BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geografi adalah ilmu yang mempelajari hubungan kausal gejala-gejala muka bumi dan peristiwa yang terjadi di muka bumi baik yang fisikal maupun yang menyangkut
makhluk
hidup
beserta
permasalahannya
melalui
pendekatan
keruangan, ekologikal, dan regional untuk kepentingan program, proses, dan keberhasilan pembangunan (Bintarto, 1990). Secara substansi ilmu geografi mempelajari ruang sebagai tempat manusia hidup dan hubungannya dengan lingkungan. Bintarto (1990) menyatakan bahwa objek kajian geografi terdiri dari dua macam yaitu (1) objek material berupa geosfera, dan (2) objek formal yang merupakan sudut pandang geografi yang berupa keruangan, ekologikal, dan kompleks wilayah terhadap objek material yaitu geosfera. Geografi memiliki objek kajiannya yang berupa hasil proses suatu fenomena yang terekam di dalam bentanglahan (landscape). Kajian ilmu geografi terbagi menjadi duakelompok yaitu geografi fisik dan geografi manusia. Geografi fisik adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan saling hubungan fenomena alami yaitu litosfer, atmosfer, hidrosfer, dan biosfer (Slaymaker dan Spencer, 1998). Geomorfologi adalah salah satu bagian dari kajian ilmu geografi fisik. Geomorfologi memiliki objek kajian utama yaitu bentuklahan (landform) yang merupakan bagian dari objek kajian bentanglahan. Verstappen (1983) menyatakan bahwa geomorfologi adalah studi tentang bentuklahan di permukaan bumi baik diatas maupun di permukaan
laut
serta
terkait
dengan
sifat
dasar,
genesis,
proses
perkembangan,susunan material, dan hubungannya dengan lingkungan. Bentuklahan yaitu suatu kenampakan permukaan bumi dengan karakteristik yang khas, dan dapat dibedakan berdasarkan morfologi, struktur, dan proses serta perkembangannya. Variasi bentuklahan merupakan hasil dari perubahan bentuk permukaan bumi yang disebabkan oleh proses geomorfologi. Adanya proses geomorfologi yang bekerja, menyebabkan terbentuknya bentuklahan yang berbeda dan memiliki karakteristik yang khas di permukaan bumi. Perbedaan bentuklahan memerlukan cara pengelolaan yang berbeda-beda pula.
1
Analisis geomorfologi dapat diidentifikasi melalui bentuk permukaan bumi, bagaimana proses terbentukdan perkembangannya di masa yang akan datang. Perubahan suatu bentuklahan sangat mungkin terjadi, bila terdapat pengaruh yang dominan terhadap suatu bentuklahan. Sebuah perbukitan yang memiliki lereng yang terjal dengan kondisi curah hujan yang tinggi berpotensi terkikisnya tanah karena proses erosi. Proses yang diakibatkan oleh tenaga geomorfologi tersebutterjadi dalam jangka waktu tertentu, sehingga menyebabkan perubahan morfologi pada suatu bentuklahan. Perbedaan morfologi pada suatu bentuklahan akan menentukan jenis dan pengelolaan lahan. Perbedaan dalam pengelolaan lahan membutuhkan adaptasi yang tepat bagi manusia. Kesalahan dalam pengelolaan lahan menyebabkan degradasi lahan yang mengakibatkan lahan menjadi kritis. Thornbury (1958) mengemukakan bahwa erosi proses terlepas dan terangkutnya material tanah dan batuan dari daerah yang lebih tinggi ke daerah yang lebih rendah. Menurut Hudson (1973) erosi secara prinsip proses penghalusan bongkah tanah dan partikel tanah yang disortasi oleh gaya gravitasi.Arsyad (2012) mengemukakan bahwa erosi adalah terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Air merupakan tenaga utama erosi di daerah tropis terutama di daerah tropika basah seperti di Indonesia.Erosi merupakan salah satu proses yang menyebabkan perubahan bentuklahan. Perubahan bentuklahan disebabkan oleh terkikisnya tanah oleh air dengan kecepatan dan volume yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh faktor panjang dan kemiringan lerengdan penggunaan lahan yang berbeda. Erosi adalah salah satu fenomena dari proses geomorfik. Selain erosi, terdapat juga longsorlahan dan pelapukan yang merupakanbagian dari fenomena geomorfik. Ketiga proses tersebut dapat menyebabkan perubahan bentuklahan dipermukaan bumi. Proses geomorfikyang bekerja pada bentuklahan berakibatmenurunnya kualitas lahan. Penurunan kualitas lahan disebabkan oleh hilangnya unsur hara dan rusaknya tanah pada lahan akibat erosi dan longsorlahan. Hilangnya unsur hara dan rusaknya tanah berdampak pada menurunnya produktivitas suatu lahan. Selain faktor erosi dan longsorlahan terdapat faktor lain yang mempengaruhi kualitas suatu lahan.
2
Kemiringan lereng yang terjal dan solum tipis adalah faktor fisik lingkungan yang mempengaruhi kualitas suatu lahan. Faktor-faktor fisik lingkungan tersebut telah membatasi dan menghambat untuk pemanfaatan lahan yang lebih intensif. Adanya pemanfaatan lahan miring pada lahan perbukitan untuk kegiatan pertanian justru memicu untuk terjadinya erosi yang lebih tinggi (Dibyosaputro dkk. 2009). Pemanfaatan lahan yang intensif juga dipengaruhi faktor tebal solum. Tanah yang memiliki solum dalam dan permeable tidak mudah untuk tererosi (Arsyad, 2012). Tanah yang dalam tentunya dapat lebih banyak dalam menyerap air, sehingga dapat mengurangi besarnya aliran permukaan. Mudah tidaknya tanah tererosi juga ditentukan faktor lain seperti tekstur dan struktur tanah serta kandungan bahan organik. Faktor-faktor lain yang dapat membatasi kualitas suatu lahan seperti drainase, sebaran batuan dan kerikil di permukaan tanah, serta ancaman banjir. Untuk menilai kemampuan suatu lahan, maka terlebih dahulu akan dilakukan klasifikasi kemampuan lahan. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) salah satu Provinsi yang rawan terhadap tanah longsor, dan tersebar dalam 47 Kecamatan di lima Kabupaten atau Kota (Kompas, 2013). Kabupaten Kulon Progo salah satu bagian dari wilayah DIY yang rawan terhadap tanah longsor. Wilayah Kabupaten Kulon Progo yang rawan longsor meliputi Kecamatan Girimulyo, Kokap, Kalibawang, Samigaluh, Pengasih, dan Nanggulan (Tribunnews, 2013). Kecamatan Kokap yang merupakan daerah kajian pada penelitian ini telah mengalami proses pengikisan yang intensif dan banyaknya kejadian longsorlahan. Menurut Dibyosaputro dkk. (2009) yang telah melakukan penelitian di sebagian wilayah Kecamatan Kokap mengungkapkan bahwa adanya peningkatan pemanfaatan lahan miring perbukitan yang sangat intensif mengakibatkan lahan menjadi kritis. Pemanfaatan lahan yang intensif turut serta mempercepat laju erosi. Selain erosi, permasalahan lingkungan yang terjadi di Kecamatan Kokap adalah longsorlahan, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya. Beberapa contoh kejadian longsorlahan di Kecamatan Kokap yang telah dihimpun oleh pihak Kecamatan Kokap dan didokumentasikan di BPBD Kabupaten Kulon Progo diantaranya seperti pada Tabel 1.1.
3
Tabel 1.1.Kejadian Longsorlahan di Daerah Penelitian No
Jam/Hari/Tanggal
Alamat
Jenis Bencana
Akibat Kejadian
1
20.00/Minggu/ 01-01-2012
Rt 61 Sebatang Desa Hargotirto
TanahLongsor
2
20.00/Minggu/ 01-01-2012
Tanah Longsor
3
02.00/Senin/ 02-01-2012
4
02.00/Sabtu/ 01-01-2012
5
02.00/Senin/ 02-01-2012
RT 13 Segajih Desa Hargotirto RT 59/18, Plampang I Desa Kalirejo Rt 04 Rw 02 Kalibuko I Desa Kalirejo Rt 27 Rw 09 Sidowayah Desa Hargowilis
Tanah masuk rumah 2 Tiang patah dan dinding rusak Tanah masuk rumah, dinding rumah hancur
Tanah longsor
2 Rumah Induk rusak berat
Tanah longsor
3 Tiang putus dan dinding rumah rusak berat Dinding dari Kayu rusak
Tanah longsor
Sumber: BPBD Kabupaten Kulon Progo (2012) Berdasarkan
penjelasan
sebelumnya
mengenai
permasalahan
erosi,
longsorlahan, dan faktor pembatas lainnya di Kecamatan Kokap telah menimbulkan sejumlah kerugian. Kerugian yang ditimbulkan berupa kerusakan lingkungan, kehilangan harta, bahkan dapat menimbulkan korban jiwa. Atas dasar penjelasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka untuk menyelesaikan permasalahan yang terdapat di wilayah Kecamatan Kokap, dibutuhkan suatu formula pengelolaan lahan yang berdasarkan karakteristik lahan. Pengelolaan lahan yang dilakukan perlu memperhatikan kaidah konservasi tanah. Asdak (2010) menyatakan bahwa perencanaan konservasi tanah dapat dilakukan dengan memanfaatkan informasi tingkat bahaya erosi (TBE). Dengan informasi tingkat bahaya erosi, perencanaan konservasi tanah sudah dapat dilakukan. Tindakan konservasi untuk mengendalikan erosi dapat dilakukan dengan metode vegetatif, mekanik, dan kimia. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011) bahwa tindakan konservasi dapat dilakukan dengan kombinasi metode vegetatif dan mekanik. Perencanaan tindakan konservasi selain memanfaatkan informasi bahaya erosi juga perlu memperhatikan aspek kemampuan lahan. Penggunaan aspek kemampuan lahan bertujuan agar menempatkan penggunaan lahan sesuai dengan kemampuan suatu lahan, sehingga dapat terhindar dari degradasi lahan yang berakibat lahan kritis. 4
Evaluasi kemampuan lahan bertujuan untuk menilai kualitas suatu lahan dengan menggunakan parameteryang telah ditentukan. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspek fisik lahan. Evaluasi Kemampuan lahan menggunakan klasifikasi Arsyad (2012)dan ditambah dengan faktorkejadian longsorlahan. Penambahan faktor longsorlahan dikarenakan daerah penelitian terdapat banyak kejadian longsorlahan. Dengan adanya penambahan faktor longsorlahan, diharapkan hasil penilaian kemampuan lahan merepresentasikan kondisi lahan yang sebenarnyadi daerah penelitian baik potensi maupun faktor penghambatnya. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka penyusunan arahan konservasi tanah di daerah penelitian difokuskan berdasarkaninformasi bahaya erosi, kelas kemampuan lahan, dan pendekatan geomorfologi.
1.2 Perumusan Masalah Geografi merupakan studi mengenai bentanglahan (landscape), dan geomorfologi yang memfokuskan kajian utamanya bentuklahan(landform) yang merupakan bagian dari studi bentanglahan. Bentuklahan terbentuk akibat proses geomorfik baik endogen maupun eksogen. Proses endogen merupakan proses yang berasal dari dalam bumi, yaitu diastropisme dan volkanisme. Proses eksogen merupakan proses yang berasal dari luar bumi seperti pelapukan, erosi, longsorlahan, dan sedimentasi. Akibat adanya proses geomorfik menghasilkan variasi bentuklahan yang memiliki karakteristik yang khas berupa morfologi, litologi, dan proses yang terdapat di dalam suatu bentuklahan. Proses geomorfik yang bekerja pada suatu bentuklahan seperti erosi dapat menimbulkan sejumlah permasalahan lingkungan seperti degradasi lahan yang dapat berakibat lahan menjadi kritis. Selain erosi permasalahan lingkungan yang dapat mempengaruhi kualitas lahan adalah longsorlahan, erodibilitas tanah, dan tebal solum. Kerusakan lingkungan tidak hanya membatasi dalam pemanfaatan lahan, akan tetapi dapat berdampak pada kondisi yang lebih tinggi seperti menurunnya produktivitas lahan akibat hilangnya lapisan tanah yang banyak mengandung bahan organik, terganggunya fungsi hidrologi tanah, sedimentasi, kekeringan, dan banjir.
5
Kecamatan Kokap merupakan wilayah yang berada pada morfologi perbukitan dan pegunungan dengan sebagian besar berlereng terjal. Morfologi yang sebagian besar perbukitan dan pegunungan menimbulkan potensi bahaya erosi dan longsorlahan yang tinggi. Adanya peningkatan aktivitas dalam pemanfaatan lahan miring di daerah perbukitan dan pegunungan justru turut serta berkontribusi mempercepat laju erosi dan memperbesar terjadinya longsorlahan. Tindakan konservasi tanah perlu dilakukan dalam rangka menjaga kelestarian lahan. Perencanaan konservasi tanah perlu dilakukan dengan pertimbangan kelas kemampuan lahan. Kelas kemampuan lahan dijadikan dasardalam pemilihan pemanfaatan lahan sesuai dengan kemampuannya. Selain pengelolaan erosi dengan memberikan arahan penggunaan lahan, juga dilakukan pengelolaan terhadap faktor pembatas yang dapat mempengaruhi kualitas suatu lahan. Pengelolaan faktor pembatas diawali dengan kegiatan klasifikasi kemampuan lahan. Berdasarkan permasalahan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka terdapat tiga permasalahan penelitian yang akan menjadi fokus untuk dikaji lebih lanjut secara mendalam, yaitu: 1. Geografi adalah studi mengenai bentanglahan, sedangkan geomorfologi studi mengenai bentuklahan yang merupakan bagian dari bentanglahan. Proses geomorfik yang bekerja pada suatu bentuklahan telah menimbulkan permasalahan lingkungan. Sehingga tinjauan geomorfologi yang mencakup aspek morfologi, morfostruktur, morfogenesa, dan morfoaransemensebagai wadah dalam analisis dan pembahasan perlu dilakukan dalam penelitian ini. Selain itu tinjauan susunan keruangan pada penelitian ini memberikan perbedaan dengan penelitian yang bertemakan erosi dan konservasi tanah pada disiplin ilmu lain dan sebagai identitas Ilmu Geografi. 2. Erosi adalah permasalahan lingkungan penyebab degradasi lahan yang mengakibatkan lahan kritis. 3. Permasalahan lingkungan yang dapat mempengaruhi kualitas suatu lahan tidak hanya erosi, terdapat faktor pembatas lainnya seperti longsorlahan, erodibilitas tanah, dan tebal solum.
6
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik geomorfologi di Kecamatan Kokap? 2. Bagaimana bahaya erosi permukaan di Kecamatan Kokap? 3. Bagaimana persebaran kelas kemampuan lahan dengan penambahan faktor longsorlahan di Kecamatan Kokap? 4. Bagaimana prioritas dan arahan konservasi tanah berdasarkan bahaya erosipermukaan, kelas kemampuan lahan, dan pendekatan geomorfologi di Kecamatan Kokap? Pertanyaan penelitian pertama digunakan untuk mengakomodir dan menjawab dari permasalahan penelitian yang pertama. Pertanyaan penelitian kedua untuk mengakomodir dan menjawab dari permasalahan penelitian yang kedua. Pertanyaan
penelitian
ketiga
untuk
mengakomodir
dan
menjawab
dari
permasalahan penelitian yang ketiga. Pertanyaan penelitian keempat untuk menjawab dan sekaligus memberikan solusi yang didasari atas permasalahan penelitian kesatu, kedua, dan ketiga.
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengkaji karakteristik geomorfologi di Kecamatan Kokap. 2. Menganalisis bahaya erosi permukaan di Kecamatan Kokap. 3. Menganalisis persebaran kelas kemampuan lahan dengan penambahan faktor longsorlahan di Kecamatan Kokap. 4. Menyusun prioritas dan arahan konservasi tanah berdasarkan bahaya erosi permukaan, kelas kemampuan lahan, dan pendekatan geomorfologi di Kecamatan Kokap.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis
7
a. ilmu
geografi
dengan
tinjauanbentuklahan
dapat
digunakan
untuk
mengkajigejala erosi permukaan, kelas kemampuan lahan, dan menyusun prioritas dan arahan konservasi tanah. Pendekatan geomorfologi dapat dijadikan alternatif dalam mengkaji dan menilai kualitas suatu lahan. b. penelitian ini dapat menambah informasi hasil penelitian dalam bidang geografi fisik dengan fokus kajian geografi tanah, hidrologi permukaan, dan geomorfologi serta aplikasi sistem informasi geografis (SIG). c. semakin banyaknya penelitian ilmu geografi khususnya bidang geografi fisik, diharapkan dapat memberikan solusi penyelesaian permasalahan yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan demi terwujudnya pembangunan berkelanjutan. 2. Manfaat praktis a. bagi masyarakat setempat, dapat dijadikan sebagai pedoman untuk pengelolaan tanah dan lingkungan yang baik dan sesuai dengan kaidah konservasi untuk mengurangi terjadinya degradasi lahan. b. bagi pemerintah daerah, memberi masukan dalam mengambil kebijakan untuk perencanaan prioritas dalam melakukan konservasi tanah dan penggunaan lahan yang sesuai dengan karakteristik dan kemampuan lahan. c. bagi peneliti,dapat memberikan pengetahuan, pengalaman, dan wawasan dalam penelitian bidang geografi fisik dengan fokus kajian geografi tanah, hidrologi permukaan, dan geomorfologi yang menggunakan aplikasi sistem informasi geografis (SIG). d. bagi perguruan tinggi, mendukung proses pembelajaran yang dikemas dalam bentuk model pembelajaran by research.
1.5 Keaslian Penelitian Keaslian penelitian ini menunjukkan beberapa penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai pembanding secara substansi, metode, kedalaman analisis, tinjauan, dan lokasi penelitian.Dalam merumuskan keaslian penelitian perlu diungkapkan butir-butir apa saja yang akan menjadi pembeda penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Adapun butir-butir tersebut adalah (1) nama peneliti, tahun
8
penelitian dan judul penelitian, (2) tujuan penelitian, (3) metode penelitian, (4) teknik analisis dan bahan penelitian, (5) hasil penelitian. Selain butir-butir tersebut, juga diungkapkan keunggulan pada setiap penelitian. Morganet al.(1997) melakukan penelitian yang bertujuan menganalisis perubahan tingkat bahaya erosi pada dua data erosi dengan tahun yang berbeda. Pada penelitian ini menganalisis apakah terjadi perubahan yang signifikan tingkat laju erosi pada dua data erosi dengan tahun yang berbeda. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tidak dilakukannya tindakan konservasi tanah. Penelitian difokuskan untuk mengkaji perbedaan laju erosi pada tahun yang berbeda. Dibyosaputro (2012) melakukan penelitian dengan penekanannya pada kajian terjadinyaerosi permukaan oleh limpasan permukaan, pola persebaran keruangan terjadinya erosi permukaan sebagai bagian dari kajian geomorfologi akibat limpasan permukaan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tidak dilakukaannya arahan konservasi tanah. Penelitian ini difokuskan pada asal, proses terjadinya erosi, dan persebaran erosi. Kusumandari (2012) melakukan penelitian yang bertujuan mengkaji karakteristik lahan pada setiap unit ekologis sebagai dasar menyusun pengklasteran lahan, mengestimasi erosi pada setiap unit ekogis dan perencanaan konservasi tanah dan air (KTA) pada setiap unit ekologis. Penelitian ini unit ekologis dijadikan sebagai unit analisis untuk mengestimasi erosi dan perencanaan KTA secara terpadu. Perbedaan dengan penelitian ini adalah unit analisis yang digunakan. Penelitian ini tidak menyertakan parameter bentuklahan sebagai unit analisisnya. Penelitian ini tidak memperhatikan kesesuaian atau kemampuan lahan sebagai dasar untuk perencanaan konservasi tanah. Worosuprojo (2002) melakukan penelitian mengenai studi erosi parit dan longsoran. Pendekatan penelitian ini adalah satuan medan. Analisis
spasial
dilakukan untuk memetakan peta tematik seperti erosi parit, longsoran, dan kerentanan. Hasil penelitian ini adalah klasifikasi dan karakteristik satuan medan, tipologi erosi parit dan longsoran, zonasi bahaya erosi parit dan longsoran, dan perbandingan erosi parit dan longsoran. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada metode analisis erosi dan longsor serta pendekatan penelitiannya.
9
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengkaji karakteristik geomorfologi, (2) menganalisisbahaya kemampuan
erosi
lahan,dan
permukaan, (4)
(3)
menganalisis
menyusunprioritas
dan
persebaran arahan
kelas
konservasi
tanah.Penelitian ini dilakukan dengan pengolahan data sekunder dan pendekatan satuan bentuklahan sebagai wadah analisis dan pembahasan. Pengolahan data sekunder meliputi data curah hujan untuk menentukan nilai erosivitas hujan, data kontur untuk pembuatan peta kemiringan lereng yang digunakan untuk menentukan nilai LS, dan peta penggunaan lahan untuk menentukan nilai CP. Pendekatan satuan bentuklahan untuk kegiatan pengamatan dan pengukuran faktor-faktor yang digunakan untuk menilai kemampuan lahan. Analisis untuk mengkaji karakteristik geomorfologi dilakukan dengan pembuatan peta satuan bentukalahan dengan pendekatan morfologi, morfogenesa, morfokronologi, dan morfoaransemen. Analisis bahaya erosi permukaan dengan model USLE dan pendekatan tebal solum. Analisis kelas kemampuan lahan dengan metode mencocokkan (matching). Analisis prioritas dan arahan konservasi tanah dengan pertimbangan bahaya erosi permukaan, kelas kemampuan lahan, dan karakteristik geomorfologi. Pada setiap tujuan penelitian yang akan dicapaimenghasilkan output berupa informasi spasial dalam bentuk peta tematik. Tujuan penelitian pertama menghasilkan peta satuan bentuklahan. Tujuan penelitian kedua menghasilkan peta bahaya erosi permukaan. Tujuan penelitian ketiga menghasilkan peta kelas kemampuan lahan. Tujuan penelitian keempat menghasilkan peta prioritas konservasi tanah. Peta tematik yang dihasilkan melalui pengolahan dengan perangkat lunak SIG. Perbandingan penelitian ini dengan penelitian terdahulu dapat disajikan seperti pada Tabel 1.2.
10
Tabel 1.2.Perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian Penulis No 1.
Nama, tahun, dan judul penelitian Morgan, R.P.C.,Rickson, R.J., Mcintyre, K., Brewer, T.R., dan Altshul, H.J.1997,Jurnal Soil Technology Elsevier, Soil Erosion Survey of the Cantral Part of the Swaziland Middleveld.
Tujuan penelitian
Metode penelitian
a. Menganalisis tingkat bahaya erosi pada dua data erosi dengan tahun yang berbeda. b. Menentukan sistem lahan (land systems) sebagai unit analisis dalam penilaian erosi. c. Menganalisis hubungan tingkat bahaya erosi dengan sistem lahan.
a. Membandingkan erosi tanah dengan interpretasi menggunakan stereoskop pada dua foto udara dengan tahun yang berbeda. b. Analisis hubungan tingkat bahaya erosidan sistem lahan.
a.
b.
c.
d.
2.
Suprapto Dibyosaputro, 2012, Disertasi, Pola Persebaran Keruangan Erosi Permukaan Sebagai Respon Lahan terhadap Hujan di Daerah Aliran Sungai Secang , Kabupaten Kulon Progo, DIY, Indonesia.
a. Menganalisis parameter lahan dan hujan yang relevan sebagai variabel bebas yang mempengaruhi dinamika gerakan air permukaan dan erosi permukaan.
a. Data kelembapan tanah, hujan diukur langsung di lapangan. b. Pengukuran lapangan dilakukan pada saat terjadi hujan untuk mencatat dan menganalisis apakah saat awal terbentuknya limpasan permukaan bersamaan dengan erosi lembar.
Teknik analisis dan bahan penelitian Menggunakan sistem grid untuk pengambilan sampel. Interpretasi dua foto udara yang berbeda tahun. Aplikasi SIG dalam membandingkan tingkat bahaya erosi dengan dua data erosi yang berbeda menggunakan teknik tumpang susun (overlay). Bahan penelitian yaitu dua foto udara yang berbeda tahun.
a. Penggunaan statistik untuk menguji validitas persamaan regresi linier ganda dalam menentukan variabel yang paling berpengaruh terhadap dinamika gerakan air permukaan dan erosi permukaan.
Hasil penelitian a. Aplikasi SIG dalam survei erosi tanah dengan interpretasi dua foto udara yang berbeda tahun menghasilkan terjadinya kenaikan yang signifikan tingkat bahaya erosi, dibuktikan dengan meningkatnya indeks bahaya erosi sangat tinggi dari 6,9% menjadi 13,6%. b. Berdasarkan pada hasil analisis, maka tingkat bahaya erosi sangat dipengaruhi oleh sistem lahan di suatu daerah. a. Gambaran umum kondisi wilayah DAS Secang. b. Karakteristik tipologi lahan pewakil meliputi parameter: kemiringan lereng, tanah dan kerapatan penutup lahan. Delapan parameter lahan bersama dengan intensitas hujan diusulkan sebagai variabel bebas yang mengontrol dinamika gerakan air permukaan dan erosi permukaan.
Sumber: Studi Literatur(2012)
11
Lanjutan Pada Tabel 1.2. No
3.
Nama, tahun, dan judul penelitian
Ambar Kusumandari, 2012. Disertasi. Penanganan Konservasi Tanah dan Air Berbasis Unit Ekologis di Sub DAS Ngrancah Kulon Progo.
Tujuan penelitian
Metode penelitian
b. Menentukan parameter lahan dan hujan yang paling berpengaruh terhadap dinamika gerakan air permukaan dan erosi permukaan. c. Menganalisis pola persebaran keruangan erosi permukaandan kenampakan hasil erosi pada lahan.
c. Pengukuran langsung di lapangan dan analisis laboratorium. d. Memplot data lapangan jarak awal limpasan permukaan dan erosi permukaan yaitu berawal dari puncak lereng berupa igir perbukitan sampai lereng bawah berakhirnya satuan lahan.
a. Mengkaji karakteristik lahan pada setiap unit ekologis sebagai dasar menyusun pengklasteran lahan. b. Klasifikasi lahan untuk penentuan teknik KTA yang diperlukan. c. Mengestimasi erosi pada setiap unit ekologis.
a. Metode analisis tandan (cluster analysis) untuk klasifikasi lahan yang menghasilkan dendrogram untuk menggambarkan klasifikasi pada unit – unit ekologis. b. Perancangan KTA menggunakan metode matching.
Teknik analisis dan bahan penelitian b. Karakteristik parameter penyusun lahan dari foto udara, peta yang terkait, pengukuran lapangan dan analisis laboratorium. c. Bahan penelitian berasal dari pengukuran langsung di lapangan dan interpretasi citra dan foto udara.
a. Tumpang susun (Overlay). b. Analisis menggunakan model USLE. c. Pengklasteran unit lahan berdasarkan vegetasi, karakteristik tanah, tingkat erosi, dan lahan. d. Bahan penelitian yaitu peta RBI, peta topografi, peta penggunaan lahan, peta jenis tanah, dan data curah hujan.
Hasil penelitian c. Intensitas hujan dan kenampakan hasil erosi. d. Terdapat dua macam pola persebaran erosi permukaan yaitu mengelompok dan memencar dikarenakan permukaan tanah tidak rata dan penutupan permukaan lahan yang sangat rapat.
a. Karakteristik lahan di Sub DAS Ngrancah dapat dibentuk 77 unit ekologis. b. Hasil rancangan konservasi tanah dan air akan menurunkan tingkat erosi menjadi 45% dari tingkat erosi semula. c. Perancangan teknik konservasi tanah dan air berdasarkan jarak tandan.
Sumber: Studi Literatur(2012)
12
Lanjutan Pada Tabel 1.2. No
4
5
Nama, tahun, dan judul penelitian Suratman Worosuprojo, 2002, Disertasi,Studi Erosi Parit dan Longsoran dengan Pendekatan Geomorfologis di Daerah Aliran Sungai Oyo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Arif Roziqin, 2012, Tesis, Prediksi Erosi Permukaan dan Evaluasi Kemampuan Lahan dengan Pendekatan Geomorfologi untuk Menentukan Prioritas dan Arahan Konservasi Tanah di Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo.
Tujuan penelitian
Metode penelitian
a. Mempelajari agihan keruangan erosi parit dan longsoran b. Mempelajari agihan keruangan faktor medan dengan erosi parit dan longsoran c. Mengevaluasi kerentanan erosi pairt dan longsoran d. Aplikasi tingkat kerentanan erosi parit dan longsoran untuk prioritas pengendalian dan konservasi a. Mengkaji karakteristik geomorfologi b. Menganalisis bahaya erosi permukaan c. Menganalisis persebaran kelas kemampuan lahan d. Menyusun prioritas dan arahan konservasi tanah
a. Pendekatan penelitian satuan medan b. Pengambilan sampel secara area purposive sampling (kenampakan erosi parit dan longsoran dan sebaran penduduk di setiap satuan medan)
a. Survei dan analisisnya bersifat deskriptifkuantitatif b. Pengamatan dan Pengambilan sampel tanah berdasarkan satuan bentuklahan c. Pengolahan data primer dan sekunder d. Analisis spasial dengan SIG
Teknik analisis dan bahan penelitian a. Analisis spasial dengan Overlayuntuk erosi parit, longsoran, dan kerentanannya b. Analisis kerentanan medan dan erosi parit dengan tumpangsusun kerapatan erosi parit dengan peta satuan medan c. Analisis kerentanan dan bahaya longsoran dengan klasifikasi tingkat kerentanan bahaya longsoran. a. Analisis karakteristik geomorfologi b. Analisis bahaya erosi permukaan dengan model USLE dan pendekatan tebal solum c. Analisis kemampuan lahan dengan metode matching. d. Analisis prioritas dan arahan konservasi tanahberdasarkan bahaya erosi permukaan, kemampuan lahan, dan pendekatan geomorfologi.
Hasil penelitian a. Klasifikasi dan karakteristik satuan medan b. Tipologi erosi parit dan longsoran c. Zonasi bahaya erosi parit dan longsoran d. Perbandingan erosi parit dan longsoran
a. Gambaran umum kondisi administrasi, lingkungan fisik, dan kependudukan b. Karakteristik geomorfologi c. Klasifikasi dan sebaran spasial bahaya erosi permukaan d. Klasifikasi dan sebaran spasial kelas kemampuan lahan e. Klasifikasi dan sebaran spasial prioritas konservasi tanah f. Arahan konservasi tanah
Sumber: Studi Literatur(2012)
13