BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Seiring berkembangnya teknologi internet, semakin banyak pula
bermunculan situs-situs yang memberikan layanan kesehatan. Layanan yang diberikan juga semakin beragam mulai dari artikel kesehatan, informasi dokter dan rumah sakit, konsultasi online hingga apotek online. Jumlah pertambahan situs ini juga dibarengi pertambahan pengguna yang juga cukup signifikan. Semakin mudahnya internet diakses melalui berbagai perangkat elektronik merupakan salah satu faktor utama pertumbuhan pengguna layanan kesehatan online. Salah satu fenomena yang semakin berkembang adalah semakin banyaknya orang yang mencari informasi tentang kesehatan di Internet. Apabila sebelumnya setiap kali merasakan suatu gejala rasa sakit orang akan langsung pergi ke dokter dan berkonsultasi dengan petugas medis saat ini mereka cenderung untuk mencari informasi tentang penyakit tersebut di internet terlebih dahulu. Meskipun pengguna memahami bahwa penggalian informasi sendiri di internet tidak dapat menggantikan keakuratan pemeriksaan oleh dokter, namun tetap saja keinginan untuk mencari informasi online semakin bertambah. Penelitian Fox dan Duggan [1] di Amerika menunjukkan 35 persen responden mencocokkan gejala penyakitnya di internet dan mendiagnosis dirinya sendiri. Dari jumlah tersebut 41 persen responden mengatakan diagnosis sendiri itu dikonfirmasi kebenarannya oleh dokter, satu dari tiga responden mengaku tidak pernah pergi ke dokter untuk mencari opini kedua, dan 18 persen responden mengatakan bahwa upaya mendiagnosis sendiri itu ternyata salah ketika ditanyakan ke dokter. Beberapa fakta menarik yang berhasil ditemukan mengenai proses pencarian informasi kesehatan, diantaranya: perempuan lebih mendominasi
1
jumlah pencari di internet dan juga pencari informasi kesehatan [2][3], konsumen secara umum tidak mempercayai situs yang dibuat untuk tujuan komersial [2][4], seseorang terutama mencari informasi penyakit yang spesifik [5][6], serta pencarian informasi kesehatan sering kali dimulai dari search engine, bukan dari situs rujukan tertentu terkecuali bisa sang pencari sudah lebih sering mencari informasi kesehatan online [5]. Anonimitas yang ditawarkan internet [7] menjadi salah satu pemicu penggunaan karena mampu menyembunyikan identitas ketika mengakses informasi kesehatan yang sifatnya memalukan dan sensitif apabila diketahui orang lain. Alasan lain adalah internet memberikan jawaban yang hampir instan pada saat mereka membutuhkan informasi. Mengakses internet selama beberapa menit juga jauh lebih murah [8] daripada biaya konsultasi dengan dokter untuk durasi yang sama. Internet juga memungkinkan interaksi dengan pengguna lain. Membaca kisah kesembuhan atau tips dari pengguna lain akan meningkatkan motivasi dan memperkuat keyakinan seorang pengguna meskipun secara fisik mereka tidak pernah mengenal satu sama lain sebelumnya [9]. Namun tidak jarang seorang pengguna justru malah kebingungan ketika mencari informasi kesehatan di internet karena begitu banyaknya informasi yang tersedia [10], beberapa bahkan saling kontradiktif. Ketiadaan regulator menjadi salah satu faktor pemicu setiap orang dapat mengirimkan artikel kesehatan di internet walaupun yang bersangkutan tidak memiliki kapasitas dan keahlian medis yang kompeten. Semakin meningkatnya penggunaan World Wide Web untuk kesehatan telah menstimulasi adanya penelitian mengenai pencarian informasi kesehatan di internet. Dalam diskusi tentang masa depan penelitian mengenai komunikasi kesehatan, Rootman & Hershfield [11] menyarankan bahwa penelitian di masa mendatang sebaiknya mengeksplorasi pertanyaan kapan dan bagaimana orang secara aktif mencari informasi kesehatan, serta bagaimana proses ini dapat difasilitasi?
2
Penelitian ini didesain untuk membantu menjawab pertanyaan tersebut, setidaknya dalam konteks pencarian informasi kesehatan di internet. Sebagian besar penelitian mengenai topik ini berfokus pada survei secara global yang menanyakan kepada responden frekuensi mereka mencari informasi, lokasi pencarian mereka, serta apa yang mereka lakukan terhadap informasi tersebut [1][5][6][12]. Masih jarang penelitian yang mencoba menganalisis faktor-faktor atau variabel-variabel yang mempengaruhi pencarian informasi kesehatan [13][14]. 1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah
dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya pengaruh faktor persepsi individu, kebutuhan proses, serta kapabilitas TI terhadap minat masyarakat untuk menggunakan internet sebagai media virtualisasi proses pencarian informasi kesehatan. 1.3
Keaslian Penelitian Penelitian mengenai perilaku pencarian informasi kesehatan telah
dilakukan oleh beberapa peneliti, seperti yang dilakukan oleh Dutta-Bergman [9] yang meneliti pengaruh sadar kesehatan (health consiousness) terhadap pencarian informasi kesehatan lanjutan, serta bagaimana faktor tersebut memediasi aktivitas-aktivitas komunikasi (communicative activities) seperti komunikasi interpersonal, partisipasi dalam komunitas, membaca surat kabar, membaca majalah, menyaksikan televisi, serta penggunaan internet dalam memprediksi perilaku konsumen untuk mencari informasi kesehatan lanjutan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder hasil survei gaya hidup yang disponsori oleh DDB Needham pada tahun 1999. Penelitian lain dilakukan oleh Hardey [15] yang melakukan penelitian kualitatif terhadap para ibu rumah tangga yang secara rutin menggunakan internet untuk mengakses informasi kesehatan dan mempelajari bagaimana hal tersebut mempengaruhi keyakinan dan perilaku kesehatan mereka. Penelitian ini
3
menemukan bahwa para partisipan menggunakan komputer untuk mencari informasi kesehatan terutama untuk mencari jawaban terhadap masalah medis yang bersifat memalukan dan sulit dijawab. Gray dkk [16] secara kualitatif meneliti perilaku pencarian informasi kesehatan di internet oleh para remaja. Sebanyak 157 pelajar dari Amerika dan Inggris dilibatkan dalam focus group discussion untuk melihat pengalaman mereka dalam menggunakan internet, serta mengetahui seberapa menonjolnya informasi di internet dan tingkat kredibilitasnya. Yun dan Park [17] melakukan penelitian mengenai perilaku pencarian informasi penyakit di Korea dengan mengintegrasikan variabel-variabel dari Technology Acceptance Model (TAM) dan Health Belief Model (HBM). Pada penelitian ini ditemukan bahwa persepsi kemudahan (perceived ease of use) dan persepsi kemanfaatan (perceived usefulness) mempengaruhi sikap (attitude) yang kemudian juga mempengaruhi minat menggunakan (intention to use) situs kesehatan sebagai sumber informasi kesehatan tambahan. Survei dilakukan secara online pada dua web kesehatan berbahasa Korea pada Desember 2007. Lemire dkk [14] melakukan penelitian untuk memahami faktor-faktor personal, sosial dan kultural yang mempengaruhi penggunaan internet sebagai sumber informasi kesehatan pribadi. Penelitian ini menggunakan model extended Technology Acceptance Model (TAM) dengan empat kelompok determinan, yaitu: keyakinan (beliefs), minat (intentions), karakteristik sosio-demografik (socio demographic characteristics) dan kepuasan (satisfaction) terhadap informasi dan teknologi. Penelitian dilakukan terhadap 2.923 pengunjung situs kesehatan PasseportSanté.net. Hu dkk [18] meneliti penerimaan teknologi telemedicine oleh para dokter spesialis di beberapa rumah sakit umum di Hongkong menggunakan TAM. Sembilan bidang spesialisasi, yaitu: penyakit dalam, kebidanan dan ginekologi, pediatri, psikiatri, radiologi, patologi, kecelakaan dan darurat, perawatan intensif, serta bedah dipilih karena kedekatan dengan penggunaan teknologi telemedicine.
4
Mburu dkk [19] melakukan penelitian mengenai solusi mHealth untuk negara berkembang dengan menggunakan integrasi tiga model yaitu: Theory of Planned Behavior (TPB), Process Virtualization Theory (PVT), dan TaskTechnology Fit (TTF). Penelitian dilakukan terhadap para ibu hamil di Kenya dalam mengadopsi aplikasi mamacare, suatu aplikasi mobile untuk memonitor parameter fisiologis selama trimester pertama kehamilan. Penelitian
mengenai
pencarian
informasi
kesehatan
di
internet
menggunakan parameter kebutuhan proses dan kebutuhan individu serta kapabilitas teknologi informasi belum pernah dilakukan sebelumnya. Untuk meneliti hal tersebut penulis menggunakan integrasi model TAM dari Davis [20] dan PVT dari Overby [21] dengan alasan: 1) TAM telah diakui sebagai model yang kuat dalam menjelaskan penerimaan suatu teknologi dalam hal ini adalah internet, 2) PVT merupakan model yang mampu menjelaskan diterima atau tidaknya suatu proses yang dibuat virtualisasinya. Kedua model tersebut diintegrasikan sehingga dapat diperoleh gambaran utuh terhadap virtualisasi pencarian informasi kesehatan dengan menggunakan media internet. 1.4
Tujuan Penelitian Mengidentifikasi faktor –faktor yang mendorong maupun menghambat
minat masyarakat untuk menggunakan internet dalam mencari informasi kesehatan dari sisi pengguna. 1.5
Manfaat Penelitian 1. Penerapan teori yang berkaitan dengan transisi suatu proses dari proses fisik menjadi virtual dalam bidang pencarian informasi kesehatan. 2. Kontribusi praktis bagi organisasi kesehatan yang kompeten untuk mulai mengembangkan situs informasi kesehatan yang dapat mengakomodasi kecenderungan masyarakat untuk mencari informasi kesehatan di internet.
5