BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Budidaya ikan hias dapat memberikan beberapa keuntungan bagi pembudidaya antara lain budidaya ikan hias dapat dilakukan di lahan yang sempit seperti akuarium atau kolam-kolam kecil juga memiliki harga jual relatif tinggi, dipasarkan secara internasional maupun domestik. Salah satu jenis ikan hias yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan sudah sangat populer di Indonesia yaitu ikan koi (Cyprinus carpio). Ikan koi akan semakin mahal jika ukurannya semakin besar dan pola warnanya yang unik. Nilai ekspor ikan hias pada tahun 2010 naik 10% dari US$ 10 juta tahun 2009 menjadi sekitar US$ 11 juta ditahun 2010. Kenaikan itu menyebabkan peluang pasar ikan hias seperti ikan koi juga mengalami peningkatan permintaan (Wijaya 2011). Menurut Hutagalung dalam Lukita, B. M (2012), bisnis ikan hias sebagai salah satu andalan ekspor berkembang pesat seiring dengan permintaan pasar internasional yang semakin tinggi. Salah satu komoditas ikan hias yang menjadi andalan ekspor adalah komoditas ikan koi (Cyprinus carpio). Pada tahun 2012 nilai perdagangan ikan hias eksotis ini mencapai Rp 600 miliar-Rp 700 miliar. Dalam upaya mempertahankan nilai jual yang tinggi dan memenuhi kebutuhan pasar secara berkesinambungan, maka kualitas dan kuantitas ikan koi harus dipertahankan. Produksi ikan hias pada tahun 2011 sebesar 1,5 miliar ekor ikan atau bisa dikatakan capaian tersebut melampaui target yang ditetapkan KKP sebanyak 700 juta ekor. Produksi ikan koi tercatat sebesar 450 juta ekor atau 30% dari total keseluruhan produksi budidaya ikan hias. Nilai ekspor ikan hias pada tahun 2011 sebesar US$ 13,262 juta, dan hingga April 2012 telah mencapai sebesar US$ 5,241 juta (KKP 2012). Keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan koi untuk menghasilkan ikan yang mempunyai daya jual yang tinggi masih sangat rendah. Hal ini disebabkan kurang tersedianya benih ikan koi yang memadai baik secara kualitas maupun 1
2
kuantitas. Ikan koi yang baik secara kualitas adalah yang tahan terhadap serangan penyakit dan tahan terhadap perubahan kualitas air. Pada umumnya, para pembudidaya ikan koi di Indonesia dalam kegiatan budidaya hanya berdasarkan pengalaman dan ketekunan. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan pasar maka perlu dikembangkan upaya-upaya yang tepat sehingga dapat menghasilkan koi yang baik secara kualitas maupun kuantitas. Salah satu upaya mendapatkan benih ikan koi yang baik yaitu dengan menjaga kualitas air dalam media pemeliharaan. Kualitas air merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan budidaya. Penurunan kualitas air dapat diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain mengendapnya sisa pakan dan sisa metabolisme didasar perairan, jika dibiarkan terlalu lama akan berubah menjadi amonia yang bersifat toksik bagi ikan yang ada di perairan tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kualitas air tetap baik adalah penggunaan probiotik pada media pemeliharaan ikan. Probiotik adalah bakteri hidup yang memberikan pengaruh menguntungkan bagi inang dengan memodifikasi komunitas bakteri atau berasosiasi dengan inang, menjamin perbaikan dalam penggunaan pakan atau memperbaiki nutrisinya, memperbaiki respon inang terhadap penyakit dan memperbaiki kualitas lingkungannya (Verschuere et al.2000). Pemberian probiotik pada media pemeliharaan diharapkan dapat memperbaiki kualitas air, meningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih sehingga ketersediaan benih ikan koi dapat meningkat. Penggunaan
probiotik
saat
ini
merupakan
alternatif
dalam
mengatasi
permasalahan yang berkaitan dengan pengelolaan kualitas air. Di dalam perairan terdapat bakteri-bakteri probiotik antara lain, bakteri Lactococcus sp., Carnobacterium sp., Staphylococcus sp., Lactobacillus sp., Bacillus sp., Eubacterium sp., Bifidobacterium sp., Micrococcus sp., dan Pseudomonas sp. (Holt et al., 1994). Pada kondisi normal, kelimpahan bakteri probiotik di perairan kolam rendah, sehingga penambahan bakteri probiotik diperlukan untuk meningkatkan pengolahan polimer organik di kolam (Boyd et al. 1984 dalam Efendi 2005).
3
Dalam pemeliharaan ikan koi media pemeliharaan harus tetap bersih dari kotoran dan racun, hal itu dapat dibantu dengan penggunaan probiotik. Probiotik berguna untuk penetralisir air agar ikan terlindung dari racun dan bakteri-bakteri penyebab penyakit. Selain itu kualitas air seperti suhu, pH, salinitas, Dissolved Oxygen (DO) dan Biological Oxygen Demand (BOD) harus terkontrol, agar kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan koi dalam media pemeliharaan dapat meningkat. Sejauh ini belum diketahui konsentrasi probiotik pada media pemeliharaan yang dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan koi (Cyprinus carpio), sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui konsentrasi yang efektif dari penambahan bakteri probiotik agar dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan koi. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah berapa konsentrasi probiotik yang dapat menghasilkan kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan benih ikan koi (Cyprinus carpio) tertinggi. 1.3. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi probiotik yang dapat menghasilkan kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan benih ikan koi (Cyprinus carpio) tertinggi. 1.4. Kegunaan Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada para pembudidaya khususnya pembudidaya ikan koi mengenai konsentrasi pemberian probiotik pada media pemeliharaan yang dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan koi. 1.5. Kerangka Pemikiran Kualitas air yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan budidaya ikan sehingga perlu mendapat perhatian. Kualitas air yang sesuai dengan
4
kebutuhan ikan akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan ikan. Ikan koi akan hidup dengan baik pada suhu berkisar 24-26˚C, pH 7,2 -7,4 (agak basa), oksigen minimal 3-5 ppm, CO2 maksimum 10 ppm, dan nitrit maksimum 0,2 mg/L (Alex 2011). Lemahnya kondisi ikan bisa diakibatkan oleh beberapa faktor, antara lain yaitu kompetisi oksigen, kompetisi pakan serta penurunan kualitas air. Pada keadaan demikian, kualitas air perlu dijaga agar kondisi ikan tidak rentan terhadap penyakit yang berujung pada kematian. Untuk mendapatkan kualitas air yang baik, salah satu langkah yang memungkinkan dilakukan adalah perbaikan dengan aplikasi bakteri pengurai yang menguntungkan atau probiotik (Sniezko 1974). Probiotik dalam media budidaya perikanan, berfungsi sebagai pengatur kondisi mikrobiologi di air atau sedimen, membantu mengatur atau memperbaiki kualitas air, meningkatkan keragaman mikroorganisme dalam air atau sedimen serta meningkatkan kesehatan ikan dengan menghambat efek bakteri patogen. Bakteri probiotik dapat meningkatkan kesehatan ikan dan memperbaiki kualitas air serta digunakan sebagai pakan tambahan sehingga dapat memacu pertumbuhan dan mencegah terjadinya serangan penyakit. Bakteri probiotik apabila masuk kedalam tubuh ikan, udang dan moluska akan berfungsi sebagai immunostimulan yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap bakteri patogen (Susanto et al. 2005). Gram et al.(1999) mendefinisikan probiotik sebagai segala bentuk pakan tambahan berupa sel mikroba hidup yang menguntungkan bagi hewan inangnya melalui cara menyeimbangkan kondisi mikrobiologis inang. Dalam bidang akuakultur penggunaan probiotik bertujuan untuk menjaga keseimbangan mikroba dan pengendalian patogen dalam saluran pencernaan, air, serta lingkungan perairan melalui proses biodegradasi. Probiotik selain dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas pakan juga dapat dipakai untuk memperbaiki kualitas air sehingga dapat meningkatkan kecernaan (Tangko et al. 2007). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penambahan probiotik ke dalam media pemeliharaan dapat memperbaiki beberapa parameter kualitas air dan meningkatkan kelangsungan hidup serta pertumbuhan pada ikan. Menurut Wijaya (2011), menunjukkan bahwa pemberian bakteri probiotik (Bacillus sp) pada media
5
pemeliharaan dengan dosis kepadatan 109 cfu/ml merupakan dosis terbaik untuk penanggulangan benih ikan nila yang terinfeksi Streptococcus agalactiae, dengan kelangsungan hidup sebesar 51,67%. Masna (2010) menyatakan bahwa pemberian bakteri probiotik Mina-bacto sebesar 0.0015 ml/L cukup untuk memperbaiki kualitas air dan memberikan kelangsungan hidup tertinggi benih patin pasupati sebesar 88,97%. Murtiati, dkk (2011) menyatakan bahwa pemberian probiotik pada media dalam sistem resirkulasi memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan berat sebesar 5,25-5,64% dan panjang standar ikan sebesar 1,671,82%, pada suhu media/air optimum yaitu 25-30°C pada pemeliharaan patin ukuran tebar 60-70 gram. Pemberian bakteri probiotik pada media pemeliharaan dapat mempertahankan kualitas air media pemeliharaan yang layak bagi kehidupan udang windu. Pemberian bakteri probiotik berbentuk tepung dengan carier zeolit dengan konsentrasi 2,5-7,5 mg/L menghasilkan kelangsungan hidup antara 63,75-68,75% dan pertumbuhan mutlak 0,4255 - 0,4440 g. (Iskandar 2012). Pemberian konsentrasi probiotik ke dalam suatu media pemeliharaan ikan mempunyai takaran tertentu tergantung pada kondisi perairan media pemeliharaan ikan. Pemberian probiotik merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas air, kesehatan ikan, kelangsungan hidup ikan dan pertumbuhan. Salah satu probiotik yang dapat digunakan adalah probiotik dengan merk dagang Starbact. Probiotik Starbact yang ditambahkan pada media pemelharaan merupakan suatu kultur dari mikroorganisme yang hidup secara alami dan menguntungkan untuk meningkatkan kualitas air yang tercemar karena starbact akan mengurai bahan-bahan beracun, dilihat dari kandungan dalam probiotik starbact yang terdiri dari air, molase, dan beberapa jenis bakteri menguntungkan seperti Bacillus sp., Lactobacillus sp., Nitrosomonas sp., Nitrobacter sp., Aerobacter sp., dan jamur Saccaromicces. Untuk bakteri aerob (Aerobacter sp., Nitrobacter sp., Nitrosomonas sp.) yang membutuhkan oksigen untuk tumbuh dan berkembang, hal ini tentu akan berpengaruh terhadap oksigen terlarut yang terkandung dalam media pemeliharaan ikan. Jika probiotik yang diberikan terlalu banyak dikhawatirkan akan menimbulkan persaingan kebutuhan oksigen.
6
Semakin banyak probiotik yang dimasukkan maka semakin banyak pula oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri tersebut. Hal ini memungkinkan terjadinya persaingan pemakaian oksigen antara bakteri dalam probiotik dengan bakteri di dalam perairan dan yang lebih berbahaya lagi dengan ikan dalam media pemeliharaan tersebut. Sama halnya dengan bakteri aerob, jika bakteri anaerob (Bacillus sp.) dalam probiotik dimasukkan terlalu banyak akan berpengaruh besar dalam kandungan oksigen terlarut dalam perairan. Dekomposisi limbah oleh Bacillus sp. menggunakan oksigen untuk mempercepat proses dekomposisi tersebut. Jika terjadi penurunan kandungan oksigen terlarut akan membunuh organisme dalam perairan. Hal ini berbanding terbalik jika probiotik yang diberikan terlalu sedikit, probiotik tidak akan berpengaruh banyak dalam perairan. Probiotik yang diberikan harus sesuai dengan kondisi limbah dan kondisi oksigen terlarut dalam perairan (Rachmawati 2006). Hasil penelitian Dardiani (2012), menunjukkan bahwa probiotik EM4 berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup, dan penurunan kandungan NH3 pada media pemeliharaan. Terdapat korelasi antara konsentrasi NH 3 pada media pemeliharaan dengan tingkat kelangsungan hidup benih ikan lele dumbo. Konsentrasi probiotik EM4 yang paling baik yaitu 12 mg/L, dimana tingkat kelangsungan hidupnya 52,67%, dan konsentrasi amonianya 0,007 mg/L. Hasil penelitian Irawan (2012), menunjukkan pemberian probiotik Minabacto sebesar 0,8 ml/L pada media pemeliharaan memberikan nilai kelangsungan hidup tertinggi sebesar 78,89% dan pertumbuhan tertinggi sebesar 13,06 mm pada larva patin siam (Pangasius hypophthalmus). Hasil penelitian Beauty, dkk (2012) bahwa penambahan probiotik EM4 pada media pemeliharaan benih mas koki dengan dosis 0,5 ml/L dengan kepadatan 2 ekor/L menghasilkan kelangsungan hidup tertinggi sebesar 80,56%. Sedangkan pertumbuhan bobot dan panjang tertinggi dengan dosis 1 ml/L dengan kepadatan 1 ekor/L sebesar 4,58 gr dan 1,62 cm. Uji pendahuluan yang telah dilakukan dengan tujuh perlakuan selama tujuh hari, menggunakan benih ikan koi jenis Orenji Ogon ukuran 3-5 cm dengan probiotik Starbact yang diberikan pada media pemeliharaan mulai dari konsentrasi
7
0,1 ml/L; 0,3 ml/L; 0,5 ml/L; 0,7 ml/L; 0,9 ml/L; 1,1 ml/L; 1,3 ml/L dengan padat penebaran sebanyak 10 ekor/30L, pakan berupa pelet komersil setiap 2-3 kali sehari sebanyak 5% dari bobot tubuh benih ikan koi, pengamatan benih dilakukan secara sampling sebanyak 3 ekor, menunjukkan adanya pengaruh. Probiotik Starbact digunakan karena telah memenuhi syarat sebagai probiotik yang menguntungkan bagi ikan, dilihat dari kandungan di dalamnya yang terdiri dari bahan yang tidak berbahaya yaitu air, molase, dan beberapa jenis bakteri menguntungkan seperti Bacillus sp., Lactobacillus sp., Bacillus sp., Nitrosomonas sp., Nitrobacter sp., Aerobacter sp., dan jamur Saccharomyces. Hasil dari uji pendahuluan menunjukkan konsentrasi probiotik sebesar 1,1 ml/L memberikan tingkat kelangsungan hidup tertinggi sebesar 80%. Data penelitian pendahuluan terlampir pada Lampiran 1. 1.6. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat diambil hipotesis bahwa pemberian probiotik pada media pemeliharaan sebesar 1,1 ml/L memberikan kelangsungan hidup dan pertumbuhan tertinggi pada benih ikan koi.