, (4) dalam tujuan ekonomi dari subsisten ke komersial, dan (5) dalam corak sosial.
3.
Usaha Pertanian : kegiatan yang menghasilkan produk pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasil produksi dijual/ditukar atas risiko usaha (bukan buruh tani atau pekerja keluarga). Usaha pertanian meliputi usaha tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan, termasuk jasa pertanian. Khusus tanaman pangan (padi dan
14
palawija) meskipun tidak untuk dijual (dikonsumsi sendiri) tetap dicakup sebagai usaha. (Sensus pertanian 2013) 4.
Rumah Tangga Usaha Pertanian : rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya mengelola usaha pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual, baik usaha pertanian milik sendiri, secara bagi hasil, atau milik orang lain dengan menerima upah, dalam hal ini termasuk jasa pertanian. (Sensus Pertanian 2013)
5.
Masyarakat : kumpulan individu yang menjalin kehidupan bersama sebagai satu kesatuan yang besar yang saling membutuhkan dan memiliki ciri-ciri yang sama sebagai kelompok (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
6.
Petani : manusia yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hewan sehingga pertumbuhan menjadi lebih sesuai dengan kemauan dan kebutuhan manusia. (Masyuri, 2009)
7.
Petani : orang yang menggarap lahan pertanian milik sendiri, bukan lahan sewa atau lahan dengan bagi hasil
8.
Buruh Tani : orang yang menggarap lahan pertanian dengan cara menyewa lahan atau dengan bagi hasil
9.
Masyarakat Petani : kumpulan individu yang mempunyai kemauan dan kebutuhan serta mempunyai peran terhadap pertumbuhan tanaman dan hewan
10. Pola kehidupan : perilaku dan hasil perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup atau sistem yang dipakai untuk menjalankan kehidupan (Kamus Besar Bahasa Indonesia) 11. Strategi Penghidupan : suatu penghidupan yang meliputi kemampuan atau kecakapan, aset-aset (simpanan, sumberdaya, claims dan akses) dan kegiatan yang dibutuhkan untuk sarana untuk hidup. 12. Strategi Bertahan Hidup : suatu cara untuk memenuhi kebutuhan hidup berdasarkan pengetahuan, tantangan dan kondisi lingkungan
15
1.7
Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang menjadi acuan serta perbandingan antara lain
adalah penelitian milik Moehadi, Supriya Priyanto, Mulyono, Sarjana Sigit Wahyudi, 1990 : Perubahan Pola Kehidupan Masyarakat Akibat Pertumbuhan Industri Daerah Jawa Tengah. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mendokumentasikan perubahan akibat kehadiran industri dan penyediaan data terkait perubahan pola kehidupan masyarakat. Metode yang digunakan adalah metode
gabungan.
Hasil
dari
penelitian
yaitu
pertumbuhan
industri
mengakibatkan perubahan pola kehidupan masyarakat. Terjadi perubahan persepsi, lapangan pekerjaan, perubahan dalam kehidupan keluarga dan perubahan peran wanita. Yeni Kurniawan, 2013 : Pola Kehidupan Sosial Ekonomi dan Strategi Bertahan Masyarakat Sekitar Industri. Tujuan penelitian ini untuk : (1) mengetahui pola kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar industri di Kelurahan Jetis, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo. (2) mengetahui strategi bertahan masyarakat sekitar industri dalam meningkatkan kehidupan sosial ekonomi di Kelurahan Jetis, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dengan strategi studi kasus ganda terpancang. Sumber data dalam penelitian ini yaitu narasumber atau informan, peristiwa dan aktivitas serta dokumen dan arsip. Hasil penelitian (1) pola kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar industri mengalami perubahan dan peningkatan. (2) masyarakat Jetis memiliki strategi bertahan untuk keberlangsungan hidupnya dengan cara menerapkan fungsi-fungsi utama. Dyah Ita Mardiyaningsih, Arya Hadi Dharmawan, Fredian Tonny, 2010 : Dinamika Sistem Penghidupan Masyarakat tani Tradisional dan Modern di Jawa Barat. Tujuan penelitian (1) mengetahui sejauh mana telah terjadi perubahan sumber nafkah masyarakat tani di pedesaan sebagai dampak modernisasi pedesaan sehingga sumber pendapatan masyarakat tani meningkat. (2) mengetahui perubahan strategi nafkah terjadi pada masyarakat pedesaan sebagai dampak modernisasi pertanian. Metode yang digunakan adalah analisis komunitas dengan cara memotret untuk melihat dinamika strategi nafkah yang menjadi pilihan 16
masyarakat. Hasil penelitiannya adalah perubahan dimensi struktur nafkah dipicu oleh perubahan pola tanam karena ada modernisasi pertanian dari pola tanam satu kali menjadi tiga kali setahun menjadikan masyarakat lebih komersial dan menggantikan sistem kerja sukarela menjadi sistem upah. Kondisi tersebut mendorong kebutuhan akan uang meningkat sehingga sumber penghasilan yang dibutuhkan beragam untuk bertahan hidup. Perbedaan penelitian berjudul Pola Kehidupan dan Strategi Bertahan Masyarakat Petani di Sendangrejo Minggir Sleman ini dengan penelitian terdahulu terletak pada objek dan wilayah kajiannya. Penelitian sebelumnya mengkaji pola dan strategi pada sektor industri, sedangkan penelitian ini fokus mengkaji pada sektor pertanian. Selain itu perbedaan lokasi penelitian juga menjadi pembeda dalam penelitian ini. Penelitian sebelumnya dilakukan di Jawa Barat dan Jawa Tengah, sedangkan penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sleman D.I.Yogyakarta.
17
Tabel 2 Matriks Penelitian Terdahulu No 1.
Judul penelitian
Penulis
Tujuan
Metode
Hasil
Perubahan Pola
Moehadi, Supriya
Mendokumentasikan perubahan-
Menggunakan metode
Pertumbuhan Industri
Kehidupan Masyarakat
Priyanto, Mulyono,
perubahan akibat kehadiran
kepustakaan, wawancara
mengakibatkan perubahan pola
Akibat Pertumbuhan
Sarjana Sigit
industri dan penyediaan data
dan observasi, sehingga
kehidupan masyarakat. Terjadi
Industri Daerah Jawa
Wahyudi, 1990
terkait perubahan pola
penelitian menggunakan
perubahan persepsi, lapangan
kehidupan masyarakat.
metode gabungan.
pekerjaan, perubahan dalam
Tengah.
kehidupan keluarga dan perubahan peran wanita. 2
Pola Kehidupan Sosial
Yeni Kurniawan,
Ekonomi dan Strategi
2013
1. Untuk mengetahui pola
Penelitian ini menggunakan
1. Pola kehidupan sosial
kehidupan sosial ekonomi
pendekatan deskriptif
ekonomi masyarakat sekitar
Bertahan Masyarakat
masyarakat sekitar industri di
kualitatif dengan strategi
industri mengalami
Sekitar Industri.
Kelurahan Jetis, Kecamatan
studi kasus ganda
perubahan dan
Sukoharjo, Kabupaten
terpancang. Data diambil
peningkatan.
Sukoharjo.
dari data primer dan
2. Masyarakat Jetis memiliki
sekunder. Sedangkan
strategi bertahan untuk
bertahan masyarakat sekitar
sumber data dalam
keberlangsungan hidupnya
industri dalam meningkatkan
penelitian ini yaitu
dengan cara menerapkan
kehidupan sosial ekonomi di
narasumber atau informan,
fungsi-fungsi utama.
Kelurahan Jetis, Kecamatan
peristiwa dan aktivitas serta
2. Untuk mengetahui strategi
18
Sukoharjo, Kabupaten
dokumen dan arsip.
Sukoharjo. 3
Dinamika Sistem
Dyah Ita
Penghidupan
Mardiyaningsih,
Masyarakat tani
1. Mengetahui sejauh mana telah
Penelitian menggunakan
Perubahan dimensi struktur
terjadi perubahan sumber
satuan analisis komunitas
nafkah dipicu oleh perubahan
Arya Hadi
nafkah masyarakat tani di
dengan cara memotret
pola tanam karena ada
Tradisional dan Modern
Dharmawan,
pedesaan sebagai dampak
anggota komunitas untuk
modernisasi pertanian dari
di Jawa Barat.
Fredian Tonny,
modernisasi pedesaan
melihat dinamika strategi
pola tanam satu kali menjadi
2010
sehingga sumber pendapatan
nafkah yang menjadi
tiga kali setahun menjadikan
masyarakat tani meningkat
pilihan masyarakat.
masyarakat lebih komersial
2. Bagaimana perubahan srategi
dan menggantikan sistem kerja
nafkah terjadi pada
sukarela menjadi sistem upah.
masyarakat pedesaan sebagai
Kondisi tersebut mendorong
dampak modernisasi pertanian
kebutuhan akan uang meningkat sehingga sumber penghasilan yang dibutuhkan beragam untuk bertahan hidup.
4
Pola Kehidupan dan
Putri Nurida
Strategi Bertahan
Pangesti, 2015
1. Mengidentifikasi karakteristik
Menggunakan metode
1. Pola kehidupan antara
pola kehidupan antar jenis
gabungan, yakni metode
petani dan buruh tani
Masyarakat Petani di
petani dengan berbagai macam
kuantitatif dan kualitatif.
memiliki perbedaan
Sendangrejo Minggir
usaha pertanian di
Metode kuantitatif
19
2. Masyarakat petani telah
Sleman
Sendangrejo, Minggir,
dilakukan dengan
melakukan beragam
Sleman.
pengolahan data sekunder
strategi bertahan hidup
2. Mengetahui strategi bertahan
untuk menentukan daerah
sesuai dengan tantangan,
hidup masyarakat petani di
kajian. Metode kualitatif
pengetahuan dan kebiasaan
Sendangrejo, Minggir,
dilakukan untuk melakukan
yang mereka alami untuk
Sleman.
observasi lapangan dengan
mencapai pendapatan yang
tujuan memperoleh data
lebih baik, peningkatan
primer berupa pola
kesejahteraan, kerentanan
kehidupan petani dan
berkurang, peningkatan
strategi bertahan hidup
ketahanan pangan dan
petani.
pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan
20
1.8
Kerangka Pemikiran Pertanian memiliki program pembangunan pertanian yang bertujuan untuk
meningkatkan produksi, berorientasi pada pemerataan hasil, juga peningkatan pemberdayaan masyarakat tani. Kabupaten Sleman mempunyai potensi produksi pertanian tanaman pangan dan holtikultura yang beragam. Berdasarkan hasil perhitungan LQ diketahui produk unggulan pertanian untuk komoditas padi terdapat di Kecamatan Minggir, selain itu di Kecamatan Minggir memiliki jumlah petani yang lebih banyak dan menjadi basis bila dibandingkan dengan kecamatan lain di Kabupaten Sleman. Menurut BPS Kabupaten Sleman, Desa Sendangrejo yang berada di Kecamatan Minggir merupakan desa yang memiliki keunggulan di bidang pertanian, baik dari luasan lahan, jumlah produksi dan jumlah petani. Petani yang mendiami Desa Sendangrejo merupakan masyarakat yang sudah dapat dipastikan memiliki relasi sosial sebab dalam setiap kehidupan bermasyarakat akan terjadi interaksi yang menciptakan hubungan timbal balik. Relasi sosial tersebut menciptakan solidaritas yang terbagi menjadi solidaritas mekanik dan organik. Solidaritas mekanik yaitu solidaritas yang berdasarkan tali ikatan tradisional sedangkan solidaritas organik yaitu masyarakat yang berkembang atas dasar pembagian kerja. Melalui penilaian jenis solidaritas yang berkembang di masyarakat Desa Sendangrejo maka akan dapat terindentifikasi gambaran pola kehidupan. Setiap pola kehidupan yang tercipta akan memberikan variasi cara masyarakat menciptakan strategi mempertahankan hidupnya.
21
Diagram 1 Kerangka Pemikiran Relasi Sosial
Pembagian Kerja Hukum Represif
Pertanian
Solidaritas Sosial
Pembangunan Pertanian
Mekanik dan Organik
Kabupaten Sleman
Individual
Kesadaran Kolektif
Sifat
Konsensus
Tingkat Ketergantungan
Potensi Produksi
Keterlibatan dalam Komunitas
LQ Jumlah petani
Produksi hasil pertanian
Pola Kehidupan
Strategi Bertahan
Keunggulan pertanian
Pola Kehidupan dan Strategi Bertahan Masyarakat Petani di Sendangrejo, Minggir, Sleman
Desa Sendangrejo, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman Petani 22
1.9
Pertanyaan Penelitian 1. Apakah terjadi perbedaan pola kehidupan antar petani yang memiliki jenis usaha pertanian berbeda? 2. Adakah kecenderungan/dominasi solidaritas sosial yang terjadi pada pola kehidupan masyarakat petani ? 3. Adakah strategi khusus yang dilakukan baik oleh petani dalam rangka mempertahankan kehidupannya ? 4. Strategi
seperti
apakah
yang paling relevan diterapkan untuk
mempertahankan kehidupan ?
23