BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebutuhan dasar manusia untuk bertahan hidup salah satunya adalah pemenuhan nutrisi terhadap tubuh karena dalam hierarki Maslow kebutuhan fisiologis salah satunya yaitu makan (sandang pangan) merupakan salah satu hal yang harus terpenuhi sebelum kebutuhan-kebutuhan lain seperti aktualisasi diri, kebutuhan dicinta, sayang dan kepemilikan, serta kebutuhan akan rasa aman terpenuhi, ketika seorang individu memilih untuk membatasi asupan nutrisi ke dalam tubuhnya kemungkinan besar yang terjadi adalah gangguan kejiwaan pada individu tersebut. Gangguan kejiwaan yang diakibatkan oleh kurangnya asupan nutrisi ke dalam tubuh disebut dengan gangguan makan. Gangguan makan dalam DSM IV disebutkan bahwa penyimpangan perilaku makan individu yang diakibatkan oleh persepsi salah akan suatu bentuk tubuh proposional. Gangguan makan atau yang disebut dengan Eating Disorder diklasifikasikan menjadi dua oleh DSM IV, yaitu Anorexia Nervosa dan Bulimia Nervosa. Anorexia Nervosa didefinisikan sebagai perilaku menolak untuk mempertahankan bentuk tubuh normal, sedangkan Bulimia Nervosa didefinisikan sebagai episode pengulangan dari binge eating atau makan tanpa memperhatikan jumlah, komposisi dan manfaat makanan diikuti dengan perilaku kompensasi yang abnormal, seperti memuntahkan, penyalahgunaan obat pencahar, penggunaan zat laxative dan diuretic, puasa, dan olahraga berlebihan. Menurut Syafiq dan Tantiani di Indonesia 34,8 % remaja mengalami perilaku makan menyimpang dengan spesifikasi 11,6% menderita anoreksia nervosa dan 27% menderita bulimia nervosa. Penelitian yang dilakukan oleh Kurnia di salah satu sekolah menengah atas di Jakarta juga meyebutkan sebanyak 88,5% remaja memiliki kecenderungan perilaku makan menyimpang dengan spesifikasi 11,8% cenderung pada anorexia nervosa, 23,3% cenderung pada bulimia nervosa, 5% pada binge eating dan 48,5% pada EDNOS dalam (Hapsari, 2009).
1.2 RUMUSAN MASALAH 1.2.1 Mengetahui definisi dari ganguan makan bagaimana cara mengidentifikasi suatu gangguan makan kedalam bulimia nervosa serta mengapa gangguan makan diklasifikasikan sebagai gangguan jiwa dan apa dampak yang terjadi jika mengalami
gangguan makan tersebut serta bagaimana penatalaksanaan dari gangguan makan tersebut.
1.3 TUJUAN PENULISAN Untuk mengetahui bagaimana gangguan makan tersebut berdampak bagi individu, cara pengklasifikasian dari gangguan makan tersebut sertacara penatalaksanaan yang dilakukan terhadap gangguan makan tersebut.
BAB II Kebiasaan makan pada remaja menyatakan remaja mempunyai kecenderungan untuk mengkonsumsi makanan di luar rumah atau sekolah, memilih makanan yang dianggap populer dan meningkatkan rasa percaya diri, serta mempunyai kebiasaan makan tidak teratur. Kebiasaan makan yang kurang baik pada remaja karena keinginan untuk terlihat langsing, khususnya pada remaja putri seringkali menimbulkan gangguan makan (eating disorder). Gangguan makan hadir ketika seseorang mengalami gangguan dalam tingkah laku makan, seperti mengurangi jumlah asupan makanan dengan ekstrem atau makan yang berlebihan tanpa memikirkan jumlah dan manfaat makanan yang dimakan. Gangguan makan juga bisa muncul dari perasaan menderita atau keprihatinan tentang berat atau bentuk tubuh yang tidak ideal. Seseorang dengan gangguan makan mungkin berawal dari mengkonsumsi makanan lebih sedikit atau lebih banyak daripada biasa, tetapi pada tahap tertentu, keinginan untuk makan lebih sedikit atau lebih banyak terus menerus di luar keinginan (American Psychiatric Association [APA], 2005). Menurut DSM-IV gangguan makan termasuk dalam gangguan kejiwaan dimana dalam beberapa kasus gangguan makan akan diiringi dengan gangguan kejiwaan yang lain seperti depresi, ansietas, penyalahgunaan zat, BDD (Body Dismorphic Dissorder). Gangguan makan diklasifikasikan dalam gangguan jiwa karena gangguan makan dapat mengganggu fungsi kehidupan sosial dari individu tersebut. Gangguan makan dalam DSM-IV dikelompokkan kedalam dua kelompok besar yaitu Anorexia Nervosa dan bulimia Nervosa. Bulimia nervosa untuk diagnosis pasti dibutuhakan beberapa gejala seperti terdapat preokupasi yang menetap untuk makan, dan ketagihan (craving) terhadap makanan yang tdak bisa dilawan, penderita tidak berdaya terhadap datangnya episode makan yang berlenihan dimana makanan dalam umlah yang besar dimakan dalam waktu yang singkat. Pasien berusaha melawan efek kegemukan dengan salah satu atau lebih cara seperti merangsang muntah oleh diri sendiri, menggunakan obat pencahar yang berlebihan, puasa berkala, memakai obat-obatan seperti penekan nafsu makan, sediaan tiroid atau diuretika. Jika terjadi pada penderita diabetes mereka akan mengabaikan pengonatan insulinnya. Bulimia nervosa memiliki 2 tipe yaitu purging type dan non purging type. Purging type atau yang disebut dengan tipe pengurasan adalah dimana individu makan dengan jumlah yang sangan besar kemudian memuntahkannya dengan cara memasukkan cari kedalam mulut dan merangsang agar terjadi muntah dan juga menggunakan obat pencahar yang berlebihan. Non purging
type atau yang disebut dengan non pengurasan adalah perilaku kompensasi yang dilakukan individu berua puasa (tidak makan) atau olahraga yang berlebihan. Gejala psikopatologinya terdiri dari ketakutn yang luar biasa akan kegemukan dan pemderita mengatur sendiri batasan yang ketat dari ambang berat badannya, sangat dibawah berat badan sebelum sakit dianggap berat badan yang sehat atau optimal. Seringkali, tetapi tidak selalu, ada riwayat ada episode noreksia nervosa sebelumnya, interval antara kedua gangguan tersebut berkisar antara beberaa bulan sampai beberapa tahun. Episode sebelumnya ini dapat jelas terungkap, atau dalam bentuk ringan yang tersembunyai dengan dengan kehilangan berat badan yang sedang dan atau suatu fase sementara dari amenorea. Bulimia nervosa harus dibedakan dari gangguan depresif walaupun penderit bulimia sering mengalami gejala-gejala depresi. Bulimia nervosa merupakan salah satu gangguan makan yang onsetnya dimulai pada masa remaja akhir atau masa dewasa awal, 90% kasusnya adalah perempuan dimana bulimia nervosa ini biasanya terjadi pada seorang remaja yang tergolong obesitas, contohnya hal ini sering terjadi dalam masyarakat ketika dalam lingkungan sehari-hari ukuran pakaian yang wajar adalah 8 maka seorang gadis yang memiliki ukuran pakaian 12 makan gadis tersebut akan merasa berbeda dibanding dengan lingkungan teman sebayanya, hal ini seringkali menjadi pemicu individu untuk melakukan diet. Pederita bulimia nervosa ini biasanya dimuali oleh stres dan rangsangan emosi negatif yang dimiliki dalam diri individu. Gejala lain yang terkait termasuklah inflamasi kronis dan sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar di leher dan di bawah rahang, robekan enamel gigi dan meningkatnya kepekaan dan kerusakan gigi akibat daripada pemaparan terhadap asam perut, penyakit refluks gastroesofagus, intestinal distress dan iritasi akibat penyalahgunaan obat cuci perut, masalah pada ginjal akibat penyalahgunaan obat diuretik, dan dehidrasi berat karena kekurangan cairan dari tubuh (APA, 2005).
Berdampak fatal bagi kesehatan! Meski tergolong ke dalam penyakit kejiwaan, dampak gangguan makan bisa sangat merusak, bahkan membawa Anda menuju ke kematian. Studi dari National Association of Anorexia Nervosa and Associated Disorders melaporkan, 5-10% pasien anoreksia meninggal dalam 10 tahun sejak pertama kali menderita gangguan makan tersebut. Bahkan, dalam 20 tahun, angka tersebut bisa melonjak hingga 18-20%. Lalu, menurut South Carolina Department of
Mental Health, sekitar 20% penderita anoreksia akan mati secara prematur akibat komplikasi dari gangguan mereka, termasuk karena bunuh diri dan masalah di jantung. Jika dibiarkan berlarut-larut, gangguan makan memang bisa berdampak ke kesehatan jantung.