BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan menegaskan bahwa air beserta sumber-sumbernya, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya mempunyai fungsi sosial serta digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Seperti yang dijelaskan oleh Budiharjo (1998) bahwa salah satu kebutuhan dasar yang harus diperhatikan seiring dengan perkembangan wilayah adalah kebutuhan sumberdaya air. Sumberdaya air yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan antara lain air sungai, air tanah, dan es/gletser. Berdasarkan UU Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan bahwa air dan sumber-sumber air beserta bangunan-bangunan pengairan harus dilindungi serta diamankan, dipertahankan dan dijaga kelestariannya dengan jalan : (a) melakukan usaha-usaha penyelamatan tanah dan air, (b) melakukan pengamanan dan pengendalian daya rusak air terhadap sumber-sumbernya dan daerah sekitarnya, (c) melakukan pencegahan terhadap terjadinya pengotoran air, yang dapat merugikan penggunaan serta lingkungannya, (d) melakukan pengamanan dan perlindungan terhadap bangunan-bangunan pengairan, sehingga tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Daerah Resapan adalah daerah tempat masuknya air ke dalam zona jenuh air sehingga membentuk suatu garis khayal yang disebut sebagai muka airtanah (watertable) dan berasosiasi dengan mengalirnya air dalam kondisi jenuh tersebut kearah daerah luahan. Menurut Dahlan (1992) Kawasan resapan air merupakan kawasan yang dikhususkan untuk proses pemasukan air hujan ke dalam tanah. Kawasan resapan ini dinyatakan sebagai ruang-kawasan resapan dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk membulat maupun dalam bentuk memanjang, dan penggunaannya bersifat terbuka atau tanpa bangunan. Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.32 Tahun 1990 tentang 1
Pengelolaan Kawasan Lindung, Kawasan Resapan Air merupakan kawasan yang wajib dilindungi. Keppres No.32 tahun 1990 ini menyebutkan kriteria kawasan resapan air antara lain yaitu curah hujan yang tinggi,struktur tanah meresapkan air, dan bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran. Perlindungan terhadap kawasan resapan air bertujuan untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir,
baik
untuk
kawasan
bawahannya
maupun
kawasan
yang
bersangkutan. Berdasarkan kriteria tersebut parameter-parameter yang digunakan untuk membuat peta kawasan resapan air potensial adalah (a) kemiringan lereng dengan pertimbangan bahwa semakin curam kemiringan lereng di suatu wilayah maka akan menyebabkan air hujan yang jatuh ke permukaan tanah tidak sempat untuk diresapkan ke dalam tanah atau lebih dominan menjadi aliran permukaan, (b) kerapatan vegetasi dengan pertimbangan bahwa air hujan akan lebih optimal meresap ke dalam tanah oleh akar-akar tanaman di wilayah dengan kerapatan vegetasi yang tinggi, (c) tekstur tanah dengan pertimbangan bahwa tanah dengan tekstur lempung dan berpori kecil akan lebih sulit untuk menyerapkan air dibandingkan tanah bertekstur pasir dan berpori besar, (d) jenis batuan dengan pertimbangan masing-masing karakteristik batuan memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam meresapkan air, dan (e) bentuklahan dengan pertimbangan setiap bentuklahan juga memiliki kemampuan yang berbedabeda dalam meresapkan air ke dalam tanah. Dataran aluvial akan lebih baik dalam meresapkan air karena wilayahnya yang datar dan dengan kerapatan aliran rendah sehingga dapat memberikan waktu secara optimal bagi air untuk meresap ke dalam tanah. Sedangkan bentuk lahan struktural lebih rendah kemampuan infiltrasinya karena fisiografisnya yang curam dan biasanya kerapan alirannya tinggi menyebabkan lebih banyak air yang menjadi aliran permukaan dibanding yang diresapkan ke dalam tanah. (f) Intensitas curah hujan dengan pertimbangan infiltrasi berubah-ubah sesuai dengan intensitas curah hujan. Akan tetapi setelah mencapai limitnya,
2
banyaknya infiltrasi akan berlangsung terus sesuai dengan kecepatan absorbsi setiap tanah. Jadi, semakin tinggi intensitas curah hujan (mm/jam) di suatu wilayah akan lebih cepat membuat tanah di wilayah tersebut jenuh dan sulit menyerapkan air. Keenam parameter tersebut merupakan parameter fisik penentuk kawasan resapan air potensial. Penelitian ini juga akan melakukan pengontrolan terhadap kondisi kawasan resapan air dengan cara dibandingkan dengan parameter kontrol yaitu parameter penggunaan lahan, curah hujan, dan kondisi hidrogeologi. Citra penginderaan jauh dimanfaatkan untuk mendapatkan beberapa dari parameter tersebut. Citra penginderaan jauh yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra Landsat 8. Citra Landsat 8 diolah dengan menggunakan metode interpretasi visual dan digital untuk memperoleh data spasial dari parameter kerapatan vegetasi, bentuklahan, dan penggunaan lahan. Parameter lain yang tidak mampu diperoleh dari Citra Landsat 8 diperoleh dari sumber lain seperti citra SRTM dan pengolahan data sekunder. Pengolahan parameter fisik untuk menjadi peta kawasan resapan air potensial dilakukan dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG) yaitu operasi tumpangsusun (overlay) dengan pendekatan kuantitatif berjenjang. Metode overlay juga dimanfaatkan untuk melakukan kontrol terhadap kawasan resapan air potensial terhadap masing-masing parameter kontrol yaitu penggunaan lahan, dan kondisi hidrogeologi. Penelitian ini akan dilakukan di Lereng Barat Gunung Lawu, Provinsi Jawa Tengah. Lereng Barat Gunung Lawu berlokasi di Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Fokus penelitian akan dilakukan di enam kecamatan di Kabupaten Karanganyar yang berada di Lereng Barat Gunung Lawu Jawa Tengah. Keenam kecamatan tersebut adalah Kecamatan Jenawi, Kecamatan Ngargoyoso, Kecamatan Tawangmangu, Kecamatan Jatiyoso, Kecamatan Karangpandan, dan Kecamatan Matesih. Keenam kecamatan tersebut berdasarkan Perda No. 1 tahun 2013 tentang RTRW Kabupaten Karanganyar tahun 2013-2032 merupakan kawasan yang ditunjuk sebagai kawasan resapan air di Kabupaten Karanganyar.
3
1.2
Rumusan Masalah Air merupakan kebutuhan pokok manusia. Kebutuhan manusia akan air terutama dengan memanfaatkan air tanah. Pasokan air tanah dapat mengalami penurunan jika tidak ada pasokan air dari daratan yang menyerap ke dalam tanah. Oleh karena itu informasi sebaran mengenai lokasi-lokasi daerah resapan air sangat penting untuk diketahui agar dapat menjaga kestabilan pasokan air tanah dengan menjaga kualitas kawasan resapan air. Kualitas kawasan resapan air di wilayah kajian akan dikontrol berdasarkan keadaan penggunaan lahan, dan kondisi hidrogeologi. Sesuai dengan permasalahan tersebut, disusun beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Seberapa jauh peran Citra Landsat 8 untuk memperoleh parameterparameter lahan yang digunakan untuk pemetaan kawasan potensi resapan air? 2. Seberapa besar peran SIG dalam menentukan dan memetakan kawasan potensi resapan air berdasarkan hasil interpretasi Citra Landsat 8? 3. Bagaimana kondisi hasil pemetaan kawasan resapan air potensial dan kondisi aktual kawasan resapan air di Lereng Barat Gunung Lawu di Provinsi Jawa Tengah?
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui kemampuan Citra Landsat 8
untuk memperoleh
parameter-parameter lahan yang digunakan untuk pemetaan kawasan resapan air potensial. 2. Mengetahui kemampuan SIG dalam menentukan dan memetakan kawasan resapan air potensial.
4
3.
Memetakan kawasan resapan air potensial dan menganalisa kondisi aktual kawasan resapan air terhadap di Lereng Barat Gunung Lawu di Provinsi Jawa Tengah?
1.4. Sasaran Penelitian Adapun sasaran yang ingin dicapai untuk memenuhi tujuan antara lain : 1. Identifikasi kemampuan Citra Landsat 8
untuk memperoleh
parameter-parameter lahan yang digunakan untuk pemetaan kawasan potensi resapan air. 2. Identifikasi kemampuan SIG dalam menentukan dan memetakan kawasan potensi resapan air berdasarkan hasil interpretasi Citra Landsat 8. 3. Memetakan kawasan potensi resapan air berdasarkan hasil interpretasi Citra Landsat 8 dengan bantuan SIG dan menganalisa kondisi aktual kawasan potensi resapan air.
1.5. Kegunaan Penelitian Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut: 1.
Penerapan teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi.
2.
Memberikan kontribusi Sains Informasi Geografis dalam memetakan sebaran daerah resapan air di Lereng Barat Gunung Lawu, Provinsi Jawa Tengah.
3.
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan pemerintah daerah untuk menata ruang di Kabupaten Karanganyar.
1.6. Deskripsi Daerah Penelitian Penelitian untuk memetakan kawasan potensi resapan air ini akan dilakukan di Lereng Barat Gunung Lawu Provinsi Jawa Tengah tepatnya di Kabupaten
Karanganyar Provinsi
Jawa Tengah. o
Secara
Geografis
o
Kabupaten Karanganyar terletak antara 110 40” – 110 70” BT dan 7o28” – 7o46” LS. Rata –rata ketinggian wilayah di Kabupaten Karanganyar berada
5
di atas permukaan laut yakni sebesar 511 m, adapun wilayah terendah di kabupaten karanganyar berada di kecamatan Jaten yang hanya 90 m dan wilayah tertinggi berada di kecamatan tawangmangu yang mencapai 2000 m diatas permukaan laut.. Beriklim tropis dengan temperatur 22 – 31o. Berdasarkan data dari 6 stasiun pengukur yang ada di Kabupaten Karanganyar, banyaknya hari hujan selama tahun 2012 adalah 116,6 hari dengan rata-rata curah hujan 5.965,9 mm, dimana curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Januari dan Maret. Sedangkan yang terendah pada Bulan Juli, dan Agustus. Secara administratif Kabupaten Karanganyar berbatasan dengan Kabupaten Sragen di sebelah utara, berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Wonogiri di sebelah selatan, berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur di sebelah timur, dan berbatasan dengan Kabupaten Boyolali di sebelah barat. Fokus penelitian akan dilakukan di enam kecamatan di Kabupaten Karanganyar yang berada di lereng barat Gunung Lawu Jawa Tengah. Keenam kecamatan tersebut adalah Kecamatan Jenawi, Kecamatan Ngargoyoso, Kecamatan Tawangmangu, Kecamatan Jatiyoso, Kecamatan Karangpandan, dan Kecamatan Matesih. Keenam kecamatan tersebut berdasarkan Perda No. 1 tahun 2013 tentang RTRW Kabupaten Karanganyar th 2013-2032 merupakan kawasan yang ditunjuk sebagai kawasan resapan air di Kabupaten Karanganyar. Luas wilayah Kabupaten Karanganyar adalah 77.378,64 Ha, yang terdiri dari luas tanah sawah 22.130,32 Ha dan luas tanah kering 55.248,32 Ha. Tanah sawah terdiri dari irigasi teknis 14.361,57 Ha, non teknis 6.229,28 Ha, dan tidak berpengairan 1.542,52 Ha.
6
Gambar 1.1 Peta Daerah Kajian Penelitian (Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah) Sumber: Pemrosesan, 2016
7