BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Ruang publik merupakan ruang terbuka maupun tertutup yang berfungsi
sebagai tempat terjadinya interaksi sosial, ekonomi dan budaya. Di wilayah perkotaan, ruang publik merupakan bagian penting dalam sistem kota. Hal itu karena semakin padatnya permukiman diperkotaan menyebabkan semakin meningkatnya kebutuhan akan ruang publik (public space) sebagai tempat bertemu, berkumpul dan rekreasi. Ruang publik yang baik adalah ruang publik yang adaptif terhadap berbagai perkembangan kegiatan yang bersifat rekreatif. Untuk mewujudkan ruang publik yang baik tersebut maka ruang publik harus berdaya hidup (livable) yaitu dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi setiap masyarakat dalam melakukan berbagai
kegiatan
rekreasi,
memberikan
kesempatan
masyarakat
untuk
meningkatkan perekonomian serta meningkatkan kualitas lingkungan kawasan dan area perkotaan. Hal tersebut bertujuan untuk menunjang kehidupan perkotaan yang sejahtera dan berkelanjutan. Di beberapa wilayah perkotaan di negara berkembang khususnya di Indonesia banyak ditemukan ruang publik yang tidak berdaya hidup (unlivable). Hal itu dapat dilihat dari kondisi sarana dan prasarana yang belum dapat mengakomodasi berbagai aktivitas rekreasi, belum terfasilitasinya kegiatan ekonomi serta menurunnya kualitas lingkungan ruang publik. Kondisi ruang publik yang tidak berdaya hidup (unlivable public space) juga terdapat di perkotaan Bandar Lampung salah satunya di kawasan Pusat Kebudayaan dan Olah Raga (PKOR) Way Halim. Kawasan ini berada di lahan yang cukup luas yakni 209.970 m2 (20,997 Hektar). PKOR Way Halim merupakan ruang publik milik pemerintah Provinsi Lampung yang dibangunan untuk menunjang kegiatan olahraga dan budaya. Sayangnya sejak awal dibangun, ruang publik ini tidak dimanfaatakan secara optimal oleh masyarakat. Akibatnya banyak fasilitas yang ada justru menjadi
1
terabaikan hingga akhirnya rusak. Hal tersebut menyebabkan kawasan PKOR menjadi tidak berdaya hidup (unlivable). Kondisi tidak berdaya hidup nya kawasan ini diperparah dengan hadirnya pedagang kaki lima (PKL) yang memanfaatkan ruang-ruang terabaikan di kawasan ini sebagai tempat berdagang. PKL yang berada di kawasan ini sebenarnya merupakan generator yang menyebabkan kawasan ini menjadi ramai dikunjungi oleh masyarakat kota. Hal itu dikarenakan ragam jenis barang dagangan dan jasa yang ditawarkan PKL dengan harga yang murah merupakan hiburan yang terjangkau dari segi biaya bagi masyarakat menengah ke bawah. Respon masyarakat yang baik tersebut sayangnya menyebabkan perkembangan kegiatan PKL tidak terkendali. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya penurunan kualiatas lingkungan karena kegiatan komersial justru merusak atau menutup fungsi fasilitas olahraga dan budaya serta aktivitas komersial belum di dukung dengan sarana dan prasarana memadai. Kondisi tersebut menyebabkan kawasan PKOR Way Halim menjadi ruang publik yang tidak berdaya hidup (unlivable) karena pengunjung tidak merasa nyaman dan aman saat mengunjungi kawasan ini.
Jika dibiarkan terus menerus kondisi ini akan
berdampak luas pada menurunnya kualitas kehidupan masyarakat dan citra kota. Perkembangan kawasan PKOR Way Halim saat ini jika dilhat dari lain sisi merupakan sebuah potensi bagi pemerintah untuk mengembangkan ruang publik yang berdaya hidup. Hal ini dikarenakan respon masyarakat terhadap perkembangan PKOR Way Halim yang terjadi saat ini mengindikasikan bahwa kawasan PKOR Way Halim ini sendiri telah menjadi ruang publik yang aktif karena telah ramai dikunjungi. Oleh karena itu, melalui penataan kawasan PKOR Way Halim sebagai ruang publik yang berdaya hidup (libvable public space) akan menjadikan kawasan ini sebagai ruang publik yang nyaman dan aman untuk dikunjungi setiap orang, dapat mendukung citra kawasan sekitarnya dan Kota Bandar Lampung, dapat mendukung perkembangan ekonomi lokal serta dapat meningkatkan interaksi sosial masyarakatnya. Dengan begitu, kesejahteraan masyararakat dapat meningkat dan kawasan PKOR dapat berkembang secara berkelanjutan.
2
I.2
Permasalahan dan Tujuan Perencanaan 1.2.1 Permasalahan Perencanaan Secara umum, permasalahan yang mendasari perencanaan ini adalah kondisi kawasan PKOR Way Halim yang tidak berdaya hidup (livable). Padahal kawasan PKOR Way Halim merupakan ruang publik kota yang aktif. Hal tersebut menjadikan kawasan ini tidak dapat digunakan oleh masyarakat kota untuk melakukan berbagai aktivitas rekreasi dengan aman dan nyaman. Berdasarkan kondisi tersebut, permasalahan tersebut secara khusus dirumuskan sebagai berikut: 1. Tidak terintegrasinya antar kegiatan yang berkembang di kawasan 2. Terjadi konflik antara pejalan kaki dan kendaraan bermotor 3. Menurunnya kualitas lingkungan kawasan 4. Tidak tersedianya fasilitas umum dan fasilitas sosial yang sesuai dengan perkembangan kegiatan komersial 1.2.2 Tujuan Perencanaan Berdasarkan permasalahan tersebut, perencanaan ini bertujuan untuk menata fisik kawasan agar menjadi ruang publik yang berdaya hidup (livable) sehingga masyarakat kota dapat melakukan berbagai aktivitas rekreasi dengan aman dan nyaman. Secara rinci perencanaan ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Menata pemanfaatan ruang agar kegiatan menjadi saling terintegrasi 2. Menyediakan fasilitas pejalan kaki dan menata sistem sirkulasi 3. Memperbaiki lingkungan kawasan untuk meningkatkan daya tarik 4. Menyediakan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang sesuai untuk berbagai kegiatan rekreasi
1.3
Manfaat Perencanaan 1.3.1 Manfaat Praktis Secara praktis manfaat yang diperoleh dari perencaan ini adalah sebagai gambaran mengenai penataan ruang publik perkotaan yang aman dan nyaman sehingga ruang publik di perkotaan menjadi berdaya hidup (livable).
3
1.3.2 Manfaat Teoritis Secara teori, manafaat perencanaan ini adalah sebagai bahan pembelajaran dalam merencanakan ruang publik yang berdaya hidup (livable) khususnya untuk area perkotaan di Indonesia. 1.4
Ruang Lingkup Perencanaan 1.4.1 Ruang Lingkup Spasial Kawasan Pusat Kebudayaan dan Olah Raga (PKOR) Way Halim secara administratif berada di Kecamatan Way Halim, Kota Bandar Lampung. Pada perencanaan ini, lingkup spasial dapat dilihat berdasarkan lingkup makro dan mikro. Lingkup makro adalah lingkup amatan untuk melihat keterkaitan kawasan pada skala cakupan yang lebih besar yaitu, kecamatan sekitar dan Kota Bandar Lampung.
Gambar 1.1 Peta Administratif Kota Bandar Lampung Sumber: bandarlampungkota.go.id
4
Pada skala mikro lingkup amatan adalah lokasi perencanaan itu sendiri yaitu kawasan Pusat Kebudayaan dan Olah Raga (PKOR) Way Halim seluas 209.970 m2 (20,997 Hektar). Lingkup mikro area perencanaan adalah seluruh lingkungan terbangun dan tidak terbangun yang merupakan milik pemerintah Provinsi Lampung.
Gambar 1.2 Peta PKOR Way Halim Sumber: maps.google.co.id 1.4.2 Ruang Lingkup Substansial Penataan kawasan PKOR Way Halim dengan menggunakan konsep ruang publik yang berdaya hidup (livable public space) secara substansi berfokus pada analisis terhadap potensi dan masalah untuk mencapai tujuan
5
perencanaan, yaitu menjadikan kawasan PKOR Way Halim sebagai ruang publik yang berdaya hidup untuk masyarakat kota. Analisis tersebut meliputi: 1. Pemanfaatan lahan 2. Bentuk dan masa bangunan 3. Sirkulasi dan parkir 4. Ruang terbuka 5. Jalur pejalan kaki 6. Penanda 7. Pendukung aktivitas 1.4.3 Ruang Lingkup Temporal Penataan kawasan PKOR Way Halim sebagai ruang terbuka publik yang berdaya hidup dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap perencanaan dan tahap implementasi. Tahap perencanaan yaitu tahapan yang dilakukan oleh penulis mulai dari pengumpulan data, analisis, pemilihan alternatif rencana hingga penulisan laporan yang berlangsung selama kurang 6 bulan. Penulis melakukan tahapan pengumpulan data pada bulan Januari 2016 dan melakukan tahapan analisis sejak bulan Januari 2016 hingga Maret 2016. Penulisan laporan serta penyusunan rencana dilakukan sejak bulan April 2016 hingga Juli 2016. Sedangkan, tahap implementasi ditargetkan akan berlangsung selama 5 tahun.
6
I.5
Penelitian Terkait Penelitian dan perencanaan terkait penataan ruang publik yang livable telah
beberapa kali dilakukan. Penelitian dan perencanaan tersebut merupakan hasil studi ilmiah yang bersumber dari institusi dalam maupun luar negeri. Berikut merupakan penelitian terkait yang telah dilakukan: Tabel.1.1 Penelitian dan Perencanaan Terkait No. 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nama /Institusi Lubis (2014)/ UGM
Judul Penelitian
Pusat Olahraga dan Rekreasi di Pekanbaru dengan Metode Trans-Programming untuk mengefektifkan Fungsi Area Komersial dan Ruang Publik Hariswan Faktor-faktor yang (2003)/ UGM mempengaruhi pemanfaatan ruang terbuka publik pada kawasan pusat kota Lestari Rekayasa Aspek Kenyamanan (2014)/ UGM Pedestrian Kawasan Jalan DI Panjaitan Sebagai ruang terbuka publik untuk mendukung livable street Nasution et Livable Public Open Space for al. (2014) Citizen’s Quality of Life in Medan, Indonesia
Fokus
Lokus
Penzonasian ruang berdasarkan sifatnya dan penyediaan ruang transisi Identifikasi faktor masyarakat kota dalam memanfaatkan ruang publik Peningkatan aspek keamanan dan kenyamanan sebagai daya tarik
Pusat Olahraga dan Rekreasi di Pekanbaru
kualitas kesehatan masyarakat, aktivitas rekreasi, kualitas lingkungan perkotaan dalam menilai livabilitas ruang publik Abdurrahman Upaya Revitalisasi Ruang Publik Revitaslisasi (2013)/ UGM Babakan Siliwangi Oleh kawasan melalui komunitas Kreatif di Kota pemberdayaan Bandung komunitas kreatif Wigati Young Enterpreneur Center, Menciptakan ruang (2009)/ UGM Sebagai Alternatif Ruang Publik publik komersial Komersial Di Yogyakarta untuk mewadahi para pengusaha muda
Kota Yogyakarta
Penggal jalan DI Panjaitan
Kota Medan
Kota Bandung
Kawasan Mangkubumi, Yogyakarta
bersambung.....
7
Lanjutan tabel 1.1..... 7. Adistianti Taman Budaya Lampung (2008)/ UGM Sebagai ruang Publik Yang Ramah Lingkungan 8.
Aljabri, Hanan
(2014, Heriot-Watt University) 9.
Gehl Architect
The Planning and Urban Design of Liveable Public Open Spaces in Oman: Case Study of Muscat A New Heart for Sao Paulo, Brazil
Menciptakan lingkungan budaya yang ramah lingkungan Menilai daya hidup (livability) ruang publik
Taman Budaya, Lampung
Membuat ruang publik yang terabaikan menjadi aktif dan menarik
Sao Paolo, Brazil
Oman
Keterangan: : Penelitian
: Perencanaan Sumber: Penulis, 2016
Penelitian mengenai ruang publik salah satunya telah dilakukan oleh Lubis (2014). Pada penelitiannya yang berjudul “Pusat Olahraga dan Rekreasi di Pekanbaru dengan Metode Trans-Programming untuk mengefektifkan Fungsi Area Komersial dan Ruang Publik”, Lubis (2014) menggunakan metode trans programming. Metode tersebut digunakan karena fokus dari penelitiannya adalah mengenai upaya mengefektifkan ruang di kawasan olahraga yang dapat menampung aktivitas komersial dan aktivitas ruang publik. Melalui metode transprogramming, Lubis (2014) mengelompokan ruang berdasarkan sifatnya ke dalam beberapa zonasi. Di antara zonasi tersebut terdapat ruang transisi di mana tersedia fasilitas yang memiliki nilai komersial namun dapat diakses publik. Penelitian mengenai ruang publik juga pernah dilakukan oleh Hariswan (2003) dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan ruang terbuka publik pada kawasan pusat kota”. Dalam penelitiannya, Hariswan (2003) menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam menggunakan ruang publik adalah motif penggunaan, kebutuhan penggunaan serta kondisi fisik dan non fisik ruang publik. Kedua penelitian tersebut menunjukan bahwa ruang
8
publik sebaiknya dapat menyediakan fasilitas untuk berbagai kegiatan, sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta memperhatikan bentuk fisik sebagai daya tarik. Sementara itu perencanaan mengenai ruang publik yang livable pada skala penggal jalan, pernah dilakukan oleh Lestari (2014). Pada penelitiannya, Lestari (2014) yang berjudul “Rekayasa Aspek Kenyamanan Pedestrian Kawasan Jalan DI Panjaitan Sebagai ruang terbuka publik untuk mendukung livable street. Lestari (2014) berfokus pada aspek keamanan dan kenyaman jalan sebagai ruang publik agar dapat meningkatkan daya tarik bagi pejalan kaki untuk melintasinya. Selain itu, penelitian mengenai livability pada skala kota pernah dilakukan oleh Nasution et al. (2014) dengan judul penelitian ”Livable Public Open Space for Citizen’s Quality of Life in Medan, Indonesia”. Pada penelitian tersebut, Nasution et al. (2014) berfokus pada penilaian livability ruang publik di Kota Medan dan hubunganya dengan kualitas kehidupan masyarakat kota. Aspek dalam menilai kehidupan masyarakat kota adalah kualitas kesehatan masyarakat kota, aktivitas rekreasi, serta kualitas lingkungan perkotaan. Penelitian-penelitian mengenai livability suatu ruang publik tersebut menunjukan bahwa dalam menciptakan ruang publik perlu memperhatikan kenyamanan, keamanan, serta kualitas dari ruang publik itu sendiri baik dari segi ekologis dan kemampuannya untuk mengakomodasi berbagai kegiatan yang bermanfaat secara medis bagi masyarakat. Penelitian mengenai ruang publik di kota Bandar Lampung juga pernah di lakukan oleh Adistianti (2008) dengan judul “Taman Budaya Lampung Sebagai ruang Publik Yang Ramah Lingkungan”. Dalam penelitiannya, Adistianti (2008) memilih lokasi perencanaan di Taman Budaya Lampung yang berlokasi pada satu kota yang sama namun berbeda kecamatan dengan lokasi penelitian yang dilakukan penulis. Pada penelitiaannya tersebut Adistianti (2008) berfokus pada perencanaan Taman Budaya Lampung sebagai ruang publik melalui pendekatan prinsip desain ramah lingkungan dalam rangka melestaria lingkungan budaya. Melalui penelitian ini, pembelajaran yang dapat diambil adalah bahwa ruang publik khususnya di Kota Bandar Lampung memiliki potensi untuk berkembang agar dapat dinikmati masyarakat Kota Bandar Lampung secara berkelanjutan.
9
Berdasarkan sumber literatur di atas, sampai saat ini belum ada penelitian mengenai PKOR Way Halim Bandar Lampung dengan fokus sebagai ruang publik maupun perencanaan atau penataan kawasan PKOR Way Halim Bandar Lampung sebagai ruang publik yang livable. Literatur tersebut kemudian menjadi referensi tinjauan pustaka pada rencana penataan kawasan PKOR Way Halim dengan konsep livable.
Gambar 1.3 Skema Hubungan Penelitian Terkait dengan Tinjauan Pustaka Sumber: Penulis, 2016
10
1.6
Kerangka Penulisan Penyusunan rencana ini terbagi dalam beberapa bagian penulisan yang terdiri
dari: BAB I Pendahuluan Bab ini terdiri dari latar belakang yang mendasari perencanaan ini, perumusan permasalahan, tujuan perencanaan, manfaat perencaanan yang dapat dirasakan serta penelitian yang terkait dengan perencanaan ini. BAB II Tinjauan Pustaka Bab ini terdiri dari kajian teoritis dari para ahli, literatur dan preseden terkait dengan perencanaan ruang publik ini yang livable. Kajian teoritis ini kemudian menjadi dasar dalam merumuskan variabel, kriteria dan indikator perencanaan. BAB III Metode Perencanaan Bab ini menjelaskan metode yang dilakukan dalam proses perencanaan mulai dari tahap pengumpulan data, analisis sampai dengan penyusunan rencana. BAB IV Deskripsi dan Analisis Lokasi Perencanaan Bab ini menjelaskan lokasi perencanaan secara makro dan mikro serta analisis kondisi yang lokasi saat ini (eksisting) berdasarkan variabel perencanaan. BAB V Konsep Perencanaan Bab ini akan menjelaskan analisa berdasarkan data sekunder maupun primer yang diperoleh oleh penulis. Data tersebut kemudian dianalisis sesuai dengan kriteria dan elemen perencanaan yang telah disusun penulis. BAB VI Rencana Bab ini menjelaskan rincian perencanaan dari tiap variabel penataan PKOR Way Halim dengan menggunakan konsep livable public spacee. Dalam bab ini juga terdapat alternatif perencanaan serta proses penilaiannya.
11
BAB VII Penutup Bab ini menjelaskan kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan penulis dan perencanaan yang telah disusun. Selain itu, pada bab ini penulis juga memberikan saran kepada pihak terkait yang dapat mensukses terwujudnya perencanaan yang diusulkan.
1.7
Keluaran (Output) Pada tugas akhir ini, keluaran (output) berupa laporan penelitian yang
berisikan hasil analisis dan rencana. Rencana terdiri dari peta rencana dengan skala 1:3500 dan ilustrasi dua dimensi.
12