BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Usaha Kecil, dan Menengah (UKM) memiliki peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasilhasil pembangunan (Mohammad, 2004). Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM (2014) jumlah perusahaan berskala UKM di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 1,2 persen yakni sebanyak 678.415 unit, mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 7.797.993 orang, serta berperan terhadap PDB nasional menurut harga berlaku sebesar Rp. 1.918.447 miliar atau 23,27 persen dari total PDB nasional. Namun banyak studi maupun data nasional yang ada menunjukkan bahwa kinerja UKM di Indonesia masih relatif buruk bukan saja dibandingkan dengan usaha besar (UB), tetapi juga dibandingkan dengan UKM di negara-negara maju (NM) (Tambunan, 2012). Egbu (2001) menjelaskan bahwa beberapa kelemahan UKM antara lain ketidakmampuan mendanai program knowledge management jangka panjang dan beresiko, kelemahan dalam kompetensi teknologi informasi, dan kelemahan dalam investasi pada pelatihan dan pendidikan. Kelemahan karakteristik UKM secara umum di Indonesia yang dijelaskan oleh Anoraga dan Sudantoko (2002) yaitu: (1) Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar. Kadangkala pembukuan tidak di up to date sehingga sulit menilai kinerjanya, (2) Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi, (3) Modal terbatas, (4) Pengalaman manajerial dan mengelola perusahaan masih sangat terbatas, (5) Skala ekonomi yang terlalu kecil, sehingga sulit mengharapkan untuk mampu menekan biaya mencapai titik efisiensi jangka panjang. (6) Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta diversifikasi pasar sangat terbatas, (7) Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah, mengingat keterbatasan dari sistem administrasinya. Untuk mendapatkan
1
2
dana di pasar modal, sebuah perusahaan harus mengikuti sistem administrasi standard dan harus transparan. Kusumawijaya (2012) menjelaskan bahwa Departemen Perindustrian dan Perdagangan mengelompokan permasalahan UKM ke dalam dua kategori, yaitu masalah internal dan masalah eksternal. Masalah internal adalah masalah yang dapat dipengaruhi oleh pengusaha, sedangkan masalah eksternal adalah masalah yang bagi pengusaha adalah given. Masalah internal antara lain: (1) Kesadaran dan kemauan pengusaha untuk menerapkan knowledge dan teknologi tepat guna di perusahaan masih sangat terbatas, (2) Keterbatasan modal untuk melakukan perbaikan teknologi, (3) Kurangnya kemampuan pengusaha untuk memanfaatkan peluang usaha, dan (4) Lemahnya akses dan terbatasnya informasi tentang sumber teknologi dan knowledge. Sedangkan masalah eksternal antara lain: (1) Sebagian hasil penelitian dan pengembangan yang ada hingga saat ini bukan yang diperlukan UKM, (2) Proses alih teknologi kepada UKM belum optimal, antara lain keterbatasan tenaga pendamping di lapangan, (3) Publikasi hasil penelitian dan pengembangan masih terbatas dan penyebarannya belum menjangkau UKM diseluruh wilayah, dan (4) Skim pembiayaan untuk pengembangan knowledge dan teknologi termasuk pembelian mesin baru untuk UKM masih terbatas. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang diberlakukan pada tahun 2015 merupakan harapan, peluang, dan tantangan bagi UKM di Indonesia. Kawasan ASEAN dengan jumlah penduduk sebanyak 590.634 juta jiwa merupakan potensi yang besar bagi produk UKM. ASEAN berharap dapat membentuk sebuah pasar tunggal dan basis produksi sebelum tahun 2015 (Dipta, 2012). Pada intinya jika MEA benar-benar terjadi, tidak ada lagi hambatan terhadap arus barang dan jasa, manusia dan modal antara negara-negara anggota ASEAN. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa persaingan usaha pada skala UKM akan semakin ketat karena UKM Indonesia akan bersaing langsung dengan UKM Negara-Negara ASEAN lainnya, terlebih telah diberlakukan pula perdagangan bebas antara China ASEAN Free Trade Area (CAFTA) saat ini. Melihat berbagai permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan UKM, maka dibutuhkan suatu strategi pengembangan UKM agar perkembangan UKM di
3
Indonesia berjalan dengan cepat, permasalahan yang dihadapi UKM dapat direduksi, dan UKM mempunyai keunggulan yang lebih kompetitif (Hafsah, 2004). Perlu diketahui bahwa salah satu penyebab masalah yang dihadapi UKM adalah banyaknya orang yang menafsirkan bahwa pembukuan usaha itu hanya sebatas di bidang keuangan saja. Padahal kinerja karyawan seperti waktu kerja, performa kerja, dan kepemimpinan kerja juga perlu di catat pembukuannya sehingga dapat diketahui bagian mana dari komponen UKM tersebut yang perlu dilakukan perbaikan serta peningkatan. Melihat fenomena diatas, strategi yang dapat dilakukan adalah mengembangkan sistem pembukuan terhadap kinerja karyawan yang dapat diterapkan oleh para pelaku UKM. Hingga kini, diakui bahwa dunia usaha Indonesia memang diwarnai oleh perusahaan
skala
UKM,
dan
sudah
barang tentu
memerlukan
upaya
pemberdayaan sekaligus pengukuran kinerja dengan alat analisis yang berlaku umum/global sehingga kelak UKM itu mampu berkumandang dalam tatanan internasional (Sinaga, 2004). Pengukuran kinerja bisnis merupakan komponen integral tentang bagaimana bisnis mengetahui dan memahami suatu hal dan bagaimana hal tersebut dapat membuat mereka untuk bertindak dalam bertahan hidup dan berkembang (Kellen, 2003). Pengukuran kinerja merupakan faktor yang sangat penting untuk mengetahui kinerja suatu organisasi, membantu dalam memahami, mengelola, dan meningkatkan kualitas organisasi itu sendiri. Adapun manfaat dan sistem pengukuran kinerja yang baik menurut Lynch dan Cross (Yuwono dkk, 2002) antara lain: (1) Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberikan kepuasan pelanggan, (2) Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata-rantai pelanggan dan pemasok internal, (3) Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut (reduction of waste), (4) Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih konkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi, (5) Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan
4
memberi “reward” atas perilaku yang diharapkan tersebut. Penggunaan sistem pengukuran kinerja yang tepat dapat membantu UKM untuk tumbuh lebih cepat sesuai dengan visi, misi, strategi, budaya, dan goal yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu sudah seharusnya UKM memiliki dan menggunakan alat ukur kinerja. Proses pengukuran kinerja dapat lebih mudah diaplikasikan secara praktis jika berbentuk Decision Support System (DSS). DSS adalah sebuah kelas sistem informasi yang terkomputerisasi yang dapat mendukung keputusan (Asnur, 2009). DSS merupakan sebuah sistem untuk mendukung proses pengambilan keputusan dalam situasi semiterstruktur. Keberadaan DSS bukan menggantikan penilaian ataupun keputusan manager, melainkan sebagai sarana penunjang (tools) bagi mereka sehingga keputusan yang diambil menjadi lebih tepat dan akurat sesuai kondisi saat itu. Keberadaan manusia dalam organisasi memiliki posisi yang sangat vital (Setyowati, 2010). Untuk melakukan perubahan ke arah yang positif, maka dibutuhkan manusia-manusia handal dalam kepentingannya manusia harus ditata dalam sebuah manajemen yaitu Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) (Tintri, 2009). Oleh karenanya organisasi harus mampu mengembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) agar menjadi lebih kreatif, disiplin, kompeten, dan inovatif.
SDM berperan dalam menentukan berhasil atau tidaknya tujuan
perusahaan dan merupakan penggerak organisasi. Sumber daya manusia atau disebut karyawan berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian organisasi agar perusahaan mencapai misi dengan baik (Tintri, 2009). Dari latar belakang yang telah dijelaskan, pengembangan sistem informasi pengukuran kinerja berbentuk DSS untuk MSDM pada suatu unit usaha berskala UKM merupakan hal yang penting. Sistem informasi pengukuran kinerja berbentuk DSS dapat menjadi alat bantu dalam pengambilan keputusan, mengefektif serta mengefisienkan kegiatan operasional dan manajerial, juga dapat meningkatkan performa bisnis perusahaan.
5
Berawal dari permasalahan di atas penelitian ini dilakukan. Peneliti bermaksud untuk mengembangkan sebuah sistem pengintegrasian antara konsep pengukuran kinerja dengan konsep DSS pada MSDM untuk UKM berbasis Microsoft Excel.
1.2. Rumusan Masalah Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana melakukan pengukuran kinerja SDM pada UKM serta mengembangkan sebuah DSS dalam MSDM pada UKM.
2.
Bagaimana
mengembangkan
dan
mengintegrasikan
DSS
dengan
pengukuran kinerja dalam MSDM pada UKM agar menghasilkan kinerja operasional dan manajerial bisnis secara efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan performa bisnis perusahaan.
1.3. Asumsi dan Batasan Masalah Asumsi dan batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.
Obyek dari penelitian ini adalah 1 unit usaha berskala UKM di Yogyakarta yang memproduksi buku-buku pendidikan, yakni Penerbit Deepublish.
2.
Data-data yang diperoleh peneliti dari perusahaan dianggap telah valid.
1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Mengembangkan sebuah DSS pengukuran kinerja pada MSDM untuk UKM.
2.
Mengetahui kinerja SDM perusahaan saat ini.
3.
Mengetahui variabel – variabel kinerja dalam DSS pengukuran kinerja yang perlu dilakukan adjustment pada MSDM untuk mengoptimalkan proses operasional dan manajerial bisnis.
6
1.5. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah 1.
Bagi pengusaha UKM, dapat menjadi alat bantu dalam pengelolaan Manajemen Sumber Daya Manusia dan pengambilan keputusan agar menghasilkan proses serta produk berkualitas yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan.
2.
Bagi penulis, penelitian ini dapat menjadi sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku kuliah pada dunia industri secara nyata.
3.
Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan kepustakaan dalam bidang Teknik Industri.
4.
Bagi kalangan luas (pemerintah, swasta, dan investor) penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan dalam mengembangkan UKM di Indonesia.