BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Arus Lintas Indonesia atau ITF (Indonesian Throughflow) yaitu suatu
sistem arus di perairan Indonesia yang menghubungkan Samudra Pasifik dengan Samudra Hindia yang melewati Perairan Indonesia bagian timur (Wyrtki 1961). Gaya penggerak Arlindo karena bertiupnya angin pasat tenggara di bagian selatan Pasifik dari wilayah Indonesia. Angin mendorong massa air laut sehingga terjadi penumpukan di Pasifik Barat. Akibatnya terjadi slope muka laut antara Pasifik Barat dengan Lautan Hindia bagian timur. Gradien tekanan inilah yang mengakibatkan mengalirnya arus dari Lautan Pasifik ke Lautan Hindia (Wyrtki 1987). Ketika melewati perairan Indonesia, maka massa air Arlindo akan bercampur dengan massa air lainnya terjadi percampuran massa air dari dua samudra yang berbeda. Massa air tersebut meliputi suhu, salinitas, oksigen, klorofil, dan tracer lainnya. Keunikan itulah banyak dilakukannya penelitian di daerah yang di lalui oleh Arlindo. Suhu dan klorofil yang berasal dari Arlindo dapat menjadi tracer dan sekaligus dijadikan indikator kesuburan suatu perairan laut seperti yang dikemukakan oleh Tomascik et al. (1997) yang menyatakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi produktivitas primer di laut adalah cahaya matahari, nutrien, dan suhu. Secara langsung maupun tidak langsung nutrien dan suhu yang mempengaruhi produktivitas primer juga mempengaruhi banyak sedikitnya biota laut khususnya ikan yang ada di perairan. Hal ini karena fitoplankton sebagai produktivitas primer merupakan makanan bagi zooplankton, krustasea, moluska, dan ikan-ikan kecil. Perairan Selat Lombok merupakan salah satu jalur yang dilalui oleh Arus Lintas Indonesia. Selat Lombok yang dilalui oleh Arlindo menjadikan daerah tersebut kaya akan nutrien yang penting bagi kehidupan fitoplankton. 1
2
Fitoplankton yang merupakan makanan penting bagi ikan-ikan kecil, udang, dan cumi-cumi juga merupakan makanan bagi ikan-ikan yang lebih besar seperti ikan cakalang. Salah satu faktor yang mempengaruhi sebaran ikan cakalang adalah suhu permukaan laut (SPL) seperti yang telah dikatakan oleh Syahdan et al. (2007), yang menyatakan bahwa suhu permukaan laut berpengaruh terhadap sebaran cakalang dan kisaran nilai ini bervariasi secara temporal dan spasial. Selain itu secara tidak langsung klorofil-a juga mempengaruhi sebaran ikan cakalang. Ikan cakalang banyak ditemukan di perairan timur Indonesia yang salah satunya adalah di Perairan Lombok. Ikan cakalang memiliki nilai komersial yang cukup tinggi khususnya dimanfaatkan untuk dikonsumsi. Karena nilai komersial yang cukup tinggi ikan tersebut sangat penting bagi perekonomian para nelayan di sekitar perairan Lombok. Untuk itu, penelitian ini akan menekankan pada aspek osenografi terutama suhu, klorofil dan salinitas yang dikaitkan dengan distribusi ikan cakalang. 1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka masalah yang dapat
diidentifikasi yaitu : 1.
Bagaimana pengaruh Arlindo terhadap sebaran suhu dan klorofil-a di Selat Lombok.
2.
Sejauh mana pengaruh Arlindo terhadap distribusi ikan cakalang diselat lombok.
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini berdasarkan latar belakang dan identifikasi
masalah yang telah dijelaskan yaitu : 1.
Mengetahui variasi sebaran suhu dan klorofil di Selat Lombok akibat pengaruh Arlindo.
2.
Menganalisis hubungan antara suhu dan klorofil terhadap distribusi ikan cakalang.
3
1.4
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
inventarisasi kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Barat tentang distribusi ikan cakalang di Selat Lombok yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh nelayan sebagai daerah penangkapan ikan. Selain itu penelitian ini dapat dijadikan acuan ataupun penelitian lanjutan bagi para peneliti. 1.5
Pendekatan Masalah Arlindo merupakan bagian penting dalam sirkulasi samudra dunia dalam
penghantaran panas (heat). Menurut Sprintall et al. (2000) mengemukakan bahwa bahang (panas) dan massa air dengan salinitas rendah yang dibawa oleh Arlindo diketahui mempengaruhi perimbangan kedua parameter di kedua samudera. Kedua parameter tersebut adalah parameter fisik seperti suhu dan salinitas. Oleh sebab itu jalur yang dilalui Arlindo merupakan perairan yang sangat unik karena Arlindo membawa karakteristik massa air yang unik karena adanya percampuran massa air dari dua samudra yang berbeda. Karakterisitik seperti suhu dan salinitas yang unik tersebut mengakibatkan daerah tersebut diperkirakan merupakan tempat yang ideal bagi organisme laut untuk hidup yang salah satunya merupakan fitoplankton dan juga ikan-ikan yang mempunyai nilai komersial yang tinggi. Klorofil-a merupakan jenis pigmen terbesar yang terkandung dalam fitoplankton. Kandungan klorofil-a dapat digunakan sebagai ukuran banyaknya fitoplankton pada suatu perairan tertentu dan dapat digunakan sebagai petunjuk produktivitas perairan. Klorofil-a fitoplankton merupakan salah satu pigmen aktif dalam sel tumbuhan yg mempunyai peran penting di dalam berlangsungnya proses fotosintesis di perairan. Selain klorofil, salah satu yang mempengaruhi produktivitas primer adalah suhu. Menurut Tomascik et al. (1997) suhu secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap produktivitas primer di laut. Secara langsung, suhu berperan dalam mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses fotosintesis. Kemudian Tomascik et al. (1997) juga menyatakan bahwa faktor utama yg mempengaruhi produktivitas primer di laut adalah cahaya matahari,
4
nutrien, dan suhu. Selain itu menurut Susilo (2000) suhu permukaan laut sangat penting untuk diketahui karena sebaran suhu permukaan laut dapat memberikan informasi mengenai arus, daerah tangkapan ikan, cuaca/iklim, pencemaran minyak, dan pencemaran panas. Oleh karena itu, pengaruh suhu cukup besar dalam indikator produktivitas di laut. Lombok merupakan salah satu pulau yang terletak di sebelah timur wilayah Indonesia yang merupakan bagian dari provinsi Nusa Tenggara Barat. Hampir 40% wilayah Lombok merupakan laut yang memiliki potensi yang sangat besar di sektor perikanan maupun kelautan. Lombok memiliki selat yang dinamakan dengan Selat Lombok. Letaknya disebelah barat dari pulau Lombok dan diapit oleh pulau Bali dan Pulau Lombok itu sendiri. Selat Lombok diketahui merupakan salah satu jalur yang dilalui oleh Arlindo. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan Perairan Indonesia salah satunya Selat Lombok sebagai suatu lintasan dalam mentransfer massa air Samudera Pasifik ke Samudera Hindia. Arlindo secara signifikan mempengaruhi keseimbangan suhu dan massa air dengan nilai salinitas yang lebih rendah dari kedua samudera ini. Oleh sebab itu dengan dilaluinya Selat Lombok oleh Arlindo, maka Selat Lombok memiliki banyak potensi yang sangat besar. Salah satu potensi kelautan dan perikanan di Perairan Selat Lombok yaitu Ikan Cakalang. Ikan cakalang merupakan ikan pelagis yang hidup di kedalaman 0-200 m. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wouthuyzen et al. (1990) makanan utama ikan cakalang yaitu Stomatopoda dan udang laut dari famili Pandalidae (krustasea), cumi-cumi (moluska), dan berbagai jenis larva atau juvenil ikan. Menurut Uktolseja et al. (1989), daerah penyebaran cakalang di perairan Indonesia meliputi Samudra Hindia (Perairan Barat Sumatra, selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara), Perairan Indonesia bagian Timur (Laut Sulawesi, Maluku, Arafuru, Banda, Flores dan Selat Makassar) dan Samudra Pasifik (Perairan Utara Irian Jaya). Jika dilihat dari daerah sebaran ikan cakalang tersebut Selat Lombok merupakan salah satu daerah tempat penyebaran ikan cakalang. Menurut Blackburn (1965) dan Gulland (1971) ikan cakalang memiliki nilai ekonomis penting, bahkan di beberapa negara cakalang merupakan pendukung
5
utama sektor perikanan. Menurut Balai Penelitian Perikanan Laut potensi sumber daya hayati perikanan laut di Indonesia khususnya ikan cakalang diduga sekitar 275.000 ton/tahun dimana 50% lebih dari potensi tersebut terdapat di perairan Indonesia timur (Direktorat Sumberdaya Hayati-Departemen Pertanian 1983). Nikijuluw (1986) menyatakan bahwa penangkapan cakalang dan tuna di perairan Indonesia dapat dilakukan sepanjang tahun dan hasil yang diperoleh berbeda dari musim ke musim dan bervariasi menurut lokasi penangkapan. Hal tersebut menyatakan bahwa ikan cakalang mempunyai potensi yang sangat besar bagi perekonomian nelayan dan juga masyarakat pesisir di Pulau Lombok.