BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Menurut Project Management Institute (1996) sebuah proyek memiliki dua karakteristik utama yaitu bersifat temporer dan unik. Disebut temporer karena hanya terjadi disatu waktu tertentu dan memiliki time frame yang jelas. Sedangkan disebut unik karena proyek yang sama belum pernah ada sebelumnya. Karena proyek bersifat unik maka ketersediaan data historis menjadi sangat minim bahkan tidak ada. Hal ini menyulitkan praktisi seperti para kontraktor dalam melakukan perencanaan proyek, salah satunya dalam hal estimasi biaya. Pada tahun 2000, lebih dari dua triliun dolar dihabiskan oleh berbagai perusahaan untuk berinvestasi dalam teknologi informasi (World Information and Technology Service Alliance (WITSA), 2000; dalam Rose, et.al, 2004). Hal ini disebabkan oleh kebutuhan perusahaan untuk dapat bertahan dalam tantangan era globalisasi, yaitu tuntutan untuk bekerja secara efektif dan efisien makin besar. Information technology (IT) menjadi suatu strategi bisnis bagi perusahaan. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh kontraktor dibidang teknologi informasi untuk mengembangkan usahanya. Kontraktor-kontraktor ini saling berkompetisi untuk memenangkan proyek dengan memberikan penawaran harga yang rendah kepada klien, sehingga kemungkinan untuk memenangkan tender akan meningkat (Drew dan Skitmore, 1997). Tentunya klien juga akan mempertimbangkan faktor lain seperti tingkat keresponsifan kontraktor dan jaminan pertanggungjawaban kontraktor pada tugas sesuai dengan kontrak. Di Indonesia, dikenal sistem pelelangan (tender) dalam dunia proyek. Sistem yang umum digunakan adalah kontraktor yang menawarkan harga proyek terendahlah yang akan memenangkan proyek dari klien (lowest price). Hal inilah yang menjadikan estimasi pembiayaan proyek (project pricing) menjadi sangat penting dalam kompetisi antar kontraktor. Selalu terjadi trade-off dalam 1
2
penentuan harga proyek ini (Seydel dan Olson, 2001). Terdapat dua pilihan bagi kontraktor, menawarkan harga proyek tinggi namun probabilitas memenangkan tender menurun atau harga rendah dengan margin keuntungan yang kecil (Egemen dan Mohamed, 2007; Dozzi, et.al, 1996). Masing-masing pilihan tersebut memiliki konsekuensi dikarenakan adanya risiko yang harus dipertimbangkan oleh kontraktor, sehingga akan terdapat banyak sekali faktor-faktor yang berpengaruh dalam penentuan harga proyek. Sebuah proyek akan memberi dampak baik yang terlihat (tangible), seperti keuntungan finansial kontraktor, maupun yang tidak terlihat (intangible) seperti reputasi kontraktor. Proyek dibidang teknologi informasi memiliki tantangan tersendiri. Proyek information technology (IT) sangat beraneka ragam berkaitan dengan ukuran, kompleksitas, produk yang dihasilkan, area aplikasi dan sumber daya yang dibutuhkan (Schwalbe, 2007). Tim proyek dibidang IT diharuskan memiliki kemampuan diberbagai bidang. Proyek IT memiliki risiko yang tinggi disebabkan perkembangan teknologi yang sangat pesat dewasa ini, yang menyebabkan sulit mendefinisikan dan menyelesaikan ruang lingkup proyek dalam waktu yang cepat, biaya yang sesuai serta kualitas yang diinginkan. Selain itu, dalam pengerjaan proyek, kontraktor terkadang akan memiliki tanggung jawab untuk mentransfer pengetahuan kepada klien. Hal ini berkaitan dengan penginstalasian sistem baru, sehingga kontraktor harus dapat berinteraksi dengan lingkungan dimana proyek dikerjakan. Penetapan harga tender proyek ditentukan oleh berbagai pertimbangan. Berdasarkan Hartono (2010), terdapat empat komponen utama dalam perhitungan penawaran harga proyek yaitu estimasi biaya proyek, biaya overhead perusahaan, contingency budget dan margin keuntungan. Hasil estimasi tersebut didapatkan dari perhitungan-perhitungan oleh estimator, dan juga melibatkan naluri bisnis kontraktor di dalamnya (Ahmad, 1990; dalam Egemen dan Mohamed, 2007). Naluri bisnis yang bersifat kualitatif atau merupakan analisis instingtif (intuitive judgment) ini memberikan hasil yang tidak akurat (bias) (Kahneman dan Tversky, 1979). Hal ini akan menimbulkan masalah bila estimasi yang ditetapkan
3
menyebabkan penurunan persentase kemungkinan memenangkan tender atau merugikan kontraktor. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pertimbangan penentuan
margin
keuntungan
dalam
proses
tender.
Hartono
(2010)
mengelaborasi hubungan variabel-variabel penelitian dengan menggunakan Teori Prospek (Kahneman dan Tversky, 1979) untuk mempertimbangkan adanya risiko dalam pengambilan keputusan penentuan margin keuntungan oleh kontraktor dibidang konstruksi Singapura. Indriany dan Hartono (2013) melakukan penelitian serupa dengan Hartono (2010) dengan menggunakan domain penelitian pada kontraktor dibidang pengadaan peralatan IT di Indonesia. Indriany dan Hartono (2013) menemukan bahwa risk attitude pengambil keputusan merupakan salah satu faktor yang signifikan mempengaruhi penentuan margin keputusan. Berlatar belakang adanya kemungkinan terjadinya bias dalam pengambilan keputusan serta risiko proyek yang dihadapi oleh kontraktor IT maka penelitian ini perlu dilakukan. Penelitian ini akan membahas lebih dalam mengenai penentuan margin keuntungan oleh kontraktor dibidang teknologi informasi di Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah Penentuan margin keuntungan yang akurat tidaklah mudah. Hal ini disebabkan oleh penggunaan intuitive judgement pada saat pengestimasian yang seringkali menimbulkan hasil yang bias. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi penentuan margin keuntungan dan prediksi keputusan penentuan margin keuntungan pada situasi tertentu.
1.3. Asumsi dan Batasan Masalah Agar masalah yang dibahas dalam penelitian ini tidak terlalu luas, mengacu pada pokok permasalahan yang telah diutarakan sebelumnya maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Sistem tender yang diobservasi adalah sistem dengan pemenang tender yang menawarkan harga proyek terendah (lowest price).
4
2.
Jenis kontrak yang digunakan dalam perjanjian proyek adalah lump sum. Klien akan membayar kontraktor sesuai dengan harga proyek yang ditawarkan dan telah tertulis di dalam kontrak (firm-fixed price).
3.
Dalam penelitian ini tidak mempertimbangkan adanya kick-back dan hal-hal lain yang berkaitan dengan hubungan personal antar kontraktor maupun klien dalam proses tender.
4.
Model yang dikembangkan hanya mempertimbangkan tiga variabel yaitu past financial performance, project backlogs dan project strategic importance.
5.
Kontraktor yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah perusahaan penyedia solusi IT di bidang pengembangan software. Beberapa asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: 1.
Tender dilakukan pada saat kondisi ekonomi normal sehingga tersedia cukup banyak proyek-proyek IT sejenis dari berbagai klien.
2.
Nilai kontrak proyek yang sedang ditenderkan kurang lebih senilai dengan kontrak proyek rata-rata yang biasa dikerjakan oleh kontraktor IT.
3.
Proyek yang sedang ditenderkan memiliki karakteristik serupa dengan proyek yang biasa dikerjakan oleh kontraktor IT.
4.
Klien tender adalah klien yang sudah memiliki hubungan baik dalam jangka waktu yang lama dengan kontraktor IT.
5.
Klien tender bukan ahli di bidang IT
1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Mengembangkan metode empiris untuk menguji teori penentuan margin keuntungan proyek.
2.
Membandingkan hasil eksperimen dengan model teoritis dalam rangka menentukan margin keuntungan dalam proyek IT.
3.
Membandingkan hasil eksperimen dengan hasil studi empiris sejenis.
5
1.5. Manfaat Penelitian Pengembangan model dalam penelitian ini dapat digunakan untuk membantu estimator dan pengambil keputusan untuk memprediksi pesaing dalam menentukan besar margin keuntungan. Prediksi dilakukan dengan melihat variabel-variabel terkait yaitu project strategic importance, project backlogs, dan past financial performance.