BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Industri minyak dan gas merupakan salah satu industri terpenting dalam
menunjang kehidupan manusia, khususnya dalam memenuhi kebutuhan energi. Hal ini merujuk pada data statistik dari British Petroleum (2013) yang menunjukkan bahwa permintaan energi dunia bergantung kepada minyak bumi (33%), gas alam (24%), batu bara (30%), nuklir (4%), hidroelektrik (7%), dan energi terbarukan (2%). Pasokan energi dibutuhkan untuk bahan bakar transportasi, bahan bakar pemanas, bahan pembangkit listrik, dan produk turunan lainnya (Badiru dan Osisanya, 2013). Kegiatan operasional lapangan industri minyak dan gas memiliki resiko keselamatan kerja yang tinggi, Occupational Safety and Health Associations (2003) mengkategorikan industri minyak dan gas adalah salah satu dari tujuh industri yang memiliki tingkat bahaya yang tinggi. Resiko tentang keselamatan kerja berasal dari bahaya operasional termasuk blowout, tumpahan minyak, cedera dan bencana alam serta cuaca ekstrim (Jessen, 2008). Menurut laporan tahunan yang dikeluarkan oleh International Associations of Oil and Gas Producers (2009-2013) terdapat 270 insiden kecelakaan kerja yang terjadi di dunia sepanjang tahun 2009-2013 yang menewaskan 426 pekerja, termasuk diantaranya 10 berasal dari Indonesia. Sedangkan menurut laporan tahunan Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi (2013) sepanjang tahun 2009-2013 terdapat 743 kasus kecelakaan kerja yang terjadi pada industri hulu, 44 diantaranya kecelakaan fatal dan 113 kasus kecelakaan kerja yang terjadi pada industri hilir, 20 diantaranya kecelakaan fatal. Resiko yang berkaitan keselamatan ini harus dikelola sedemikian rupa agar tidak terjadi kecelakaan kerja maupun bencana katastropik, yang dapat mengakibatkan kehilangan nyawa dan kerugian waktu dan biaya pada operasi. Manajemen resiko 1
2
merupakan upaya untuk mengidentifikasi, menilai, dan mengurutkan prioritas resiko dilanjutkan dengan pengaplikasian sumber daya yang terkoordinasi dan ekonomis untuk meminimalkan, mengawasi, dan mengontrol probabilitas dan atau dampak terjadinya resiko (Hubbard, 2009). Tujuan dari dilakukannya manajemen resiko adalah untuk menjamin bahwa ketidakpastian tidak akan mempengaruhi tujuan dari suatu kegiatan (Antunes dan Gonzales, 2015). Pada setiap tahapan dalam melakukan manajemen resiko, subjective judgment dari praktisi akan sangat berperan dalam analisis resiko yang dilakukan. Bagaimana praktisi menilai resiko yang terekspos selama melakukan pekerjaan, dapat berpengaruh terhadap pemahaman tentang manajemen resiko dan demikian pula keselamatan kerja mereka (Advisory Committee on the Safety of Nuclear Installations, 1993). Subjective judgment dari para praktisi mengenai sumber resiko yang sama mungkin berbeda dan menimbulkan bias (Brehmer, 1994). Bias pada persepsi resiko dapat menyebabkan misjudgment pada sumber resiko potensial yang berbahaya. Jika misjudgment terjadi, ini dapat mempengaruhi perilaku terhadap resiko, tindakan yang tidak tepat terhadap resiko, pengambilan keputusan yang tidak tepat berkaitan dengan keselamatan kerja dan kecelakaan kerja kecil hingga bencana katastropik (Rundmo, 1996). International Association of Oil and Gas Producers (2013) juga menerangkan bahwa pengambilan keputusan yang tidak tepat akibat judgmental error merupakan salah satu dari lima penyebab teratas dari insiden fatal dan berpotensi bahaya pada tahun 2012, 2011, dan 2010. Rundmo (1996) pada penelitiannya tentang asosiasi antara persepsi resiko dan keselamatan kerja menyebutkan bahwa upaya untuk meningkatkan keselamatan kerja pada instalasi produksi minyak dan gas telah cukup, yaitu berfokus pada langkahlangkah yang bertujuan untuk mengurangi dan menghapus resiko objektif. Namun persepsi resiko serta subjective judgement praktisi tentang lingkungan dan kondisi kerja mempengaruhi perilaku praktisi terhadap resiko, oleh karena itu persepsi resiko dapat mempengaruhi resiko objektif atau keselamatan kerja (Rundmo, 1996).
3
Permintaan energi di Indonesia meningkat seiring dengan perkembangan ekonomi dan populasi yang mencapai 237.000.000 penduduk pada tahun 2014, dengan laju peningkatan konsumsi energi sebesar 7% per tahun (Darma, 2015). Hal ini tidak berimbang dengan produksi minyak dan gas Indonesia yang cenderung menurun dari tahun ke tahun, sehingga perlu ada upaya yang besar untuk menemukan cadangancadangan baru dan melakukan peningkatan produksi (Dirjen Migas, 2013). Sangat jelas bahwa industri minyak dan gas yang beroperasi di Indonesia menghadapi tantangan yang besar terutama pada peningkatan produksi dengan prioritas utama produksi atau keselamatan kerja. Melihat segala permasalahan diatas, mulai dari resiko yang terdapat di industri minyak dan gas, subjective judgment dari para praktisi yang cenderung bias dalam menilai resiko, kaitan antara persepsi resiko dan keselamatan kerja, sampai dengan kondisi industri minyak dan gas di Indonesia, maka penelitian ini akan terfokus pada eksplorasi kondisi aktual manajemen resiko di bidang minyak dan gas di Indonesia, dan mengkaji persepsi praktisi tentang resiko dan bagaimana perlakuan praktisi terhadap resiko dalam kaitannya dengan keselamatan kerja pada kegiatan operasional hulu dan hilir.
1.3
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, masalah mengenai para
praktisi di industri minyak dan gas di Indonesia dalam menghadapi resiko yang berkaitan dengan keselamatan kerja memerlukan kajian lebih lanjut. Dengan demikian, masalah yang akan diselesaikan dalam penelitian ini adalah menjawab pertanyaaan bagaimana praktisi industri minyak dan gas memandang resiko yang berkaitan dengan keselamatan kerja pada kegiatan operasional hulu dan hilir, beserta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan, attitude, dan behavior. Selain itu, penelitian ini juga akan dibandingkan dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan di negara lain.
4
1.3
Asumsi dan Batasan Masalah Asumsi dan batasan penelitian ini adalah: 1. Cakupan penelitian ini terbatas pada responden yaitu praktisi di industri minyak dan gas di Indonesia yang bekerja di lapangan (terpapar pada kegiatan operasional) mulai pada tahap eksplorasi, produksi, dan penyulingan (hulu dan hilir); 2. Penelitian ini hanya mengeksplorasi persepsi praktisi mengenai resiko yang terkait dengan keselamatan kerja dari segi definisi; 3. Penelitian ini hanya akan dibandingkan dengan penelitian di negara lain yang tercantum pada tinjauan pustaka.
1.4
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengembangkan dan menguji instrumen survei hasil literature review; 2. Mengetahui persepsi, attitude, behavior, pengaruh behavior terhadap performa, dan faktor-faktor yang mempengaruhi praktisi minyak dan gas dalam menghadapi resiko dan keselamatan kerja; 3. Menemukan adanya perbedaan persepsi yang signifikan diantara sub-group demografi responden yang berbeda dan menemukan adanya korelasi antar variabel yang diteliti; 4. Menemukan perbedaan/persamaan konsep teoritis dengan kondisi aktual praktisi minyak dan gas di Indonesia dan membandingkan hasil penelitian dengan penelitian-penelitian sebelumnya di negara lain.
5
1.5
Manfaat Penelitian Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah: 1. Mendapatkan gambaran aktual dan terbaru mengenai persepsi praktisi industri minyak dan gas terhadap resiko dan keselamatan kerja pada kegiatan operasional hulu dan hilir di Indonesia, dan cara mereka menghadapinya; 2. Diketahui hubungan antara persepsi resiko, keselamatan kerja, attitude, behavior, prioritas keselamatan kerja, dan pengendalian resiko, serta faktorfaktor yang mempengaruhi; 3. Hasil penelitian dapat digunakan oleh peneliti-peneliti di bidang manajemen resiko dan atau keselamatan kerja sebagai acuan untuk mengembangkan model-model pengukuran manajemen resiko dan atau keselamatan kerja yang relevan dengan konteks Indonesia; 4. Dalam jangka panjang hasil penelitian ini dapat diaplikasikan pada industri minyak dan gas di Indonesia, yaitu dengan pelatihan dan peraturan terkait Kesehatan, Keselamatan Kerja, dan Lingkungan (K3L) untuk meminimalkan terjadinya resiko dan kecelakaan kerja pada operasi industri minyak dan gas, yang berkaitan dengan faktor manusia.