BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Secara umum bangunan berfungsi sebagai wadah untuk beraktifitas dengan aman dan nyaman tetapi tingkat kualitas tiap komponen bangunan tidak selamanya konstan karena mengalami penurunan kondisi selama umur layannya. Penyebab penurunan kondisi tersebut antara lain diakibatkan oleh pengaruh lingkungan, struktur bangunan, material, pemakaian maupun akibat interaksi diantara faktor-faktor tersebut (Soekirno, 2003). Politeknik Negeri Sriwijaya (Polsri) yang dahulunya bernama Politeknik Universitas Sriwijaya dan secara resmi dibuka pada tanggal 20 September 1982, dimana pada awal berdirinya Politeknik hanya mempunyai 2 (dua) Jurusan yaitu Jurusan Teknik Sipil dan Jurusan Teknik Mesin dan terus berkembang dengan membangun gedung-gedung lain seiring dibukanya program-program studi yang lain (hhtp:// Polsri.ac.id/). Pembangunan gedung-gedung tersebut tentunya harus diiringi dengan biaya pemeliharaan yang semakin meningkat untuk menjaga kondisi bangunan dapat berfungsi seperti semula. Seiring dengan berjalannya waktu maka bangunan gedung Polsri terus mengalami penurunan kondisi fisik baik dari segi arsitektur, struktur maupun utilitas sehingga akan sangat berbahaya karena bangunan gedung Polsri merupakan suatu bangunan publik dimana selain pelayanan yang diberikan akan terganggu, juga dapat mengancam keselamatan jiwa bila kerusakan-kerusakan yang terjadi tidak segera ditangani.
Untuk itu
maka perlu dilakukan
pemeliharaan berupa perbaikan gedung-gedung yang ada.
Namun mengingat
keterbatasan dana anggaran maka perbaikan gedung tersebut tidak dapat dilakukan sekaligus dalam satu periode anggaran,
sehingga diperlukan
pengambilan suatu keputusan yang tepat dalam menangani perbaikan gedunggedung yang ada ditinjau dalam beberapa kriteria penilaian komponen gedung yang meliputi komponen struktur, arsitektur dan utilitas.
Salah satu metode pengambilan keputusan dapat dilakukan diantaranya yaitu Metode Analisa Hirarki Proses.
1.2 Perumusan Masalah Adanya keterbatasan anggaran dana pemeliharaan gedung menyebabkan tidak dapat tertanganinya seluruh perbaikan gedung secara sekaligus, sehingga diperlukan penentuan prioritas penanganan perbaikan gedung secara cermat dan akurat sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya, untuk menghindarkan bangunan gedung akan lebih cepat rusak bila terjadi penundaan program pemeliharaan yang akan mengakibatkan meningkatnya biaya pemeliharaan. Untuk menentukan prioritas pemeliharaan gedung Polsri maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk menentukan prioritas penanganan pemeliharaan gedung berdasarkan kriteria komponen bangunan yang meliputi komponen struktur, arsitektur dan utilitas sehinggga dapat diketahui mana gedung yang menjadi prioritas penanganan pemeliharaan berdasarkan bobot penilaian dengan menggunakan metode Analisa Hirarki Proses (AHP) ?.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemeliharaan Pemeliharaan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan untuk menjaga suatu komponen, sistem, asset infrastruktur atau fasilitas agar berfungsi seperti yang direncanakan (Hudson, 1997). Pada bangunan gedung sekolah memerlukan pemeliharaan selama umur layan sehingga dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan yang direncanakan sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan karena selama umur layan ini berkemungkinan terjadi peningkatan beban layan bangunan dimana terdapat peningkatan jumlah murid/ mahasiswa pada suatu sekolah sehingga bangunan yang ada sudah tidak dapat mencukupi lagi dan disisi lain kondisi bangunan pun sudah mengalami penurunan. Latar belakang dari pemeliharaan adalah (Soekirno, 2003) : -
Adanya kenaikan kebutuhan atau fungsi bangunan, misalnya jumlah kelas yang sudah tidak mencukupi lagi dikarenakan bertambah banyaknya jumlah mahasiswa
-
Penurunan kondisi fisik bangunan seperti misalnya atap yang bocor atau dinding yang retak dan lain sebagainya. Ditinjau dari jenis pemeliharaan maka pemeliharaan dapat dibedakan atas
5 jenis, yaitu (Soekirno, 2003) : 1) Pemeliharaan preventif/ proaktif, dilakukan untuk memperlambat atau meniadakan deteriorasi/ kerusakan atau kegagalan atau sistem infrastruktur. 2) Pemeliharaan korektif/ reaktif, ditujukan untuk memperbaiki kerusakan dan/ atau mengembalikan infrastruktur pada tingkat operasi, fungsi yang memuaskan, layak setelah terjadi kerusakan. 3) Pemeliharaan rutin, dilakukan secara reguler atau terjadwal. Dan umumnya dapat dalam bentuk pemeliharaan preventif atau korektif. 4) Peningkatan/ penggantian, pemeliharaan yang dilakukan pada jangka waktu tertentu, tanpa melihat kondisinya menurun, dapat berupa pemeliharaan korektif/ reaktif.
5) Pemeliharaan restoral/ renovasi ke tingkat semula, berupa kegiatan pemeliharaan yang segera dilakukan untuk mencegah keruntuhan bangunan.
2.2 Penurunan Kondisi Infrastruktur Infrastruktur yang telah dioperasikan akan menurun kondisinya seiring dengan tingginya intensitas dan frekuensi pemakaiannya.
Perubahan kondisi
lingkungan atau peningkatan kebutuhan masyarakat akan mengakibatkan infrastruktur tersebut melayani beban yang lebih tinggi dibandingkan dengan beban rencananya sehingga akan mempercepat penurunan kondisi infrastruktur tersebut. Penurunan kondisi infrastruktur disebabkan oleh banyak hal. Berikut ini adalah beberapa sebab yang sering terjadi beberapa tahun terakhir (Hudson, et al., 1997) : 1. Terbatasnya dana investasi untuk bidang pekerjaan umum sehingga infrastruktur yang dihasilkan kualitasnya dibatasi sesuai dengan anggaran yang tersedia. 2. Kurang baiknya sistem manajemen yang mengoperasikan infrastruktur tersebut. 3. Tidak adanya persiapan dana pemeliharaan untuk masa mendatang. 4. Kurang tanggapnya pengelola infrastruktur untuk segera memperbaiki infrastruktur pada saat terjadi kerusakan, sehingga pada saat diperbaiki kerusakannya sudah sangat parah hingga perlu biaya yang lebih besar lagi. 5. Tidak adanya kesadaran pemerintah bahwa kurangnya infrastruktur yang dibangun berarti kurang pula pelayanan yang diberikan oleh pemerintah dan berarti pula tidak terpenuhinya hak masyarakat. 6. Adanya kecenderungan dari pemerintah pusat maupun daerah untuk menunda kegiatan pemeliharaan. Untuk memperlambat laju penurunan kondisi infrastruktur maka diperlukan suatu kegiatan pemeliharaan.
Jadi hubungan antara operasi dan
pemeliharaan sangat erat, hanya saja pemeliharaan mengatur aspek fisik, sedangkan operasi mengatur aspek non fisik. Setiap terjadinya penurunan kinerja
(kondisi layan) pada suatu infrastruktur perlu dideteksi penyebabnya apakah berasal dari sistem operasi atau dari sistem pemeliharaan sehingga dapat diambil langkah koreksi yang tepat sasaran. Bila penyebabnya pada sistem operasi, maka sistem operasilah yang perlu disesuaikan dan sebaliknya bila penyebab tersebut merupakan faktor fisik, maka langkah yang perlu diambil adalah perbaikan (rehabilitasi) atau peningkatan (renovasi) pada infrastruktur tersebut. Pada Gambar 3.1 berikut diperlihatkan hubungan antara operasi dan pemeliharaan :
Adjust Operastions
Condition & Performance Check ?
Operations
Preventive & Minor
Maintenance Repairs
Facility Maintenance
Repair Facilities
Gambar 2.1. Hubungan antara Operasi dan Pemeliharaan Pada umumnya, pelaksanaan perencanaan infrastruktur memperhatikan masalah kondisi awal, beban yang akan diterima infrastruktur tersebut dan sifat material yang akan digunakan sebagai masukan utama pada perencanaan strukturnya tanpa memperhatikan pengaruh lingkungan dan penurunan kondisi material sepanjang umur layannya (Hudson, 1997).
2.3 Komponen-komponen Bangunan Gedung Bangunan atau konstruksi merupakan suatu lingkungan buatan (wadah) yang bermanfaat bagi manusia atau lingkungan buatan yang memakai atau mengendalikan lingkungan alam asli agar bermanfaat bagi manusia. Bangunan dibangun sesuai dengan fungsinya dan dipengaruhi kondisi alam dimana bangunan tersebut berada. Komponen-komponen bangunan gedung adalah bagian dari bangunan gedung yang membentuk dan membuat bangunan gedung dapat berdiri dengan aman dan dapat beraktifitas di dalamnya dengan nyaman (Purnomo Soekirno, 2001). Komponen-komponen bangunan gedung terdiri dari : (1) Komponen Arsitektur Komponen Arsitektur adalah komponen yang berkaitan dengan bentuk, dimensi, tata letak, sirkulasi, massa dan estetika ruang dan bangunan secara keseluruhan. Untuk jenis bangunan gedung, komponen arsitektur merupakan komponen yang paling awal di desain yang akan menjadi acuan komponen yang lainnya seperti komponen struktur, komponen mekanikal dan elektrikal. Komponen arsitektur terdiri dari : (i) Komponen Ruang Komponen ruang adalah komponen-komponen yang membentuk ruang, terdiri dari: a. Lantai Lantai bangunan dapat menggunakan struktur langsung dengan ketinggian tertentu atau konstruksi lantai panggung dari kayu. Permukaan lantai harus rata dan harus kedap air. b. Dinding Dinding bangunan harus kedap air dan kokoh dengan bahan batu bata, batako, dinding pracetak yang diplester, bamboo, semen dengan rangka kayu, kayu dan bahan lain yang memenuhi syarat sebagai dinding.
c. Plafond Di bawah atap harus ada langit-langit atau plafond untuk mengurangi pancaran radiasi panas dari atap ke ruangan. d. Pintu Pintu adalah salah satu komponen ruang untuk tempat keluar masuknya orang yang akan beraktivitas di dalam ruang. e. Jendela Jendela adalah tempat keluar masuknya angin agar udara di dalam ruang dapat mengalami pergantian dan orang yang beraktivitas di dalamnya dapat lebih nyaman. (ii) Komponen Estetika Komponen estetika adalah komponen yang memberikan nilai keindahan dan kenyamanan pada bangunan sehingga pengguna bangunan akan merasa nyaman melakukan aktivitas di dalamnya (Dep. Kimpraswil, 1987). Komponen estetika bangunan seperti bentuk bangunan. (2) Komponen Struktur Komponen struktur adalah komponen yang berfungsi mendukung bebanbeban yang ada pada bangunan tersebut dan menyalurkannya ke tanah pendukung sehingga bangunan menjadi lebih stabil. Komponen-komponen
struktur
bangunan
membentuk
sistem
struktur
bangunan yang terdiri dari struktur atas dan struktur bawah. Sistem struktur tersebut secara keseluruhan berfungsi untuk menerima, memikul dan menyalurkan beban sampai ke tanah pendukung sehingga bangunan lebih stabil. (i) Struktur Atas, yaitu bangunan yang berada di atas permukaan tanah, terdiri dari : a. Kolom Berguna untuk menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Pengaruh pembebanan pada ukuran kolom tergantung pada
elemen-elemen yang akan didukung oleh kolom tersebut, baik itu beban mati maupun beban hidup. b. Balok Balok merupakan struktur horisontal untuk menahan beban dan mengalami tekanan lendut. Proses penentuan ukuran balok yang telah diketahui bentangnya merupakan proses yang relatif langsung dan terdiri atas penentuan beban yang bekerja padanya, pencarian sifat material yang diperlukan, geometri penampang melintang dan dimensi lainnya, sedemikian rupa sehingga balok tersebut mampu memikul kondisi pembebanan yang ditentukan. c. Pelat Pelat merupakan struktur planar kaku yang secara khas terbuat dari material monolit yang tingginya kecil dibandingkan dengan dimensidimensi lainnya. Pelat dapat ditumpu diseluruh tepinya yang disebut pelat dua arah dimana lenturannya akan timbul pada dua arah yang saling tegak lurus apabila perbandingan sisi panjang terhadap sisi pendek yang saling tegak lurus lebih besar dari dua, pelat dapat dianggap hanya bekerja sebagai pelat satu arah. Komponen lantai atau atap bangunan gedung struktur beton bertulang dapat berupa pelat dengan seluruh beban yang didukung langsung dilimpahkan ke kolom dan selanjutnya ke pondasi bangunan. d. Rangka Atap Rangka atap sebagai penopang, penyangga dan dasar landasan penutup atap yang terdiri dari kuda-kuda, gording, nok, jurai, kasau dan reng. (ii) Struktur Bawah a. Pondasi Pondasi merupakan pekerjaan struktur bawah yang berguna untuk menyebarkan atau meneruskan beban (beban hidup dan beban mati) dari struktur atas dan tekanan tanah ke pondasi agar menjadikan konstruksi stabil.
Untuk memilih pondasi yang memadai harus
memperhatikan hal-hal seperti keadaan tanah pondasi, batasan-batasan
akibat konstruksi di atasnya, batasan-batasan dari sekelilingnya, waktu dan biaya pekerjaan. b. Basement Basement adalah suatu lantai yang berada di bawah lantai dasar dan dibangun di bawah permukaan tanah. (3) Komponen Utilitas Komponen utilitas adalah komponen yang menunjang tercapainya unsurunsur
kenyamanan,
kesehatan,
mobilitas,
keselamatan
dan
komunikasi.
Komponen utilitas terdiri dari : -
prasarana air bersih
-
jaringan air kotor
-
instalasi listrik
-
sarana komunikasi, dan lain-lain.
2.4 Analisa Hirarki Proses (AHP) Dalam perkembangannya, AHP tidak saja digunakan untuk menentukan prioritas pilihan-pilihan dengan banyak kriteria, tetapi penerapannya telah meluas sebagai model altenatif untuk menyelesaikan bermacam-macam masalah, seperti memilih portfolio, analisis manfaat biaya, peramalan dan lain-lain. AHP menawarkan penyelesaian masalah keputusan yang melibatkan seluruh sumber kerumitan. Hal ini dimungkinkan karena AHP cukup mengandalkan pada intuisi sebagai input utamanya, namun intuisi harus datang dari pengambilan keputusan yang cukup informasi dan memahami masalah keputusan yang dihadapi. Pada dasarnya, AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran. Ia digunakan untuk menemukan skala rasio baik dari perbandingan pasangan yang diskrit maupun kontinyu. Perbandingan-perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau dan suatu skala dasar yang mencerminkan kekuatan perasaan dan prefensi relatif AHP memiliki perhatian khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran dan pada ketergantungan di dalam dan diantara kelompok elemen strukturnya. Di dalam tulisan ini diberikan prinsip-prinsip dasar AHP
melaui contoh penerapannya untuk menyelesaikan masalah pengambilan keputusan. Dalam konteks pengambilan keputusan dengan multi kriteria, AHP menawarkan berbagai keunggulan dengan metode perencanaan kuantitatif yang lain diantaranya : a. Memberikan suatu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk berbagai macam persoalan yang kurang/tidak terstruktur. b. Memadukan pemikiran dedukatif dan pendekatan sistem dalam memecahkan permasalahan yang rumit. c. Memperlihatkan keterkaitan elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier. d. Memiliki kecenderungan pola pikir memilah-milah elemen-elemen sistem dalam berbagai tingkat dan pengelompokan unsur yang sejenis dalam tingkat yang sama. e. Memberikan skala dalam menetapkan prioritas yang diharapkan f. Menuntun ke pemikiran menyeluruh dalam mengambil alternatif yang baik g. Mempertimbangkan priotitas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka. h. Bersifat tidak memaksakan konsensus tapi mensintesa suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda-beda. AHP mendeskripsikan suatu pendekatan terstruktur dalam mengambil keputusan sebagai suatu pilihan umum (Overall Proference) diantara sejumlah alternatif yang dianggap mampu memenuhi serangkaian tujuan (Objectives). Skema umum proses AHP secara umum disampaikan pada Gambar 3.2 sebagai berikut :
Level 1 : Tujuan
Level 2 : Aspek
Tujuan (Objectives)
Aspek 1
Aspek 2
Aspek 3
Aspek 4
Aspek 5
Aspek 6
Aspek 7
Aspek 8
Level 3: Kriteria Krirteria 1
Kriteria 2
Kriteria 3
Kriteria 4
Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3
Alternatif 4
Level 4: Alternatif
Gambar 2.2. Skema AHP ( Sumber : Saaty, 1980)
Lebih spesifik secara metodologis proses aplikasi AHP dalam pengambilan keputusan dan prioritas antar alternatif disampikan pada Gambar 2.3. Pada intinya AHP membutuhkan 2 masukan yakni Weightening dan Scoring.
Pairwise comparison
Expert judgement
Bobot antar criteria (Weightning)
Skor antar alteratif (scoring) Performance Matrix
Weighted score
Prioritas
Gambar 2.3. Aplikasi AHP Dalam Menentukan Prioritas Pembobotan (weighting) diperoleh dari Pairwise Comparison hasil Persepsi Stakeholder (aktor). Sedangkan skoring untuk jumlah alternatif yang banyak paling cocok dilakukan dengan pendekatan Expert Judgement dari ahli
(dalam hal ini diawali peneliti).
Proses skoring dapat diminimalisir porsi
judgement-nya jika variabel alternatif diusahakan berupa data kuantitatif yang dapat diperbandingkan secara langsung besarnya. Inti dari AHP adalah pada metode untuk mengkonversi perkiraan subyektif dari tingkat relatif ke dalam suatu set skor atau bobot total. Metode ini pertama kali dikemukakan oleh Saaty (1980). Input dasar untuk PHA adalah jawaban para pengambil keputusan terhadap serangkaian pertanyaan yang dalam bentuk umum dapat diekpresikan sebagai-berikut : ”Seberapa penting kriteria A Realtif terhadap kriteria B?”.
Kondisi ini menyatakan adanya perbandingan
berpasangan (Pairwise Comparison). Dalam hal ini penilaian dapat dilakukan dengan memberikan suatu skala penilaian yang menunjukkan seberapa besar perbedaan tingkat kepentingan antara dua kriteria, sebagai contoh tabel 3.1. memberikan skala penilaian yang lazim digunakan untuk membandingkan tingkat kepentingan antara dua variabel. Tabel 2.1. Skala Penilaian Antar Kriteria Perbandingan nilai relatif antara kriteria I dan kriteria j (Xij) 1
Definisi Penilaian Sama Penting
3
Relatif Lebih Penting
5
Lebih Penting
7
Sangat Penting
9
Jauh Lebih Penting
2,4,6,8
Nilai Antara
(Sumber : Saaty, 1980)
Penjelasan Dua Kriteria (i dan j) memiliki tingkat kepentingan terhadap efektifitas pemenuhan tujuan yang sama Kriteria i sedikit lebih penting?efektif dibandingkan kriteria j dalam memenuhi tujuan Kriteria i memiliki tingkat kepentingan cukup besar dibandingkan kriteria J dalam memenuhi tujuan Kriteria i memiliki tingkat kepentingan yang sangat besar dibandingkan kriteria j dalam memenuhi tujuan Kriteria i memiliki tingkat kepentingan yang jauh lebih besar dibandingkan kriteria j dalam memenuhi tujuan Penilaian diantara nilai relatif lainnya
Untuk mendapatkan bobot komponen perlu dibuat suatu perbandingan secara berpasangan.
Metoda AHP digunakan untuk menentukan tipe
perbandingan relatif dalam mendapatkan skala rasio dari suatu penilaian. Penilaian relatif Wi, i= 1,2,3 ... n, untuk tiap komponen i adalah penilaian skala rasio wi dari komponen ke-i dan diperoleh dengan cara membandingkannya dalam pasangan dengan komponen lainnya. Dalam perbandingan pasangan, dua komponen dibandingkan berdasarkan sifat yang dimiliki bersama. a.
Penilaian Berpasangan Dalam Satu Hirarki dan Perhitungan Bobot Kepentingan Dan Uji Konsistensi Bagian terpenting dari metode ini adalah tahap penilaian perbandingan berpasangan, yaitu melakukan penilaian antara komponen pada suatu tingkat hirarki. Penilaian dilakukan dengan memberikan skala kepentingan berdasarkan perbandingan berpasangan antar komponen yang satu dengan yang lain.
Pemberian nilai skala kepentingan dapat diperoleh melalui
pengumpulan pendapat atau penilaian ahli yang mengerti permasalahan. Pengisian dilakukan dengan mengkaji skala kepentingan relatif antara dua komponen berpasangan dengan mencari tingkat dominasi satu komponen terhadap komponen lainnya. Secara garis besar, penilaian didalam AHP dilakukan dengan membuat matrik A yang menggambarkan pasangan. Setiap baris pada matrik merupakan perbandingan bobot setiap faktor Aij.
Jika matrik tersebut
dikalikan dengan verktor W, maka hasilnya adalah nW, seperti berikut ini :
W1/W1
W1/W2
W1/W3
W1/W4
W1
W1
W2/W1
W2/W2
W2/W3
W2/W4
W2
W2
W3/W1
W3/W2
W3/W3
W3/W4
Wn/W1
Wn/W2
Wn/W3
Wn/W4
X
W3
Wn
=
W3
........ (1)
Wn
dimana : Aij = Wi/Wj (perbandingan penilaian komponan i dan komponen j) Ij = 1,2,3,..,n
Maka akan diperoleh persamaan
A.W = n.W ................................................................................... (2)
Untuk memperoleh nilai W, dengan hanya mengetahui nilai A, persamaan diatas harus diselesaikan dengan cara berikut :
(A - n.1) = 0 ................................................................................. (3)
Dimana I = adalah matrik identitas
Persamaan ini akan mempunyai penyelesaian tidak nol, jika dan hanya jika n adalah Eign Value dan W adalah Eign Vector dari A. Dalam hal ini semua Eign Value bernilai nol kecuali satu yang bernilai n, yakni dengan Eign Value maksimum.
Jadi jika penilaian dilakukan secara konsisten, maka akan
didapatkan Eign Value Maksimum dari A yang bernilai n.
Untuk
mendapatkan nilai W, maka Eigen Value Maksimum disubstitusikan kedalam matrik A. Kemudian dengan menggunakan matrik A dan W, akan didapatkan satu persamaan baru dan dengan berdasarkan ketentuan bahwa bobot total sama dengan 1, beberapa persamaan tersebut dapat diuraikan hingga mendapatkan nilai W1, W2, W3,...,wn dan harga ini merupakan Eigen Vektor yang bersesuaian dengan Eigen Value maksimum.
Untuk mendapatkan
Vektor, kita harus menyelesaikan persamaan:
A.W=λmaks.W ........................................................................... (4) λmaks = Σaji wj/wi ..................................................................... (5)
Penyimpangan dari konsistensi dinyatakan dengan Index Consistensy (IC) dari persamaan berikut :
λmaks - n IC =
.............................................................. (6) N-1
Dimana : λ maks adalah Eigen Value yang terbesar (maksimum) Bila Index Consistensy (IC) lebih kecil atau sama dengan 0,1 adalah nilai yang mempunyai tingkat konsistensi baik dan dapat dipertanggung jawabkan.
Dengan demikian nilai IC merupakan ukuran atau patokan
konsistensi penilaian dengan menggunakan Consistency Ratio (CR), yang dirumuskan oleh persamaan: IC CR =
.......................................... (7) Random Consistency Index
Suatu tingkat konsistensi tertentu memang diperlukan dalam penentuan skala prioritas untuk mendapatkan hasil yang benar, nilai CR tidak boleh lebih dari 10 % jika tidak, penilaian yang telah dibuat mungkin dilakukan secara random dan penilaian perlu direvisi kembali. Tabel 3.2. Merupakan Random Consistensi Index. Tabel 2.2. Random Consistency Index N
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
RI
0
0
0,58
0,90
1,12
1,24
1,32
1,41
1,45
1,49
(Sumber : Saaty, 1980)
b. Skoring Tahapan selanjutnya dalam proses pengambilan keputusan dengan penggunaan AHP adalah memberikan skala nilai (skoring) dari masing-masing nilai kriteria. Pemberian nilai skoring nilai ini untuk memudahkan diberikan skala penilaian dari 0 sampai dengan 10.
2.5 Metode Penilaian Kondisi Bangunan Sekolah Dasar, Pendidikan Nasional, 2002
Departemen
Pemeriksaan tingkat kerusakan yang terjadi pada komponen bangunan gedung Sekolah Dasar berdasarkan bobot masing-masing komponen terhadap keseluruhan bangunan dan kriteria tingkat kerusakan bangunan Sekolah Dasar (Dept. Pendidikan Nasional, 2002) dapat dilihat pada tabel 2.3 dan 2.4. Tabel 2.3. Pemeriksaan Tingkat Kerusakan Komponen Bangunan Bobot (%) No
Komponen Bangunan
Sub Komponen Bangunan
1.
Struktur (51,2 %)
Pondasi Struktur Atap
2.
Arsitektur (40,1 %)
Lantai Dinding
Plafond Finishing
Sub-sub Komponen Bangunan
-
3.
Utilitas (8,7 %)
- Instalasi listrik - Instalasi Air - Drainase Limbah JUMLAH Nilai Tingkat Kerusakan
Terhadap Seluruh Bangunan Pondasi 12,00 % Kolom dan Balok 25,00 % Plesteran 2,00 % Kuda-kuda 5,00 % Kasau 3,20 % Reng 1,50 % Penutup Atap 2,50 % Penutup Lantai 12,00 % Batu bata/batako 7,00 % Plesteran 2,20 % Kaca 1,60 % Pintu 1,20 % Kusen 2,60 % Rangka Plafond 3,00 % Penutup Plafond 4,00 % Finishing Struktur 1,00 % (Cat) Finishing Plafond 1,25 % (Cat) Finishing Dinding 2,50 % (Cat) Finishing Kusen, 1,75 % Pintu&Jendela (cat kayu/Politur) 4,75 %
Kerusakan Maks 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
Tingkat Kerusakan Bobot Nilai (%) (%)
100 % 100 % 100 %
100 %
2,45 %
100 %
1,50 %
100 %
100 %
(Sumber : Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen. Pendidikan Dasar dan Menengah, 2002)
Tabel 2.4. Kriteria Tingkat Kerusakan Bangunan Sekolah Dasar No 1
Tingkat Kerusakan Rusak ringan
Tingkatan Fungsi Ruang Berfungsi penuh
Nilai tingkat kerusakan s/d 30%
2
Rusak sedang
Rusak berat
Nilai tingkat kerusakan 45% s/d 65%
Atap
Dinding
Sebagian kecil (s/d 30%) bidang dinding rusak :
Sebagian kecil (s/d 30%) bidang dinding rusak
Atap, usuk dan reng rusak
Plesteran retak rambut dan terkelupas
Bocor
Lantai
Sebagian ruangan masih bisa difungsikan
Sebagian besar atau seluruh ruang tidak bisa difungsikan
Keterangan
Sebagian kecil (s/d 30%) bidang lantai retak, ubin lepas dan lembab
Kerusakan pada sebagian kecil komponen non.struktur (penutup atap, langitlangit, dinding penutup lantai) Kerusakan pada bagian komponen non struktur dan sebagian kecil komponen struktur
Daun pintu dan jendela macet
Nilai tingkat kerusakan 30% s/d 45%
3
Penilaian Kerusakan Komponen Bangunan
Sebagian (30% s/d 50%) rusak:
Sebagian (30% s/d 75%) bidang dinding rusak
Sebagian (30% s/d 75%) bidang lantai rusak :
Penutup atap bocor
Plesteran, dinding bata retak besar
Bidang lantai retak berat
Rangka atap, usuk, reng, gording rusak
Daun pintu/jendela macet
Bidang lantai bergelombang
Sebagian besar (50% s/d 75%) atap rusak
Sebagian besar (50% s/d 75%) bidang dinding rusak :
Sebagian besar (50% s/d 75%) bidang lantai rusak :
Kerusakan pada sebagian besar komponen non struktur dan terutama komponen struktur atap, dinding,
Penutup atap bocor, rangka atap, usuk, reng lapuk, lendut
Plesteran dinding rusak, bata rusak besar
Penutup lantai terkelupas dan retak besar
Kusen, daun pintu/ jendela rusak (lepas,lendut,patah)
Lantai bergelombang dan mengalami penurunan
lantai pondasi gedung juga mengalami kerusakan sebagian
Kuda-kuda retak, lendut dan rusak
Engsel lepas, kaca pecah dan jendela/panel lepas
Penutup pintu/ jendela lepas, pecah, tidak ada Kolom pendukung lendut dan rusak/ roboh
(Sumber: Dept. Pendidikan Nasional, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2002)
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1) Melakukan pembobotan terhadap prioritas pemeliharaan Gedung Polsri dengan metode Analisa Hirarki Proses (AHP). 2) Melakukan pemeriksaan kondisi bangunan gedung Polsri. 3) Menentukan prioritas pemeliharaan gedung Polsri Dan dari penelitian ini diharapkan dapat : 1) Menjadi suatu masukan baru bagi ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu Teknik Sipil. 2) Memberikan masukan kepada jajaran pimpinan Polsri dalam menentukan prioritas pemeliharaan gedung polsri.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan melakukan penelitian terhadap objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada.
4.1 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan salah satu cara atau proses yang sistematis dalam pengumpulan, pencatatan dan penyajian fakta untuk mencapai tujuan tertentu. Pada penelitian ini data primer yaitu data yang dikumpulkan langsung dari objek yang diteliti, berupa hasil kuisioner yang disebarkan kepada responden dan hasil pemeriksaan kondisi bangunan gedung Polsri. Sedangkan data sekunder yaitu data yang dikumpulkan dari pihak ketiga atau dari sumber lain yang telah tersedia berupa data-data pendukung yang dibutuhkan dalam penelitian, antara lain gambar-gambar dan ukuran luas bangunan gedung Polsri.
4.2 Studi Pendahuluan Pada studi pendahuluan dilakukan identifikasi terhadap gedung-gedung di Polsri, penentuan jumlah responden, kriteria responden dan penyusunan kuisioner dan menyiapkan formulir pemeriksaan gedung Polsri. Adapun jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 30 orang yang terdiri dari 10 orang unsur pimpinan yang merupakan pihak pengambil kebijakan di Polsri, dari unsur senat yang merupakan badan pertimbangan dalam penentuan arah kebijakan anggaran Polsri berjumlah 10 orang dan dari staf pengajar jurusan Teknik Sipil yang merupakan orang-orang yang mengerti masalah teknis komponen-komponen bangunan gedung berjumlah 10 orang. Sedangkan identifikasi permasalahan yang dikaji dalam kuisioner meliputi : -
Sikap
responden terhadap tingkatan prioritas kepentingan ditinjau dari
kriteria komponen gedung meliputi komponen struktur, arsitektur dan utilitas.
-
Sikap
responden terhadap tingkatan prioritas kepentingan ditinjau dari
bangunan-bangunan gedung yang ada di Polsri meliputi Gedung KPA, Gedung Kuliah I sampai dengan Gedung Kuliah VI, Laboratorium Sipil, Bengkel Sipil, Bengkel Terbuka, Bengkel Mesin, Laboratorium Mesin, Laboratorium
Kimia,
Laboratorium
dan
Bengkel
EET,
Bangunan
Perlengkapan, Menara Air, Bengkel Perawatan dan Perbaikan Mesin, Masjid dan Sarana Olah Raga. Dan pemerikasaan terhadap gedung Polsri dillakukan terhadap bangunanbangunan gedung yang ada di Polsri meliputi pemeriksaan Gedung KPA, Gedung Kuliah I sampai dengan Gedung Kuliah VI, Laboratorium Sipil, Bengkel Sipil, Bengkel Terbuka, Bengkel Mesin, Laboratorium Mesin, Laboratorium Kimia, Laboratorium dan Bengkel EET, Bangunan Perlengkapan, Menara Air, Bengkel Perawatan dan Perbaikan Mesin, Masjid dan Sarana Olah Raga.
4.3 Waktu dan Tempat Penyebaran kuisioner kepada para unsur pimpinan Polsri, anggota senat Polsri dan staf pengajar jurusan Teknik Sipil dilakukan selama kurang lebih 2 minggu pada bulan Mei 2009.
Sedangkan
pemeriksaan bangunan gedung-
gedung di Polsri dilakukan selama kurang lebih 1 (satu) bulan antara bulan Juli dan Agustus 2009.
4.4 Analisis dan Pengolahan Data Pendekatan yang digunakan untuk menentukan prioritas pemeliharaan gedung Polsri pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Analisa Hirarki Proses (AHP). Analisis ini menggunakan persepsi para ahli/ pengambil keputusan untuk pegangan dalam mengambil keputusan. Tahapan pengambilan keputusan dalam AHP pada penelitian ini, secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut : a) Identifikasi bangunan gedung polsri meliputi jumlah dan fungsi gedung.
b) Menetapkan kriteria penilaian berdasarkan komponen bangunan yaitu komponen struktur, komponen arsitektur dan komponen utilitas. c) Menetapkan alternatif penilaian berdasarkan fungsi-fungsi gedung yang ada di Polsri. d) Melakukan tinjauan terhadap dominasi suatu pilihan terhadap pilihan lainnya untuk semua kriteria komponen bangunan dan alternatif pilihan gedung. e) Menyusun kuisioner dan melakukan survei. f)
Melakukan kompilasi data hasil pengisian kuisioner.
g) Melakukan
pembobotan
dengan
menggunakan
Matrix
Pair
Wise
Comparison. h) Skoring terhadap kriteria dan alternatif gedung. i)
Mengalikan bobot setiap kriteria dengan skor setiap komponen pada kriteria tersebut.
j)
Mengalikan bobot setiap alternatif dengan skor setiap gedung yang ada di Polsri pada alternatif tersebut.
k) Menjumlahkan nilai setiap kriteria dan altenatif sehingga didapat nilai total untuk menentukan prioritas pemeliharaan gedung Polsri. Setelah mendapatkan hasil akhir dari penilaian pembobotan dari hasil kuisioner selanjutnya bobot penilaian tersebut dikalikan dengan nilai Indeks Kondisi Gedung hasil pemeriksaan gedung Polsri, sehingga didapatkan urutan prioritas pemeliharaan dari Gedung Polsri.
4.5 Skema Kegiatan Penelitian Untuk memudahkan
memahami langkah dalam penelitian ini maka
dapat dilihat pada diagram alir penelitian pada Gambar 4.1.
TUJUAN
KAJIAN PUSTAKA
STUDI PENDAHULUAN
PENYUSUNAN KUISIONER
PENYUSUNAN FORMULIR PEMERIKSAAN BANGUNAN GEDUNG
PENYEBARAN DAN PENGUMPULAN KUISIONER
PEMERIKSAAN GEDUNG POLSRI
KOMPILASI DATA
ANALISA DATA
PRIORITAS PEMELIHARAAN GEDUNG POLSRI
KESIMPULAN DAN SARAN
Gambar 4.1. Diagram Alir Penelitian
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis data ini didasarkan pada data hasil kuisioner dan hasil pemeriksaan kondisi bangunan Polsri. Kuisioner disebarkan kepada responden yang terdiri dari beberapa unsur yaitu : unsur pimpinan, unsur senat dan unsur dosen. Pertanyaan yang diajukan dibagi dalam 2 katagori, katagori yang pertama yaitu terhadap pentingnya komponen bangunan meliputi komponen struktur, komponen arsitektur dan komponen utilitas.
Dan
katagori kedua tinjauan
terhadap pentingnya fungsi bangunan-bangunan yang ada di Polsri. Sedangkan pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan formulir pemeriksaan dari Pendidikan Dasar dan Menengah (2002) dan telah dikembangkan oleh Yuliawati (2006). Kuisioner dan formulir pemeriksaan dapat dilihat pada lampiran. Sedangkan nama-nama responden yang disurvei pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.1, 5.2 dan 5.3. Tabel 5.1. Nama-nama Responden Dari Unsur Pimpinan No
Nama
Jabatan
1
RD. Kusumanto
Direktur
2
Ir. Firdaus, M.T.
Pembantu Direktur I
3
Suhairi
Pembantu Direktur II
4
Bahri Joni
Pembantu Direktur III
5
Ir. Yohandri Bow, M.T.
Pembantu Direktur IV
6
A. Rahman
7
Tiur Simanjuntak
8
Aladin, S.E.Ak
9
Irawan
10
Dra. Lindawati
(Sumber : Hasil Survey, 2009)
Ketua Program NR Ketua Jurusan Bahasa Inggris Ketua Jurusan Akuntansi Ketua Jurusan Kimia Ketua MKU
Tabel 5.2. Nama-nama Responden Dari Unsur Senat No
Nama
Jabatan
1
Ir. Jakksen. M. Amin, M.Si
Sekretaris Senat
2
Jusmawi Bustan, SE
Ketua Komisi I
3
DR. Syahirman Yusi, SE., Msi
Ketua Komisi II
4
Periansya, S.E., MM
Ketua Komisi III
5
Ir. Sairul
Ketua Komisi IV
6
Ikhtison Mekongga, S.Kom
Anggota Senat
7
Ir. Sutini Pujiastuti, M.Si.
Anggota Senat
8
Firmansyah, SE
Anggota Senat
9
Neneng Miskiyah, SE, M.Si
Anggota Senat
10
Ir. Safei
Anggota Senat
(Sumber : Hasil Survey, 2009)
Tabel 5.3. Nama-nama Responden Dari Unsur Dosen No
Nama
Jabatan
1
Sukarman, S.T.
Dosen Jurusan Sipil
2
Ir. Efendi Susilo, M.T.
Dosen Jurusan Sipil
3
Ir. Wahidin
Dosen Jurusan Sipil
4
Drs. M. Absor
Dosen Jurusan Sipil
5
Drs. Suhadi
Dosen Jurusan Sipil
6
Drs. Raja Marpaung, S.T
Dosen Jurusan Sipil
7
Drs. Sudarmadji, S.T
Dosen Jurusan Sipil
8
Drs. Habibur
Dosen Jurusan Sipil
9
Ir. Yusri Bermawi, M.T.
Dosen Jurusan Sipil
10
Drs. Arfan Hasan, M.T.
Dosen Jurusan Sipil
(Sumber : Hasil Survey, 2009)
Dari hasil jawaban responden akan ditinjau berdasarkan dua yaitu yang pertama tinjauan terhadap pentingnya komponen bangunan satu dengan komponen bangunan yang lain dengan membagi tinjauan dalam empat kelompok
yaitu unsur pimpinan, unsur senat, unsur wakil dosen dan tinjauan terhadap keseluruhan responden. Dan yang kedua tinjauan terhadap pentingnya fungsi bangunan satu dengan bangunan yang lain dengan membagi tinjauan dalam empat kelompok yaitu unsur pimpinan, unsur senat, unsur wakil dosen dan tinjauan terhadap keseluruhan responden.
5.1 Tinjauan Terhadap Komponen Bangunan 5.1.1 Unsur pimpinan terhadap komponen bangunan Untuk mendapatkan nilai bobot masing-masing komponen bangunan maka dilakukan pembobotan.
Pembobotan kriteria dilakukan atas persepsi
responden dan proses pembobotan untuk mendapatkan bobot kepentingan setiap kriteria secara umum dilakukan dengan cara : i.
Membuat rata-rata penilaian untuk setiap responden
ii.
Membuat matrik perbandingan berpasangan (pairwaise comparison matrix) dari rata-rata penilaian dari setiap responden untuk mendapatkan bobot kriteria. Perhitungan pembobotan dapat dilihat pada lampiran dan hasil
perhitungan bobot kriteria dan eigen value yang menyatakan tingkat konsistensi dari jawaban yang disampaikan dapat dilihat pada tabel 5.4. Tabel 5.4. Matrik Perbandingan Komponen dari Unsur Pimpinan K
S
A
U
Eigen Vektor
Bobot
Eigen Value
S
1,00
1,27
1,01
9,85
0,360
1,08
A
0,79
1,00
0,80
7,76
0,284
0,85
U
0,99
1,25
1,00
9,73
0,356
1,07
27,33
1,00
3,00
IC
0
CR
0
Hasil pembobotan menunjukkan bahwa menurut penilaian unsur pimpinan kriteria terpenting dalam penentuan prioritas pemeliharaan komponen bangunan dari 3 kriteria komponen yang ditinjau adalah komponen struktur
dengan bobot 0,360, terpenting kedua adalah komponen utilitas dengan bobot 0,356 dan urutan ketiga adalah komponen arsitektur yaitu dengan bobot 0,284. 5.1.2 Unsur senat terhadap komponen bangunan Berdasarkan persepsi dari unsur senat maka pembobotan nilai terpenting dapat dilihat pada tabel 5.5. Tabel 5.5. Matrik Perbandingan Komponen dari Unsur Senat K
S
A
U
Eigen Vektor
Bobot
Eigen Value
S
1,00
1,08
0,93
9,03
0,333
1,00
A
0,93
1,00
0,86
8,36
0,309
0,93
U
1,07
1,16
1,00
9,70
0,358
1,07
27,09
1,00
3,00
IC
0
CR
0
Hasil pembobotan menunjukkan bahwa menurut penilaian unsur pimpinan kriteria terpenting dalam penentuan prioritas pemeliharaan komponen bangunan dari 3 kriteria komponen yang ditinjau adalah komponen utilitas dengan bobot 0,358, terpenting kedua adalah komponen struktur dengan bobot 0,333 dan urutan ketiga adalah komponen arsitektur yaitu dengan bobot 0,309. 5.1.3 Unsur dosen terhadap komponen bangunan Berdasarkan persepsi dari unsur dosen
maka pembobotan nilai
terpenting dapat dilihat pada tabel 5.6. Tabel 5.6. Matrik Perbandingan Komponen dari Unsur Dosen K
S
A
U
Eigen Vektor
Bobot
Eigen Value
S
1,00
1,12
0,81
8,79
0,320
0,96
A
0,89
1,00
0,73
7,86
0,286
0,86
U
1,23
1,37
1,00
10,79
0,393
1,18
27,45
1,00
3,00
IC
0
CR
0
Hasil pembobotan menunjukkan bahwa menurut penilaian unsur pimpinan kriteria terpenting dalam penentuan prioritas pemeliharaan komponen bangunan dari 3 kriteria komponen yang ditinjau adalah komponen utilitas dengan bobot 0,393, terpenting kedua adalah komponen struktur dengan bobot 0,320 dan urutan ketiga adalah komponen arsitektur yaitu dengan bobot 0,286.
5.1.4 Unsur pimpinan, senat dan dosen terhadap komponen bangunan Berdasarkan persepsi dari seluruh responden (unsur pimpinan, senat dan dosen) maka pembobotan nilai terpenting dapat dilihat pada tabel 5.7. Tabel 5.7. Matrik Perbandingan Komponen dari Seluruh Responden K
S
A
U
Eigen Vektor
Bobot
Eigen Value
S
1,00
1,15
0,92
9,25
0,338
1,01
A
0,87
1,00
0,80
8,02
0,294
0,88
U
1,09
1,25
1,00
10,05
0,368
1,11
27,32
1,00
3,00
IC
0
CR
0
Hasil pembobotan menunjukkan bahwa menurut penilaian unsur pimpinan kriteria terpenting dalam penentuan prioritas pemeliharaan komponen bangunan dari 3 kriteria komponen yang ditinjau adalah komponen utilitas dengan bobot 0,368, terpenting kedua adalah komponen struktur dengan bobot 0,338 dan urutan ketiga adalah komponen arsitektur yaitu dengan bobot 0,294.
5.2 Tinjauan Terhadap Fungsi Bangunan 5.2.1 Unsur pimpinan terhadap fungsi bangunan Berdasarkan persepsi dari unsur pimpinan maka pembobotan nilai terpenting dari pemeliharaan fungsi gedung Polsri dapat dilihat pada tabel 5.8.
Tabel 5.8. Matrik Perbandingan Fungsi dari Unsur Pimpinan K 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Eigen Vektor
Bobot
Eigen Value
1,00
1,06
1,05
1,08
1,13
1,08
1,17
1,00
1,01
1,10
1,03
1,03
1,00
1,05
1,05
1,05
0,88
302
0,0612
1,05
0,94
1,00
0,98
1,02
1,07
1,02
1,10
0,94
0,96
1,03
0,97
0,97
0,94
0,98
0,98
0,98
0,83
283
0,0575
0,99
0,96
1,02
1,00
1,03
1,08
1,03
1,12
0,96
0,97
1,05
0,99
0,99
0,96
1,00
1,00
1,00
0,85
289
0,0586
1,01
0,93
0,98
0,97
1,00
1,05
1,00
1,08
0,93
0,94
1,02
0,96
0,96
0,93
0,97
0,97
0,97
0,82
279
0,0566
0,98
0,88
0,94
0,92
0,95
1,00
0,95
1,03
0,88
0,90
0,97
0,91
0,91
0,88
0,92
0,92
0,92
0,78
267
0,0541
0,93
0,93
0,98
0,97
1,00
1,05
1,00
1,08
0,93
0,94
1,02
0,96
0,96
0,93
0,97
0,97
0,97
0,82
280
0,0568
0,98
0,86
0,91
0,89
0,92
0,97
0,92
1,00
0,86
0,87
0,94
0,88
0,88
0,86
0,89
0,89
0,89
0,76
258
0,0524
0,9
1,00
1,06
1,05
1,08
1,13
1,08
1,17
1,00
1,01
1,10
1,03
1,03
1,00
1,05
1,05
1,05
0,88
302
0,0612
1,05
0,99
1,05
1,03
1,06
1,11
1,06
1,15
0,99
1,00
1,08
1,01
1,01
0,99
1,03
1,03
1,03
0,87
298
0,0604
1,04
0,91
0,97
0,95
0,98
1,03
0,98
1,07
0,91
0,93
1,00
0,94
0,94
0,91
0,95
0,95
0,95
0,81
276
0,0559
0,96
0,97
1,03
1,02
1,05
1,10
1,05
1,14
0,97
0,99
1,06
1,00
1,00
0,97
1,02
1,02
1,02
0,86
293
0,0595
1,02
0,97
1,03
1,02
1,05
1,10
1,05
1,14
0,97
0,99
1,06
1,00
1,00
0,97
1,02
1,02
1,02
0,86
293
0,0595
1,02
1,00
1,06
1,05
1,08
1,13
1,08
1,17
1,00
1,01
1,10
1,03
1,03
1,00
1,05
1,05
1,05
0,88
302
0,0612
1,05
0,96
1,02
1,00
1,03
1,08
1,03
1,12
0,96
0,97
1,05
0,99
0,99
0,96
1,00
1,00
1,00
0,85
289
0,0586
1,01
0,96
1,02
1,00
1,03
1,08
1,03
1,12
0,96
0,97
1,05
0,99
0,99
0,96
1,00
1,00
1,00
0,85
289
0,0586
1,01
0,96
1,02
1,00
1,03
1,08
1,03
1,12
0,96
0,97
1,05
0,99
0,99
0,96
1,00
1,00
1,00
0,85
289
0,0586
1,01
1,13
1,20
1,18
1,22
1,28
1,22
1,32
1,13
1,15
1,24
1,16
1,16
1,13
1,18
1,18
1,18
1,00
341
0,0692
1,19
4930
1,00
17,00
IC
0
CR
0
Hasil pembobotan pada tabel 5.8,
menunjukkan bahwa menurut
penilaian unsur pimpinan kriteria terpenting dalam penentuan prioritas pemeliharaan ditinjau dari fungsi bangunan adalah sebagai berikut : 1. Utilitas 2. Lab. Kimia 3. Gedung KPA 4. Lab Sipil 5. Bengkel Sipil 6. Bengkel Mesin 7. Lab. Mesin 8. Gedung Kuliah II 9. Bengkel Perawatan dan Perbaikan 10. Gedung Fasilitas Umum 11. Lab dan Bengkel EET 12. Gedung Kuliah I 13. Gedung Kuliah V 14. Gedung Kuliah III 15. Bengkel Terbuka 16. Gedung Kuliah IV 17. Gedung Kuliah VI
5.2.2 Unsur senat terhadap fungsi bangunan Berdasarkan persepsi dari unsur senat maka pembobotan nilai terpenting dari pemeliharaan fungsi gedung Polsri dapat dilihat pada tabel 5.9.
Tabel 5.9. Matrik Perbandingan Fungsi dari Unsur Senat K 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Eigen Vektor
Bobot
Eigen Value
1,00
0,99
0,97
0,95
0,96
0,99
1,07
0,97
0,99
0,99
0,99
0,97
1,00
0,99
0,96
1,13
0,95
287
0,0583
0,99
1,01
1,00
0,99
0,96
0,98
1,00
1,08
0,99
1,00
1,00
1,00
0,99
1,01
1,00
0,98
1,15
0,96
290
0,0589
1,00
1,03
1,01
1,00
0,98
0,99
1,01
1,10
1,00
1,01
1,01
1,01
1,00
1,03
1,01
0,99
1,16
0,98
294
0,0598
1,02
1,05
1,04
1,03
1,00
1,01
1,04
1,13
1,03
1,04
1,04
1,04
1,03
1,05
1,04
1,01
1,19
1,00
301
0,0611
1,04
1,04
1,03
1,01
0,99
1,00
1,03
1,11
1,01
1,03
1,03
1,03
1,01
1,04
1,03
1,00
1,18
0,99
298
0,0606
1,03
1,01
1,00
0,99
0,96
0,98
1,00
1,08
0,99
1,00
1,00
1,00
0,99
1,01
1,00
0,98
1,15
0,96
291
0,0591
1,00
0,94
0,92
0,91
0,89
0,90
0,92
1,00
0,91
0,92
0,92
0,92
0,91
0,94
0,92
0,90
1,06
0,89
268
0,0545
0,93
1,03
1,01
1,00
0,98
0,99
1,01
1,10
1,00
1,01
1,01
1,01
1,00
1,03
1,01
0,99
1,16
0,98
294
0,0598
1,02
1,01
1,00
0,99
0,96
0,98
1,00
1,08
0,99
1,00
1,00
1,00
0,99
1,01
1,00
0,98
1,15
0,96
291
0,0591
1,00
1,01
1,00
0,99
0,96
0,98
1,00
1,08
0,99
1,00
1,00
1,00
0,99
1,01
1,00
0,98
1,15
0,96
291
0,0591
1,00
1,01
1,00
0,99
0,96
0,98
1,00
1,08
0,99
1,00
1,00
1,00
0,99
1,01
1,00
0,98
1,15
0,96
291
0,0591
1,00
1,03
1,01
1,00
0,98
0,99
1,01
1,10
1,00
1,01
1,01
1,01
1,00
1,03
1,01
0,99
1,16
0,98
294
0,0598
1,02
1,00
0,99
0,97
0,95
0,96
0,99
1,07
0,97
0,99
0,99
0,99
0,97
1,00
0,99
0,96
1,13
0,95
287
0,0583
0,99
1,01
1,00
0,99
0,96
0,98
1,00
1,08
0,99
1,00
1,00
1,00
0,99
1,01
1,00
0,98
1,15
0,96
291
0,0591
1,00
1,04
1,03
1,01
0,99
1,00
1,03
1,11
1,01
1,03
1,03
1,03
1,01
1,04
1,03
1,00
1,18
0,99
298
0,0606
1,03
0,88
0,87
0,86
0,84
0,85
0,87
0,94
0,86
0,87
0,87
0,87
0,86
0,88
0,87
0,85
1,00
0,84
253
0,0515
0,87
1,05
1,04
1,03
1,00
1,01
1,04
1,13
1,03
1,04
1,04
1,04
1,03
1,05
1,04
1,01
1,19
1,00
302
0,0613
1,04
4921
1,00
17,00
IC
0
CR
0
Hasil pembobotan pada tabel 5.9,
menunjukkan bahwa menurut
penilaian unsur senat kriteria terpenting dalam penentuan prioritas pemeliharaan ditinjau dari fungsi bangunan adalah sebagai berikut : 1. Utilitas 2. Gedung Kuliah III 3. Gedung Kuliah IV 4. Bengkel Perawatan dan Perbaikan 5. Lab. Mesin 6. Lab Sipil 7. Bengkel Sipil 8. Bengkel Terbuka 9. Bengkel Mesin 10. Gedung Kuliah II 11. Lab dan Bengkel EET 12. Gedung Kuliah V 13. Gedung Kuliah I 14. Gedung KPA 15. Lab. Kimia 16. Gedung Kuliah VI 17. Gedung Fasilitas Umum
5.2.3 Unsur dosen terhadap fungsi bangunan Berdasarkan persepsi dari unsur dosen maka pembobotan nilai terpenting dari pemeliharaan fungsi gedung Polsri dapat dilihat pada tabel 5.10.
Tabel 5.10. Matrik Perbandingan Fungsi dari Unsur Dosen
K 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Eigen Vektor
Bobot
Eigen Value
1,00
0,85
0,90
1,05
1,05
1,08
1,16
0,83
0,83
0,94
0,93
0,93
0,97
1,03
0,94
1,21
0,85
282
0,0567
0,96
1,17
1,00
1,06
1,23
1,23
1,27
1,36
0,97
0,97
1,10
1,09
1,09
1,14
1,21
1,10
1,42
1,00
329
0,0662
1,13
1,11
0,95
1,00
1,16
1,16
1,20
1,29
0,92
0,92
1,04
1,03
1,03
1,08
1,15
1,04
1,34
0,95
312
0,0629
1,07
0,95
0,81
0,86
1,00
1,00
1,03
1,11
0,79
0,79
0,90
0,88
0,88
0,92
0,98
0,90
1,15
0,81
267
0,0538
0,91
0,95
0,81
0,86
1,00
1,00
1,03
1,11
0,79
0,79
0,90
0,88
0,88
0,92
0,98
0,90
1,15
0,81
268
0,0540
0,91
0,92
0,79
0,83
0,97
0,97
1,00
1,07
0,77
0,77
0,87
0,86
0,86
0,89
0,95
0,87
1,11
0,79
260
0,0522
0,89
0,86
0,73
0,77
0,90
0,90
0,93
1,00
0,71
0,71
0,81
0,80
0,80
0,83
0,89
0,81
1,04
0,73
242
0,0487
0,83
1,20
1,03
1,08
1,26
1,26
1,31
1,40
1,00
1,00
1,13
1,12
1,12
1,17
1,24
1,13
1,45
1,03
339
0,0682
1,17
1,20
1,03
1,08
1,26
1,26
1,31
1,40
1,00
1,00
1,13
1,12
1,12
1,17
1,24
1,13
1,45
1,03
339
0,0682
1,16
1,06
0,91
0,96
1,11
1,11
1,15
1,24
0,88
0,88
1,00
0,99
0,99
1,03
1,10
1,00
1,28
0,91
299
0,0602
1,02
1,08
0,92
0,97
1,13
1,13
1,17
1,25
0,90
0,90
1,01
1,00
1,00
1,05
1,11
1,01
1,30
0,92
304
0,0611
1,04
1,08
0,92
0,97
1,13
1,13
1,17
1,25
0,90
0,90
1,01
1,00
1,00
1,05
1,11
1,01
1,30
0,92
304
0,0611
1,04
1,03
0,88
0,93
1,08
1,08
1,12
1,20
0,86
0,86
0,97
0,96
0,96
1,00
1,06
0,97
1,25
0,88
290
0,0584
0,99
0,97
0,83
0,87
1,02
1,02
1,05
1,13
0,81
0,81
0,91
0,90
0,90
0,94
1,00
0,91
1,17
0,83
273
0,0549
0,93
1,06
0,91
0,96
1,11
1,11
1,15
1,24
0,88
0,88
1,00
0,99
0,99
1,03
1,10
1,00
1,28
0,91
299
0,0602
1,02
0,83
0,71
0,75
0,87
0,87
0,90
0,96
0,69
0,69
0,78
0,77
0,77
0,80
0,85
0,78
1,00
0,71
233
0,0469
0,8
1,17
1,00
1,06
1,23
1,23
1,27
1,36
0,97
0,97
1,10
1,09
1,09
1,14
1,21
1,10
1,42
1,00
330
0,0664
1,13
4969
1,00
17,00
IC
0
CR
0
Hasil pembobotan pada tabel 5.10,
menunjukkan bahwa menurut
penilaian unsur dosen kriteria terpenting dalam penentuan prioritas pemeliharaan ditinjau dari fungsi bangunan adalah sebagai berikut : 1. Utilitas 2. Lab Sipil 3. Bengkel Sipil 4. Gedung Kuliah I 5. Gedung Kuliah II 6. Bengkel Mesin 7. Lab. Mesin 8. Bengkel Terbuka 9. Bengkel Perawatan dan Perbaikan 10. Lab. Kimia 11. Gedung KPA 12. Lab dan Bengkel EET 13. Gedung Kuliah IV 14. Gedung Kuliah III 15. Gedung Kuliah V 16. Gedung Kuliah VI 17. Gedung Fasilitas Umum
5.2.4 Unsur pimpinan, senat dan dosen terhadap fungsi bangunan Berdasarkan persepsi dari unsur pimpinan, senat dan dosen maka pembobotan nilai terpenting dari pemeliharaan fungsi gedung Polsri dapat dilihat pada tabel 5.11.
Tabel 5.11. Matrik Perbandingan Fungsi dari Keseluruhan Responden
K 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Eigen Vektor
Bobot
Eigen Value
1,00
0,96
0,97
1,02
1,04
1,04
1,13
0,93
0,94
1,00
0,98
0,98
0,99
1,02
0,98
1,12
0,90
289
0,0587
1,01
1,04
1,00
1,01
1,06
1,08
1,09
1,17
0,97
0,98
1,04
1,02
1,01
1,03
1,06
1,02
1,17
0,93
299
0,0608
1,05
1,03
0,99
1,00
1,05
1,07
1,07
1,16
0,96
0,97
1,03
1,01
1,00
1,02
1,05
1,01
1,16
0,92
297
0,0604
1,04
0,98
0,94
0,95
1,00
1,02
1,03
1,11
0,92
0,92
0,99
0,96
0,96
0,97
1,00
0,96
1,10
0,88
283
0,0574
0,99
0,96
0,93
0,93
0,98
1,00
1,00
1,09
0,90
0,91
0,97
0,94
0,94
0,95
0,98
0,94
1,08
0,86
278
0,0565
0,97
0,96
0,92
0,93
0,98
1,00
1,00
1,08
0,89
0,90
0,96
0,94
0,93
0,95
0,98
0,94
1,08
0,86
277
0,0562
0,97
0,89
0,85
0,86
0,90
0,92
0,93
1,00
0,83
0,83
0,89
0,87
0,86
0,88
0,90
0,87
1,00
0,79
256
0,0520
0,89
1,07
1,03
1,04
1,09
1,11
1,12
1,21
1,00
1,01
1,08
1,05
1,05
1,06
1,09
1,05
1,20
0,96
310
0,0629
1,08
1,06
1,02
1,03
1,08
1,10
1,11
1,20
0,99
1,00
1,07
1,04
1,04
1,05
1,08
1,04
1,19
0,95
307
0,0623
1,07
1,00
0,96
0,97
1,01
1,04
1,04
1,12
0,93
0,94
1,00
0,98
0,97
0,99
1,01
0,98
1,12
0,89
288
0,0585
1,00
1,02
0,98
0,99
1,04
1,06
1,06
1,15
0,95
0,96
1,02
1,00
0,99
1,01
1,04
1,00
1,14
0,91
294
0,0598
1,03
1,02
0,98
0,99
1,04
1,06
1,06
1,15
0,95
0,96
1,02
1,00
0,99
1,01
1,04
1,00
1,14
0,91
294
0,0598
1,03
1,01
0,97
0,98
1,03
1,05
1,06
1,14
0,94
0,95
1,01
0,99
0,99
1,00
1,03
0,99
1,13
0,91
292
0,0593
1,02
0,98
0,94
0,95
1,00
1,02
1,03
1,11
0,92
0,92
0,99
0,96
0,96
0,97
1,00
0,96
1,10
0,88
284
0,0576
0,99
1,02
0,98
0,99
1,04
1,06
1,06
1,15
0,95
0,96
1,02
1,00
0,99
1,01
1,04
1,00
1,14
0,91
294
0,0598
1,03
0,89
0,86
0,87
0,91
0,93
0,93
1,00
0,83
0,84
0,89
0,87
0,87
0,88
0,91
0,87
1,00
0,80
257
0,0523
0,90
1,11
1,07
1,08
1,14
1,16
1,16
1,26
1,04
1,05
1,12
1,09
1,09
1,10
1,14
1,09
1,25
1,00
322
0,0654
1,12
4922
1,00
17,00
IC
0
CR
0
Hasil pembobotan pada tabel 5.11,
menunjukkan bahwa menurut
penilaian dari keseluruhan responden kriteria terpenting dalam penentuan prioritas pemeliharaan ditinjau dari fungsi bangunan adalah sebagai berikut : 1. Utilitas 2. Lab Sipil 3. Bengkel Sipil 4. Gedung Kuliah I 5. Gedung Kuliah II 6. Bengkel Mesin 7. Lab. Mesin 8. Bengkel Perawatan dan Perbaikan 9. Lab. Kimia 10. Gedung KPA 11. Bengkel Terbuka 12. Gedung Kuliah III 13. Lab dan Bengkel EET 14. Gedung Kuliah IV 15. Gedung Kuliah V 16. Gedung Fasilitas Umum 17. Gedung Kuliah VI Dari tinjauan terhadap keseluruhan responden dapat dilihat bahwa penilaian responden terhadap prioritas pemeliharaan gedung Polsri adalah bangunan utilitas, hal ini disebabkan kondisi bangunan/ komponen utilitas dalam hal ini WC/kamar mandi masih tidak terawat sedangkan pada saat ini kerjasama yang sedang dijalin Polsri dengan berbagai pihak luar tentunya membutuhkan peningkatan pelayanan dari sarana maupun prasarana yang tersedia, oleh sebab itu para unsur pimpinan di Polsri memprioritaskan pemeliharaan Utilitas pada kepentingan pertama.
5.3 Nilai Indeks Kondisi Gedung Untuk mendapatkan Nilai Indeks Kondisi Gedung maka dilakukan pemeriksaan terhadap kondisi bangunan yang ada. Dan Nilai Indeks Kondisi Gedung dapat dilihat pada tabel 5.12. Tabel 5.12. Nilai Indeks Kondisi Gedung Polsri No
Gedung yang Ditinjau
1
Gedung (KPA/ B. Inggris)
3
Gedung Kuliah II (T. Mesin)
2 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16 17
Gedung Kuliah I (T. Sipil) Gedung Kuliah III (T. Kimia/ Akuntansi)
Gedung Kuliah IV (Adm Niaga) Gedung Kuliah V (Perpustakaan/ T. Elektro) Gedung Kuliah VI (Telkom/ MI/ T. Komputer)
Indeks Kondisi Gedung (IKG) 97,01% 96,77% 94,46% 98,37% 95,29% 92,38% 100%
Lab Sipil
95,70%
Bengkel Terbuka
94,77%
Bengkel Sipil
Bengkel Mesin Lab Mesin Lab Kimia
Lab dan Bengkel EET
Bengkel Perawatan &Perbaikan Gedung Fasilitas Umum Utilitas
(Sumber : Hasil Perhitungan, 2009)
94,77% 95,21%
97,28% 95,33% 97,28% 97,28% 84,25% 92,57%
Penggolongan penilaian Indeks Kondisi berdasarkan kondisi bangunan yaitu : -
Baik/ rusak ringan
= 80 – 100 %
-
Rusak sedang
= 49 – 79 %
-
Rusak berat
= 0 – 49 %
Dari hasil penilaian Indeks Kondisi Gedung pada tabel 5.12 dapat dilihat bahwa kriteria penilaian Indeks Kondisi gedung Polsri adalah dalam keadaan baik/ rusak ringan dimana nilai Indeks Kondisi Gedung rata-rata antara 80 % sampai 100%.
Sedangkan berdasarkan nilai Indeks Kondisi Gedung, maka
prioritas pemeliharaan gedung Polsri adalah sebagai berikut : 1. Gedung Fasilitas Umum 2. Gedung Kuliah V 3. Utilitas 4. Gedung Kuliah II 5. Bengkel Sipil 6. Bengkel Terbuka 7. Bengkel Mesin 8. Gedung Kuliah IV 9. Lab. Kimia 10. Lab. Sipil 11. Gedung Kuliah I 12. Gedung KPA 13. Lab. Mesin 14. Lab dan Bengkel EET 15. Bengkel Perawatan & Perbaikan 16. Gedung Kuliah III 17. Gedung Kuliah VI
5.4 Prioritas Pemeliharaan Bangunan Gedung Polsri Untuk mendapatkan prioritas pemeliharaan gedung Polsri maka hasil penilaian Indeks Kondisi Gedung dikalikan dengan nilai pembobotan fungsi dari masing-masing gedung berdasarkan pendapat dari para pengambil keputusan di Polsri. Adapun perkalian nilai Indeks Kondisi Gedung dengan nilai pembobotan dapat dilihat pada tabel 5.13. Tabel 5.13. Hasil Penilaian Tingkat Prioritas Pemeliharaan Gedung Polsri No
Kriteria yang Ditinjau
1
Gedung (KPA/ B. Inggris)
3
Gedung Kuliah II
2 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16 17
Gedung Kuliah I
Gedung Kuliah III (Kimia/ Akuntansi) Gedung Kuliah IV Gedung Kuliah V
Gedung Kuliah VI
Indeks Kondisi Gedung (IKG) 97,01% 96,77% 94,46% 98,37%
100%
Lab Sipil
95,70%
Bengkel Terbuka
94,77%
Bengkel Sipil
Bengkel Mesin Lab Mesin Lab Kimia
Lab dan Bengkel EET Bengkel Perawatan &Perbaikan
Gedung Fasilitas Umum Utilitas
(Sumber : Hasil Perhitungan, 2009)
94,77% 95,21% 97,28% 95,33% 97,28% 97,28% 84,25% 92,57%
Hasil
0,0587
5,748
0,0610
5,903
0,0604
5,703 5,758
0,0576
95,29% 92,38%
Bobot
x
0,0564
5,379
0,0562
5,624
0,0520
=
5,199
0,0629
6,016
0,0623
5,902
0,0585
5,543
0,0598
5,690
0,0598
5,813
0,0593
5,651
0,0576
5,602
0,0598
5,813
0,0523
4,404
0,0654
6,053
Dari tabel 5.13 dapat dilihat bahwa prioritas pemeliharaan gedung polsri berdasarkan pembobotan dengan metode AHP dan penilaian Indeks Kondisi Gedung adalah sebagai berikut : 1. Utilitas 2. Lab Sipil 3. Gedung Kuliah I 4. Bengkel Sipil 5. Lab. Mesin 6. Bengkel Perawatan dan Perbaikan 7. Gedung Kuliah III 8. Gedung KPA 9. Gedung Kuliah II 10. Bengkel Mesin 11. Lab. Kimia 12. Gedung Kuliah V 13. Lab dan Bengkel EET 14. Gedung Kuliah IV 15. Bengkel Terbuka 16. Gedung Kuliah VI 17. Gedung Fasilitas Umum
5.5 Pembahasan Dari hasil survei kuisioner terhadap tingkat kepentingan komponenkomponen gedung didapat bobot dari masing-masing yaitu komponen utilitas sebesar 0,368, komponen struktur sebesar 0,338 dan komponen arsitektur sebesar 0,294. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa menurut para responden prioritas terpenting dari penangan pemeliharaan gedung di Polsri adalah komponen utilitas, selanjutnya komponen struktur dan yang terakhir komponen arsitektur. Hal ini disebabkan bahwa kondisi bangunan gedung Polsri 100 % masih dalam kondisi rusak ringan sehingga untuk komponen struktur dan komponen arsitektur belum perlu mendapat penanganan yang utama dibanding dengan komponen utilitas,
karena pada saat ini Polsri sedang melakukan peningkatan kerjasama dengan pihak luar sehingga kondisi komponen utilitas perlu lebih ditingkatkan. Dari hasil survei kuisioner terhadap tingkat kepentingan fungsi gedung didapat bobot dari masing-masing fungsi gedung adalah yang pertama bangunan Utilitas, Lab Sipil, Bengkel Sipil, Gedung Kuliah I, Gedung Kuliah II, Bengkel Mesin, Lab. Mesin, Bengkel Perawatan dan Perbaikan, Lab. Kimia, Gedung KPA, Bengkel Terbuka, Gedung Kuliah III, Lab dan Bengkel EET, Gedung Kuliah IV, Gedung Kuliah V, Gedung Fasilitas Umum dan Gedung Kuliah VI, hal ini menunjukkan bahwa menurut responden bahwa bangunan utilitas merupakan prioritas utama dalam pemeliharaan bangunan dengan Polsri sedangkan gedung kuliah VI yang merupakan urutan prioritas penanganan terakhir dikarenakan gedung tersebut merupakan gedung terbaru yang dibangun. Dari hasil pemeriksaan kondisi bangunan gedung Polsri didapat nilai Indeks Kondisi Gedung berkisar antara nilai 80 % sampai dengan 100 % dengan Nilai Indeks Kondisi
tertinggi sebesar 100 % pada gedung Kuliah VI yaitu
dengan IK sebesar 100% dan IK terendah sebesar 84,25 %, hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan kondisi bangunan gedung Polsri masih dalam kondisi baik/ rusak ringan. Sedangkan prioritas penangan gedung Polsri berdasarkan bobot penilaian dengan metode AHP dan nilai Indeks Kondisi Gedung didapatkan prioritas penangan pertama dari gedung Polsri adalah utilitas, hal ini menunjukkan bahwa perlunya perbaikan terhadap utilitas-utilitas yang ada di gedung Polsri dimana pada saat ini utilitas yang ada pada gedung Polsri umumnya dalam keadaan tidak terawat/ kotor dengan cat yang sudah pudar. Sedangkan penangan terakhir yang perlu dilakukan pada gedung-gedung yang ada di Polsri adalah fasilitas umum, walaupun nilai Indeks Kondisi nya paling rendah namun dilihat dari fungsinya gedung fasilitas umum hanya sebagai pendukung dari kegiatan-kegiatan yang ada di Polsri.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1.
Berdasarkan penilaian dari unsur pimpinan, unsur senat dan dosen didapat tingkat kepentingan komponen-komponen gedung didapat bobot dari masingmasing yaitu komponen utilitas sebesar 0,368, komponen struktur sebesar 0,338 dan komponen arsitektur sebesar 0,294.
2.
Dari hasil penilaian terhadap tingkat kepentingan fungsi gedung didapat prioritas pemeliharaan gedung Polsri adalah bangunan Utilitas, Lab Sipil, Bengkel Sipil, Gedung Kuliah I, Gedung Kuliah II, Bengkel Mesin, Lab. Mesin, Bengkel Perawatan dan Perbaikan, Lab. Kimia, Gedung KPA, Bengkel Terbuka, Gedung Kuliah III, Lab dan Bengkel EET, Gedung Kuliah IV, Gedung Kuliah V, Gedung Fasilitas Umum dan Gedung Kuliah VI.
3.
Dari hasil pemeriksaan kondisi bangunan gedung Polsri didapat nilai Indeks Kondisi Gedung berkisar antara nilai 80 % sampai dengan 100 % dengan Nilai Indeks Kondisi tertinggi sebesar 100 % pada gedung Kuliah VI yaitu dengan IK sebesar 100% dan IK terendah sebesar 84,25 %, hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan kondisi bangunan gedung Polsri masih dalam kondisi baik/ rusak ringan.
4.
Prioritas penangan gedung Polsri berdasarkan bobot penilaian dengan metode AHP dan nilai Indeks Kondisi Gedung didapatkan prioritas penangan pertama dari gedung Polsri adalah utilitas, hal ini menunjukkan bahwa perlunya perbaikan terhadap utilitas-utilitas yang ada di gedung Polsri dimana pada saat ini utilitas yang ada pada gedung Polsri umumnya dalam keadaan tidak terawat/ kotor dengan cat yang sudah pudar. Sedangkan penangan terakhir yang perlu dilakukan pada gedung-gedung yang ada di Polsri adalah fasilitas umum, walaupun nilai Indeks Kondisi nya paling rendah namun dilihat dari fungsinya gedung fasilitas umum hanya sebagai pendukung dari kegiatankegiatan yang ada di Polsri.
4.2 Saran Adapun beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan kesimpulan yang ada adalah sebagai berikut : 1.
Didalam melakukan pemeliharaan gedung Polsri sesuai dengan prioritas yang ada dan pemeliharaan yang perlu dilakukan adalah pengecatan ulang terhadap dinding serta plafond dari bangunan utilitas, perbaikan terhadap fasilitas yang ada pada WC dan kamar mandi serta pembersihan lantai serta dinding bangunan.
2.
Pemilihan prioritas pemeliharaan dapat didasarkan pada hasil pemeriksaan kondisi bangunan gedung Polsri atau berdasarkan hasil penilaian pendapat dari unsur pimpinan dengan metode AHP atau berdasarkan kombinasi dari hasil pemeriksaan dan penilaian dari unsur pimpinan dengan metode AHP.