1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya kemajuan dan kestabilan pembangunan nasional menempatkan Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai kota metropolitan dengan kondisi perekonomian yang selama ini menjadi barometer perekonomian di Indonesia (Prasetyo 2006). Jakarta sebagai kota metropolitan memiliki fungsi kawasan seperti kawasan perkotaan pada umumnya yaitu menjadi pusat pemerintahan, pendidikan dan perindustrian. Pembangunan yang sangat pesat pada berbagai bidang akan memberikan manfaat yang cukup besar terutama dari sektor ekonomi. Daya tarik berupa peningkatan taraf hidup yang secara terus menerus akan berpotensi menciptakan dan meningkatkan skala urba nisasi ke Jakarta yang akan berdampak pada tumbuh kembangnya pembangunan fisik di daerah pemukiman baru di pinggiran kota Jakarta (Prasetyo 2006). Pembangunan kota lebih sering dicerminkan oleh adanya perkembangan fisik tanpa memperhatikan kestabilan ekosistem perkotaan (Dahlan 1992) yang akan berdampak pada penurunan kualitas lingkungan kota. Perubahan seperti ini memungkinkan terjadinya perkembangan daerah pedesaan menjadi daerah perkotaan seperti yang terjadi pada salah satu desa di Kecamatan Gunung Putri yang berlokasi kurang lebih 15 Km dari Ibukota Kecamatan Gunung Putri yaitu Desa Gunung Putri. Desa Gunung Putri yang mengalami alih fungsi lahan sebagai kawasan pemukiman dan perindustrian menyebabkan lalulintas pada kawasan ini menjadi padat, baik yang berasal dari kegiatan transportasi masyarakat yang bermukim di sekitar
kawasan
industri
maupun
transportasi
untuk
mengangkut
dan
mendistribusikan hasil produksi, sehingga tingkat pencemaran udara semakin meningkat. Menurut PP No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, pencemaran udara diartikan sebagai masuknya/dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu dan menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.
2
Padatnya industri dan transportasi menyebabkan bahan pencemar di udara meningkat sehingga menjadi penyuplai utama penurunan kualitas udara sekitar kawasan industri (Aji 2006). Hal ini diperkuat oleh pendapat Wardhana (1994) yang menyatakan bahwa persentase jumlah pencemar partikulat terbesar berasal dari kawasan perindustrian yaitu 26,5% dari total pencemar lainnya. Jenis pencemar di udara menurut Dahlan (2004) ada dua yaitu berupa gas dan partikulat. Dominasi sumber partikulat debu di udara akibat proses perindustrian dan transportasi dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada saluran pernafasan atau disebut dengan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yang dapat dikelompokkan berdasarkan jenis partikulat debu yang masuk/terhisap ke dalam paru-paru seperti: silikosis, asbestosis, bisinosis dan lainnya (Wardhana 1994). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi penurunan kualitas kesehatan masyarakat misalnya dengan mencipta-wujudkan progam konservasi untuk penyehatan lingkungan seperti penghijauan kota. Penanaman vegetasi pada proses penghijauan diharapkan dapat meningkatkan kualitas lingkungan kota. Vegetasi dalam ekosistem berperan sebagai perubah terbesar dari lingkungan karena menghasilkan
untuk pernapasan makhluk hidup,
sebagai fungsi perlindungan sehingga dapat mengurangi radiasi matahari, mengurangi temperatur yang ekstrim, serta sebagai pereduksi polutan yang berterbangan di udara. Vegetasi merupakan makhluk hidup yang paling menentukan dalam ekosistem karena disamping memiliki peran dalam kehidupan dan kesehatan lingkungan secara fisik, vegetasi juga berperan dalam estetika dan kesehatan jiwa (Irwan 1992). Penghijauan perkotaan merupakan bagian dari ruang terbuka hijau (Irwan 1992). Definisi Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam Undang- undang RI No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Ruang Terbuka Hijau (RTH) berfungsi antara lain sebagai pengaman lingkungan hidup terhadap berbagai macam pencemaran baik di darat maupun udara, serta menciptakan kebersihan, kesehatan dan keserasian lingkungan.
3
Peran dan keberadaan RTH selain dipengaruhi oleh faktor alam juga sangat tergantung pada perilaku masyarakat dalam menjaga keberadaan RTH. Menurut Saragih (2007), salah satu komponen pembentuk perilaku masyarakat adalah sikap. Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah reaksi atau respon masyarakat terhadap pentingnya keberadaan RTH, sehingga studi mengenai pengaruh vegetasi dalam RTH dan sikap masyarakat mengenai RTH untuk mengatasi dampak dari pencemaran udara terhadap kesehatan perlu dilakukan.
1.2. Perumusan Masalah Udara dapat dikatakan tercemar apabila nilai/kadar zat, energi, dan/atau komponen lain di udara ambien lebih besar dari nilai baku mutunya (PP RI No. 41 Tahun 1999). Menurut PP tersebut, baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Pencemaran udara hasil buangan industri dan kendaraan bermotor berupa partikel debu, apabila terhirup masuk ke dalam sistem pernafasan dapat menyebabkan ISPA, bahkan pada anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang dapat menjadi penyebab penurunan tingkat kecerdasan/IQ (Suhariyono 2002). Penghijauan sebagai antisipasi terhadap dampak negatif debu bagi kesehatan dapat dimulai dari lingkungan yang paling dekat dengan manusia yaitu dengan meningkatkan kualitas pekarangan rumah. Hal ini didasari karena selain merupakan ekosistem yang paling dekat dengan penghuninya, pekarangan memiliki fungsi penyehatan lingkungan sebagai pereduksi bahan pencemar di udara (Irwan 1992). Keberadaan vegetasi di pekarangan memiliki peranan yang penting untuk meningkatkan kualitas kesehatan, baik penghuninya maupun masyarakat di sekitarnya. Vegetasi memiliki hubungan langsung dalam menurunkan konsentrasi partikel debu di udara (Dahlan 2004). Parameter vegetasi yang diduga mempengaruhi nilai konsentrasi partikel debu di udara antara lain luas proyeksi tajuk, Leaf Area Index (LAI) dan tinggi pohon. Luas proyeksi tajuk vegetasi mampu mereduksi konsentrasi partikel debu yang berasal dari aktivitas transportasi di jalan raya (debu yang berterbangan di bawah), sedangkan tinggi pohon dapat mereduksi konsentrasi partikel debu dari
4
transportasi maupun industri yang terbang tinggi terbawa angin. Parameter Indeks Luas daun/Leaf Area Index (LAI) diukur karena daun memiliki kemampuan untuk menyerap dan menjerap partikel debu dari udara (Dahlan 1989). Partikel debu yang terjerap adalah partikel yang menempel dipermukaan daun secara sementara, sedangkan partikel debu yang terserap adalah partikel yang masuk sampai ke dalam jaringan daun. Sikap masyarakat terhadap keberadaan vegetasi di pekarangan termasuk kedalam faktor sosial yang secara langsung mempengaruhi kualitas vegetasi di pekarangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Prasetyo (2006) bahwa kehadiran pekarangan dengan segala corak, bentuk dan aneka komposisi penataan vegetasi di dalamnya tidak terlepas dari berbagai pengaruh faktor sosial penghuninya. Berdasarkan hal tersebut, secara teoritis konsentrasi partikel debu di udara juga dipengaruhi oleh sikap masyarakat terhadap keberadaan vegetasi di dalam pekarangan, karena semakin baik sikap masyarakat terhadap vegetasi dalam pekarangan akan meningkatkan kualitas pekarangan sehingga pekarangan berkontribusi dalam mereduksi konsentrasi partikel debu di udara. Sikap merupakan salah satu komponen pembentuk perilaku. Sikap dan perilaku masyarakat pada dasarnya dapat dibedakan atas sikap dan perilaku yang baik/positif dan yang buruk/negatif (Harihanto 2001). Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi sikap seseorang terhadap lingkungan rumahnya antara lain umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan lama tinggal (menetap) seseorang pada kawasan tersebut (Edwin 1998). Seseorang yang memiliki sikap yang baik terhadap keberadaan pekarangan rumahnya kemungkinan besar akan bersikap dan berperilaku baik pula terhadap keberadaan RTH demikian juga sebaliknya. Memperhatikan hal- hal tersebut, Desa Gunung Putri, Kecamatan Gunung Putri – Bogor dipilih sebagai lokasi penelitian ini karena merupakan kawasan padat perindustrian dan pemukiman yang memiliki aktivitas transportasi yang tinggi. Selain itu lokasi penelitian ini merupakan daerah yang kondisi udaranya sudah tercemar (BLH Bogor 2009). Berdasarkan latar belakang tersebut maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah : a. Berapa besar konsentrasi partikel debu pencemar di Desa Gunung Putri, Kecamatan Gunung Putri - Bogor?
5
b. Bagaimana pengaruh parameter vegetasi pekarangan yang meliputi luas proyeksi tajuk, Leaf Area Index (LAI) dan tinggi pohon terhadap nilai konsentrasi partikel debu pencemar di udara? c. Bagaimana sikap (respon) masyarakat sekitar terhadap fungsi RTH tipe pekarangan?
1.3. Hipotesis Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Parameter vegetasi yang diduga mempengaruhi nilai konsentrasi partikel debu di udara adalah luas proyeksi tajuk, LAI dan tinggi pohon sehingga semakin besar nilai satuan dari parameter vegetasi, maka nilai konsentrasi partikel debu di udara ambien akan semakin rendah. b. Sikap masyarakat terhadap fungsi RTH pekarangan berkontribusi dalam menurunkan konsentrasi partikel debu di udara. c. Terdapat hubungan linear positif antara karaktersitik sosial responden (umur, pendidikan formal, pekerjaan dan lama tinggal) dengan sikap masyarakat yang terbentuk.
1.4. Kerangka pe mikiran Pesatnya perkembangan kota tidak dapat dipungkiri sering mengakibatkan alih fungsi kawasan hijau untuk kepentingan pembangunan, misalnya kawasan perindustrian. Kawasan perindustrian dengan segala aktivitasnya baik industri maupun transportasi berkontribusi besar terhadap tingginya konsentrasi partikel debu di udara yang akan berdamapak negatif bagi kondisi kesehatan masyarakat. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi penurunan kualias kesehatan masyarakat salah satunya dengan penghijauan kawasan kota yang dapat dimulai dengan meningkatkan kualitas pekarangan rumah. Vegetasi yang berada dalam pekarangan rumah diharapkan dapat menurunkan konsentrasi partikel debu di udara. Keberadaan vegetasi di pekarangan rumah tidak terlepas dari sikap penghuninya, oleh karena itu perlu dilakukan kajian mengenai sikap masyarakat terhadap keberadaan dan fungsi pekarangan rumah. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
6
Pembangunan kota yang sangat pesat
Kawasan perindustrian padat transportasi
Konsentrasi partikel debu di udara
Tata guna/fungsi lahan perkotaan
Lahan hijau/ruang terbuka hijau (RTH)
Sikap masyarakat terhadap keberadaan RTH di pekarangan rumah
Dampak pencemaran udara (konsentrasi partikel debu) Kualitas kesehatan masyarakat
Analisis Data Metode pengumpulan data : a. Pengukuran sampel b. Kategori sikap masyarakat
Faktor-faktor yang mempengaruhi: a. Parameter vegetasi (luas proyeksi tajuk, LAI dan tinggi pohon) b. Parameter fisik udara
Untuk menganalisis pengaruh parameter vegetasi terhadap konsentrasi partikel debu digunakan metode uji korelasi Pearson dan analisis regresi linear sederhana
Faktor-faktor yang mempengaruhi: a. Umur responden b. Pendidikan responden c. Pekerjaan responden d. Lama tinggal responden
Untuk menganalisis sikap masyarakat dilakukan secara deskriptif serta dengan pengujian data statistik nonparametrik dengan uji korelasi Spearman
Kajian sikap masyarakat terhadap fungsi RTH tipe pekarangan untuk mereduksi konsentrasi partikel debu pencemar d i udara
Menghubungkan fungsi RTH t ipe pekarangan dengan sikap masyarakat Sintesis Data Sikap masyarakat yang ‘baik’ terhadap RTH tipe pekarangan akan men jadikan RTH tipe pekarangan lebih berfungsi dengan baik
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian.
7
1.5. Tujuan Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk: Mengkaji nilai fisik dan sosial vegetasi pekarangan yang mempengaruhi penurunan nilai konsentrasi partikel debu di udara. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk: a. Mengkaji pengaruh parameter vegetasi yang meliputi luas proyeksi tajuk pohon, LAI (Leaf Area Index) dan tinggi total pohon terhadap penurunan konsentrasi partikel debu di udara b. Mengetahui sikap masyarakat terhadap pentingnya RTH pekarangan bagi kondisi kesehatan mereka c. Menentukan faktor- faktor sosial yang mempengaruhi pembentukan sikap masyarakat terhadap pekarangan rumah sebagai salah satu bentuk RTH
1.6. Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah : a. Diharapkan dapat menjelaskan tingkat pencemaran udara akibat debu yang bersumber dari aktivitas industri dan transportasi serta menjadi masukan bagi masyarakat terhadap pentingnya RTH untuk mereduksi dampak pencemaran udara b. Memberikan alternatif bentuk RTH yang lebih dekat atau berhubungan langsung dengan masyarakat (people friendly) berupa pekarangan rumah yang hijau untuk dapat dibangun atau lebih dikembangkan keberadaannya c. Memberi pengetahuan kepada masyarakat mengenai manfaat RTH untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat sehingga masyarakat dapat menyadari dan berpartisipasi dalam pemeliharaannya serta memberikan masukan kepada instansi terkait sebagai bahan acuan dalam usaha penanggulangan pencemaran udara akibat debu