BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Perkembangan dalam pasar modal saat ini kian menarik banyak investor
untuk melakukan investasi. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang (Tandelilin, 2001). Investasi ini dilakukan dengan cara membeli sekuritas yang sekiranya memberikan return yang baik dan menjual sekuritas tersebut apabila sedang memerlukan dana atau menggantinya dengan sekuritas lain bila prospek sekuritas lain dipandang lebih menjanjikan. Sekuritas merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut (Husnan, 1993). Pasar modal dapat dikatakan sebagai sarana bagi para penjual dan pembeli agar dapat melakukan negosiasi terhadap pertukaran suatu komoditas atau kelompok komoditas, dan komoditas yang dipertukarkan di sini adalah modal (Ang, 1997). Pasar modal adalah bagian dari pasar finansial yang menjalankan fungsi ekonomi dengan cara mengalokasikan dana secara efisien dari pihak yang memiliki dana ke pihak yang memerlukan dana, dan fungsi keuangan yang ditunjukkan dari kemungkinan memperoleh imbalan bagi pemilik dana sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Pasar modal merupakan tempat bertemunya investor dengan emiten. Emiten pasar modal adalah perusahaan-perusahaan yang telah menerbitkan dan menawarkan surat berharga kepada masyarakat atau investor melalui penawaran umum dan investor adalah perorangan atau lembaga yang menanamkan modalnya dalam saham perusahaan. Pasar modal dapat juga berfungsi sebagai lembaga perantara (intermediaries). Fungsi ini menunjukkan peranan penting pasar modal
1
2
dalam menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana (Tandelilin, 2001). Tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Dalam melakukan investasi, investor akan memperkirakan berapa tingkat pendapatan yang diharapkan (expected return) dalam suatu periode tertentu di masa yang akan datang. Agar dapat memperoleh keuntungan, para investor harus mengestimasi semua faktor penting seperti return saham, risiko dan ketidakpastian saham, dan faktor lain yang berhubungan dengan kegiatan investasi di pasar modal yang mempengaruhi return investasi di masa mendatang. Dalam menentukan tingkat pengembalian aset yang diperlukan atau diharapkan digunakan model penilaian (pricing model). Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan salah satu model penilaian yang diperkenalkan oleh Sharp (1964), Litner (1965), Mossin (1966). Model ini mengasumsikan bahwa terdapat hubungan yang linier antara tingkat risiko dan tingkat return. Berdasarkan CAPM, variasi ekspektasi tingkat pengembalian hanya dapat dijelaskan oleh beta pasar. Beta merupakan kovarian antara return saham dengan return pasar dengan arah hubungan positif di mana jika return pasar naik maka return saham akan naik, begitu pula sebaliknya. Bodie et al. (2005) menjelaskan bahwa Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan hasil utama dari ekonomi keuangan modern. CAPM memberikan prediksi yang tepat antara hubungan risiko sebuah aset dan tingkat harapan pengembalian. Capital Asset Pricing Model mengasumsikan bahwa pasar saham yang ideal adalah pasar saham yang besar, dan para investor adalah para price-takers, tidak ada pajak maupun biaya transaksi, semua aset dapat diperdagangkan secara umum, dan para investor dapat meminjam maupun meminjamkan pada jumlah yang tidak terbatas pada tingkat suku bunga tetap yang tidak berisiko (fixed risk free rate). Dengan asumsi ini, semuua investor memiliki portofolio yang risikonya identik. Setelah model CAPM ini diperkenalkan muncul pendapat lain yang menyimpang dari model CAPM. Ada banyak studi empiris yang menguji apakah
3
model tersebut cukup menggambarkan perilaku harga saham pasar dalam praktiknya. Penyimpangan dari prediksi model terus muncul menyiratkan bahwa investor bisa mendapatkan abnormal return lebih dari yang diperkirakan. Beberapa kelemahan dalam prediksi oleh CAPM mulai muncul selama tahun 1980, peneliti mulai melihat faktor-faktor lain selain beta saham yang merupakan risiko sistematis CAPM yang mempengaruhi harga saham. Salah satu model yang didasari dari model CAPM yang dikembangkan adalah model Fama French. Fama dan French (1992) mengembangkan model penilaian mengkombinasikan beberapa faktor yaitu pasar (market) (ada di dalam CAPM), ukuran (size), dan rasio pasar (book to market ratio). Fama dan French (1992) mengatakan bahwa beta pasar tidak mampu menjelaskan return saham, sebaliknya ukuran perusahaan dan rasio pasar mampu menjelaskan return saham. Fama dan French (1993-1996) menggunakan tiga faktor yang menjelaskan return portofolio saham yang dibuat berdasarkan ukuran perusahaan dan book to market ratio. Selanjutnya Fama dan French (1993) merangkum variabel-variabel yang dapat mengungkapkan expected return dalam bentuk rumusan model tiga faktor (Fama French Three Factor Model) dimana model ini menyebutkan bahwa, selain market return, size dan rasio pasar merupakan proksi bagi risiko. Ketiga variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap return. Dalam konteks Indonesia, penggunaan Fama French Three Factor Model dalam menjelaskan pengembalian saham di Bursa Efek Indonesia tidak didalami secara jelas dan menyebar. Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah menginvestigasi pengaruh return pasar, ukuran perusahaan dan rasio pasar terhadap excess return di Indonesia dan aplikasinya dalam pembentukan portofolio khususnya saham-saham yang tergabung dalam Indeks LQ45. 1.2
Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, pembatasan masalah sangat diperlukan untuk
menjamin keabsahan dalam kesimpulan yang diperoleh. Agar tidak terjadi penyimpangan dari tujuan semula dan pemecahan masalah lebih terkonsentrasi. Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis hanya membatasi pada teori dan analisis pembentukan portofolio dengan model Fama French Three Factor Model dan
4
analisis pengaruh variabel-variabel nya (return pasar, ukuran perusahaan dan rasio pasar) terhadap excess return. 1.3
Tujuan Penulisan
1.
Mempelajari dan memahami salah satu metode pengembangan dari Capital Asset Pricing Model (CAPM) dalam peranannya terhadap return saham.
2.
Membentuk suatu portofolio dengan menggunakan model tiga faktor fama french.
3.
Menganalisis pengaruh variabel-variabel model tiga faktor fama french terhadap return saham.
4.
Menentukan pembobotan portofolio terbaik dari model tiga faktor fama french.
1.4
Tinjauan Pustaka Pengembangan teori Fama French Three Factor Model penelitian
sebelumnya yaitu Capital Asset Pricing Model (CAPM). CAPM dicetuskan oleh Sharpe (1964) dan Lintner (1965) secara terpisah, dalam model ini dijelaskan bahwa variansi ekspektasi tingkat pengembalian hanya dapat dijelaskan oleh beta pasar. Namun seiring berkembangnnya penelitian, hasil empiris lainnya menemukan beberapa deviasi atau anomali dari CAPM untuk periode 1980-an dan 1990-an. Temuan tersebut dapat dipertimbangkan sebagai tantangan terhadap validitas CAPM dengan menganggap bahwa beta pasar tidak cukup memadai untuk menjelaskan tingkat pengembalian saham yang diharapkan. Beberapa anomali tersebut adalah rasio E/P, size, leverage, dan rasio book to market. Fama dan French (1992) mengatakan bahwa beta pasar tidak mampu menjelaskan return saham, sebaliknya ukuran perusahaan dan book to market ratio mampu. Fama dan French (1993,1996) mengusulkan model tiga faktor untuk tingkat pengembalian saham yang diharapkan. Faktor yang dimaksud adalah exces-return pada portofolio saham dengan size kecil atas portofolio saham dengan size besar, dan excess-return pada portofolio saham dengan rasio book to market yang tinggi terhadap portofolio saham dengan rasio book to market yang rendah. Fama dan French (1996) berpendapat bahwa hasil empiris pada portofolio
5
yang dibentuk berdasarkan size dan rasio book to market menunjukkan bahwa secara rata-rata kesalahan absolut pricing pada CAPM cukup tinggi dibanding model tiga faktor. 1.5
Metode Penulisan Metode yang dipakai dalam penulisan tugas akhir ini adalah studi literatur
dan studi kasus. Untuk studi literatur, penulis mempelajari referensi-referensi yang berkaitan dengan teori portofolio dan model penilaian (pricing model) yang diperoleh dari perpustakaan-perpustakaan maupun media-media lain, seperti berbagai buku elektronik, jurnal, dan artikel resmi yang diperoleh dari situs-situs internet, serta bahan-bahan pendukung lainnya yang mendukung dalam penulisan skripsi ini. Sedangkan untuk studi kasus, penulis menggunakan data saham-saham yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dan tergabung dalam kelompok LQ45, yang dapat diakses memalui situs finance.yahoo.com dan idx.co.id. 1.6
Sistematika Penulisan Skripsi ini disusun dalam 5 (lima) bab, yaitu :
BAB I
:
PENDAHULUAN Dalam bab ini berisi latar belakang, pembatasan masalah, tujuan penulisan, tinjauan pustaka, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II
:
LANDASAN TEORI Dalam bab ini berisi beberapa definisi, teorema yang mendasari, serta teori pendukung.
BAB III
:
MODEL FAMA FRENCH TIGA FAKTOR TERHADAP PEMBENTUKAN PORTOFOLIO Dalam bab ini berisi return, expected return, Capital Asset Pricing Model, dan Fama French Three Factor Model.
BAB IV
:
STUDI KASUS Dalam bab ini berisi tentang penerapan metode dalam pembentukan portofolio dan analisis model portofolio terhadap return saham (excess return) pada sekuritas yang
6
tergabung dalam Indeks LQ-45 selama periode Januari 2011-Juli 2014 yang ada pada Bursa Efek Indonesia. BAB V
:
PENUTUP Pada bab terakhir ini, diberikan beberapa kesimpulan dari hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan beberapa saran.