BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pemahaman terhadap industri Pariwisata tidak bisa terlepas dari konsep
leisure (waktu luang) yang dapat digunakan untuk istirahat, rekreasi dan lain-lain [1]. Secara eksistensial leisure merupakan sarana universal pemenuhan kebutuhan manusia akan kesejahteraan spiritual, emosional, mental dan sosial [1]. Mengisi waktu luang dapat dimanfaatkan dengan mengunjungi objek wisata sesuai dengan hobi dan minat. Indonesia memiliki sejumlah destinasi wisata unggulan yang sangat terkenal, salah satunya adalah Nusa Tenggara Timur. Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu dari sepuluh provinsi yang ditetapkan oleh Pemerintah menjadi destinasi unggulan wisata karena memiliki sejumlah objek wisata yang cukup terkenal seperti Pulau Komodo yang pada tanggal 11 November 2011 ditetapkan sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia yang baru oleh lembaga new7wonders [2]. Selain itu ada objek lain seperti Taman Nasional Kelimutu, Kampung Megalitik, Kampung Adat Lai Tarung, Kampung Bena, Wae Rebo, Suku Boti, Pantai Nihi Watu, Pantai Wanokaka, Rumah Pengasingan Bung Karno, Perburuan Ikan Paus secara Tradisional, Liang Bua, Prosesi Jumat Agung, Pantai Nemberala dan Pink Beach [3]. Walaupun memiliki sejumlah objek wisata yang terkenal namun tingkat kunjungan wisatawan sangat rendah. Berdasarkan data dari UNWTO (United Nations World Tourism Organization) pada tahun 2011 total wistawan di seluruh dunia sebesar 983 Juta diprediksi akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang [4]. Dari jumlah tersebut wisatawan yang berkunjung ke Indonesia sebesar 7.650.000 wisatawan atau hanya 0,78% [5] dan yang berkunjung ke Nusa Tenggara Timur hanya 50.170 wisatawan atau 0,66% [6]. Walaupun ada peningkatan jumlah kunjungan sebesar 9,24% dari tahun sebelumnya namun Indonesia masih jauh berada di
20
bawah Negara tetangga seperti Malaysia (24,577 juta), Thailand (15,836 juta) dan Singapore (9,161 juta) [4]. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat wisatawan berkunjung ke sebuah objek wisata diantaranya Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW), prasarana wisata, sarana wisata, tata laksana (pelayanan, keamanan, dan kenyamanan) dan masyarakat atau lingkungan [7]. Promosi merupakan salah satu bentuk kegiatan memberitahukan produk atau jasa yang akan ditawarkan kepada konsumen atau wisatawan yang dijadikan target pasar. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang sangat pesat, khususnya Internet memberi peluang kepada pengelola wisata (pemerintah, pengusaha dan masyarakat) untuk memanfaatkan media ini dalam melakukan promosi wisata. Internet merupakan media promosi efektif karena Internet menjadi sumber informasi destinasi wisata utama bagi wisatawan [8]. Total pengguna Internet dunia pada tanggal 30 Juni 2012 sebesar 2,405,518,376 atau 34,3% dari total penduduk dunia dengan rincian sebagai berikut China (22,4%), United States (10,2%), India (5,7%), Japan (4,2%), Brazil (3,7%), Russia (2,8%), Germany (2,8%), Indonesia (2,3%), United Kingdom (2,2%) dan France (2,2%) [9]. Jika dibandingkan dengan data 10 negara yang menjadi destinasi tujuan wisata menurut UNWTO pada tahun 2011 antara lain [4]: France (79,5), United States (62,3), China (57,6), Spain (56,7), Italy (46,1), Turkey (29,3), United Kingdom (29,2), Germany (28,4), Malaysia (24,7) dan Mexico (23,4), Indonesia tidak termasuk salah satu dari 10 negara tersebut walaupun dalam hal penggunaan Internet menduduki peringkat 8 dunia dengan total pengguna pada tahun 2012 mencapai 63 juta orang atau sekitar 24,23% dari jumlah penduduk Indonesia (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia-APJII). Website merupakan media promosi yang efisien dan efektif untuk pariwisata, karena biaya pembuatan website murah dan jangkauan promosi sangatlah luas. Kondisi website pariwisata yang ada di Indonesia saat ini adalah belum optimalnya pemasaran paket wisata. Informasi yang ada pada beberapa website pariwisata Indonesia belum mencakup potensi pariwisata Indonesia
21
secara keseluruhan, selain itu tidak bersifat interaktif dengan wisatawan yang ingin memperoleh
informasi
lengkap
mengenai
pariwisata Indonesia dan
informasinya hanya sebatas objek dan atraksi wisata, hotel, akomodasi, dan souvenir-souvenir, tetapi wisatawan tidak dapat melakukan pemesanan paket wisata secara terintegrasi, mulai dari tiket penerbangan, hotel, rental mobil, hingga tiket objek wisata, melalui website tersebut [10]. Kondisi yang sama bahkan terjadi di negara-negara Eropa, seperti belum terintegrasinya website pariwisata dengan
sistem informasi
komponen-
komponen lain yang terlibat dalam industri pariwisata, seperti perusahaan penerbangan, pelayaran, asuransi, agen travel, hotel dan pengelola objek wisata itu sendiri. Sebagai akibat dari tersebarnya informasi ini, untuk memperoleh informasi yang cukup lengkap sebelum melakukan kunjungan wisata ke Indonesia secara khusus ke Nusa Tenggara Timur, calon wisatawan harus mengunjungi berbagai website [10]. Kepariwisataan terdiri dari tiga fase antara lain: pre-trip phase, on-trip phase dan post-trip phase. Pre-trip phase adalah fase dimana wisatawan mencari informasi dan merencanakan perjalanan wisatanya. Informasi yang dibutuhkan antara lain: pemesanan akomodasi, pemilihan jenis transportasi, pembelian tiket perjalanan dan perencanaan kunjungan ke destinasi wisata. On-trip phase adalah fase dimana wisatawan melaksanakan perjalanan wisatanya. Hal yang diperlukan antara lain pemilihan rute, navigasi, informasi tentang objek wisata menarik beserta objek wisata disekitarnya, cuaca, lokasi dan waktu. Sedangkan post-trip phase adalah fase dimana wisatawan berbagi pengalaman tentang perjalanan wisatanya kepada orang lain [11]. Menurut hasil survey tentang alasan masyarakat memilih travel berbudget, sebanyak 82.5% memilihnya karena kebutuhan mereka akan keleluasaan, 76.3% untuk kesempatan bisa memilih situs favorit mereka sendiri, 74.9% ingin memiliki kesempatan untuk mengatur waktu mereka sendiri, 57.8% untuk mencari kemungkinan bisa menyesuaikan budget mereka dengan perjalanannya, dan 13.7% karena tidak puas dengan layanan kebanyakan biro perjalanan.
22
Berdasarkan hasil survey tersebut, sebanyak 52% wisatawan kini memilih perjalanan yang bisa disesuaikan sesuai keinginan mereka, dan jumlah ini kian bertambah sehingga tidak dapat dipungkiri perjalanan yang dapat diatur sendiri jelas sedang populer [12]. Sebagai contoh jika wisatawan sedang berada pada sebuah objek wisata maka informasi yang dibutuhkan oleh wisawatan tersebut seputar makanan (menu spesial, standar harga lokal, indeks rekomendasi, lokasi restoran), akomodasi (hotel bintang, harga sewa, indeks rekomendasi dan lokasi hotel), dan transportasi (rute untuk berkendara sendiri, kondisi jalan, dan penyewaan mobil) [13]. Menurut hasil survey, di antara semua informasi yang dibutuhkan wisatawan, sebanyak 85% adalah seputar tempat-tempat menarik, akomodasi sebanyak 82.5%, transportasi 78.5% dan info belanja sebanyak 72%. Di sini terlihat bahwa kebutuhan akan informasi sangatlah penting [14]. Secara sederhana Travel Recommender System (TRS) menyediakan dialog dengan pengguna, kemudian mengajukan beberapa variasi pertanyaan sehingga menghasilkan satu atau lebih hasil rekomendasi pariwisata sesuai dengan permintaan pengguna [15]. Informasi maupun saran yang disediakan seputar halhal yang berkaitan dengan kepariwisataan seperti agen-agen perjalanan, hotel, rute wisata, dan atraksi wisata. TRS juga dapat menstimulasi konsultan perjalanan untuk membantu pengguna mengetahui proses layanan rekomendasi sebagaimana asisten online yang cerdas. Adapun fungsi dari sistem ini adalah mengubah browser menjadi wisatawan sungguhan, meningkatkan angka penjualan produkproduk terkait dengan website tersebut dan membangun loyalitas pengguna terhadap website tersebut [13]. Desain antarmuka menjadi sebuah isu yang cukup penting terkait dengan perkembangan teknologi web 2.0 [16]. Dalam proses desain antarmuka perlu melibatkan pengguna untuk metode pengujian antarmuka karena menjadi bagian dari siklus desain antarmuka. Pengujian usability digunakan untuk mengukur kualitas pengalaman pengguna dalam menggunakan aplikasi seperti aplikasi perangkat lunak, website, perangkat elektronik dan ponsel [17].
23
Penelitian ini mengusulkan model antarmuka TRS untuk membantu calon wisatawan menemukan informasi tentang kepariwisataan di Nusa Tenggara Timur seperti atraksi wisata, transportasi, akomodasi, rumah makan dan pusat perbelanjaan.
1.2
Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang dapat dibuat rumusan masalah antara lain: 1. Belum tersedianya website tentang pariwisata di Nusa Tenggara Timur yang mempunyai fitur rekomendasi; 2. Calon wisatawan nusantara dan mancanegara sangat kesulitan mencari informasi terkait dengan rencana perjalanan wisatanya di Nusa Tenggara Timur; 3. Informasi tentang kepariwisataan di Nusa Tenggara Timur seperti atraksi wisata tidak ditampilkan berdasarkan tema wisata seperti alam, budaya, dan pantai serta komponen pendukung seperti transportasi, akomodasi dan pusat perbelanjaan sangat minim dan belum terintegrasi; 4. Tampilan beberapa website pariwisata yang ada di Nusa Tenggara Timur kurang menarik.
1.3
Keaslian Penelitian Penelitian tentang pemodelan antarmuka TRS berbasis web di Nusa
Tenggara Timur belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini dan dapat dijadikan rujukan. Ehsan Safar Khorasani, dkk. [18] melakukan penelitian dengan memanfaatkan kelebihan dari data mining, web mining dan teknik mengelola pengetahuan untuk menciptakan sebuah keranga cerdas portal e-tourism. Tujuan dari penelitian ini untuk membantu wisatawan menemukan informasi secara
24
akurat berdasarkan karakteristik, kebutuhan dan harapan sehingga mempersingkat waktu mereka berselancar di Internet. Larainjeira, dkk. [19] melakukan penelitian yang bertujuan untuk menunjukkan bagaimana sistem rekomendasi dapat membantu wisatawan dalam menentukan pilihan mereka secara personal atau sesuai dengan kebutuhan dari wisatawan. Metode yang digunakan berdasarkan analisis profil calon wisatawan dengan menjumlahkan masing-masing rating alternatif tempat tujuan wisata beserta bobotnya dan dibandingkan dengan jumlah alternatif yang ada. Hasil dari penelitian ini adalah langkah kerja untuk menghasilkan rekomendasi. Yunita [20] meneliti tentang pemanfaatan Semantic Web Rule Language (SWRL) untuk membantu calon wisatawan merencanakan perjalanan wisatanya di Sumatera Selatan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah ontology web. Hasil dari penelitian ini adalah prototipe sistem berbasis semantik web yang dapat menampilkan informasi wisata di Sumatera Selatan berdasarkan lokasi wisata dan hotel berdasarkan tarifnya. Raez, dkk. [21] mengembangkan sistem berbasis web untuk merencanakan aktivitas wisatawan. Menggunakan kriteria seperti lokasi, tanggal, harga dan jenis kegiatan. Berdasarkan kriteria tersebut sistem menampilkan rekomendasi berupa sejumlah aktivitas wisata. Metode yang digunakan adalah mengekstrak data dalam bentuk dokumen XML dan kemudian disimpan ke dalam event database Otium. Hasil dari penelitian ini adalah sistem berbasis web dengan algoritme pencarian untuk membantu wisatawan dalam merencanakan perjalanan wisatanya. Wella Caterinna Charisma, dkk. meneliti tentang pemanfaatan Rule Based Expert System dan Sistem Pendukung Cerdas untuk menciptakan sebuah aplikasi Arc's Recreation Planning Expert System (ARPES) menggunakan bahasa C# dan Microsoft Visual Studio 2005. Tujuan dari penelitian ini adalah membantu wisatawan dalam merencanakan perjalanan wisatanya dengan memberikan rekomendasi seperti objek wisata, hotel dan penerbangan beserta alternatifnya.
25
Tabel 1.1 merupakan ringkasan Keaslian Penelitian yang sudah dijelaskan sebelumnya. Tabel 1.1 Ringkasan Keaslian Penelitian Judul Tujuan Metode Tahun Peneliti Hasil Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian A Framework 2010 Ehsan Menemukan Data Portal cerdas to Improve eSafar informasi mining, e-tourism Tourism Khorasani secara web Experience dan Seyed akurat mining dan by Using Mohsen berdasarkan teknik Intelligence Naghibiza karakteristik mengelola Portal deh , kebutuhan pengetahuMeybodi dan harapan an dari pengguna An Agent 2010 João Membantu Analisis Langkah kerja Based Laranjeira wisatawan profil calon perencanaan Recommenda ,dkk. dalam wisatawan pembuatan tion System menentukan dan sistem for Tourism pilihan alternatif rekomendasi tempat tempat pariwisata tujuan tujuan wisata wisata sesuai dengan dengan menjumlah kebutuhan -kan mereka masingmasing rating Pemanfaatan 2011 Yunita Membantu Ontology Prototipe sistem Semantic Web calon web berbasis Rule wisatawan semantik web Language merencana(SWRL) kan dalam perjalanan Prototype wisatanya di Sistem Sumatera Perencanaan Selatan Perjalanan Wisata di Sumatera Selatan Otium: A web 2011 Arturo Membantu Ekstrak Sistem berbasis based Montejo- wisatawan data dari web dengan
26
Perbeda an Metode dan Hasil penelitian
Metode dan Hasil penelitian
Metode dan Hasil penelitian
Metode dan
Judul Tujuan Tahun Peneliti Penelitian Penelitian planner for Ráez, membuat tourism and dkk. agenda dan leisure merencanakan perjalanan wisatanya
Metode Perbeda Hasil Penelitian Penelitian an Internet ke algoritme Hasil bentuk pencarian penelitiXML dan sederhana an disimpan ke dalam event database Otium Pembangun- 2012 Charisma, Membantu Rule Based Aplikasi Arc's Metode an Sistem W. C., wisatawan Expert Recreation dan Pendukung Rahayu, dalam System, Planning Expert Hasil Cerdas untuk F. S., dan merencana- Sistem System (ARPES) PenelitiPerencanaan Wisnubha kan Pendukung menggunakan an Wisata dra, I. perjalanan Cerdas bahasa C dan Berbasis Web wisatanya Microsoft Visual dengan dengan Studio 2005 Menggunamemberikan kan rekomendasi Teknologi seperti objek Web Service wisata, hotel dan penerbangan beserta alternatifnya Penelitian ini mengusulkan model antarmuka TRS untuk membantu calon wisatawan menemukan informasi tentang kepariwisataan di Nusa Tenggara Timur seperti atraksi wisata, transportasi, akomodasi, rumah makan dan pusat perbelanjaan.
1.4
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menyusun sebuah model konseptual bagi calon wisatawan (mancanegara dan nusantara) yang ingin merencanakan dan melaksanakan perjalanan wisatanya ke Nusa Tenggara Timur sesuai dengan kebutuhan dari calon wisatawan. Model konseptual tersebut dijabarkan ke dalam:
27
1.1 Functional Decomposition Diagram (FDD) untuk menggambarkan model proses bisnis; 1.2 UML yang terdiri dari Use-case Diagram, Activity Diagram dan Sequence Diagram; 1.3 Model antarmuka TRS; 2. Merancang prototipe aplikasi TRS berbasis web dalam bidang Pariwisata sehingga
memudahkan
calon
wisatawan
menemukan
informasi
dan
memberikan rekomendasi seperti atraksi wisata, transportasi, akomodasi, rumah makan dan pusat perbelanjaan.
1.5
Manfaat Penelitian Memberikan rekomendasi terkait dengan layanan informasi pariwisata
berbasis web dalam bentuk model konseptual sehingga dapat bermanfaat bagi: 1. Akademis, sebuah model konseptual antarmuka TRS berbasis web; 2. Calon wisatawan (nusantara dan mancanegara), menemukan informasi terkait dengan rencana perjalanan wisatanya ke Nusa Tenggara Timur; 3. Pemerintah, dapat dimanfaatkan sebagai salah satu media promosi pariwisata karena lebih murah dan jangkaun sangat luas sehingga dapat menghemat anggaran untuk promosi; 4. Pengusaha di bidang pariwisata, dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Nusa Tenggara Timur akan berdampak pada peningkatan pendapatan dari pengusaha sehingga usaha di bidang pariwisata akan terus tumbuh dan berkembang yang pada akhirnya dapat mendatangkan devisa bagi Nusa Tenggara Timur; 5. Masyarakat akan merasakan manfaat secara langsung apabila terjadi peningkatan kunjungan wisatawan.
28