BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Air adalah kekuatan pendorong dari semua alam.Air adalah salah satu dari
empat unsur penting di dunia ini. Air memiliki begitu banyak manfaat dan tak ada
kegiatan yang tidak memerlukan air. Pergerakan air di bumi yang terjadi pada
suatu rangkaian kejadian disebut dengan siklus hidrologi. Siklus hidrologi adalah
sistem yang tertutup, dalam arti bahwa pergerakan air pada sistem tersebut selalu
tetap berada dalam sistemnya. Jadi, siklus air / proses hidrologi bisa didefinisikan sebagai suatu siklus terus menerus tak berujung dan adanya penguapan air secara alami lalu dilanjutkan dengan kondensasi dan diikuti dengan pengendapan yakni
berupa hujan maupun salju (Soewarno, 1991). Berdasarkan sketsa Siklus
Hidrologi sebagian air hujan yang tertahan oleh tumbuh-tumbuhan dan sebagian
lagi yang jatuh langsung ke dalam laut, danau dan sungai akan menguap kembali
ke dalam atmosfer. Sebagian dari air bawah permukaan kembali ke atmosfer melalui proses penguapan dan transpirasi oleh tanaman dan sebagian lagi menjadi aliran air tanah melalui proses perkolasi dan mengalir ke lautan (Soeharto, 1987).
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah air yang mengalir pada suatu kawasan
yang dibatasi oleh titik-titik tinggi di mana air tersebut berasal dari air hujan yang jatuh dan terkumpul dalam sistem tersebut. Guna dari DAS adalah menerima,
menyimpan, dan mengalirkan airhujan yang jatuh diatasnya melaluisungaiSelama
berlangsungnya daur hidrologi, yaitu perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut yang tidak pernah berhenti tersebut, air tersebut akan tertahan (sementara) di sungai,
danau/waduk, dan dalam tanah sehingga akan dimanfaatkan oleh manusia atau makhluk hidup.
Bali merupakan pulau kecil yang dikenal karena menjadi daerah tujuan
wisata yang berdampak besar terhadap terjadinya perubahan tata guna lahan karena berinteraksi langsung dengan pembangunan infrastruktur pariwisata itu
1
sendiri. Dengan adanya aktivitas pembangunan infrastruktur ini, kawasan yang
semula merupakan daerah terbuka dengan fungsi lahan sebagai daerah resapan air
hujan yang bersifat menyerap air (permeable) kemudian beralih fungsi menjadi daerah kedap air yang otomatis menyebabkan terganggunya proses penyerapan air
ke dalam tanah (Infiltrasi) pada musim hujan. Kondisi ini dapat meningkatkan limpasan aliran air hujan pada permukaan tanah yang secara langsung akan berdampak terhadap perubahan debit aliran yang masuk ke sungai.Mengingat di
Bali memiliki jumlah sungai termasuk anak sungai sebanyak239 buah denganpanjang total 1.894,98 kilometer. Dan menurut PP No.35 Tahun 1991
(Pasal 7) sungai sebagai sumber air merupakan salah satu sumberdaya alam yang mempunyai fungsi multi dimensi bagi kehidupan dan penghidupan manusia, salah
satunya adalah penyedia air untuk pengairan/ irigasi. Maka pengelolaan penggunaan sumberdaya air salah satunya air permukaan (air sungai) dengan cara
yang efektif merupakan kunci penentu untuk memperkecil kekurangan ketersediaan air di Bali
Gianyar adalah salah satu kabupaten yang memiliki potensi pariwisata
karena cagar alam dan budaya yang cukup berpengaruh di Bali, oleh karena itu
objek wisata alam di wilayah tersebut harus dijaga dan dilestarikan.Gianyar memiliki sungai besar. Tukad Pakerisan adalah salah satunya. Sungai ini melintasi empat kecamatan di kabupaten Gianyar dengan panjang 44,599 km dan memiliki 28 buah bendung dengan luas lahan irigasi 3417,5 Ha.
Seiring perkembangan peradaban manusia, kini sungai memiliki berbagai
masalah yang sebanding dengan apa yang telah terjadi. Salah satunya pendangkalandi dasar sungai, pencemaran sampah yang disebabkan aktivitas di
hulu sampai hilir sungai, dan juga disebabkan oleh penambang liar batu padas yang menyebabkan kondisi teknis di sungai Tukad Pakerisan hingga Daerah
Aliran Sungai (DAS) rusak dan merugikan kepentingan masyarakat banyak terutama sektor pertanian dan pariwisata lokal. Oleh karena itu sudah seharusnya
kita menjaga cagar alam budaya lokal dan siklus hidrologinya dengan cara
memelihara sungai sebagai mana mestinya agar sungai yang mengalir dapat diatur dan disesuaikan sesuai kebutuhan sosial dan ekonomi serta dapat dimanfaatkan
sebagai sumber air dan irigasi. Maka untuk menjalankan berbagai solusi dibidang 2
ketekniksipilan yang mendukung kebutuhan tersebut, dibutuhkanlah suatu data seperti debit aliran mengenai aliran sungai tersebut.
Debit aliran sungai adalah salah satu luaran dari sistem DAS dan menjadi
indikator fungsi DAS dalam prosesnya khususnya alih ragam hujan menjadi aliran. Debit sungai juga dijadikan sebagai bahan evaluasi kondisi DAS yang
bersangkutan, sehingga debit aliran sungai perlu disajikan dalam bentuk sajian yang informatif. Bentuk penyajian grafis hubungan debit aliran dengan waktu (Sri Harto, 1993) yang menggambarkan perilaku debit dalam kurun waktu tertentu.
Sherman (1932) yang diacu dalam Sri Harto (1993), mengemukakan bahwa
dalam sistem DAS terdapat sifat khas yang menunjukkan sifat tanggapan (respon)
DAS terhadap suatu masukan (hujan) tertentu. Tanggapan ini diandaikan tetap untuk masukan dengan besaran dan penyebaran tertentu. Tanggapan yang
demikian dalam konsep hidrologi dikenal dengan hidrograf satuan (unit hydrograph). Hidrograf satuan merupakan hidrograf limpasan langsung (direct runoff hydrograph) yang dihasilkan oleh hujan efektif yang terjadi secara merata di seluruh DAS dengan intensitas tetap dalam satuan waktu yang ditetapkan (Seyhan, 1977). Hujan efektif merupakan sisa hujan dalam bentuk limpasan setelah dikurangi dengan evaporasi, intersepsi dan infiltrasi.
Hidrograf satuan dapat diperoleh jika rekaman data curah hujan jam-jaman
yang tersebar merata serta data debit jam-jaman dengan kuantitas, kualitas dan kontinuitas yang baik dari DAS yang bersangkutan. Data hasil pengukuran tinggi
muka air, debit, hujan harian dan hujan yang lebih pendek, dengan kuantitas, kualitas dan kontinuitas yang baik tidak selalu tersedia di setiap DAS sehingga dikembangkan
suatu
cara
mengembangkan data tersebut.
untuk
mendapat
hidrograf
satuan
tanpa
Globalisasi yang terjadi kini memberi sisi positif terhadap pertumbuhan
ilmu hidrologi di bidang teknik sipil. Yakni telah diciptakannya software HECHMS. Program HEC-HMS ini merupakan model hidrologi numerik yang
dikembangkan oleh Hydrologic Engineering Centre (HEC) dari US Army Corps Of Engineers. Program HEC-HMS merupakan program komputer untuk
menghitung transformasi hujan dan proses routing pada suatu sistem DAS dan 3
dapat juga digunakan untuk menghitung volume runoff, direct runoff, baseflow dan channelflow. Pemodelan hujan-debit merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai proses hidrologi yang terjadi di lapangan. Kemampuan hujan-debit
aliran sangat diperlukan untuk mengetahui potensi Sumber Daya Air di suatu wilayah DAS. Model hujan-debit ini dapat dijadikan sebuah alat untuk memonitor
dan mengevaluasi debit sungai melalui pendekatan potensi Sumber Daya Air permukaan yang ada. Di penulisan ini membahas model hubungan hujan dan debit
dari data curah hujan harian dan curah hujan jam-jaman pada DAS Tukad Pakerisan-Gianyar.
Dalam studi ini menggunakan model HEC-HMS karena dalam HEC-HMS
terdapat fasilitas kalibrasi, kemampuan simulasi model dengan data terdistribusi,
model aliran kontinyu dan kemampuan GIS serta menguji keakuratan HEC-HMS dengan perbandingan perhitungan manual debit.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang disampaikan dapat diuraikan rumusan
masalah yakni berapakah debit banjir Tukad Pakerisan yang dihitung menggunakan metode Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Nakayasu dan dengan menggunakan software HEC-HMS serta bagaimakah perbandingannya ? 1.3
Maksud dan Tujuan Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maksud dan
tujuan yang ingin dicapai pada penulisan tugas akhir ini adalah untuk menghitung debit banjir menggunakan metode Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Nakayasu dan dengan menggunakan software HEC-HMS.
4
1.4
Manfaat Penulisan Manfaat pada penulisan Tugas Metode Penelitian ini adalah untuk
mengetahui hasil perbandingan debit banjir Tukad Pakerisan jika dihitung denganmenggunakan metode Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Nakayasu dengan menggunakan software HEC-HMS. Dan untuk menambah wawasan tentang studi
di bidang hidro serta bermanfaat sebagai acuan atau pedoman serta pertimbangan dalam menghitung debit banjir sungai. 1.5 1.
2.
Batasan Penelitian Batasan masalah yang dalam penulisan ini adalah:
Penelitian ini hanya dilakukan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Tukad
Pakerisan-Gianyar yang sungainya bermuara di Jalan IB. Mantra (sungai disamping Bali Safari Marine Park – Gianyar)
Hanya membandingkan debit banjir rencana diperoleh dari hasil perhitungan dengan metode Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Nakayasu dengan perhitungan dari hasil software HEC-HMS.
5