BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi yang semakin pesat setiap tahunnya, kebutuhan untuk mengembangkan metode belajar-mengajar berbasis Teknologi Informasi pun semakin tinggi. Materi pembelajaran yang disediakan sekarang, tidak hanya berbentuk buku, namun juga sudah ada yang berbentuk digital, bisa berupa jurnal ataupun ebook yang bisa ditemukan dengan menggunakan search engine. Di lain pihak, tidak hanya materi pembelajaran saja, sekarang bahkan sudah ada sekolah, tempat kursus ataupun universitas yang menggunakan alat bantu agar proses belajar mengajar bisa dilakukan tanpa harus adanya proses tatap muka antara guru dan siswa. Alat bantu pembelajaran yang sudah banyak digunakan ini biasa disebut dengan e-learning. Dengan menawarkan konsep belajar digital, e-learning diharapkan dapat membantu kesulitan siswa dan guru yang hanya terpaku pada pertemuan di dalam kelas pada saat kegiatan belajar mengajar dilakukan. Dengan adanya e-learning, bertujuan agar siswa yang biasanya tidak mempunyai keberanian untuk bertanya secara langsung kepada guru atau tutor dapat menjadi lebih aktif bertanya pada forum yang sudah disediakan. Untuk meraih tujuan tersebut, SMA Negeri 2 Lahat telah memanfaatkan E-learning dengan menggunakan Edmodo. Kelas virtual ini diharapkan dapat mendukung pembelajaran di kelas yang sesungguhnya. Melihat siswa yang dekat dengan internet dan maraknya penggunaan situs-situs jejaring sosial dalam kehidupan sehari-hari memungkinkan guru untuk membuat kelas virtual menggunakan salah satu situs pembelajaran bersifat maya bertajuk Edmodo.
1
Penggunaan e-learning dengan Edmodo ini belum sepenuhnya digunakan oleh guru dan siswa, karena beberapa guru menganggap kegiatan belajar di kelas sudah cukup. Di sisi lain, banyak siswa tidak menggunakan Edmodo dikarenakan berbagai alasan. Edmodo merupakan E-learning berbasis sosial media yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan pendidikan di SMA Negeri 2 Lahat. Edmodo menyediakan sejumlah fasilitas pembelajaran seperti tugas online, kuis online, bahan kuliah, melihat pengumuman, forum mata kuliah, dan sebagainya. Edmodo juga diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan kualitas komunikasi pembelajaran dengan pendekatan knowledge management diantara berbagai pihak seperti siswa dan guru. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk menganalisis Edmodo lebih lanjut dan mengimplementasikannnya, sehingga penulis akan melakukan penelitian dengan judul : “Analisis Implementasi ELearning dengan Edmodo pada SMA Negeri 2 Lahat”
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka akan dirumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana menganalisis implementasi e-learning dengan Edmodo pada SMA Negeri 2 Lahat ?”.
1.3 Batasan Masalah Adapun batasan masalah yang akan diambil, berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, adalah : 1. Proses analisa e-learning dengan Edmodo pada penelitian ini dianalisis menggunakan model Unified Theory Acceptance and Use of Technology (UTAUT). 2. Penelitian ini hanya menganalisa efektifitas dan kepuasan siswa dalam penggunaan e-learning dengan Edmodo dalam kegiatan pembelajaran pada SMA Negeri 2 Lahat.
6
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini adalah : Menganalisis implementasi e-learning dengan Edmodo pada SMA Negeri 2 Lahat agar diperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap penerimaan dan penggunaan e-learning serta apakah sistem yang digunakan sudah efektif dan kualitas komunikasi pembelajaran diantara siswa dan guru sudah baik.
1.4.2 Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini maka ada beberapa manfaat yang dapat diambil, adalah sebagai berikut : 1. Memberikan implikasi penelitian untuk dapat dicarikan solusi terbaik dalam meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran di lingkungan SMA Negeri 2 Lahat. 2. Memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap penerimaan dan dan pengunaan e-learning dengan Edmodo.
1.5 Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006:72).
7
1.6
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini dimaksudkan agar dapat menjadi pedoman atau garis besar penulisan laporan penelitian ini dan dapat menggambarkan secara jelas isi dari laporan penelitian sehingga terlihat hubungan antara bab awal hingga bab terakhir. Sistem penulisan laporan penelitian ini terdiri atas: BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini dibahas tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian yang digunakan, metode pengumpulan data, metode analisis data, metode pengujian dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab II ini berisi landasan teori, yaitu teori–teori umum dan khusus yang mendukung penulisan skripsi ini. Hal-hal yang tercakup di dalamnya adalah pembahasan tentang analisis, Learning Management System (LMS), e-learning, Edmodo, dan kerangka pemikiran penelitian BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini membahas tentang waktu dan tempat penelitian, metode penelitian dan metode analisis yang digunakan terhadap data yang diperoleh. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi hasil dan pembahasan mengenai implementasi Edmodo dan hasil analisis data survey yang dilakukan terhadap guru-guru dan
8
siswa-siswa SMA Negeri 2 Lahat yang terlibat dalam pemanfaatan Edmodo yang dihasilkan oleh penelitian ini. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian dan saran-saran untuk perbaikan/pengembangan selanjutnya dari hasil penelitian ini.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Gambaran Umum SMA Negeri 2 Lahat
2.1.1. Profil SMA Negeri 2 Lahat SMA Negeri 2 Lahat berlokasi di Jalan Jakasa Agung R. Suprapto, Keluarahan Bandar Jaya, Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan, Kodepos 31414. Berikut ini profil SMA Negeri 2 Lahat: a. Asal perolehan tanah : Hibah PEMDA Kabupaten Lahat tahun 1971 b. SK Pendirian / Penegerian Sekolah i. Nomor 026410/1975 tanggal 26 Nopember 1975 (SMPP Negeri 50 Lahat) c. Tahun 1977, Penerimaan Siswa Baru d. SK perubahan nama menjadi SMA Negeri 2 Lahat e. Nomor 0353 / O / 1985 tanggal 09 Agustus 1985 f. SK perubahan nama menjadi SMU Negeri 2 Lahat g. Nomor 035 / O / 1997 tanggal 07 Maret 1997 h. Perubahan nama/cap sekolah menjadi SMA Negeri 2 Lahat kembali tanggal 01 April 2004 i. Nomor Statistik Sekolah ( NSS ) : 301110501002 j. NPWP : 01.002.0651.303 k. DIK : 175291
10
l. NPSN : 10601348 m. Tipe Sekolah : i. Tahun 1995 : Tipe A ii. Tahun 2005 : Tipe B n. Sertifikat Hak Milik : No. 14 / 1991, tanggal 04 Mei 1991 o. Luas tanah : 1,75 Ha ( 14.444 m2 ) p. Status Akreditasi : A tahun 2012
2.1.2. Struktur Organisasi SMA Negeri 2 Lahat Pada gambar 2.1 berikut ini disajikan struktur organisasi SMA Negri 2 Lahat: Komite Sekolah
Kepala Sekolah
Kepala Tata Usaha
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
Pembina OSIS
Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
Pembina Angka Kredit Guru
Pembina Labor Bahasa
Lab Fisika, Kimia, Biologi
TK
Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas
Kelompok Guru Mata Pelajaran
BP/BK
Wali Kelas
Ekstra Kurikuler
Perpustakaan
Garis Koordinasi
OSIS
Garis Komando
Gambar 2.1 : Struktur Organisasi SMA Negeri 2 Lahat (Sumber: SMA Negeri 2 Lahat, 2016)
54
2.1.3. Visi, Misi dan Kebijakan Mutu SMA Negeri 3 Lahat Visi Unggul dalam prestasi yang dilandasi iman dan taqwa Misi 1. Meningkatkan ketaqwaan dengan mengoptimalkan kegiatan keagamaan di sekolah dalam tatanan amalan praktis dan budi pekerti 2. Meningkatkan kemampuanakademis, santun, cerdas, berwawasan lokal dan global 3. Melaksanakan perkembangan kurikulum yang adaptif dan proaktif 4. Mengembangkan prestasi siswa sesuai bakat, minat dan kemampuan dalam suasana belajar yang nyaman 5. Melaksanakan pembinaan sdm pendidik agar memiliki kemampuan dan kesanggupan kerja yang tinggi 6. Mengembangkan lingkungan sekolah yang hijau, bersih, asri dan nyaman 7. Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Kebijakan Mutu 1. SMA Negeri 2 Lahat memastikan bahwa , mutu kegiatan belajar mengajar dan pelayanan pendidikan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik yang bertaqwa , berpengetahuan luas , unggul dalam prestasi , mandiri, kreatif, disiplin, jujur, bertanggung jawab dan siap bersaing di era global.
55
2. SMA Negeri 2 Lahat memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan dan meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar dan pelayanan pendidikan yang memuaskan peserta didik, orang tua/wali murid dan seluruh pihak yang berkepentingan. 3. Untuk menjaga dan meningkatkan komitmen tersebut diatas, SMA Negeri 2 Lahat menerapkan sistem manajemen mutu di seluruh area, fungsi jabatan dan unit kerja secara konsisten dan secara terus menerus diperbaiki efektivitasnya. 4. Kepala sekolah, kepala tata usaha , wakil kepala sekolah, ka lab. , wali kelas, seluruh guru dan pegawai berkomitmen untuk bekerja sama dalam penerapan sistem manajemen mutu dan pencapaian tujuan yang terkandung dalam kebijakan mutu ini.
2.1.4. Kondisi Siswa dan Guru SMA Negeri 2 Lahat Pada tabel berikut ini disajikan kondisi siswa SMA Negeri 2 Lahat per tahun ajaran 2016/2017: Tabel 2.1 : No 1 2 3
Daftar Jumlah Siswa SMA Negeri 2 Lahat Tahun Ajaran 2016/2017 Kompetensi Keahlian
Kelas X 179
XI
MIPA IPA 139 IPS 191 259 Jumlah 370 398 Sumber : SMA Negeri 2 Lahat, 2016
XII 138 163 301
Keseluruhan 179 277 613 1069
Berikut ini disajikan daftar guru yang mengajar di SMA Negeri 2 Lahat:
56
Tabel 2.2 : No
Daftar Guru SMA Negeri 2 Lahat Tahun Ajaran 2016/2017 NIP
Nama
Pelajaran
Jabatan
1
197206242006041000
Ahmad Kadapi
Sosiologi
Guru Mapel
2
196603291989032000
Aidah Prihatin
Guru Mapel
3
196907041997031000
Akri Yahudinsyah
4
197010212006042000
Armaniar
Bahasa Inggris Pendidikan Kewarganegaraan Kimia
5
196706121990011000
Bambang Sigit Widodo
Fisika
6
198104132006042000
Chrisna Daya Purnama
7
197006042006041000
Darman
8
197605292006042000
Debbi Levrina Harahap
9
197010152005012000
Devi Oktavia
Bahasa Inggris Bimbingan dan Konseling/Konselor (BP/BK) Matematika (Umum) Sejarah
10
196508171989032000
Dewi Dasa Wartati
11
196606021990031000
Doslan Damanik
12
197709172003122000
Erly Fithriani
13
196201081986012000
Halidah
14
198110142009031000
Hendarto
15
196301181996012000
Heni Hernawati
16
197201121998022000
17
Guru Mapel Guru Mapel Wakil Kepala Sekolah Sarana Guru Mapel Guru BK Guru Mapel Guru Mapel
Kimia Matematika (Umum) Biologi
Guru Mapel wakil Kurikulum Guru Mapel Guru Mapel
Husniati
Pendidikan Agama Islam Bimbingan dan Konseling/Konselor (BP/BK) Geografi
196501011995122000
Ida Nurshanty
Bahasa Indonesia
Guru Mapel
18
196905211998022000
Ida Suhada
Bahasa Indonesia
Guru Mapel
19
197011231998022000
Indry Novalinda
Bahasa Indonesia
Guru Mapel
20
196304031995121000
Insan
Biologi
Guru Mapel
21
196211211987032000
Kuratul Aini
Bahasa Indonesia
Guru Mapel
22
197807102007012000
Lupiana
Fisika
Guru Mapel
23
196004261981111000
Makhin
Guru Mapel
24
196306161986012000
Malasari
25
196209281991031000
Marajin Silaban
Matematika (Umum) Geografi
26
197605062007012000
Mardiati
Guru Mapel
27
196410211995122000
Masyitoh
28
197010291995122000
Misdalena
Biologi Pendidikan Agama Islam Bahasa Inggris
29
198210252009032000
Nina Oktavia
Sejarah
Guru Mapel
30
196510081989032000
Nurlaila
Kimia
Guru Mapel
57
Guru Mapel Guru BK Guru Mapel
Guru Mapel Guru Mapel
Guru Mapel Guru Mapel
No
NIP
Nama
Pelajaran
Jabatan
31
196606301990032000
Nurlailah
Guru Mapel
32
196206011986012000
Nurmalatati
33
197507202000122000
Rini Julianti
34
196802041997032000
Roida Suriyani
35
196210151986012000
Samarilawati
36
197804122007012000
Selvi Susanti
Ekonomi Matematika (Umum) Matematika (Umum) Pendidikan Kewarganegaraan Bimbingan dan Konseling/Konselor (BP/BK) Biologi
37
196908122007012000
Sri Agusmawati
Guru Mapel
38
197906262009032000
Sri Utami
39
195707031990021000
Sugiyarno
Sejarah Pendidikan Agama Islam Ekonomi
40
196003161986011000
Sumaryadi
Bahasa Inggris
Guru Mapel
Guru Mapel Guru Mapel Guru Mapel Guru BK Guru Mapel
Guru Mapel Guru Mapel
Sumber : SMA Negeri 2 Lahat, 2016
2.2.
Landasan Teori
2.2.1. Analisis Kata analisis dalam Bahasa Indonesia diserap dari kata analysis dalam Bahasa Inggris, berasal dari bahasa Greek (Yunani), terdiri dari kata “ana” dan “lysis“. Ana artinya atas (above), lysis artinya memecahkan atau menghancurkan. Secara definitif ialah: “Analysis is a process of resolving data into its constituent components to reveal its characteristic elements and structure” (Ian Dey, 1995: 30). Agar data bisa dianalisis maka data tersebut harus dipecah dahulu menjadi bagian-bagian
kecil
(menurut
elemen
atau
struktur),
kemudian
menggabungkannya bersama untuk memperoleh pemahaman yang baru. Analisa data merupakan proses paling vital dalam sebuah penelitian. Hal ini berdasarkan argumentasi bahwa dalam analisa inilah data yang diperoleh peneliti bisa diterjemahkan menjadi hasil yang sesuai dengan kaidah ilmiah. Maka dari itu, perlu kerja keras, daya kreatifitas dan kemampuan intelektual yang tinggi agar mendapat hasil yang memuaskan. Analisis data berasal dari hasil pengumpulan data. Sebab data yang telah terkumpul, bila tidak dianalisis hanya menjadi barang yang tidak bermakna, tidak berarti, menjadi data yang mati, data yang tidak
58
berbunyi. Oleh karena itu, analisis data di sini berfungsi untuk mamberi arti, makna dan nilai yang terkandung dalam data itu (M. Kasiram, 2006: 274). Analisis data disebut juga pengolahan data dan penafsiran data. Analisi data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi, penafsiran dan verivikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai social, akademis dan ilmiah. Kegiatan dalam analisis data adalah : mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dan seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukanperhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis, langkah terakhir tidak dilakukan. Tujuan analisis menurut Sofian Effendi dalam bukunya Metode Penelitian Survei (2007:231) adalah menyederhanakan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasi. Dalam penelitian strukturalistik, data yang berupa kualitatif (kata-kata) dikuantifikasikan terlebih dahulu kemudian dianalisis secara statistikan bertujuan untuk menjelaskan fenomena, menguji hipotesis kerja dan mengangkat sebagai temuan berupa verifikasi terhadap teori lama dan teori baru. Sedangkan dalam penelitian naturalistik data bisa berupa kata-kata maupun angka. Data yang bersifat kuantitatif (angka) tidak perlu dikualitatifkan terlebih dahulu dan tidak menguji hipotesis/teori, melainkan untuk mendukung pemahaman yang dilakukan oleh data kualitatif dan menghasilkan teori baru. Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Moleong 2007: 103) menjelaskan bahwa analisis data adalah mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Jogiyanto (2009:129), analisis adalah penguraian suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian, komponennya dengan maksud
untuk
mengidentifikasikan
dan
mengevaluasi
permasalahan-
permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi serta kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan. Dari uraian tersebut di atas dapatlah kita menarik garis bahwa analisis data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, 59
dokumen, berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya. Pekerjaan analisis data dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan mengategorikan. Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut bertujuan menemukan tema dan hipotesa kerja.
2.2.2. Implementasi Pengertian Implementasi menurut Pranata Wastra dan kawan-kawan (1991:256) adalah Aktifitas atau usaha-usaha yang dilakukan untuk semua rencana dari kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan, dan dilengkapi segala kebutuhan alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya, kapan waktu pelaksanaanya, kapan waktu mulai dan berakhirnya dan bagaimana cara yang harus dilaksanakan. Van Meter dan Van Hon (Budi Winarno, 2007;102) membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan individuindividu (kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalan keputusan-keputusan sebelumnya.
2.2.3. E-Learning Istilah E-learning atau Electronic Learning atau pembelajaran elektronik ini mengandung pengertian yang sangat luas, sehingga banyak pakar yang menguraikan tentang definisi E-learning dari berbagai sudut pandang. Pendapat dari beberapa pakar yang menguraikan pengertian E-learning antara lain: Menurut Hartanto dan Purbo (2006:1), “E-learning dapat didefinisikan sebagai sebuah bentuk teknologi informasi yang diterapkan di bidang pendidikan dalam bentuk sekolah maya.” Menurut LearnFrame.com dalam Wahono dan Glossary (2006:2), “Elearning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk 60
mendukung belajar mengajar dengan media internet, jaringan komputer maupun komputer stand alone.” Menurut Rosenberg (2008:28), “e-learning adalah penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.” Dari berbagai definisi yang muncul dapat kita simpulkan bahwa sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi sistem informasi dalam proses belajar mengajar dapat disebut sebagai suatu e-learning. Pada dasarnya konsep e-learning adalah penyediaan kelas-kelas baru setara dengan kelas konvensional di sekolah-sekolah yang ada saat ini. Istilah setara disini berarti bahwa e-learning diharapkan dapat menggantikan peran sekolah konvensional bukan hanya sekedar sebagai pelengkap atau tambahan dari sistem konvensional yang sudah ada. Oleh karena itu, pembangunan sebuah lembaga pendidikan virtual seperti e-learning ini haruslah memberikan hasil yang kurang lebih sama dengan cita-cita untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan konvensional. Definisi e-learning memiliki beberapa elemen tentang apa,bagaimana dan mengapa dari e-learning: 1.
Apa, e-learning memasukkan baik konten, yaitu informasi dan metode instruksional, yaitu teknik yang membantu orang mempelajari konten belajar.
2.
Bagaimana, e-learning didistribusikan melalui komputer dalam bentuk kalimat dan gambar. Pendistribusiannya dapat dalam bentuk asynchronous
61
yang didesain untuk belajar secara individu dan dalam synchronous yang didesain dengan bimbingan dari instruktur secara langsung. 3.
Mengapa, e-learning ditujukan untuk membantu pelajar mencapai tujuan belajarnya atau melaksanakan pekerjaannya.
2.2.3.1. Komponen Pendukung e-Learning Komponen-komponen pendukung dari proses pembelajaran elektronik menurut Wahono dalam Adri (2007:4) ada 3 komponen, antara lain : 1.
E-learning system (Sistem) Merupakan
suatu
sistem
pendukung
yang
berfungsi
untuk
memvirtualisasikan proses belajar mengajar. Seperti kegiatan belajar mengajar pada umumnya, aplikasi e-learning harus dapat menggantikan proses migrasi konten konvensional ke digital, proses pengaturan kelas, proses pengaturan nilai, proses pelaporan akhir siswa, proses ujian secara online serta fungsi lainnya. 2.
E-learning Content (Isi) Konten pembelajaran yang dapat digunakan pada sistem e-learning dapat berupa teks dengan gambar seperti buku pada umumnya, atau dapat juga konten multimedia yang sudah dilengkapi ilustrasi dari konten, seperti animasi pembelajaran dengan materi tertentu.
3.
Infrastruktur (peralatan) Infrastruktur/peralatan e-learning dapat berupa Personal Computer (PC), jaringan komputer, internet dan perlengkapan multimedia. Termasuk
62
didalamnya peralatan teleconference apabila kita memberikan layanan synchronous learning melalui teleconference.
2.2.3.2. Sifat e-Learning Berdasarkan sifat interaktifnya, sistem e-learning dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu : 1.
Sistem bersifat statis Pengguna sistem ini hanya dapat mengunduh bahan-bahan belajar yang diperlukan, sedangkan dari sisi administrator hanya dapat mengunggah filefile materi. Pada sistem ini memang suasana belajar yang sebenarnya tidak dapat dihadirkan, misalnya jalinan komunikasi. Kalaupun digunakan, sistem ini berfungsi untuk menunjang aktivitas belajar-mengajar yang dilakukan secara tatap muka di kelas.
2.
Sistem bersifat dinamis Fasilitas yang ada pada sistem ini lebih bervariasi dari apa yang ditawarkan sistem pertama. Pada sistem kedua ini, fasilitas seperti forum, diskusi, chat, e-mail, alat bantu evaluasi pembelajaran, manajemen pengguna, serta manajemen materi elektronis sudah tersedia sehingga pengguna mampu belajar dalam lingkungan belajar yang tidak jauh berbeda dengan suasana kelas. Sistem kedua ini dapat digunakan untuk membantu proses transformasi paradigma pembelajaran dari teacher-centered menuju studentcentered.
63
2.2.3.3. Fungsi E-Learning E-learning mempunyai 3 fungsi utama dalam pembelajaran yaitu: sebagai suplemen yang sifatnya pilihan (opsional), pelengkap (komplemen), atau pengganti (substitusi) (Siahaan, 2007). 1.
Optional Dikatakan berfungsi sebagai suplemen (opsional), apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran
elektronik
kewajiban/keharusan
bagi
atau
tidak.
peserta
Dalam
didik
hal
untuk
ini,
tidak
mengakses
ada
materi
pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan. 2.
Komplemen Dikatakan berfungsi sebagai komplemen (pelengkap) apabila materi pembelajaran
elektronik
diprogramkan
untuk
melengkapi
materi
pembelajaran yang diterima siswa di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement (pengayaan) atau remedial bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional. 3.
Substitusi Pengunaan e-learning sebagai pengganti sudah dibuktikan pada perguruan tinggi di beberapa negara maju. Mahasiswa diberikan 3 pilihan yaitu menggunakan pembelajaran konvesional seluruhnya, sebagian menggunakan
64
pembelajaran konvensional dan sebagian lagi menggunakan
e-learning
sedangkan opsi terakhir adalah penggunaan e-learning secara sepenuhnya.
2.2.4. Learning Management System (LMS) Menurut Ryan K.Ellis dalam buku A Field Guide to Learning Management System (2009 :1), “ Learning Managemet System, the basic description is a software application that automates the administration, tracking, and reporting of training events”. Ryan K.Ellis menjelaskan bahwa LMS adalah sebuah perangkat lunak atau software untuk keperluan administrasi, dokumentasi, pencarian materi, laporan sebuah kegiatan,pemberian materi-materi pelatihan kegiatan belajar mengajar secara online yang terhubung ke internet. LMS digunakan untuk membuat materi pembelajaran online berbasiskan web dan mengelola kegiatan pembelajaran serta hasil-hasilnya. LMS ini sering disebut juga dengan platform e-learning atau learning content management system (LCMS). Intinya LMS adalah aplikasi yang mengotomasi dan memvirtualisasi proses belajar mengajar secara elektronik.
2.1.4.1 Fitur-fitur LMS Menurut Ryann K.Ellis, A Field Guide to LMS (2009:2) di dalam LMS juga terdapat fitur-fitur yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dari pengguna dalam hal pembelajaran. Fitur-fitur yang terdapat dalam LMS pada umumnya antara lain : 1.
Administrasi, yaitu informasi tentang unit-unit terkait dalam proses belajar mengajar. Fitur ini mengatur tentang kelengkapan belajar mengajar, antara 65
lain : silabus, jadwal pelajaran, tugas, jadwal ujian, daftar referensi dan bahan bacaan. 2.
Penyampaian materi dan kemudahan akses ke sumber referensi, antara lain : bahan presentasi, contoh ujian yang lalu, situs-situs referensi, situs-situs bermanfaat, artikel dan jurnal online.
3.
Penilaian, fitur yang menampilkan hasil-hasil kegiatan belajar mengajar yang telah berlangsung dan hasil evaluasi.
4.
Ujian online
5.
Komunikasi, fitur yang menyediakan sarana komunikasi bagi pengguna LMS, antara lain : forum diskusi online, mailing list diskusi, chat.
2.2.5. Edmodo Menurut Balasubramanian dan Jaykumar (2014:416), Edmodo adalah aplikasi web berbentuk Learning Management System (LMS) atau pembelajaran berbasis jejaring sosial yang aman dan gratis dalam memudahkan guru untuk membuat dan mengelola kelas virtual sehingga siswa dapat terhubung dengan teman dan guru kapan saja dan di mana saja. Sudibjo
(2013:188)
mengemukakan
bahwa
Edmodo
diciptakan
menggunakan konsep yang mirip dengan facebook, dimana tujuan pembuatannya adalah khusus untuk bidang pendidikan yang dapat mendukung proses pembelajaran secara online. Berdasarkan kutipan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Edmodo adalah sarana pembelajaran berbasis jejaring sosial untuk mendukung proses belajar mengajar pada kelas virtual, dimana Edmodo memberikan fasilitas untuk berbagi materi, berkomunikasi dengan guru maupun siswa lain, serta dapat memberikan tugas secara online yang dapat digunakan dimana saja dan kapan saja.
66
2.2.6. Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) dikembangkan oleh Venkatesh dkk. (2003). Model ini mensitesiskan delapan (8) model penerimaan teknologi yang telah dikembangkan sebelumnya. Delapan model tersebut antara lain Theory Reasoned Action (TRA), Technology Acceptance Model (TAM), Motivational Model (MM), Theory of Planned Behavior (TPB), Combined TAM and TPB, Model of PC Utilization (MPCU), Innovation Diffusion Theory (IDT) dan Social Cognitive Theory (SCT). Dibandingkan dengan kedelapan model tersebut, UTAUT terbukti lebih berhasil menjelaskan hingga 70% varian behavior intention. Pendapat ini diperkuat oleh Oshlyansky dkk. (2007) yang menemukan bahwa UTAUT cukup tangguh (robust) kendati diterjemahkan dalam berbagai bahasa dan dapat digunakan lintas budaya. Model UTAUT memiliki empat konstruk utama yang memainkan peran penting sebagai determinan langsung dari behavioral intention dan use behavior (Sedana & Wijaya, 2010), yakni performance expectancy, effort expectancy, social influence dan facilitating conditions. Disamping itu terdapat empat moderator yakni gender, age, experience dan voluntariness of use, yang diposisikan untuk memoderasi dampak dari konstruk-konstruk pada behavioral intention dan use behaviour. Gambar 2.1 menampilkan model UTAUT yang dikembangkan oleh Venkatesh dkk. (2003).
67
Gambar 2.3 : Model UTAUT (Venkantesh dkk., 2003)
2.2.6.1. Performance Expectancy Performance expectancy didefinisikan sebagai tingkat sejauh mana seseorang meyakini bahwa menggunakan sistem akan membantunya mencapai keuntungan kinerja dalam pekerjaannya (Venkatesh dkk., 2003). Venkatesh dkk. menemukan bahwa konstruk ini berpengaruh terhadap behavioral intention.
2.2.6.2. Effort Expectancy Effort expectancy didefinisikan sebagai tingkat kemudahan terkait dengan penggunaan sistem (Venkatesh dkk., 2003). Venkatesh dkk. menemukan bahwa effort expectancy memiliki pengaruh terhadap behavioral intention.
2.2.6.3. Social Influence Social influence didefinisikan sebagai tingkat sejauh mana seseorang merasakan bahwa orang-orang yang dianggapnya penting, percaya bahwa ia seharunya menggunakan sistem yang baru (Venkatesh dkk., 2003). Venkatesh
68
dkk. melaporkan hasil temuannya bahwa social influence mempengaruhi behavioral intention.
2.2.6.4. Facilitating Conditions Facilitating conditions didefinisikan sebagai tingkat sejauh mana seseorang meyakini bahwa infrastruktur organisasi dan teknis yang ada mendukung penggunaan sistem (Venkatesh dkk., 2003). Venkatesh dkk. menemukan bahwa facilitating conditions tidak berpengaruh tehadap behavioral intention, namun mempengaruhi use behavior. Hasil ini mengakibatkan model model UTAUT yang dikembangkan hanya melihat pengaruh facilitating condition terhadap use behavior.
2.2.6.5. Behavioral Intention Behavioral intention didefinisikan sebagai ukuran kekuatan niat seseorang untuk melakukan perilaku tertentu (Ajzen dalam Abdulwahab & Dahalin, 2010). Dalam konsep dasar model-model user acceptance yang telah dikembangkan, behavioral intention menjadi konstruk intervening (variabel antara) dari hubungan reaksi pengguna atas penggunaan teknologi informasi dengan actual use (use behavior). Peran behavioral intention sebagai prediktor use behavior telah diterima secara luas dalam berbagai model user acceptance (Dasgupta dkk., 2007; Venkatesh dkk., 2003). Karena itu dalam penelitian ini behavioral intention dijadikan variabel terikat yang terakhir. Hubungan antara behavioral intention dan use behavior diabaikan, karena diasumsikan bahwa hasilnya akan sama dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
2.3. Penelitian Sebelumnya Sebagai referensi dan acuan pada penelitian ini, maka tersebut dibawah ini hasil dari penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penggunaan Edmodo: 1.
Effect Model Pembelajaran E-learning Berbasis Edmodo Pendekatan Cooperative Learning Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Mahasiswa.
69
STMIK IKMI Cirebon (Tri Ginanjar Laksana, Nana Suarna : 2014) Penelitian ini membahas tentang : Pembelajaran perkuliahan praktikum algoritma menggunakan e-learning berbasis model Cooperative Learning merupakan perkuliahan didasarkan kepada pembelajaran kerjasama di dalam pembelajaran e-learning dengan cara kerja kelompok untuk menyelesaikan projek yang diberikan oleh dosen pengampu. Tujuan dengan pembelajaran e-learning Edmodo berbasis model Cooperative Learning adalah : Meningkatkan kualitas pembelajaran, kerjasama dalam setiap project, menyatukan keanekaragaman dan belajar bersosialisasi di dalam pembelajaran e-learning berbasis Edmodo menggunakan pendekatan Cooperative Learning adalah : mengajarkan nilai, kooperatif, kerjasama membangun rasa empati dan partisipasi serta. Dari hasil analisa kegiatan pembelajaran e-learning Edmodo menggunakan pendekatan cooperative learning. Pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 jurusan teknik informatika jurusan teknik informatika STMIK IKMI Cirebon, dapat disimpulan bahwa ada peningkatan kualitas mahasiswa dengan adanya nilai akademik mahasiswa dan kemampuan pemahaman perkuliahan praktikum algoritma. Selain penggunaan pembelajaran elearning dengan Edmodo dan menggunakan pendekatan model Cooperative Learning, diharapkan bersama tim kelompok belajar memiliki hasil yang diinginkan mampu memberikan kemudahan melaksanakan project perkuliahan praktik pemrograman algoritma. 2.
Hubungan Penggunaan Media Pembelajaran Edmodo Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran Simulasi Digital Di SMK Negeri 1 Gombong. (Muhammad Azyes Herlambank : 2015) Penelitian ini membahas tentang : Edmodo merupakan media pembelajaran berbasis jejaring sosial yang
digunakan pada mata pelajaran simulasi digital di SMK Negeri 1 Gombong sebagai media untuk menyampaikan materi, tugas maupun informasi. Akan tetapi hasil belajar siswa masih ada yang belum mencapai standar nilai yang ditetapkan. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mendeskripsikan tingkat penggunaan media pembelajaran edomodo dan hasil belajar siswa pada pelajaran simulasi digital; dan 70
(2) mengetahui hubungan penggunaan media pembelajaran Edmodo dengan hasil belajar siswa pada pelajaran simulasi digital di SMK Negeri 1 Gombong. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bersifat korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Kompetensi Keahlian Teknik Komputer Jaringan di SMK Negeri 1 Gombong sejumlah 144 siswa dan diambil sebagai sampel sejumlah 106 siswa dengan menggunakan teknik simple random sampling. Data dikumpulkan dengan angket, wawancara, dan dokumentasi, Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif dan analisis parametrik. Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) tingkat penggunaan media pembelajaran Edmodo dalam kategori tinggi sebesar 5% dalam kategori sedang sebesar 29% dalam kategori rendah sebesar 54% dan dalam kategori sangat rendah sebesar 29% dalam kategori rendah sebesar 54% dan dalam kategori sangat rendah 12%. Hasil belajar siswa pada pelajaran simulasi digital dalam kategori kompeten sebesar 36% dan dalam kategori tidak kompeten sebesar 64% ; dengan hasil belajar siswa pada pelajaran simulasi digital berdasarkan Uji Korelasi Product Moment yang diperoleh (0,016 < 0,189), serta nilai signifikasi P
2.4.
Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran adalah narasi (uraian) atau pernyataan (proposisi)
tentang kerangka konsep pemecahan masalah yang telah diidentifikasi atau dirumuskan. Kerangka berpikir atau kerangka pemikiran dalam sebuah penelitian kuantitatif, sangat menentukan kejelasan dan validitas proses penelitian secara keseluruhan. Melalui uraian dalam kerangka berpikir, peneliti dapat menjelaskan secara komprehensif variabel-variabel apa saja yang diteliti dan dari teori apa variabel-variabel itu diturunkan, serta mengapa variabel-variabel itu saja yang diteliti. Uraian dalam kerangka berpikir harus mampu menjelaskan dan menegaskan secara komprehensif asal-usul variabel yang diteliti, sehingga variabel-variabel yang tercatum di dalam rumusan masalah dan identifikasi 71
masalah semakin jelas asal-usulnya.Pada gambar 2.2 berikut disajikan kerangka pemikiran penelitian: Permasalahan: Bagaimana Mengukur/Menganalisis Implementasi ELearning dengan Edmodo di SMA Negeri 2 Lahat?
Melakukan Observasi dan dan Studi Literatur mengenai e-Learning dan Edmodo
Melakukan Interview, Meminta Izin Penelitian dan Mengumpulkan Guru dan Murid SMA Negeri 2 Lahat sebagai Calon Partisipan
Implementasi Edmodo
Memberi Arahan Pemanfaatan Edmodo kepada Partisipan yang Setuju Membantu
Membuat Kuesioner dengan Metode UTAUT dan Menyebar Kuesioner
Mengumpulkan Jawaban Kuesioner
Tabulasi Data Jawaban Kuesioner dan Analisis Data Secara Statistik
Menyusun Laporan Hasil Penelitian
Gambar 2.2 : Kerangka Pemikiran Penelitian
72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian
“Analisis
Implementasi E-Learning dengan Edmodo pada SMA Negeri 2 Lahat” ini adalah sebagai berikut: 1.
Berdasarkan hasil survei terhadap 113 responden siswa SMA Negeri 2 Lahat pengguna Edmodo sebagian besar SETUJU memanfaatkan Edmodo sebagai fasilitas e-learning untuk mendukung proses belajar-mengajar di SMA Negeri 2 Lahat.
2.
Hubungan korelasi antara variabel a = performance expectancy (PE), b = effort expectancy (EE), c= social influence (SI), d = facilitating conditions (FC), dan e = behavioral intention (BI) dalam metode UTAUT sangat rendah yang berarti dalam penelitian implementasi Edmodo di SMA Negeri 2 Lahat tidak ditemukan keeratan hubungan antara variabel-variabel UTAUT di atas
3.
Hasil analisis regresi tidak berhasil menunjukkan pengaruh antara variabel a = performance expectancy (PE), b = effort expectancy (EE), c= social influence (SI), d = facilitating conditions (FC terhadap e = behavioral intention (BI) dalam metode UTAUT
73
74
5.2
Saran Berikut adalah saran-saran untuk penelitian lebih lanjut mengenai Analisis
Implementasi E-Learning dengan Edmodo pada SMA Negeri 2 Lahat: 1.
Kajian implementasi Edmodo sebaiknya dilaksanakan pada lingkungan sekolah yang sudah memiliki koneksi Internet yang baik untuk para siswanya.
2.
Perlu dilakukan perbandingan antara Edmodo dengan Learning Management System (LMS) lainnya baik yang gratis maupun LMS yang dikembangkan sendiri oleh pihak sekolah.