BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Sungai Cidurian merupakan salah satu sungai strategis di Provinsi Banten yang mengalir dari hulu di Kabupaten Bogor, dan melewati Kabupaten Lebak, perbatasan Kabupaten Serang dan Kabupaten Tangerang serta bermuara di Laut Jawa. Keberadaan sungai ini sangat penting bagi masyarakat khususnya yang tinggal di bantaran DAS Cidurian. Berbagai aktifitas di sekitar wilayah sungai seperti pertanian, industri, penambangan pasir, serta aktifitas masyarakat berdampak terhadap pelestarian fungsi sungai sebagai penyedia sumber daya air. Dampak yang sangat potensial adalah terjadinya pencemaran sungai yang mengakibatkan
penurunan
kualitas
air
sungai,
sehingga
tidak
dapat
dimanfaatkan sesuai peruntukkan kelas sungai . Sungai Cidurian kualitas airnya termasuk ke dalam kelas III dan IV (BLHD Banten, 2009), berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Kualitas Air peruntukkan tersebut tidak sesuai untuk air baku air minum. Kondisi tersebut, mendorong untuk dilakukan upaya pengendalian pencemaran Sungai Cidurian, sehingga Sungai Cidurian dapat berfungsi sesuai peruntukan kelas I khususnya sebagai penyedia air bersih untuk masyarakat, industri dan aktifitas lainnya. Pengendalian pencemaran sungai yang ada saat ini baru pada tingkat pengendalian pada sumber efluennya melalui pendekatan kebijakan penetapan baku mutu air limbah dari industri. Kebijakan ini mendorong industri melakukan pendekatan teknologi seperti produksi bersih, end of pipe instalasi pengolahan air limbah, pemberlakuan prinsip 3 R (reuse, reduce, recycle).
Namun
pengendalian pencemaran belum mencapai hasil yang optimal. Terbukti masih tingginya tingkat pencemaran di Sungai Cidurian. Hal ini mengindikasikan bahwa ada sumber pencemar dari kegiatan lain yang belum mampu dikendalikan, serta belum diketahui kemampuan Sungai Cidurian dalam melakukan pembersihan alami terhadap beban pencemaran yang diterima, yang disebut dengan kapasitas asimilasi. Bertitik tolak dari hal tersebut, perlu dilakukan analisis beban pencemaran dari sumber tertentu (point source), serta dari sumber yang tak tentu (non point
source) serta mempertimbangkan kondisi alamiah sungai. Pada hakekatnya
2
secara alamiah, sungai memiliki kapasitas asimilasi. Namun kemampuannya terbatas, untuk itu diperlukan suatu analisis mengenai kapasitas asimilasi sungai. Limbah cair yang dibuang ke Sungai Cidurian berasal dari berbagai macam sumber. Sampai saat ini analisis beban pencemaran dan kapasitas asimilasi Sungai Cidurian belum diketahui bahkan belum pernah dilakukan penelitian secara khusus. Analisis beban pencemaran dan kapasitas asimilasi badan air (sungai) yang benar-benar riil sebenarnya sangat sulit dilakukan. Hal ini dikarenakan banyaknya variabel yang mempengaruhi kemampuan air sungai untuk melakukan kapasitas asimilasi, diantaranya debit sungai, kecepatan, jenis dan jumlah pencemar, suhu, cuaca, musim, bentuk aliran dan oksigen terlarut. Oleh karena itu maka pada penelitian ini dilakukan estimasi analisis beban pencemaran dan kapasitas asimilasi
1.2 Kerangka Pemikiran Masalah yang dihadapi Sungai Cidurian Provinsi Banten saat ini adalah penurunan kualitas air sungai, sehingga sungai tidak berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Penurunan kualitas air disebabkan oleh faktor alamiah dan pengaruh aktifitas manusia. Sumber pencemar yang alami berasal dari erosi dan tanah longsor yang menyebabkan peningkatan kandungan bahan tersuspensi. Sumber pencemar yang berasal dari aktifitas manusia
adalah dari kegiatan
domestik, pertanian yang telah menggunakan bahan pestisida dan herbisida, serta industri yang tidak diolah atau melebihi baku mutu air limbah yang ditetapkan. Data dari Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten (BLHD 2009) menunjukkan adanya
penurunan status mutu air menurut Peraturan
Pemerintah No 82 tahun 2001 dari kelas II menjadi kelas III dan IV. Berdasarkan Pearaturan Pemerintah tersebut, mutu Kelas III dan IV adalah kelas air untuk kepentingan
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
tanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka kelas III dan IV tidak layak digunakan sebagai air baku air minum. Penurunan status mutu air, disebabkan oleh tingginya beban pencemaran pada Sungai Cidurian. Menurut data dari BLHD Provinsi Banten ada tiga buah Perusahaan Daerah Air Minum dan sepuluh industri yang mengambil air baku dari Sungai Cidurian, selain masyarakat sekitar yang memanfaatkan sebagai kegiatan domestik.
3
Sampai saat ini pengendalian pencemaran air pada Sungai Cidurian dilakukan dengan monitoring dan evaluasi kualitas air rutin setiap bulan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten. Namun belum pernah dilakukan penelitian mengenai analisis beban pencemar dan kapasitas asimilasi di Sungai Cidurian. Bertitik tolak dari hal tersebut, perlu dilakukan upaya pendekatan
sistem
pengendalian
pencemaran
air
yang
tepat,
dengan
mempertimbangkan beban pencemaran dari sumber tertentu (point source) dan sumber tak tentu (non point source) serta perlu melihat kemampuan sungai dalam mereduksi beban pencemaran atau kapasitas asimilasi. Kerangka pemikiran ini disajikan pada Gambar 1.
sumber efluennya dan besarannya sulit ditentukan
Pencemaran Air Sungai
Sumber Tak tentu : Domestik dan Pertanian
Identifikasi Penduduk dan penggunaan lahan di DAS
Kontribusi Beban pencemar
sumber efluennya dan besarannya mudah ditentukan
Sumber Tertentu (industri) industri
kapasitas asimilasi Sungai secara alami terbatas Kualitas air
Dasar dalam Kebijakan pengendalian pencemaran air
Analisis beban pencemaran dan kapasitas asimilasi
Gambar 1 Kerangka pemikiran analisis beban pencemaran dan kapasitas asimilasi
4
1.3 Perumusan Masalah Pencemaran yang terjadi pada Sungai Cidurian berasal dari sumber tertentu (point source) seperti efluen dari limbah industri maupun sumber tak tentu (non point source) seperti
domestik, pertanian. Sumber polutan dari
domestik cukup besar karena jumlah penduduk di DAS Cidurian berjumlah ± 1.656.769 orang (BPS Banten 2010), dan rata-rata penduduknya memanfaatkan Sungai Cidurian sebagai sumber kehidupan. Saat ini pengendalian pencemaran Sungai Cidurian belum mengakomodir pencemaran dari limbah domestik dan pertanian. Faktor penyebabnya adalah kesulitan dalam menentukan beban pencemaran dari limbah domestik dan pertanian. Oleh karena itu dilakukan pendekatan melalui metode estimasi beban pencemaran. Pengendalian pencemaran dari sumber industri telah dilakukan melalui pengaturan limbah yang masuk ke sungai agar tidak melebihi baku mutu, namun belum mencapai hasil yang diharapkan. Terbukti kualitas air Sungai Cidurian masih dibawah baku mutu yang ditetapkan. Hal ini mengindikasikan tinggginya beban pencemaran dari sumber domestik dan pertanian yang belum dapat dikendalikan. Secara teoritis air limbah baik yang diolah ataupun yang tidak diolah apabila masuk ke badan air
akan mengalami tekanan oleh ekosistem air.
Tekanan tersebut berupa pengurangan atau penghilangan bahan pencemar oleh berbagai proses yang ada dalam air. Proses ini meliputi pengenceran secara fisik, penyebaran dan pengendapan, reaksi kimia, adsorbsi, penguraian secara biologis dan stabilisasi. Proses-proses tersebut pada dasarnya merupakan sifat alamiah
air
yang
memiliki
kemampuan
untuk
membersihkan
atau
menghancurkan berbagai kontaminan dan pencemar yang dibawa air limbah. Kemampuan air untuk membersihkan diri secara alamiah dari berbagai kontaminan dan pencemar dikenal sebagai kapasitas asimilasi. Namun kapasitas asimilasi ada batasnya. Beban pencemar yang masuk ke Sungai Cidurian, apabila melebihi kapasitas asimilasi menyebabkan penurunan kualitas air. Analisis beban pencemaran dan kapasitas asimilasi
diharapkan dapat
digunakan sebagai dasar dalam mengendalikan pencemaran berdasarkan potensi beban pencemar maupun kondisi kualitas perairan alami.
Oleh
karenanya muncul beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1.
Bagaimana kualitas air Sungai Cidurian saat ini?
2.
Seberapa besar beban pencemaran pada Sungai Cidurian saat ini baik dari sumber titik (point source) maupun dari sumber menyebar (diffuse
5
source)? 3.
Berapa kapasitas asimilasi Sungai Cidurian saat ini?
1.4 Tujuan Penelitian 1. Menganalisis kualitas air Sungai Cidurian ditinjau dari kelas air menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 dan status mutu air menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.115 thun 2003 2. Menganalisis potensi kontribusi beban pencemaran pada Sungai Cidurian dari sumber titik (point source) maupun sumber menyebar (diffuse source). 3. Menganalisis kapasitas asimilasi Sungai Cidurian terhadap beban pencemaran.
1.5
1.
Manfaat penelitian
Pemanfaat dapat mengetahui kualitas air Sungai Cidurian sesuai dengan peruntukan kelas sungai ditinjau dari kelas air menurut Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 serta status mutu air menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.115 thun 2003
2.
Pemerintah mendapatkan informasi potensi beban pencemaran pada Sungai Cidurian dari sumber titik (point source) maupun sumber menyebar (diffuse
source), serta kapasitas asimilasi sebagai bahan masukan dalam pengendalian pencemaran air.