BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang berbudaya dan
salah satu unsur
kebudayaan adalah bahasa. Bahasa merupakan satu unsur kebudayaan dan menjadi alat komunikasi yang berfungsi untuk menyampaikan maksud, perasaan dan pikiran satu orang ke orang lain. Tanpa adanya bahasa manusia akan kesulitan dalam berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya. Melalui bahasa juga seseorang dapat melakukan komunikasi yang baik sesuai dengan maksud dan tujuan bahasa tersebut. Di dalam berkomunikasi seseorang hendaknya memakai bahasa yang baik dan benar, bahasa yang sesuai dengan kaidah atau norma-norma bahasa, sehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti. Di samping bahasa yang berfungsi sebagai alat komunikasi, bahasa juga salah satu ciri yang paling khas yang membedakan antara manusia dari makhluk yang lainnya. Kentjono ( Chaer, 2007 : 32 ) memberi pengertian bahwa bahasa adalah system lambang bunyi yang arbiter yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri.Gulayayni ( 1993 : 7) memberi pengertian sebagai berikut: الفاظ يعبر بھا كل قوم عن مقاصدھم: اللغة /Al-lugatu alfāzun yu’abbiru bihā kullu qaumin ‘an maqāşidihim / “Bahasa adalah kata atau lafal yang digunakan oleh setiap orang (kaum) dalam menyampaikan maksud atau kehendak mereka” Bahasa Arab adalah bahasa yang mula-mula berasal, tumbuh, dan berkembang di Negara- Negara Timur-Tengah. Dalam satu segi, bahasa Arab memang merupakan bahasa agama, bahasa persatuan bagi ummat Islam. Dengan bahasa Arab juga Al-Qur’an diturunkan dan dengannya pula nabi Muhammad menyampaikan risalah-Nya kepada ummat manusia.
15
Dalam perubahan waktu menunjukkan bahwa
pengaruh bahasa Arab
tampak berkembang luas di dalam dunia internasional dan sejak tahun 1973 bahasa Arab diakui secara resmi sebagai bahasa resmi di Perserikatan BangsaBangsa. Bagi ummat Islam sendiri, bahasa Arab sangat berperan penting untuk mempelajari dan memahami isi dari Al-qur’an dan buku-buku yang berbahasa Arab lainnya. Allah SWT berfirman : ﴾٢﴿ َإِنﱠا أَنزَ ْلنَاهُ قُ ْرآنا ً َع َربِيّا ً لﱠ َعلﱠ ُك ْم تَ ْعقِلُون /Innā anzalnāhu qur’ānān ‘arabiyyān la’allakum ta’qilūn/ ‘Sesungguhnya Kami telah menurunkan Alqur’an dalam bahasa Arab agar kamu memikirkannya’( Q.S, 12 : 2). Di dalam mempelajari bahasa Arab terdapat beberapa cabang ilmu. Ilmu bahasa arab yang palin pertama harus diketahui adalah ilmu tentang kaidah bahasa Arab yaitu ilmu tentang tata bentuk kalimat dalam bahasa Arab yang disebut nahwu dan ilmu tentang tata bentuk kata dalam bahasa Arab yang disebut ṣarf. Ilmu ṣarf adalah kaidah khusus pada pembentukan kata dan perubahannnya baik karena pengurangan atau penambahan huruf ( Rofiq, 2010 : 5 ). Ilmu nahwu adalah kaidah yang berguna untuk mengetahui tugas, harokat akhir atau i’rab setiap kata yang masuk dalam kalimat( Rofiq, 2010 : 55 ). Di dalam istilah linguistik ilmu nahwu dikenal dengan sintaksis. Ramlan (2005: 21) memberi pengertian bahwa sintaksis secara langsung berasal dari bahasa Belanda Syntaxis. Dalam bahasa Inggris digunakan istilah syntax. Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, frase. Ilmu ṣarf juga dikenal dengan morfologi. Alwasilah ( 1993: 110 ) memberi pengertian bahwa morfologi adalah bagian linguistik yang mempelajari morfem. Morfologi mempelajari dan menganalisa struktur, bentuk, klasifikasi kata-kata. Di dalam bahasa Arab kata merupakan susunan bunyi yang mempunyai arti sempurna ada tiga macam yaitu : 1) اسم/ ismun/ ‘kata benda’ 2) فعل/fi’lun/ ‘kata kerja’ 3) حرف/harfun/ ‘kata tugas’.
16
Rofiq (2010 :39) menjelaskan bahwa الفعل/ al-fi’lu / ‘kata kerja’ ditinjau dari segi waktu terjadinya terbagi atas tiga macam yaitu: 1. الفعل الماضى/al-fi’lu al-māḍi / yaitu kata kerja yang menunjukkan kejadian di waktu lampau dari waktu yang dibicarakan. 2. الفعل المضارع/ al-fi’lu al-muḍāri’/ yaitu kata kerja yang menunjukkan kejadian pada waktu berbicara atau sesudahnya. 3. فعل االمر/ fi’lu al-amri / yaitufi’l yang menuntut pelaksanaan perintah setelah waktu pembicaraan. Di dalam Al-qur’an secara keseluruhan banyak ayat-ayat yang berupa kata kerja di dalam bentuk فعل االمر/fi’lu al-amri/ ‘kata kerja perintah’ baik perintah kepada para malaikat, rasul ataupun kepada manusia. Dengan banyaknya perintah yang tertulis di dalam Al-qur’an maka penulis memilih untuk meneliti فعل االمر/ fi’lu al-amri / ‘kata kerja perintah’ di dalam surah Āli ‘Imrān. Penulis tertarik
memilih surah Āli ‘Imrān di dalam penulisan ini
dikarenakan banyaknya jumlah dan jenis fi’l amr di dalam surah Āli ‘Imrān. Di bawah ini akan dikemukakan contoh dari fi’l amr yang terdapat dalam surat Āli 'Imrān, sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah: ﴾١٢﴿ ْس ا ْل ِم َھا ُد َ ستُ ْغلَبُونَ َوت ُْح َ شرُونَ إِلَى َج َھنﱠ َم َوبِئ َ قُل لﱢلﱠ ِذينَ َكفَ ُرو ْا /Qul lillażīna kafarū satuglabūna wa tuḥsyarūna ilā jahannama wabi’sal-mihādu/ ‘Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: "Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka Jahanam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya".( Q.S, 3: 12) Pada ayat di atas , kata yang bergaris bawah merupakan فعل االمر/fi’lu alamri/‘kata kerja perintah’ yang harakat akhirnya bina sukun. قل/qul/’katakanlah’ berasal dari kata قل- يقول-قالqāla –yaqūlu-qul/’mengatakan’ dengan wazan -فَ َع َل اُ ْف ُع ْل-يَ ْف ُع ُل/ fa’ala – yaf’ulu- uf’ul/ pada hakikatnya berasal dari kata قَ َو َلyang fi’l muḍari’nya يَ ْق ُو ُل/yaqwulu/’sedang berkata’ akan tetapi di dalam hal ini terjadi perubahan harakat huruf illat, yang disebut dengan اعالل بالنقل/i’lāl bin-naqli/ ‘i’lal dengan memindahkan, yaitu dengan memindahkan harakat huruf illat الواو/alwāw/’huruf waw’ kepada huruf
ṣaḥiḥ sebelumnya, dan bersamaan dengan
tetapnya huruf illat dan untuk menjadikannya fi’l amr hanya dengan menghapus
17
huruf muḍāra’ah dan menjadikan sukun huruf akhirnya serta menghilangkan حرف fi’l amr nya menjadi قُ ْل
الواو/harful-wāwi/ ‘huruf waw’ sehingga
/qul/’katakanlah’ dan merupakan fi’l ajwāf , karena ‘ain fi’lnya huruf ‘illat waw. Kemudian di dalam ayat lain Allah berfiman : ش ﱢي ْ قَا َل َر ﱢب َ اج َعل لﱢ َي آيَةً قَا َل آيَتُ َك أَالﱠ تُ َكلﱢ َم النﱠ َ اس ثَالَثَةَ أَيﱠ ٍام إِالﱠ َر ْمزاً َو ْاذ ُكر ﱠربﱠكَ َكثِيراً َو ِ سبﱢ ْح بِا ْل َع ﴾٤١﴿ اإل ْب َكا ِر ِ َو /qāla rabbij’allī āyatan qāla āyatuka allā tukalliman-nāsa ṡalāṡata ayyāmin illā ramzān ważkur rabbaka kaṡīrān wasabbiḥ bil-’asyiyī walibkāri/ ‘berkata Zakaria: "Berilah aku suatu tanda (bahwa isteriku telah mengandung)". Allah berfirman: "Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari" (Q.S, 3:41). Pada ayat di atas , ada tiga فعل االمر/fi’lu al-amr/’kata kerja perintah’ yang pertama pada perkataan اِ ْج َع ْل/ij’al/ ‘jadikanlah’ yang harakat akhirnya bina sukun. اِ ْج َع ْل/ij’al/’jadikanlah’
berasal
dari
kata
اِ ْج َع ْل-يَ ْج َع ُل-َج َع َل
/ja’ala-yaj’alu-
ij’al/’menjadikan’ dengan wazan اِ ْف َع ْل-يَ ْف َع ُل-فَ َع َل/fa’ala-yaf’alu-if’al/ merupakan fi’l ṣaḥīḥ sālim, karena semua hurufnya berupa huruf ṣaḥīḥ. Dalam hal ini fi’l ṣaḥīḥ sālim terdiri dari tiga huruf, ‘ain fi’l pada fi’l muḍāri’nya kasrah sehingga untuk menjadikannya fi’l amr cukup dengan menghilangkan huruf muḍāra’ah, dan menambahkan huruf hamzah pada awal fi’l tersebut serta menjadikan harakatnya kasrah. فعل االمر/fi’lu al-amri/ ’kata kerja perintah’ yang kedua yaitu kata اُ ْذ ُك ْر/użkur/’sebutlah’ yang harakat akhirnya bina sukun. Kata اُ ْذ ُك ْر/użkur/’sebutlah’ berasal dari kata اُ ْذ ُك ْر-يَ ْذ ُك ُر- َذ َك َر/żakara-yażkuru-użkur/’menyebut’ dengan wazan -فَ َع َل اُ ْف ُع ْل- يَ ْف ُع ُل/fa’ala-yaf’ulu-uf’ul/ merupakan fi’l ṣaḥīḥ sālim karena semua hurufnya berupa huruf ṣaḥīḥ. Dalam hal ini fi’l ṣaḥīḥ sālim yang terdiri dari tiga huruf, ‘ain fi’l pada fi’l muḍāri’nya ḍammah sehingga untuk menjadikannya fi’l amr cukup dengan menghilangkan huruf muḍāraah, dan menambahkan huruf hamzah pada awal fi’l tersebut serta menjadikan harakatnya ḍammah karna ‘ain fi’l pada fi’l muḍāri’nya ḍammah.
18
فعل االمر/fi’lu al-amri/’kata kerja perintah’ yang ketiga yaitu kata سبﱢ ْح َ /sabbiḥ/’bertasbihlah’
yang
harakat
akhirnya
bina
sukun.
Kata
سبﱢ ْح َ /sabbiḥ/’bertasbihlah’ berasal dari kata سبﱢ ْح َ -س ْبّ ُح َ ُي-سبﱠ َح َ /sabbaḥa-yusabbiḥusabbiḥ/’bertasbih’ dengan wazan فَ ﱢع ْل-يُفَ ﱢع ُل- فَعﱠ َل/fa’ala-yufa’ilu-fa’il/ merupakan fi’l saḥiḥ sālim karena semua hurufnya berupa huruf ṣaḥīḥ, setelah huruf muḍāraah merupakan huruf yang berharakat sehingga untuk menjadikannya fi’l amr cukup dengan menghilangkan huruf muḍāra’ah dan menjadikan sukun harakat akhirnya. Kemudian di dalam ayat lain Allah berfiman : ﴾٨﴿ ﱠاب ُ َربﱠنَا الَ تُ ِز ْغ قُلُوبَنَا بَ ْع َد إِ ْذ َھ َد ْيتَنَا َوھ َْب لَنَا ِمن لﱠدُن َك َر ْح َمةً إِنﱠ َك أَنتَ ا ْل َوھ /rabbanā lā tuzi’ qulūbanā ba’da iżhadaitanā wahablanā min ladunka raḥmatan, innaka antal-wahhabu/ ‘(Mereka berdo`a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)’(Q.S 3:8). Pada ayat di atas, kata yang bergaris bawah merupakan فعل االمر/ fi’lu alamri/ ‘kata kerja perintah’ yang harakat akhirnya bina sukun . kata
ھ َْب
/hab/’berilah’ berasal dari kata ھَب-ب ُ يَ َھ-َب َ َوھ/wahaba-yahabu-hab/’memberikan’ dari wazan اِ ْف َع ْل-يَ ْف َع ُل- فَ َع َل/fa’ala-yaf’alu-if’al/ yang merupakan fi’l miṡāl karena fāu fi’lnya huruf ‘illat yang asal katanya َب ُ يَ ْوھ َ َوھ/wahaba/ dan fi’l muḍāri’nya َب /yauhabu/ akan tetapi di dalam hal ini mengalami perubahan huruf illat yaitu disebut dengan اعالل بالحذف/i’lal bil-hażfi/ i’lal dengan menghilangkan حرف الواو /harfu al-wāwu/‘huruf waw’ karena bersamanya ‘ain fi’l berharakat fathah dan untuk menjadikannya fi’l amr maka cukup dengan menghilangkan huruf muḍāra’ahnya dan menjadikan sukun huruf akhirnya. Berdasarkan kenyataan di atas penulis merasa tertarik untuk membahas pembentukan pada fi’l amr di dalam surah Āli ‘Imran.
19
1.2
Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini terdapat rumusan masalah yang meliputi : 1. Apa jenis fi’l amr dalam surat Āli ‘Imrān ditinjau dari kriteria peristilahan ṡarf ? 2. Bagaimana pembentukan fi’l amr dalam surah Āli ‘Imrān? 1.3
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui jenis fi’l amr dalam surah Āli ‘Imrān. 2. Untuk mengetahui pembentukan fi’l amr dalam surah Āli ‘Imrān. 1.4
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menambah pengetahuan penulis maupun pembaca tentang fi’l amr dalam al-Qur’an al- Karim pada surat Āli ‘Imrān . 2. Sebagai tambahan informasi bagi peneliti selanjutnya dan menjadi referensi pengetahuan khususnya di bidang Bahasa Arab. 1.5
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library Research). Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif (deskriptif research). Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan
(deskriptif)
dengan
situasi-situasi
atau
kejadian-kejadian
.(Suryabrata, 2012 :75 ). Penulis mengunakan penelitian deskriptif dengan membaca
buku-buku
yang
ada
hubungannya
mengklasifikasikan data-data yang telah didapatkan.
20
dengan
judul
kemudian
Sumber data dalam penelitian ini diambil dari Al-Qur’an Al-Karim sebagai data primer. Penelitian ini dilakukan dengan empat tahapan, yaitu: 1. Pengumpulan buku-buku referensi yang berhubungan dengan pembahasan penelitian. 2. Menginfentaris fi’l amr yang terdapat dalam surat Āli ‘Imrān secara keseluruhan. 3. Mempelajari data yang diperoleh dan menganalisanya. 4. Setelah dianalisa, kemudian disusun menjadi karya ilmiah.
21